• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL TGT MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS VB SD NEGERI 8 PEMECUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL TGT MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS VB SD NEGERI 8 PEMECUTAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL TGT MENINGKATKAN PENGUASAAN

KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS VB

SD NEGERI 8 PEMECUTAN

I Wayan Mei Cahyadi

1

, Kt. Ngr. Semara Putra

2

, I Nengah Suadnyana

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: doglescren@yahoo.com

1

, ngurahsemara@yahoo.com

2

,

suadnyanainengah@gmail.com

3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran team games tournament dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran team games tournament. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, evaluasi/observasi, serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan yang berjumlah 38 orang yang terdiri dari 19 orang perempuan dan 19 orang laki-laki. Data penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes yaitu tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskritif dan analisis deskriftif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan penguasan kompetensi siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 59% meningkat menjadi 84% pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran team games

tournament dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas

VB SD Negeri 8 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016.

Kata-kata kunci : model pembelajaran team games tournament (TGT), pengetahuan

IPA

ABSTRACT

This study aims to improve the mastery of competencies knowledge of VB grade science students of SD Negeri 8 Pemecutan 2015/2016 school year through the application of learning models tournament team games can improve their understanding of knowledge competency VB grade science students of SD Negeri 8 Pemecutan the academic year 2015/2016 through the implementation of learning model team tournament games. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, implementation, action, evaluation / observation, and reflection. The subjects were students of class VB SD Negeri 8 Pemecutan totaling 38 people consisting of 19 women and 19 men. Data mastery of competencies IPA knowledge of students was collected using a test method that is the usual multiple-choice objective test. The collected data were then analyzed with descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis. The results showed that there was an increase competence mastery of knowledge IPA. It can be seen from the thoroughness of student competence in classical mastery on the first cycle of 59% increasing to 84% in the second cycle. It can be concluded that the application of the learning team tournament games can improve their understanding of knowledge competency VB grade science students of SD Negeri 8 Pemecutan the school year 2015/2016.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Potensi-potensi siswa perlu dikembangkan dalam pendidikan untuk memahami konsep-konsep pembelajaran, sehingga pendidikan dapat berjalan dengan baik. Oleh karenanya, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan kurikulum pembelajaran dari KTSP menjadi kurikulum 2013 dimana dalam kurikulum 2013 proses pembelajarannya adalah berpusat pada siswa, menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam merancang kegiatan pembelajaran yang melibatkan peran aktif

siswa. Pembelajaran harus

menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Dengan adanya perubahan ini, tentunya berbagai standar dalam komponen pendidikan juga akan berubah, baik itu standar isi, standar proses maupun standar kompetensi lulusan. Tidak hanya hal penilaian pada kurikulum 2013 juga berbeda dengan kurikulum sebelumnya, mengikat kurikulum ini untuk mendorong siswa aktif dalam tiap materi pembelajaran, maka salah satu komponen nilai yang diperoleh siswa bergantung pada siswa itu sendiri.

Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan pada siswa kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan, bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB belum sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan perlu ditingkatkan. Penguasaan kompetensi pengetahuan siswa masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dikatakan tuntas bila memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70,00. Hal ini disebabkan karena guru masih membelajarkan siswa dengan menggunakan metode ceramah dan dalam pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center). Sehingga

suasana di kelas menjadi pasif, siswa hanya mendengarkan materi dari guru dan menyebabkan siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Ini juga dapat menyebabkan apa yang siswa dengarkan lewat begitu saja tanpa ada materi yang dipahami sama sekali oleh siswa. Hal ini mengakibatkan tidak adanya partisipasi aktif antara siswa dengan guru dan tidak adanya interaksi umpan balik dari guru dan siswa di dalam pembelajaran di kelas.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut, perlu adanya upaya untuk mengubah paradigma pembelajaran lama dengan paradigma pembelajaran baru yaitu dengan menerapkan model-model pembelajaran yang relevan yaitu model pembelajaran inkuiri, kuantum, PBL, CTL, STAD, TGT, NHT dan lain sebagainya. Salah satu hal yang menyenangkan dan menarik bagi anak di sekolah dasar adalah permainan. Tentunya permainan yang dirancang dalam proses pembelajaran merupakan permainan akademik yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan merangsang agar siswa aktif bekerjasama dalam pembelajaran. Salah satu model

pembelajaran yang merancang

permainan akademik dalam

penerapannya yaitu model pembelajaran

Team Games Tournament (TGT).

Rusman (2014:224) mengemukakan “TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda”. Menurut Slavin (2015:166), pembelajaran TGT terdiri dari lima komponen, yaitu penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (game), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).

Penerapan model pembelajaran TGT ini akan dapat memberikan pengalaman langsung yang bersifat konkret dalam permainan akademik yang dialami siswa dalam tournament. Dengan demikian, model pembelajaran ini akan dapat menguatkan ingatan siswa terhadap

(3)

materi yang dipelajarinya, karena permainan akademik yang dialami siswa dalam tournament berfungsi sebagai tinjauan untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajarinya sebelum siswa mengikuti tes individual. Melalui model pembelajaran TGT diharapkan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa karena berorientasi pada aktivitas siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan, sehingga siswa semakin antusias dan berminat untuk belajar. Dilihat dari penelitian yang pernah dilakukan Sugiartana, dkk (2013) yang hasilnya menunjukkan bahwa penerapan model TGT dapat meningkatkan penguasaan kompetensi IPA dan sikap ilmiah siswa kelas VB SD Negeri 3 Banjar Jawa Tahun pelajaran 2012/2013. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap motivasi dan penguasan kompetensi IPA pada siswa Kelas V SD Di Gugus Batur-Bangli.

Berdasarkan uraian tersebut maka, akan dilaksanakan penelitian yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VB di SD N 8 Pemecutan tahun peajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) atau

classroom action research. Dalam

pelaksanaan model PTK ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas VB SD N 8 Pemecutan. Untuk penelitian ini dirancang menggunakan siklus. Penelitian tindakan kelas (PTK) diawali dari adanya masalah yang dirasakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Masalah tersebut kemudian dianalisis dan direfleksi untuk diketahui faktor-faktor penyebabnya, setelah jelas faktor

penyebabnya, selanjutnya masalah tersebut dirumuskan kemudian dicari strategi atau metode untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun rancangan dari Penelitian Tindakan Kelas dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto (2011:16)

Rancangan tindakan kelas siklus I dilakukan agar penelitian tindakan kelas ini dapat berjalan dengan lancar dan terstruktur. Tahap pertama Perencanaan Tindakan Siklus I, Beberapa hal yang perlu dilakukan pada tahap perencanaan siklus I adalah sebagai berikut.

Mensosialisasikan mengenai model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) kepada guru kelas VB, Menelaah kurikulum 2013 mata pelajaran IPA yang ada di buku pelajaran kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan, Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan banyak pertemuan dalam setiap siklus sebagai acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran, Membentuk kelompok diskusi/kerja yang mengacu pada aspek heterogenitas (kemampuan, jenis kelamin, agama, etnis) siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5-6 orang, Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang materi yang disajikan, Menyiapkan soal-soal game / tournament, Menyiapkan alat /

Pengamatan Pelaksanaana n Refleksi Perencanaan SIKLUS I Pelaksanaan Perencanan Pengamatan Refleksi SIKLUS II ?

(4)

media bantu pembelajaran yang diperlukan, Menyusun kisi-kisi soal dan tes penguasan kompetensi akhir siklus dalam bentuk objektif pilihan ganda biasa. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Pada setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Penetapan banyak pertemuan berdasarkan hasil telaah kurikulum dengan memperhatikan alokasi waktu yang tertuang pada silabus dan RPP IPA kelas VB semester 2 untuk setiap kompetensi dasar. Pada tahap pelaksanaan tindakan, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menyampaikan topic yang akan dibahas, tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi dan menyampaikan uraian kegiatan.

Tahap penyampaian materi, guru mengajukan masalah dan menjelaskan materi yang dibahas kepada siswa.

Tahap kerja kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan kelompok yang telah dibentuk untuk bekerjasama mengerjakan LKS yang diberikan. Guru membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok, selanjutnya perwakilan kelompok membacakan hasil diskusinya ke depan kelas.

Tahap tournament. Guru memberikan games akademik kepada kelompok untuk menguji pengetahuan siswa dari materi yang telah diberikan. Dalam kegiatan ini siswa memilih kartu yang berisi nomor kemudian menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor dan bagi jawaban yang benar akan mendapatkan skor.

Tahap penghargaan kelompok. Guru bersama siswa menanggapi hasil

tournament dari masing-masing

kelompok. Bagi kelompok yang terbaik diberikan predikat good team, great team

dan super team, kemudian bagi yang kurang akan diberikan motivasi agar kinerja kelompok meningkat.

Guru meminta salah seorang siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Guru memberikan evaluasi dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari.

Tahap Observasi / Pengamatan Tindakan Siklus I

Observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Dimyati dan Mudjiono, 2013:216). Observasi dilakukan selama melaksanakan pembelajaran pada masing-masing siklus. Observasi dilakukan secara kolaborasi dengan wali kelas VB. Tujuan dilakukan observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian tindakan yang dilakukan dengan perencanaan yang dirancang. Selama pelaksanaan tindakan, dilakukan observasi dan identifikasi terhadap permasalahan yang muncul. Observasi ini dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap siswa mengenai kerjasama, inisiatif, keaktifan dan perhatiannya dalam proses pembelajaran dari kegiatan pengamatan dapat dicatat kelebihan maupun kelemahan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan refleksi. Tahap Refleksi Siklus I

Refleksi merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilaksanakan dalam pembelajaran. Tahap refleksi dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Kegiatan refleksi dilakukan dengan menganalisis dan mengkaji hasil serta proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus I. Selanjutnya diadakan perbaikan-perbaikan dan hasilnya dikembangkan agar pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan pada siklus kedua menjadi lebih maksimal.

Rancangan Tindakan Siklus II

Secara umum langkah-langkah pada setiap tahapan untuk siklus II berpatokan pada langkah-langkah dalam siklus I.

(5)

Rancangan siklus II dilaksanakan setelah refleksi siklus I. Tahapan-tahapan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan tahapan-tahapan pada siklus I. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari Tahapan-tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil refleksi dari siklus II selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian yang dilakukan. Waktu dan Tempat Penelitian, Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 8 Pemecutan pada siswa kelas VB tahun pelajaran 2015/2016.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VB semester 2 SD Negeri 8 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian adalah 38 orang dengan komposisi perempuan 19 siswa dan laki-laki 19 siswa. Subyek ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terlihat kualitas proses pembelajaran IPA pada siswa kelas VB masih rendah.

Objek dari penelitian ini adalah penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB semester 2 SD Negeri 8 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016. Adapun variabel penelitian dan definisi oprasional sebagai berikut, Variabel

bebas adalah variabel yang

menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Dengan kata lain, variabel bebas atau variabel independen yang diduga menyebabkan perubahan dalam hasil. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran TGT, Variabel terikat adalah suatu variabel respons atau hasil. Variabel terikat atau tergantung adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh varibel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah meningkatkan penguasan

kompetensi pengetahuan IPA siswa. Definisi oprasionalnya Model pembelajaran TGT ialah suatu model yang menjadi alternatif pembelajaran, karena dengan model pembelajaran ini, siswa diajak belajar berkelompok mengembangkan keterampilan sosial siswa diantaranya berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok. Penguasan kompetensi adalah perubahan yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Penguasan kompetensi siswa merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling

mempengaruhi. Faktor yang

mempengaruhi baik factor internal maupun faktor eksternal.Tinggi rendahnya penguasan kompetensi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Pengukuran penguasan kompetensi pengetahuan IPA akan menggunakan tes penguasan kompetensi. Tes penguasan kompetensi ini akan mengukur sejauh

mana peningkatan penguasan

kompetensi siswa dari tujuan pembelajaran yang direncanakan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Metode tes merupakan metode pengumpulan data dengan memberikan tugas kepada siswa. Menurut Agung (2012:66) “metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperolah data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat dihasilkan suatu data berupa skor (data interval)”. Menurut Sudijono (2012:67), ada dua fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jamgka waktu tertentu. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah

(6)

seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. Tes pada penelitian tindakan kelas ini digunakan untuk mengukur penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan. Butir-butir tes yang diberikan disesuaikan pada penelitian ini dengan pokok bahasan yang diberikan. Hal ini dilakukan agar butir-butir tes dapat mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.

Daryanto (2010:106) menyatakan bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman adalah pilihan ganda dan uraian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengukur penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB adalah tes penguasan kompetensi jenis objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan pada umumnya terdiri atas: kalimat pokok yang berupa pertanyaan belum lengkap, diikuti oleh empat kemungkinan jawaban (alternatif a, b, c, dan d) yang dapat melengkapi pertanyaan tersebut. Untuk penskoran yaitu skor 0 untuk siswa yang menjawab salah dan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar pada setiap item butir soal (Agung, 2010:40).

Agar memenuhi syarat instrumen yang baik, maka penyusunan instrumen penelitian (berupa tes) dicari validitas isinya. Arikunto (2009 : 67) mengungkapkan, “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan”. Sugiyono (2009) menjelaskan pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan cara membuat kisi-kisi tes. Selain melakukan uji validitas isi dapat pula dilakukan pengujian validitas konstraknya melalui pendapat ahli (expert judgemen), dalam hal ini yang dimaksud dengan ahli adalah guru di SD Negeri 8 Pemecutan tempat dilakukan penelitian dan dosen IPA di lingkungan Undiksha UPP Denpasar

Dalam penelitian ini menganalisis data menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2014:142) menyatakan metode analisis

statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan menurut Agung (2014:114) menyatakan “metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengelompokkan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 8 Pemecutan dengan siswa yang berjumlah 38 orang. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang dilakukan akhir bulan Februari 2016 sampai pertengahan bulan Maret 2016. Data yang dikumpulkan adalah data terhadap penguasan kompetensi pengetahuan siswa dengan model pembelajaran tipe Team Games

Tournament (TGT) di kelas VB.

Selanjutnya data tersebut di analisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Adapun hasil dari analisis data penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dapat dipaparkan sebagai berikut :

Siklus I dilaksanakan selama empat kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan kelas dan penilaian terhadap penguasan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan yang berjumlah 38 siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus I berdasarkan perencanaan tindakan yang sudah disiapkan sebelumnya. Data penguasan kompetensi pengetahuan IPA disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, median,

modus, grafik poligon dan

membandingkan rata-rata dengan model PAP skala lima.

(7)

Berdasarkan gambar grafik poligon tersebut dapat dilihat Mo < Me < M (57 < 58 < 59, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus I merupakan kurva juling positif dan skor penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kategori baik.

Berdasarkan penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa seperti yang telah dijelaskan, maka persentase rata-rata penguasan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I adalah 59%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan pap skala lima maka persentase penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa siklus I berada pada tingkat pengetahuan 55%-64% dengan kategori rendah dan ketuntasan klasikal siswa 23,6%. Dari hasil siklus I, terlihat bahwa indikator keberhasilan belum tercapai sesuai dengan yang ditetapkan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.

Dari hasil pengamatan yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan tingkat penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa masih berada pada kategori baik, sedangkan dari hasil kemampuan penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Adapun kendala-kendala yang

dihadapi pada saat penerapan siklus I adalah sebagai berikut : (a) Siswa masih terlihat bingung dan belum bisa

konsentrasi dalam mengikuti

pembelajaran dengan model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT) yang diterapkan. (b) Beberapa siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan dan kurang memperhatikan

penjelasan guru, sehingga strategi mengajar perlu ditingkatkan. (c) Pada masing-masing kelompok, kerjasama yang dilakukan anggota kelompok masih kurang, ini terlihat dari hanya satu atau dua orang anggota kelompok saja yang mengerjakan tugas yang diberikan sehingga diskusi menjadi tidak efektif. (d)

Keberanian siswa dalam

mengkomunikasikan (mempresentasikan) hasil diskusinya masih kurang.

Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut sebagai berikut. : (a) Menjelaskan kembali model pembelajaran Team

Games Tournament (TGT) yang

diterapkan. Hal ini bertujuan agar siswa mampu meningkatkan pengetahuannya sehingga dalam pertemuan berikutnya siswa akan lebih paham dalam megikuti kegiatan pembelajaran. (b) Memberikan penguatan, motivasi dan perhatian kepada siswa sehingga siswa lebih tertarik dan bisa berkonsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran. (c) Mengingatkan siswa bahwa dalam diskusi kelompok tidak hanya satu orang yang bekerja, melainkan semua anggota kelompok. (d) Memberikan motivasi kepada siswa agar berani mengemukakan hasil diskusinya ke depan kelas dan memberikan penghargaan atau hadiah kepada siswa yang mau mewakili kelompoknya melakukan presentasi.

Siklus II dilaksanakan selama empat kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan kelas dan penilaian terhadap penguasan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas VB SD Negeri 8 Pemecutan yang berjumlah 38 siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus II berdasarkan perencanaan tindakan yang sudah disiapkan sebelumnya. Data penguasan kompetensi pengetahuan IPA disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, median,

modus, grafik poligon dan

membandingkan rata-rata dengan model PAP skala lima.

(8)

Berdasarkan gambar grafik poligon tersebut dapat dilihat Mo > Me >M (95 > 93 > 84), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus II merupakan kurva juling negatif dan skor penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kategori sangat baik.

Berdasarkan penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa seperti yang telah dijelaskan, maka persentase rata-rata penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus II adalah 84%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa siklus II berada pada tingkat penguasan kompetensi pengetahuan 80%-89% dengan kategori tinggi dan ketuntasan klasikal siswa 89%. Dari hasil siklus II, terlihat bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang ditetapkan. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan siklus II telah terjadi adanya peningkatan pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut : (a) Siswa sudah muampu mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan. (b) Diskusi dan kerjasama yang ditunjukkan antar anggota kelompok pada siklus II sudah lebih baik dari siklus I. (c) Peranan setiap anggota kelompok sudah meningkat dibandingkan pada siklus I, karena pada siklus II jumlah soal LKS pada siklus II disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok, sehingga masing-masing anggota kelompok mendapatkan tugas untuk menyelesaikan 1 soal. (c) Pemahaman siswa terhadap materi yang

diberikan sudah meningkat dan siswa

sudah dapat menyelesaikan

permasalahan yang diberikan dengan baik.

Secara umum proses pembelajaran

dengan menggunakan model

pembelajaran Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa sudah berlangsung sesuai dengan perencanaan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Melalui pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II sebagai tindak lanjut dari kendala yang ditemukan pada siklus I, sehingga dapat terjadi peningkatan penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa SD Negeri 8 Pemecutan.

Peningkatan penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.

Hal ini terlihat dari adanya peningkatan konversi penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan penyajian hasil analisis data menggambarkan bahwa Penguasan kompetensi Pengetahuan IPA siswa pada siklus I dalam kategori baik hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala pada pelaksaan pembelarajaran adalah sebagai berikut : (a) Siswa masih bingung dan belum bisa konsentrasi dalam mengikuti model pembelajaran yang diterapkan. (b) Beberapa siswa kurang

(9)

memperhatikan penjelasan guru dan banyak siswa yang masih lain-lain.

Dengan adanya kendala tersebut maka pada siklus II pelaksanaan kegiatan pembelajaran perlu ditingkatkan dengan cara sebagai berikut : (a) Menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian siswa lebih paham dengan pembelajaran yang dilaksanakan. (b) Siswa dikelompokkan menjadi 4-5 orang. Pengelompokkan ini dilakukan secara heterogen yaitu tiap kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki potensi dan jenis kelamin yang berbeda. (c) Memberikan penguatan, motivasi dan perhatian kepada siswa sehingga siswa lebih tertarik dan bisa konsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran, misalnya dengan mengatakan akan memberikan penghargaan berupa sertifikat pada kelompok yang giat dan lebih dahulu sudah menyelesaikan tugas dengan baik.

Dengan demikian perlu diterapkan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa secara berkelanjutan dan intensif. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Penerapan Model Pembelajaran Team Games

Tournament dapat meningkatkan

penguasan kompetensi pengetahuan IPA di Sekolah Dasar Negri 8 Pemecutan, Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Peningkatan ini dapat dilihat pada siklus I rata-rata penguasan kompetensi pengetahuan IPA mencapai 59 meningkat pada siklus II mencapai 84 , persentase rata-rata penguasan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I mencapai 59% meningkat pada siklus II mencapai 84% dan ketuntasan penguasan kompetensi pengetahuan IPA secara klasikal pada siklus I mencapai 23,6% meningkat pada siklus II mencapai 89% . Pada pedoman PAP skala lima pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penilitian tindakan kelas

ini diajukan saran-saran sebagai berikut : Diharapkan siswa agar dapat berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran yang berdasarkan dengan pengalaman belajar mereka sehingga penguasan kompetensi meningkat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dan pedoman bagi guru dalam meningkatkan kinerjanya dalam merancang pembelajaran dengan tujuan meningkatkan penguasan kompetensi agar lebih optimal. Dengan penerapan model pembelajaran Team Games Tournament menjadi salah satu teknik yang dapat diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran IPA. Diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi sekolah untuk motivasi dan meningkatkan kualitas

guru-guru dalam merancang

pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran siswa sesuai dengan kurikulum 2013 sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah. Bagi peneliti lain diharapkan bahwa penelitian ini hanya terbatas pada mata pelajaran IPA. Untuk memperoleh hasil yang berbeda dan pada mata pelajaran yang berbeda penelit menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran dan tema yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. Gede. 2010. Evaluasi Pendidikan. Singajara : Undiksha. Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan

Kelas, Cetakan Kesembilan.

Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan, Cetakan

Kesembilan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan, Cetakan Keenam. Jakarta : Rineka Cipta.

Dewi, Agung Ayu Manika. 2014.

Pengaruh Implementasi Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Terhadap Motivasi dan Hasil

(10)

SD di Gugus Batur-Bangli. Tesis (tidak diterbitkan). Jurusan Studi Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar & Pembelajaran, Cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan

Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013, Cetakan Kesatu. Bandung : Yrama Widya.

Kurniasih, Imas dan Berlin, Sani. 2014.

Implementasi Kurikulum 2013

Konsep Dan Penerapan, Cetakan Kedua. Surabaya : Kata Pena. Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Lampiran IV Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum

Pembelajaran.Kemendikbud

Rusman. 2014. Model-model

Pembelajaran: Mengembangkan

Profesionalisme Guru, Cetakan

Kelima. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.

Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Cetakan Kelimabelas. Bandung : Nusa Media

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cetakan Keduabelas. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiartana, Made Slamet dkk. 2013. Penerapan Model TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VB SD Negeri 3 Banjar Jawa Tahun

Pelajaran 2012/2013. Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Sutrisno, Kartono Kresnadi. (2007).

Pengembangan Pembelajaran IPA SD.Jakarta : Depdiknas

Taniredja, dkk. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Usman, Moh. Uzer. (2008). Menjadi Guru Profesional. Badung : Remaja Rosda Karya

Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali

Ridho. 2010. Evaluasi

Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera

Gambar

Gambar  1.  Penelitian  Tindakan  Kelas  Model Arikunto (2011:16)

Referensi

Dokumen terkait

The potency the Collaboration among Stakeholders has in the implementation of Gender-Responsive Planning and Budgeting (PPRG) in Sragen Regency, is the

Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak jahe dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0% (kontrol), 25%, 35% dan 45% digunakan untuk menghambat pertumbuhan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

n。ュ。@ Z@ a」ィュ。、@sッャゥォゥョ nim@ Z@ aQRNRPPVNPRTTY pイッァイ。ュ@sエオ、ゥ@

Bahan baku adalah bahan yang ikut langsung dalam proses produksi. hingga menjadi produk jadi dimana sifat dan bentuk bahan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Levels of Inquiry dalam Meningkatkan Domain Kompetensi Literasi Saintifik Siswa SMA pada

Laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Mesin di Departemen Teknik Mesin Fakultas