1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, MOW, spiral, IUD, dan sebagainya.1
Program keluarga berencana dapat mendukung upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, mandiri, maju, mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab, memiliki wawasan ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk meningkatkan kualitas program KB, paradigma baru yang dibangun oleh BKKBN adalah penekanan upaya menghormati hak-hak reproduksi dalam meningkatkan kualitas kehidupan keluarga.2
Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga 2,49% per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Orang pertama yang mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1886-1824. Dalam edisi pertamanya, Essay on Population Th 1798, Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu kebutuhan penduduk seperti bahan makanan adalah penting bagi kehidupan manusia dan nafsu manusia tidak dapat ditahan dan tidak terbatas. Dari dua hal tersebut dia mengemukakan pendapatnya bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari pertumbuhan bahan makanan. Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu jumlah penduduk meningkat secara geometris (deret ukur) sedangkan kebutuhan hidup kian meningkat secara alat aritmatika (deret hitung), akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara jumlah penduduk dan kebutuhan hidup.3
Data peserta KB baru yang di peroleh dari profil kesehatan Indonesia tahun 2013 wilayah Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut 112.511 (9,62%) peserta pengguna Intra Uterine Device (IUD), 23.236 (1,99%) peserta pengguna Metode Operasi Wanita (MOW), 2.584 (0,22%) peserta pengguna Metode Operasi Pria (MOP), 42.996 (3,68%) peserta pengguna Kondom, 119.088 (10,18%) peserta pengguna Implan, 609.927 (52,14%) peserta pengguna Suntik, 259.389 (22,18%) peserta pengguna Pil. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ada 7.740.907 Pasangan
Usia Subur (PUS), 1.169.731 (15,11%) peserta KB baru, 6.113.945 (78,98%) peserta KB aktif 4.
Sumber laporan dari data KB & PP (Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) pencapaian KB baru di Kabupaten Mojokerto Kumulatif sampai dengan Desember 2015 perkiraan permintaan masyarakat (PPM) menjadi peserta baru (PB) di 18 kecamatan berjumlah 32.980 PPM dan menurut jenis kontrasepsi. Hasil pencapaian akseptor baru di 18 Kecamatan Kabupaten Mojokerto pada bulan Januari sampai dengan Desember 2015 jumlah akseptor diperoleh sebesar 26.311 terdiri dari:2.471 (9,39%) pengguna Intra Uterine Device (IUD), 312 (1,18%) pengguna Metode Operasi Wanita (MOW), 3 (0,01%) pengguna Metode Operasi Pria (MOP), 1.254 (4,77%) pengguna Kondom, 3.054 (11,61%) pengguna Implan, 14.593 (55,46%) pengguna Suntik, 4.624 (17,57%) pengguna Pil, total akseptor baru menurut jenis kontrasepsi sebesar 26.311 (100,00%).5
Peserta KB aktif (PA) adalah peserta KB yang sampai dengan saat ini masih menggunakan kontrasepsi. Data dari KB & PP jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 238.270.Adapun peserta KB aktif pada bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2015, menurut metode kontrasepsi adalah sebagai berikut:Intra Uterine Device (IUD)22.699 (11,83%), MOW 14.382 (7,50%), MOP 425 (0,22%), Kondom 3.437 (1,79%), Implan 19.220 (10,02%), Suntik 102.301 (53,33%), PIL 29.351 (15,30%).5
Dari data diatas terbukti bahwa alat kontrasepsi MOW dan MOP masih rendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Salah satu penyebab masih rendah adalah karena masih ada persepsi-persepsi yang negatif terhadap penggunaan KB mantap MOW dan MOP, informasi tentang manfaat tubektomi dan vasektomi belum banyak dipahami oleh masyarakat secara utuh serta masih adanya pandangan bahwa MOW dan MOP haram, adanya salah persepsi dan pandangan yang negatif tentang tubektomi dan vasektomi sehingga masyarakat enggan untuk menggunakan KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) ini.
Peserta KB baru adalah peserta KB yang baru pertama kali memakai alat kontrasepsi dan mereka kembali memakai alat kontrasepsi setelah berhenti karena hamil dan melahirkan atau keguguran.Dari data yang ada jumlah peserta KB baru di Kecamatan Jatirejo 736 (2,80%), Gondang 627 (2,38%), Pacet 849 (3,23%), Trawas 411 (1,56%), Ngoro 1.854 (7,05%), Pungging 1.478 (5,62%), Kutorejo 1.677 (6,37%), Mojosari 2.016 (7,66%), Dlanggu 1.589 (6,04%), Bangsal 825 (3,14%), Puri 1.356 (5,15%), Trowulan 886 (3,37%), Sooko 1.566 (5,95%), Gedeg 1.349 (5,13%), Kemlagi 2.141 (8,14%), Jetis 4.513 (17,15%), Dawarblandong 1.080 (4,10%), Mojoanyar 1.358 (5,16%), Total akseptor baru menurut jenis kontrasepsi dari 18 Kecamatan sebesar 26.311.5
Diketahui dari data pencapaian KB Aktif dan KB Baru di Kabupaten Mojokerto tahun 2015, Kecamatan Bangsal cakupan KB masih rendah. Hasil wawancara dengan PLKB dikecamatan Bangsal pada waktu survey awal
bahwa didesa Gayam ada 6 ulama dan mayoritas masyarakat percaya dengan apa yang dikatakan sebagaian ulama tersebut, karena didesa Gayam terdapat 2 kyai yang menjadi panutan masyarakat, serta desa Gayam terkenal dengan unsur religiusnya.
Toga/Toma yang merupakan figureinformalleader (pemimpin tidak resmi) yang bersifat lokal (kedaerahan) dan dengan semangat pengabdian diyakini akan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian dan kinerja program KB. Beberapa pokok kegiatan telah disiapkan yang diharapkan dengan keterlibatan para Toga/Toma akan lebih meyakinkan masyarakat untuk mengikuti program KB.6
Dalam sidang Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 13 Juli 1977, setelah membahas beberapa kertas tentang vasektomi/tubektomi yang disusun, serta pendapat-pendapat para peserta sidang, yang antara lain mengutarakan:
a. Pemandulan dilarang oleh agama
b. Vasektomi/tubektomi adalah salah satu usaha pemandulan
c. Di Indonesia belum dapat dibuktikan bahwa vasektomi/tubektomi, dapat disambung kembali.
Berdasarkan hal demikian MUI memutuskan bahwa vasektomi/tubektomi hukumnya haram.7
Menurut Ajzen dan Fishbein perilaku dipengaruhi oleh kehendak/niatdalam membentuk perilaku dan bahwa kehendak tersebut adalah suatu fungsi sikap pada perilaku dan norma subyektif.8
Teori ini fokus pada sikap, perilaku, norma subyektif dan norma penting ulama tentang cara memotivasi, mempengaruhi dan mendorong masyarakat terhadap penggunaan alat kontrasepsi sterilisasi, jadi hubungannya kepercayaan ulama dan teori TRA ini karena ulama tokoh idola yang mempengaruhi terjadinya perilaku. Sering terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaatnya Keluarga Berencana (KB) dan juga telah bersedia dilingkungannnya fasilitas pelayanan KB, tetapi mereka belum ikut KB karena alasan yang sederhana, yakni bahwa pak kyai atau pak ustadz yang dihormati menentang program KB khususnya alat kontrasepsimantap MOW dan MOP.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang sikap ulama terhadap penggunaan metode kontrasepsi mantap MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode Operasi Pria) di Desa Gayam Kecamatan BangsalKabupaten Mojokerto tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sikap ulama terhadap penggunaan metode kontrasepsi mantap MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode Operasi Pria) di Desa Gayam Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto Tahun 2016?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan UmumMendeskripsikan sikap ulama terhadap penggunaan metode kontrasepsi mantap MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode Operasi Pria) di Desa Gayam Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kepercayaan ulama terhadap penggunaan metode kontrasepsi mantap tubektomi dan vasektomi, di Desa Gayam Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto tahun 2016.
b. Mendeskripsikan evaluasi atau pendapat ulama terhadap dampak penggunaan metode kontrasepsi MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode Operasi Pria) di masyarakat Desa Gayam Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto tahun 2016.
c. Mendeskripsikan sikap ulama terhadap perilaku penggunaan metode kontrasepsi mantap MOW dan MOP di Desa GayamKecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PenelitiMenambah ilmu pengetahuan yang berhubungan tentang penggunaan alat kontrasepsi mantap MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode Operasi Pria).
2. Bagi Program
Memberikan masukan pada pengelola dan pelaksanaan dalam meningkatkan pelayanan khususnya pelayanan KB sehingga dapat meningkatkan cakupan program.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan pada masyarakat khususnya ulama, serta menambah wawasan masyarakat mengenai program KB Pemerintah dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang karakteristik kontrasepsi.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Daftar penelitian terkait yang di teliti
Nama Peneliti dan
Tahun
Judul Penelitian Variabel yang diteliti Hasil Penelitian
Laila Yunia Rohimi 2014
Nilai – Nilai Budaya Dalam Memandang Metode Kontrasepsi Metode Operasi Pria Di Kabupaten Demak Tahun 2013 Umur, pendidikan, pengetahuan, agama, jumlah anak, ekonomi/pendapata n, sosial budaya dan agama
mereka melakukanMOP dengan suka rela, siap, mantap, yakin dan merasa nyaman setelahmelakukan MOP. Bagi yang tidak melakukan MOP masih adanya keraguan. Perilaku tokoh agama tidak mempengaruhi SP untuk melakukan MOP. Baik bagisuami yang melakukan MOP dan tidak melakukan MOP masih memandang nilaibudaya KB diperuntukkan untuk perempuan (istri) dan
merasa cukup 2
anak.Perilaku penggunaan MOP bagi yang melakukan MOP untuk memperingan istri,sedangkan bagi yang tidak melakukan MOP karena sibuk bekarja dan istri sudahikut KB.
Tabel 1.1
Daftar penelitian terkait yang di teliti(lanjutan) Nama Peneliti
dan Tahun Judul Penelitian Variabel yang diteliti Hasil Penelitian Musdalifah Arifuddin 2013 Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Pasutri Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang 2012 Variabelindependen: Umur, dukungan suami, jumlah anak hidup, efek samping, pemberian informasi petugas KB, Variabel dependen: Pemilihan alat Kontrasepsi Hormonal
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,008, ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,000, tidak ada hubungan antara jumlah anak hidup dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,988, ada hubungan antara efek samping dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,010, ada hubungan antara pemberian informasi dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan nilai p = 0,006.
Tabel 1.1
Daftar penelitian terkait yang di teliti(lanjutan)
Nama Peneliti
dan Tahun Judul Penelitian
Variabel yang
diteliti Hasil Penelitian Nur Herlina Septiyanti 2009 Persepsi, Sikap, Dan Norma Subjektif Terhadap Kontrasepsi Mantap(Penelitian Komparasi pada Suami Akseptor KB Kontap dan Suami Bukan Akseptor KB Kontap di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang) Persepsi Terhadap KB Kontrasepsi Mantap (Kontap), Sikap Terhadap KB Kontrasepsi Mantap, Norma Subjektif Terhadap KB Kontrasepsi Mantap
Hasil penelitian dihitung dengan komputer program SPSS versi 12.0menggunakan teknik
analisis T-test. Menghasilkan
untuk semua aspek baik persepsi, sikap,dan norma subjektif ada perbedaan yang signifikan antara akseptor KB kontap danbukan akseptor KB kontap. Akseptor KB kontap mempunyai persepsi, sikap, dannorma subjektif yang jelas positif sedangkan bukan akseptor KB kontapmempunyai persepsi yang cenderung positif sedangkan sikap dan norma subjektifcenderung negatif. Sumber : Laila Yunia Rohimi (2014), MUSDALIFAH ARIFUDDIN (2013), Nur Herlina Septiyanti (2009).9, 10, 11
Di lihat dari penelitian di atas bahwa perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sampel, lokasi, metode pendekatan dan tahun.Sedangkan penelitian ini adalah sikap ulama terhadap penggunaan metode
kontrasepsi mantap MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode Operasi Pria) di Desa Gayam Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.
F. Lingkup Penelitian
1. Lingkup keilmuwanPenelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat dengan kajian bidang kependudukan dan KB.
2. Lingkup materi
Lingkup penelitian ini mencakup sikap ulama dan perilaku ulama terhadap penggunaan KB mantap tubektomi dan Vasektomi di masyarakat khususnya tentang sikap ulama terhadap penggunaan metode kontrasepsi mantap Metode Operasi Wanita dan Metode Operasi Pria.
3. Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Gayam Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto
4. Lingkup sasaran
Sasaran penelitian ini adalah tokoh agama (ulama). 5. Lingkup waktu