BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara-negara ASEAN pertumbuhan penduduknya masih tinggi. Singapura satu-satunya negara maju di ASEAN memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk 2,6%, Myanmar negara dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu 0,6% (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak di ASEAN menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan prosentase 1,1%. Upaya pemerintah mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep pengaturan jarak kelahiran dengan program KB. Jumlah PUS tahun 2012 di Indonesia 45.921.765 orang. Peserta KB baru sebesar 20,01%, Sedangkan peserta KB aktif 76,39 % (Profil Kesehatan Indonesia, 2013) .
Jawa Tengah adalah provinsi ke tiga yang paling banyak jumlah PUS setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah PUS di Jawa Tengah adalah 6.738.688 jiwa, dengan jumlah peserta KB baru 15,27% dan peserta KB aktif 80,19% (Profil Kesehatan Indonesia, 2013) .
Tahun 2012 jumlah PUS di Kota Semarang sebanyak 259.120, yang menjadi peserta KB baru yaitu sebanyak 14% dengan rincian sebagai berikut suntik 55,7%, pil 16,4%, kondom 8,0%, IUD 10,4%, implant 5,5%,
MOW 3,9%, MOP 0,1%. Peserta KB aktif sebanyak 75,5% dengan rincian suntik 58,1%, pil 15,5%, IUD 6,8%, implan 5,9%, kondom 8,3%, MOW 4,4%, MOP 1,2% (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2013) .
Pencapaian peserta Kontrasepsi MOW di Kecamatan Kota Semarang dengan rincian dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu Kecamatan Semarang Timur 7,30%, Candisari 6,94%, Semarang Selatan 6,92%, Semarang Tengah 6,70%, Banyumanik 6,16%, Semarang Barat 5,81%, Pedurungan 5,78%, Gajah Mungkur 5,60%, Tembalang 5,56%, Genuk 5,48%, Gayamsari 5,32%, Tugu 4,22%, Semarang Utara 4,13%, Ngalian 3,60%, Mijen 3,56% dan terendah pada Kecamatan Gunungpati 3,22% (Laporan Umpan Balik Program KB Kota Semarang, 2013).
Cakupan kontrasepsi MOW di Kelurahan Gunungpati dari yang paling banyak sampai yang paling sedikit dengan rincian Kelurahan Kalisegoro yaitu 6,52%, Sumurrejo 6,35%, Gunungpati 5,18%, Pakintelan 5,13%, Sukorejo 4,92%, Sadeng 4,33%, Nongkosawit 4,04%, Patemon 3.90%, Pongangan 3,86%, Ngijo 3,75%, Plalangan 3,62%, Mangunsari 3,04%, Sekaran 2,90%, Kandri 2,53%, Cepoko 1,90% dan paling sedikit Kelurahan Jatirejo yaitu 1,75% (Data KB Kecamatan Gunungpati, 2013).
Kelurahan Jatirejo menunjukan ada 342 PUS usia >20-49 tahun dalam 2 RW, rincian kontrasepsi yang digunakan PUS Jatirejo adalah sebagai berikut IUD 2 orang, MOP 2 orang, kondom 3 orang, implant 9 orang, suntik 208 orang, pil 41 orang,dan MOW 3 orang yang terdiri dari RW 1 ada 3 orang, RW 2 tidak ada. PUS Jatirejo kebanyakan berumur 35 sampai 49 tahun
yaitu berjumlah 230 PUS, sementara umur lebih dari 35 tahun jika kehamilan terjadi akan beresiko, yaitu resiko yang dapat ditumbulkan adalah hipertensi esensial, diabetes gestasional, obesitas. Sedangkan kontrasepsi yang efektif untuk mengurangi angka kelahiran salah satunya kontrasepsi MOW. (Data KB Kecamatan Gunungpati, 2013).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tanggal 11 juni 2014 di Kelurahan Jatirejo Kecamatan Gunungpati Kota Semarang pada 10 ibu usia >35 tahun menunjukan bahwa 7 dari 10 ibu usia >35 tahun meraka kurang mengetahui tentang kontrasepsi MOW dan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kontrasepsi MOW. Hal ini dihasilkan dari wawancara pada 10 ibu usia >35 tahun.
Pemakaian kontrasepsi MOW diperlukan pengetahuan tentang kontrasepsi MOW. Medis operasi wanita (MOW) adalah prosedur pembedahan sukarela untuk menghentikan fertilitas. MOW dapat digunakan wanita usia >26 tahun dan paritas >2. Kontrasepsi MOW tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak ada efek jangka panjang, dan juga sangat efektif. Dengan demikian akan memberikan kesadaran masyarakat untuk memakai kontrasepsi MOW (Saifuddin, 2010).
Denis Kurniasari tahun 2010 dalam penelitiannya dengan judul “Faktor yang Berhubungan Dengan penggunaan Metode Kontrasepsi MOW (Tubektomi) di Wilayah Jangli Krajan Barat Rw III Kelurahan Jatingaleh Kecamatan Candisari Semarang” menyebutkan bahwa terdapat hubungan
antara pengetahuan, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan dengan penggunaan metode kontrasepsi MOW.
Lu’lu’un Nafiatul umah 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Akseptor KB tenteng Kontrasepsi Tubektomi di Desa Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto” menyebutkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi tubektomi.
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan metode kontrasepsi MOW, penelitian lain menyebutkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang. Penelitian ini peneliti ingin melakukan penyuluhan tentang kontrasepsi MOW, diharapkan agar para ibu memiliki pengetahuan yang baik setelah diberikan penyuluhan. Karena pengetahuan merupakan domain yang penting untuk membentuk tindakan seseorang.
Berdasarkan latar belakang diatas peniliti merasa tertarik melakukan penelitian berjudul “Perbedaan pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi MOW (medis operasi wanita) sebelum dan sesudah penyuluhan di Jatirejo Gunungpati Kota Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahi “Apakah ada Perbedaan pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi
medis operasi wanita (MOW) sebelum dan sesudah penyuluhan (Studi di Jatirejo Gunungpati Kota Semarang Tahun 2014)?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi medis operasi wanita (MOW).
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi MOW (medis operasi wanita) sebelum dilakukan penyuluhan.
b. Mendiskripsikan pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi MOW (medis operasi wanita) sesudah dilakukan penyuluhan.
c. Menganalisis perbedaan pengetahuan ibu usia lebih dari 35 tahun tentang MOW (kontrasepsi medis operasi wanita) sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan, menambah wawasan dan pengalaman penelitian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan mengenai perbedaan pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi medis operasi wanita(MOW) .
2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi khususnya Medis Operasi Wanita (MOW).
b. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi ibu untuk lebih bijak dalam memilih kontrasepsi.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menjadi acuan (referensi) bagi penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kontrasepsi mantap.
d. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat menjadi dasar penyuluhan kontrasepsi Medis Operasi Wanita bagi wanita usia subur.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian penelitian
No Judul Variabel Uji Hasil
1 .
Gambaran pengetahuan
akseptor KB tentang
kontrasepsi tubektomi di Desa Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto 2011 Variabel: pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi tubektomi
- Sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan
,kurang tentang alat
kontraseps i tubektomi yaitu 27 responden (57,4 %)
2 .
Faktor yang berhubungan
dengan penggunaan metode kontrasepsi MOW (tubektomi) di wilayah Jangli Krajan Barat Rw III Kelurahan Jatingaleh Kecamatan Candisari Semarang Tahun 2010 Independen: pengetahuan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan suami. dependen: akseptor KB MOW Chi square Terdapat hubungan antara pengetahuan,
dukungan suami dan
dukungan petugas
kesehatan dengan
penggunaan metode
No Judul Variabel Uji Hasil
3. Gambaran karakteristik
pendapatan, pengetahuan
dan sikap ibu yang tidak memilih kontrasepsi MOW di BPM Ny. S Kaliwungu Kendal tahun 2012
Variabel: pendapatan,
pengetahuan dan
sikap ibu yang tidak memilih kontrasepsi MOW
- ibu yang tidak memilih
MOW di BPM Ny. S
Kaliwungu Kendal
sebagian ibu mempunyai
pendapatan tinggi 36
responden (52,2%), Ibu mempunyai pengetahuan cukup tentang MOW 30 responden (43,5%), ibu mempunyai sikap baik sebanyak 40 responden (58%)
4. Hubungan beberapa
karakteristik akseptor dan pemberian konseling dengan
pemilihan metode
kontrasepsi tubektomi pada ibu akseptor KB di klinik KB terpadu PKBI daerah
Jawa Tengan Semarang
tahun 2012 Variabel bebas: karakteristik akseptor dan pemebrian konseling Variabel terikat: pemilihan metode kontrasepsi tubektomi
- ada hubungan yang
signifikan umur responden (p=0,015, phi=0,285) , pendapatan responden (p=0,005 phi=-0,331) dan pemberian konseling (p=0,037 phi=-0,244) dengan pemilihan metode tubektomi. 5. Hubungan pengetahuan ibu
tentang KB MOW dengan minat pemilihan kontrasepsi MOW di Desa Merjoyo
Kecamatan Purwosari Kabupaten Kediri Variabel bebas: pengetahuan Variabel terikat: minat pemilihan kontrasepsi MOW - terdapat hubungan
pengetahuan ibu tentang KB MOW dengan minat
pemilihan kontrasepsi
MOW di desa merjoyo tahun 2013.
Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian penelitian diatas. Penelitian ini membahas tentang perbedaaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita (MOW) jumlah populasi 230 ibu usia >35 tahun, dengan menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (esperimen quasi) dengan rancangan “pre test dan post test”, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan mei-jini 2014, dengan responden wanita usia >35 tahun selain akseptor MOW.