• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAMPAK PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT SEBAGAI PENGURANG KEMISKINAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CIBEST (Kasus: LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAMPAK PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT SEBAGAI PENGURANG KEMISKINAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CIBEST (Kasus: LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT

SEBAGAI PENGURANG KEMISKINAN DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL CIBEST

(Kasus: LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor)

NIDA MUSHLIHAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak Pendistribusian Dana Zakat Sebagai Pengurang Kemiskinan dengan Menggunakan Model CIBEST (Kasus: LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Nida Mushlihah

(4)

ABSTRAK

NIDA MUSHLIHAH. Analisis Dampak Pendistribusian Dana Zakat Sebagai Pengurang Kemiskinan dengan Menggunakan Model CIBEST (Kasus: LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor). Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.

Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah kemiskinan. Penelitian ini menganalisis dampak pendistribusian dana zakat yang dilakukan oleh LAZ PM Al Bunyan dalam mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi pada rumah tangga mustahik dengan melihat perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah adanya bantuan dana zakat. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dan kuisioner di lima kelurahan di Kota Bogor. Responden dalam penelitian berjumlah 100 rumah tangga mustahik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah CIBEST Model yang terdiri atas kuadran CIBEST dan indeks kemiskinan dan kesejahteraan Islami yang dikembangkan oleh Beik dan Arsyianti (2015). Model CIBEST tidak hanya menganalisis kemiskinan dari sisi material saja, model ini juga menganalisis kemiskinan dari sisi spiritual. Hasil dari penelitian ini adalah pendistribusian dana zakat mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik sebesar 640 persen dan mampu menurunkan kemiskinan material, kemiskinan spiritual, dan kemiskinan absolut masing-masing sebesar 62.162 persen, 68.18 persen, dan 83.87 persen.

Kata kunci : Indeks kemiskinan Islami, kemiskinan, model CIBEST, zakat

ABSTRACT

NIDA MUSLIHAH. Impact of Zakat Fund Distribution For Poverty Reduction Based on CIBEST Model (Case: LAZ PM Al Bunyan Bogor City). Supervised by IRFAN Syauqi Beik.

One of the major problems in Indonesia is poverty. This research analyzes the impact of the distribution of zakat funds managed by LAZ PM Al Bunyan in reducing the level of poverty in household of mustahik by comparing the changes before and after zakat. This research uses primary data by interviews and questionnaire in five villages in Bogor. The number of respondents in this research are 100 households. Analysis of the data used in this research is CIBEST Model which consists of CIBEST quadrants and Islamic poverty and welfare index, which is developed by Beik and Arsyianti (2015). CIBEST Model not only analyzes poverty in material side, but also analyzes poverty from the spiritual side. Results from this research is the distribution of zakat show that zakat can increased welfare by 640 percent and decreased material poverty, spiritual poverty, and absolute poverty by 62.162 percent, 68.18 percent, and 83.87 percent.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS DAMPAK PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT

SEBAGAI PENGURANG KEMISKINAN DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL CIBEST

(Kasus: LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor)

NIDA MUSHLIHAH

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema penulisan skripsi yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 ini ialah mengenai pengaruh pendayagunaan zakat terhadap tingkat kemiskinan dengan judul Analisis Dampak Pendistribusian Dana Zakat Sebagai Pengurang Kemiskinan dengan Menggunakan Model CIBEST (Kasus: LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor).

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Irfan Syauqi Beik, MSc. Ec selaku pembimbing atas bimbingan, saran, dan arahan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr dan Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku penguji utama dan penguji dari Komisi Pendidikan Departemen Ilmu Ekonomi atas saran dan masukan untuk perbaikan dalam skripsi ini. Penulis sampaikan terima kasih pula kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Sarwo selaku pimpinan LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor, terima kasih atas izinnya untuk melakukan penelitian di LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor.

2. Caesar Pratama dan Qonita yang telah bersedia membantu penulis dalam proses analisis model CIBEST.

3. Teman seperjuangan pengumpulan data Triani Mega.

4. Dosen-dosen dan Staff Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu mempermudah penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

5. Priska Wisudawaty dan Amalia Dwi Marseva yang telah memberikan semangat dan masukan dalam menyelesaikan tulisan ini.

6. Salma Safira Ulfah yang selalu memberikan semangat dan dukungan. 7. Keluarga Ilmu Ekonomi 48, khusus nya program studi Ilmu Ekonomi

Syariah.

8. Keluarga besar Sharia Economics Student Club (SES-C).

Terima kasih juga kepada pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan penelitian 6 Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Kemiskinan 7

Jenis-jenis Kemiskinan 7

Pandangan Islam Tentang Kemiskinan 8

Pengertian Zakat 9

Pendayagunaan dan Hikmah Zakat 11

Penelitian Terdahulu 12

Kerangka Pemikiran 13

METODE PENELITIAN 15

Waktu dan Tempat Penelitian 15

Jenis dan Sumber data 15

Sampel Penelitian 15

Metode Analisis Data 15

CIBEST Model 18

Indeks Kesejahteraan 18

Indeks Kemiskinan Material 18

Indeks Kemiskinan Spiritual 19

Indeks Kemiskinan Absolut 19

Uji t-statistik Data Berpasangan 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

(10)

Karakteristik Kepala Rumah Tangga Mustahik 22 Analisis Dampak Pendayagunaan Dana Zakat Terhadap Rata-rata Pendapatan

Rumah Tangga Mustahik 24

Analisis Kuadran CIBEST pada Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Mustahik Sebelum Adanya Bantuan Zakat dari LAZ PM Al Bunyan 26 Analisis Kuadran CIBEST pada Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Mustahik Setelah Adanya Bantuan Zakat dari LAZ PM Al Bunyan 27

Analisis Indeks Kemiskinan Islami 30

Analisis Indeks Kesejahteraan Rumah Tangga Mustahik 30 Analisis Indeks Kemiskinan Material Rumah Tangga Mustahik 31 Analisis Indeks Kemiskinan Spriritual Rumah Tangga Mustahik 31 Analisis Indeks Kemiskinan Absolut Rumah Tangga Mustahik 31

SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 35

(11)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat tahun

2012-2015 2

2. Indikator kebutuhan spiritual 17

3. Kombinasi nilai aktual SV dan MV 18

4. Laporan penerimaan zakat LAZ PM Al Bunyan Tahun 2011-2015 20

5. Karakteristik rumah tangga mustahik 23

6. Rata-rata perubahan pendapatan 25

7. Perubahan jumlah rumah tangga mustahik 29

8. Indeks kemiskinan Islami 30

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran 14

2. Kuadran CIBEST sebelum adanya bantuan dana zakat 26 3. Kuadran CIBEST sesudah adanya bantuan dana zakat 28

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner penelitian 35

2. Hasil uji t-statistik data berpasangan 36

DAFTAR GRAFIK

1. Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2007-2015 1 2. Persentase penduduk miskin di Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota

Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok dan Kota Cimahi tahun

2012-2013 3

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah banyaknya jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Data kemiskinan yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010. Penduduk miskin di tahun 2010 berjumlah sekitar 31 juta orang, sementara pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi 30 juta orang, dan tahun 2007 jumlah penduduk miskin berjumlah 37 juta orang.

Sumber: BPS 2015

Berbeda dengan tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2015 mengalami peningkatan menjadi 28.59 juta orang atau sekitar 11.22 persen. Pada bulan Maret 2015 jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0.86 juta orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan September 2014 yang berjumlah 27.73 juta orang atau sekitar 10.96 persen (BPS 2015).

Peningkatan jumlah penduduk miskin periode September 2014 hingga Maret 2015 dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti peningkatan harga beras secara nasional sebesar 14.48 persen yaitu dari harga Rp 11 433 per kg pada September 2014 menjadi Rp 13 089 per kg pada Maret 2015. Selain itu pada periode tersebut terjadi inflasi sebesar 4.03 persen dan tingkat inflasi di perdesaan sebesar 4.40 persen. Selama periode September 2014 hingga Maret 2015, selain harga beras eceran yang mengalami kenaikan, beberapa komoditas bahan pokok juga ikut mengalami kenaikan seperti cabe rawit dan gula pasir yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 26.28 persen dan 1.92 persen. Penyebab lainnya

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sep-14 Maret 2015 Sep-15

Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

(14)

2

adalah secara riil rata-rata upah buruh tani per hari pada Maret 2015 mengalami penurunan sebesar 1.34 persen jika dibandingkan dengan upah buruh tani pada September 2014, yaitu dari Rp 39 045 turun menjadi Rp 38 522.

Kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa hal. Dari sisi ekonomi, penyebab kemiskinan secara mikro disebabkan karena adanya ketidakseimbangan pola kepemilikan sumber daya yang menyebabkan distribusi pendapatan tidak seimbang. Kemiskinan juga dapat disebabkan karena adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia dan perbedaan terhadap akses modal. Penyebab kemiskinan lainnya adalah adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal yang menyebabkan rendahnya produktivitas sehingga pendapatan yang diterima pun rendah. Pendapatan yang rendah akan berdampak pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya tabungan dan investasi akan menyebabkan keterbelakangan. Hal inilah yang disebut dengan Lingkaran Setan Kemiskinan atau biasa disebut vicious circle of poverty (Nurkse 1956).

Pemerintah saat ini sudah memiliki program untuk penanggulangan kemiskinan mulai dari penanggulangan kemiskinan yang berbasis pada bantuan sosial, pemberadayaan masyarakat, dan pemberadayaan usaha kecil. Program-program tersebut akan dijalankan oleh berbagai elemen pemerintahan baik pusat maupun daerah. Untuk menigkatkan efektifitas program-program penanggulangan kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Perpres ini diterbitkan dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kemiskinan hingga 8-10 persen pada akhir tahun 2014 (TNP2K 2014).

Pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan sejak tahun 1998 sampai saat ini secara umum mampu menurunkan tingkat kemiskinan Indonesia sebesar 47.97 juta orang atau sekitar 23.43 persen pertahun 1999 menjadi 30.02 juta orang atau sekitar 12.49 persen pada tahun 2011. Penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia termasuk yang tercepat jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Pada rentang tahun 2005 hingga 2009 Indonesia mampu menurunkan laju rata-rata jumlah penduduk miskin sebesar 0.8 persen per tahunnya. Angka tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian negara lain seperti Kamboja, Thailand, Cina, dan Brazil yang hanya mampu menurunkan 0.1 persen saja per tahunnya (TNP2K 2014).

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi di Indonesia. Tingkat kemiskinan yang ada di Provinsi Jawa Barat tahun 2012-2015 menunjukan angka yang fluktuatif seperti yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 1 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat tahun 2012-2015

Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin (persen) 2012 4 430 200 9.88 2013 4 375 200 9.61 2014 4 238 960 9.18 2015 4 485 654 9.57 Sumber: BPS 2015

(15)

3

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 hingga tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0.39 persen atau sebanyak 246 694 orang. Pada tahun 2014 tercatat jumlah penduduk miskin yang berada di Provinsi Jawa Barat sebanyak 4 238 960 orang atau sekitar 9.18 persen. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 yang berjumlah 4 485 654 orang atau sekitar 9.57 persen.

Kota Bogor adalah wilayah di Provinsi Jawa Barat yang tingkat kemiskinannya cukup tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lainnya seperti Kota Bandung, Kota Depok, Kota Sukabumi, Kota Bekasi, dan Kota Cimahi. Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut.

Jika dibandingkan dengan Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, dan Kota Cimahi, persentase kemisikinan di Kota Bogor adalah yang tertinggi. Tahun 2012 jumlah penduduk miskin di Kota Bogor adalah 84 800 orang atau sekitar 8.48 persen dan tahun 2013 adalah 83 300 orang atau sekitar 8.19 persen. Tahun 2012 jumlah penduduk miskin yang ada di Kota Sukabumi berjumlah 26 000 orang atau sekitar 8.42 persen dan tahun 2013 berjumlah 25 200 orang atau 8.05 persen. Kota Depok adalah kota di Jawa Barat yang memiliki persentase penduduk miskin paling rendah. Tahun 2012 persentase penduduk miskin yang ada di Kota Depok sebesar 2.46 persen dan di tahun 2013 perentase penduduk miskin di Kota Depok turun menjadi 2.32 persen.

Berdasarkan data dan realita tentang kemiskinan yang ada saat ini, maka perlu adanya solusi atau instrumen untuk mengentaskan kemiskinan tersebut. Pemerintah harus membuat program-program yang lebih unggul dan berkelanjutan

8.48 8.42 6.68 5.56 4.55 2.46 8.19 8.05 5.63 5.33 4.78 2.32 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Cimahi Kota Bekasi Kota Bandung Kota Depok

P er sen tase P en d u d u k Misk in Daerah 2012 2013

Grafik 2 Persentase penduduk miskin di Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok dan Kota Cimahi tahun 2012-2013

(16)

4

serta membuat strategi agar program-program tersebut dapat berjalan efektif dan efisien. Pemerintah juga hendaknya membuat regulasi yang jelas dan tidak hanya menguntungkan golongan tertentu saja karena seperti yang tertera dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 34 bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar wajib dipelihara dan dilindungi oleh Negara.

Salah satu instrumen yang dipercaya dapat mengurangi kemiskinan adalah zakat. Dalam Al Quran pengentasan kemiskinan melalui zakat tersirat pada kalimat “memberi makan dan mengajak memberi makan orang-orang miskin” atau pada kalimat “mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan Allah,” “memberikan hak orang-orang yang meminta-minta, miskin, dan terlantar dalam perjalanan”, “membayar zakat” dan kalimat-kalimat lainnya (Qardawi 2011). Zakat sebagai salah satu instrumen dalam pengetasan kemiskinan akan lebih efektif jika pengelolaanya dikelola oleh suatu lembaga yang ahli dalam mengelola zakat. Salah satunya adalah Lembaga Amil Zakat Pos Mustahik Al Bunyan (LAZ PM Al Bunyan) Kota Bogor. LAZ PM Al Bunyan dipilih menjadi lokasi penelitian karena LAZ PM Al Bunyan adalah lembaga amil zakat resmi yang berada di tingkat daerah.

Penggunaan zakat sebagai instrumen yang dapat megurangi kemiskinan selama ini masih terbatas pada pengukuran aspek material saja. Oleh Karena itu dibutuhkan suatu model yang dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek lainnya seperti aspek spiritual. Salah satu model yang dapat digunakan adalah

CIBEST Model. CIBEST Model adalah metode pengukuran kemiskinan

beradasarkan perspektif Islam dengan cara menyeimbangkan aspek material dan aspek spriritual.

Perumusan Masalah

Zakat merupakan kewajiban bagi umat muslim dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Pada awal pemerintahan Islam, zakat merupakan sumber utama dan sumber terpenting dari penerimaan negara. Dengan adanya zakat,

mustahik atau orang yang berhak menerima zakat dapat memanfaatkan zakat

tersebut untuk usaha-usaha yang produktif. Mustahik juga dapat mempergunakan zakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.

Zakat sebagai salah satu instrumen pembangunan diharapkan mampu menjadi katalisator bagi peningkatan kesejahteraan mustahik melalui program pemberadayaan zakat. Umumnya program pemberadayaan zakat terbagi menjadi dua bagian yaitu pendayagunaan zakat yang sifatnya konsumtif dan pendayagunaan zakat yang sifatnya produktif. Pendayagunaan zakat yang bersifat konsumtif diberikan kepada mustahik untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain. Sementara pendayagunaan zakat secara produktif dapat diberikan dalam bentuk modal usaha yang nantinya digunakan untuk menambah produktivitas mustahik.

Pengumpulan, penyaluran, dan pendistribusian zakat haruslah tepat sasaran dan efektif. Oleh karena itu dibutuhkan suatu badan atau lembaga khusus yang mengelola zakat tersebut. Lima belas abad yang lalu, tidak ada konsep yang jelas mengenai cara mengurus keuangan dan kekayaan negara. Pemerintah suatu negara adalah badan yang dipercaya untuk mengurus keuangan dan kekayaan negara.

(17)

5 Rasulullah SAW adalah kepala negara pertama yang memperkenalkan konsep baru dalam mengurus keuangan dan kekayaan negara pada abad ke tujuh, yaitu semua hasil penerimaan negara wajib dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan. Tempat pengumpulan ini disebut Baitul

Maal atau bendahara negara (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi

Islam/P3EI 2012).

Seiring dengan perkembangan zaman, pengumpulan, penyaluran dan pendistribusian zakat saat ini dikelola oleh amil zakat. Salah satu lembaga yang melakukan pengelolaan zakat adalah LAZ PM Al Bunyan.

Sejak berdiri di tahun 2001, LAZ PM Al Bunyan sudah banyak memberikan kontribusi dalam pemberadayaan masyarakat. Dana zakat yang sudah terkumpul di LAZ PM Al Bunyan disalurkan pada 4 sektor, yaitu pendidikan, kesehatan, sosial masyarakat, dan ekonomi. Tahun 2015 dana zakat yang berhasil dihimpun oleh LAZ PM Al Bunyan sebesar Rp 1 055 214 807. Dana zakat yang tidak sedikit tersebut seharusnya memiliki potensi yang besar dalam membantu program pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin di Indonesia khususnya di Kota Bogor. Namun sayangnya besarnya potensi zakat tersebut tidak sebanding dengan penurunan jumlah penduduk miskin. Hal ini menunjukkan adanya masalah antara potensi zakat dengan laju pertumbuhan penduduk miskin. Selain itu, data mengenai dampak dari adanya penyaluran dana zakat belum tersedia sehingga perlu dilakukan analisis mengenai hal tersebut. Oleh Karena itu, beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perubahan pendapatan pada rumah tangga mustahik sebelum dan sesudah adanya bantuan dana zakat?

2. Bagaimana klasifikasi rumah tangga mustahik beradasarkan Model CIBEST? 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2011 2012 2013 2014 2015 Mil y ar Tahun Besar Zakat

Grafik 3 Penghimpunan dana zakat LAZ PM Al Bunyan tahun 2011-2015

(18)

6

3. Bagaimana perubahan keadaan rumah tangga mustahik sebelum dan sesudah menerima bantuan dana zakat beradasarkan Model CIBEST?

Tujuan penelitian

Beradasarkan latar belakang dan perumusan permasalah yang sudah dijelaskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebgai berikut:

1. Menganalisis perubahan yang terjadi pada pendapatan rumah tangga

mustahik sebelum dan sesudah adanya bantuan dan zakat.

2. Mengklasifikasi rumah tangga mustahik beradasarkan kuadran-kuadran yang ada dalam Model CIBEST.

3. Menganalisis perubahan keadaan rumah tangga mustahik sebelum dan sudah menerima bantuan dana zakat beradasarkan Model CIBEST.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk seluruh pihak, khususnya pihak-pihak yang memiliki kaitan dengan pengelolaan zakat. Secara spesifik penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pemerintah: Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pengentasan kemiskinan dan pertimbangan penggunaan zakat sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan.

2. Masyarakat: Memberikan informasi sekaligus memperkenalkan manfaat zakat sebagai salah satu instrumen yang dapat mengurangi kemiskinan. 3. Lembaga pengelola zakat: Sebagai masukan dan bahan evaluasi agar dapat

menyusun dan meningkatkan efektifitas dari program pendayagunaan zakat. 4. Akademisi: Memberikan informasi dan menambah wawasan mengenai

manfaat pendayagunaan zakat terhadap kemiskinan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada LAZ PM Al Bunyan di kawasan Kota Bogor. Sampel atau responden dari penelitian ini adalah mustahik yang memperoleh dana bantuan zakat. Jumlah mustahik yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 100 rumah tangga. Mustahik yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berasal dari lima kelurahan yang terletak di dua kecamatan di Kota Bogor. Lima kelurahan tersebut adalah Kelurahan Kencana, Kelurahan Kayu Manis, Kelurahan Mekarwangi, dan Kelurahan Kedung Badak yang terletak di Kecamatan Tanah Sareal dan Kelurahan Semplak yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Penelitian ini membatasi indikator kesejahteraan sebagai kemampuan rumah tangga mustahik dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual.

(19)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Kemiskinan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemiskinan berasal dari kata miskin yang memiliki arti tidak berharta, serba kekurangan atau berpenghasilan sangat rendah. Kemiskinan itu sendiri memiliki arti keadaan seseorang dimana terjadi ketidakmampuan orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Secara singkat, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu keadaan dimana terjadinya kekurangan materi pada sejumlah orang atau sekelompok orang yang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku di masyarakat. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung akan beradampak pada tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan harga diri mereka yang tergolong sebagai orang miskin (Suparlan 1984).

Dalam ilmu-ilmu sosial, pemahaman tentang kemiskinan dapat diartikan dengan menggunakan tolak ukur. Tolak ukur yang biasa digunakan adalah tingkat pendapatan. Tolak ukur lainnya adalah tolak ukur kebutuhan relatif per keluarga, dimana batasan-batasannya disusun beradasarkan atas kebutuhan minimal yang dibutuhkan suatu keluarga untuk melangsungkan kehidupannya (Suparlan 1984).

Mardimin (1996) mendefinisikan kemiskinan dengan dua konsep, yaitu secara kualitatif dan secara kuntitatif. Secara kualitatif, Mardimin mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana manusia hidup tidak layak sebagai manusia. Secara kuantitatif, kemiskinan diartikan sebagai keadaan dimana manusia hidup serba kekurangan.

Para ahli ilmu-ilmu sosial sependapat bahwa penyebab utama terjadinya kemiskinan disebabkan oleh sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat. Suparlan (1984) dalam bukunya menyebutkan bahwa penyebab terjadinya kemiskinan bukan semata-mata hanya karena sistem ekonomi yang berada di masyarakat. Kenyataannya kemiskinan merupakan perwujudan dari hasil interaksi yang melibatkan hampir seluruh aspek-aspek yang dimiliki manusia dalam kehidupannya.

Salah satu alasan terjadinya kemiskinan adalah karena alasan struktural dimana negara beserta piranti dan kebijakannya telah memberi ekspektasi tinggi bagi ruang kapitalis yang membuat produktivitas dan distribusi ekonomi di tingkat paling rendah masyarakat tidak berjalan (Lewis 1954). Lewis dalam penelitiannya di Mexico memperlihatkan bahwa kemiskinan berhubungan dengan beban ekonomi disertai lemahnya moral dan nilai keagamaan serta rendahnya kualitas SDM.

Jenis-jenis Kemiskinan

Kemiskinan secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua jenis, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang dapat dilihat beradasarkan seperangkat standar yang konsisten yang tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat. Misalnya adalah persentase dari populasi yang makan di bawah jumlah standar (2000-2500 kalori per hari untuk laki-laki dewasa).

World Bank mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai keadaan dimana seseorang

(20)

8

dengan pendapatan di bawah USD $2 per hari. Kemiskinan relatif memiliki pengertian yang relatif juga. Maksudnya adalah kemiskinan dapat diartikan sesuai dengan batasan kondisi kemiskinan yang ada di wilayahnya masing-masing (Syahyuti 2014)

Mardimin (1996) dalam bukunya mengelompokan kemiskinan ke dalam lima jenis kemiskinan, yaitu:

1. Kemiskinan absolut, yaitu keadaan dimana seseorang dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar atau minimumnya untuk memelihara fisiknya agar dapat bekerja secara penuh dan efisien.

2. Kemiskinan relatif, yaitu kemiskinan yang muncul jika kondisi seseorang atau kelompok dibandingan dengan kondisi orang lain atau kelompok lain dalam suatu daerah.

3. Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang lebih tertuju kepada seseorang atau kelompok yang tetap atau menjadi miskin karena struktur masyarakat yang timpang, yang tidak menguntungkan bagi golongan yang lemah.

4. Kemiskinan situasional atau Kemiskinan Natural, yaitu kemiskinan yang terjadi di daerah-daerah yang kurang menguntungkan yang menyebabkan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut menjadi miskin.

5. Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang terjadi akibat kultur atau budaya masyarakat secara turun temurun yang menyebabkan mereka menjadi miskin.

Pandangan Islam Tentang Kemiskinan

Dalam Islam, kemiskinan dan kesenjangan dipandang sebagai sunatullah dan tidak bisa dihilangkan. Islam tidak pernah berbicara bagaimana menghilangkan kemiskinan, tetapi Islam berbicara mengenai bagiamana meminimalisir kemiskinan dan mencapai kesejahteraan. Salah satu instrumen yang dapat meminimalisir kemiskinan adalah dengan zakat. Dari Ali bin Thalib sesunguhnya ia mendengar Rasulullah SAW besabda “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas

orang-orang Islam yang kaya tentang harta mereka sejumlah yang kiranya dapat mencukupi orang-orang fakir mereka, dan orang-orang fakir itu tidak akan susah payah ketika lapar dan telanjang kecuali lantaran apa yang mereka perbuat oleh orang-orang kaya mereka. Ketahuilah, sesungguhnya Allah akan menghisab mereka dengan hisab yang sangat, dan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih.” (HR Thabrani dalam Al Ausath dan Ash Shoghir). Hadis ini menjelaskan

bahwa kemiskinan yang terjadi di masyarakat tidak semata-mata disebabkan oleh kemalasan dalam bekerja, akan tetapi kemiskinan juga dapat terjadi akibat dari pola kehidupan yang timpang, ketidakadilan, dan melemahnya rasa persaudaraan di antara sesama umat terutama dari golongan aghniya’ (kaya) terhadap golongan dhuafa. Selain itu, hadis tersebut juga menjelaskan jika zakat dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan dikelola dengan baik, maka zakat tersebut akan mampu mengurangi atau meminimalisir masalah kemiskinan (Hafiduddin 2008).

Dalam Islam kemiskinan memiliki sifat multidimensional. Maksudnya adalah kemiskinan tidak hanya dipandang dari aspek material semata melainkan juga melihat aspek spiritual. Konsep kemiskinan yang demikian dilandaskan pada dalil Al-Qur’an seperti yang terdapat dalam Surat Thoha ayat 118-120 dan Surat Al

(21)

9 Quraisy ayat 3-4 yang menyatakan bahwa kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh umat muslim adalah dapat melaksanakan ibadah dengan baik, tercukupinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan, serta hilangnya rasa takut atau tidak adanya ancaman dan tekanan dari berbagai pihak (Beik dan Arsyianti 2015).

Salah satu indeks kemiskinan yang dapat digunakan unruk mengukur kemiskinan dari sisi spiritual adalah dengan menggunakan model CIBEST. Model CIBEST adalah suatu model yang dikembangkan oleh Beik dan Arsyianti tahun 2015 yang dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan. Dalam model CIBEST, Beik dan Arsyianti menggunakan rumah tangga sebagai unit analisis dan mengelompokkan rumah tangga tersebut kedalam empat kondisi berdasarkan kemampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan spiritual dan kebutuhan material. Kondisi pertama adalah kondisi dimana rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan spiritual maupun kebutuhan material. Kondisi rumah tangga seperti ini dapat dikatakan sebagai rumah tangga sejahtera dimana rumah tangga tersebut hidup dibawah hayatan toyyiban seperti yang tercantum dalam Quran Surat An Nahl ayat 97. Kondisi kedua adalah kondisi dimana rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan spiritual tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan material. Rumah tangga yang berada pada kondisi seperti ini dapat dikatakan sebagai rumah tangga miskin material. Kondisi seperti ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 155-156. Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa orang yang berada pada kondisi tersebut mungkin akan hidup menderita di dunia tetapi akan merasakan kebahagian di akhirat nanti.

Kondisi ketiga adalah kondisi rumah tangga dimana rumah tangga tersebut mampu memenuhi kebutuhan material namun belum mampu memenuhi kebutuhan spiritual. Rumah tangga seperti ini dapat dikatakan sebagai rumah tangga yang miskin spiritual. Kondisi rumah tangga seperti ini sudah Allah sebutkan dalam Surat Al An’am ayat 44. Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang yang berada pada kondisi seperti ini akan hidup bahagia di dunia tetapi akan menderita di akhirat nanti jika orang tersebut tidak mengubah kondisi spiritualnya. Kondisi yang terakhir adalah kondisi dimana rumah tangga tidak mampu memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan spiritual maupun kebutuhan material. Rumah tangga yang berada pada kondisi seperti ini dapat dikatakan sebagai rumah tangga miskin absolut. Kondisi seperti ini sudah Allah jelaskan dalam Surat Thoha ayat 124. Orang yang berada pada kondisi seperti ini akan menderita baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, orang yang berada pada kondisi seperti ini memerlukan perhatian khusus dalam proses pembangunan.

Pengertian Zakat

Pada hakikatnya zakat adalah ibadah. Ibadah adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah. Zakat merupakan ibadah maaliyaah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Keberadaan zakat dianggap sebagai ma’luumun minad-diin bidharuurah atau diketahui secara otomatis karena zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan keberadaannya merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang (Hafiduddin 2008).

(22)

10

Ditinjau dari segi bahasa, zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang artinya berkah, tumbuh, bersih dan baik. Zakat dari segi istilah fiqih memiliki arti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak (Qardawi 2011). Menurut Hafidhuddin (2008) secara bahasa, zakat artinya tumbuh dan berkembang. Kata zakat memiliki sejumlah arti, yaitu al-barakatu yang artinya keberkahan, an-namaa yang artinya tumbuh dan berkembang, at-thaharatu yang artinya kesucian, serta ash-shalahu yang artinya keberesan. Secara istilah, zakat didefinisikan sebagai harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT wajibkan kepada pemiliknya (muzakki) untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya (mustahik) dengan persyaratan tertentu (Beik 2009).

Zakat wajib dikeluarkannya oleh seorang muzakki jika muzakki tersebut merupakan orang dewasa yang beragama Islam, merdeka, dan balig. Syarat harta yang akan dikeluarkan untuk zakat adalah harta tersebut didapatkan dengan cara dan usaha yang baik dan juga halal, harta tersebut berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan, harta tersebut milik sendiri, harta tersebut mencapai jumlah minimal yang menyebabkan harta tersebut terkena wajib zakat (nisab), dan khusus untuk zakat pada harta-harta tertentu, syarat wajib zakat adalah waktu tertentu dimilikinya harta tersebut (Hafiduddin 2008).

Zakat yang sudah dikeluarkan oleh muzakki harus segera disalurkan kepada

mustahik sesuai dengan skala prioritasnya. Zakat tersebut harus disalurkan kepada mustahik sebagaimana yang diriwayatkan dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 60

yang artinya, “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang fakir,

orang-orang miskin, amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebasakan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksan”.

Secara umum, zakat terbagi ke dalam dua jenis, yaitu zakat maal atau zakat harta dan zakat fitrah. Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan dari sebagian harta kekayaan seseorang yang sudah dimiliki dalam jangka waktu tertentu dan jumlah tertentu, seperti zakat profesi, zakat surat-surat berharga, zakat emas dan perak, zakat pertanian, zakat perusahaan, zakat perdagangan, dan lain sebagainya. Sedangkan zakat fitrah adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seluruh umat muslim baik laki-laki maupun perempuan, dewasa atau anak-anak yang dikeluarkan pada awal bulan Ramadhan sampai menjelang Idul Fitri.

Beik dan Arsyianti (2015) mengelompokan penyaluran dana zakat dalam dua program, yaitu program konsumtif dan program produktif. Program konsumtif adalah program yang bersifat jangka pendek dan memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok mustahik, misalnya program bantuan pangan, beasiswa pendidikan, bantuan layanan kesehatan, dan lain-lain. Sementara program produktif adalah program yang bersifat jangka panjang dan memiliki tujuan untuk memberdayakan mustahik secara produktif sehingga mereka memiliki daya tahan sosial ekonomi pada jangka panjang, misalnya dengan memberikan bantuan pendanaan usaha mikro dan zakat community development.

(23)

11

Pendayagunaan dan Hikmah Zakat

Zakat adalah salah satu ibadah yang memiliki sisi sosial ekonomi yang sangat kuat. Salah satu fungsi zakat yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 276 adalah zakat sebagai antitesa dari sistem perekonomian ribawi. Dalam kehidupan bermasyarakat, kedudukan setiap orang tidaklah sama. Ada yang miskin dan ada yang kaya. Dalam Islam, perbedaan dan kesenjangan adalah sunatullah fil

hayah. Maksudnya adalah perbedaan antar rumah tangga itu pasti terjadi dan tidak

bisa dihilangkan tetapi dapat diminimalisir (Beik dan Arsyianti 2015). Salah satu instrumen atau alat yang dapat meminimalisir kesenjangan dan perbedaan tersebut adalah dengan zakat. Hafiduddin (2008) dalam bukunya menjelaskan beberapa manfaat dan hikmah zakat, yaitu:

1. Zakat: Tumbuh dan Berkembang

Zakat dapat tumbuh dan berkembang dengan cara mengusahakan dan memproduktifkannya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya “Sesungguhnya Allah akan mengembangkan bagi kalian

satu biji kurma dan sesuap makanan yang kalian sedekahkan, sebagaimana salah seorang diantara kalian mengembangkan anak kuda atau anak untanya hingga menjadi banyak seperti uhud.” (HR

Thabrani dan Ibnu Hibban). 2. Zakat Pemacu Ibadah

Zakat juga akan menyebabkan seseorang menjadi semakin giat untuk melakukan ibadah wajib lainnya seperti shalat dan puasa. Rasulullah pernah bersabda “Tidak sah shalatnya, orang yang tidak mau

mengeluarkan zakat; dan tidak dikatakan berzakat, orang yang tidak melaksanakan shalat.” (HR Ibnu Mas’ud).

3. Zakat dan Etos Kerja

Salah satu hikmah berzakat adalah untuk menumbuhkan etos kerja yang tinggi sehingga mendapatkan penghasilan yang halal yang minimal mencapai nisab. Orang yang bersedia membayar zakat pasti memiliki etos kerja yang tinggi.

4. Zakat dan Etika Bekerja

Orang yang selalu berusaha membayar zakat pasti akan berusaha mencari rezeki yang halal. Rezeki yang halal artinya mencari rezeki dengan cara yang tidak melanggar hal-hal yang diharamkan dan tidak melalui cara-cara yang bathil seperti suap-menyuap, riba, mempermainkan takaran dan timbangan, serta perjudian.

5. Zakat dan Pembangunan Umat

Zakat adalah salah satu instrumen penting dalam Islam dalam upaya mensejahterakan umat. Melalui zakat, masyarakat bisa terbebas dari kemiskinan karena berlangsungnya mekanisme saling membantu antar kelompok kaya (aghniya’) dengan kelompok fakir atau miskin (fuqara). Secara empirik telah terbukti di zaman para sahabat dan

tabi’in, pemerintahan yang adil dan amanah serta menjadikan zakat,

infak, dan sedekah sebagai alat untuk mensejahterakan umatnya membuat pada masa itu tidak terdapat mustahik.

(24)

12

Zakat akan menyebabkan ketenangan, kebahagiaan, keamanan, dan kesejahteraan hidup. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 9 yang artinya “Ambilah zakat dari sebagian

harta mereka, dengan zakat itu maka kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

7. Zakat Mengatasi Krisis Kemanusiaan

Selain sebagai pilar amal bersama, zakat merupakan salah satu bentuk konkret dari jaminan sosial yang disyariatkan oleh ajaran Islam. Dengan adanya zakat, orang-orang dari golongan fakir dan miskin akan terperhatikan dengan baik dan krisis kelaparan yang berakibat pada krisis kemanusiaan pun akan dapat diatasi.

8. Zakat Menolak Musibah

Salah satu cara yang diperintahkan dalam agama Islam dalam membersihkan harta dan juga perilaku manusia agar tidak mengundang musibah adalah dengan mengeluarkan zakat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah “Dengki itu bisa menghabiskan

kebaikan, sebagaimana api membakar kayu; sedekah itu dapat menghapuskan kesalahan, sebagaimana air dapat memadamkan api; shalat itu adalah cahaya orang yang beriman, dan puasa adalah perisai dari siksa api neraka.” (HR Ibnu Majah).

Dalam konteks pembiayaan pembangunan, Beik dan Arsyianti (2015) menjelaskan manfaat dari adanya zakat sebagai berikut:

1. Buffer APBN: zakat dapat digunakan untuk menanggulangi beban defisit APBN, dengan catatan bahwa defisit yang dimaksud bukanlah defisit pos belanja pemerintah yang lain, tetapi defisit yang dimaksud adalah defisit yang terkait dengan anggaran belanja pemeritah untuk penanggulangan kemiskinan.

2. Jaring pengaman sosial dan kesejahteraan masyarakat: zakat dapat dijadikan sebagai pilar utama dalam menjamin pemenuhan kebutuhan dasar mustahik dan sebagai instrumen untuk menciptakan pemerataan dan keadilan ekonomi.

3. Pilar pengembangan production base perkonomian Negara: zakat berfungsi sebagai sumber pendanaan bagi pengembang usaha mikro

mustahik.

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai dampak zakat terhadap pengurangan kemiskinan pernah dilakukan oleh Irfan Syauki Beik pada tahun 2008 dengan studi kasus Dompet Dhuafa Republika. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah adanya pendistribusian dana zakat kemiskinan berkurang sebesar 10 persen dari 84 persen menjadi menjadi 74 persen. Selain beik, penelitian mengenai dampak dari adanya zakat juga pernah dilakukan oleh Mila Sartika pada tahun 2008 dengan studi kasus LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan pengaruh signifikan antara jumlah dana zakat produktif yang

(25)

13 disalurkan terhadap pendapatan mustahik. Semakin besar dana zakat produktif yang disalurkan, semakin tinggi pendapatan yang diperoleh oleh mustahik.

Model CIBEST pertama kali dibuat dan diteliti oleh Irfan Syauki Beik dan Laily Dwi Arsyianti pada tahun 2015 dengan judul Construction of CIBEST Model

as Measurement of Poverty and Welfare Indices From Islamic Perspective. Hasil

dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa konsep kemiskinan dan kesejahteraan dalam perspektif Islam tidak hanya dilihat dari dimensi material, tetapi juga dilihat dari dimensi spiritual. Penelitian ini berhasil memformulasikan model CIBEST yang terdiri dari indeks kesejahteraan, indeks kemiskinan material, indeks kemiskinan spiritual, dan indeks kemiskinan absolut. Indeks ini didasarkan pada konsep kuadran CIBEST yang mewakili konsep Islam tentang kemiskinan dan kesejahteraan.

Caesar Pratama dan Qonita pada tahun 2015 melakukan penelitian dengan meggunakan indeks CIBEST di tempat yang berbeda. Caesar Prama menganalisis dampak pendayagunaan zakat produktif dalam mengurangi kemiskinan dengan studi kasus PT Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik mengalami peningkatan setelah adanya pendistribusian dana zakat. Selain itu, penelitian tersebut juga mengelompokkan rumah tangga mustahik ke dalam empat kuadran, yaitu kuadran I (sejahtera), kuadran II (miskin material), kuadran III (miskin spiritual), dan kuadran IV (miskin absolut). Hasil dari penelitian tersebut sebelum adanya bantuan dana zakat adalah sebanyak tiga rumah tangga masuk ke dalam kuadran I, 97 rumah tangga masuk ke dalam kuadran II, enam rumah tangga masuk ke dalam kuadran III, dan 15 rumah tangga masuk ke dalam kuadran IV. Sementara hasil penelitian setelah adanya bantuan dana zakat diperoleh sebesar 80 rumah tangga masuk ke dalam kuadran I, 37 rumah tangga masuk ke dalam kuadran II, empat rumah tangga masuk ke dalam kuadaran III, dan rumah tangga yang masuk ke dalam kuadran IV atau miskin absolut menjadi nol.

Qonita (2015) melakukan penelitian di BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa pendistribusian dana zakat yang dilakukan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta terbukti dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan kesenjangan mustahik. Selain itu, jumlah rumah tangga yang berada pada kuadran I bertambah setelah adanya pendistribusian dana zakat. Hal ini menunjukkan bahwa pendayagunaan dana zakat terbukti meningkatkan kesejahteraan mustahik baik secara material maupun secara spiritual.

Widyaningsih (2016) melakukan penelitian mengenai dampak zakat di Sulawesi Selatan dengan menggunakan model CIBEST. Hasilnya adalah sebelum adanya zakat, jumlah mustahik yang masuk dalam kuadran I berjumlah 31 orang, kuadran II 124 orang, kuadran III satu orang, dan kuadran IV tiga orang. Namun setelah adanya bantuan dana zakat, jumlah mustahik yang masuk dalam kuadran I meningkat menjadi 98 orang sementara pada kuadran II jumlah mustahik berkurang menjadi 61 orang. Pada kuadran III dan IV, setelah adanya bantuan dana zakat, jumlah mustahik yang berada pada kuadran tersebut berjumlah nol.

Kerangka Pemikiran

Muzakki akan menyalurkan zakatnya kepada LAZ PM Al Bunyan. Dana

(26)

14

program, yaitu Cipta Mandiri, Cipta Prestasi, dan Charity. Bantuan dana zakat tersebut diberikan kepada rumah tangga mustahik disertai dengan adanya bimbingan baik secara keterampilan maupun bimbingan secara spiritual. Setelah rumah tangga mustahik mendapatkan bantuan dana zakat dan bimbingan dari LAZ PM Al Bunyan, selanjutnya dapat dianalisis kemiskinan yang terjadi pada rumah tangga mustahik dengan melihat keadaan sebelum dan sesudah adanya bantuan dana zakat. Selanjutnya, rumah tangga yang sudah dianalisis kemiskinannya dapat diklasifikasikan ke dalam ketegori kemiskinan beradasarkan CIBEST Model.

(27)

15

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di LAZ PM Al Bunyan Kota Bogor pada bulan Desember 2015 hingga awal bulan Februari 2016. Responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga penerima bantuan dana zakat yang berada di lima kelurahan yang terletak di dua kecamatan Kota Bogor. Lima kelurahan tersebut adalah Kelurahan Kencana, Kelurahan Kayu Manis, Kelurahan Mekarwangi, dan Kelurahan Kedung Badak yang terletak di Kecamatan Tanah Sareal dan Kelurahan Semplak yang berada di Kecamatan Bogor Barat.

Jenis dan Sumber data

Jenis dan sumber data dibagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya dan tidak melalu media perantara. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan cara pengisian kuisioner dan wawancara dengan para

mustahik penerima dana bantuan zakat yang dikelola oleh LAZ PM Al

Bunyan.

2. Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang diperoleh melalui media perantara. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari data-data dan dokumen-dokumen yang sudah ada di LAZ PM Al Bunyan dan literatur-literatur lainnya seperti buku, jurnal, skripsi, website resmi, dan internet.

Sampel Penelitian

Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu dengan menentukan sendiri kriteria sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian. Ukuran contoh yang diamati dalam penelitian ini berjumlah 100 responden yang diperoleh berdasarkan jenis program pendayagunaan zakat LAZ PM Al Bunyan. Seluruh responden akan dianalisis terkait dampak zakat terhadap tingkat kemiskinan spiritual dan materialnya serta responden akan dikategorikan beradasarkan kuadran CIBEST.

Metode Analisis Data

Indeks kemiskinan yang digunakan dalam menentukan kondisi rumah tangga

mustahik adalah indeks kemiskinan Islami Center of Islamic Business and Economics Studies (CIBEST) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang dikembangkan

pada tahun 2015 oleh Irfan Syauki Beik dan Laily Dwi Arsyianti. Sedangkan untuk melihat perubahan yang terjadi pada pendapatan rumah tangga mustahik maka analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t berpasangan.

Perhitungan yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam penelitian ini adalah nilai dari Material Value (MV) atau garis kemiskinan rumah tangga dan pendapatan rumah tangga per bulan. Material Value (MV) digunakan untuk

(28)

16

mengukur standar minimal material yang harus dipenuhi oleh rumah tangga. Nilai MV diperoleh dengan mengalikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi (Pi) dengan jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan (Mi). Secara matematis, MV dapat dirumuskan sebagai berikut:

MV=

1 i n PiMi Keterangan:

MV = Standar minimal material yang harus dipenuhi oleh rumah tangga (Rp atau mata uang lain) atau bisa disebut Garis Kemiskinan Material Pi = Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain)

Mi = Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan

Karena adanya keterbatasan dan tidak dilakukannya survei dalam penelitian ini, maka nilai MV yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai MV yang sudah ada yaitu garis kemiskinan material Kota Bogor yang nantinya akan dikonversikan menjadi garis kemiskina rumah tangga per kapita per bulan. Perhitungan garis kemiskinan diperoleh dengan mengalikan garis kemiskinan per kapita per bulan dengan rata-rata besaran ukuran rumah tangga. Rata-rata besaran ukuran rumah tangga didapat dari rasio total penduduk dengan jumlah rumah tangga di wilayah yang diteliti (Tsani 2010).

Garis kemiskinan beradasarkan garis kemiskinan Kota Bogor tahun 2013 yaitu sebesar Rp 360 518 (BPS Kota Bogor 2015). Daerah menjadi tempat dilaksanakannya penelitian meliputi Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Barat dengan total jumlah penduduk dan rumah tangga di masing-masing wilayah berjumlah 434 700 orang dan 104 439 rumah tangga.

Rata-rata besar ukuran rumah tangga:

104439 434700

= 4.162

Sehingga garis kemiskinan rumah tangga (MV) yang diperoleh adalah: MV = Rp 360 518 x 4.162

= Rp 1 500 475.92 per rumah tangga per bulan

Garis kemiskinan spiritual atau Spiritual Value (SV) diperoleh beradasarkan indikator kebutuhan spiritual dan pemenuhan lima variabel yang menentukan skor spiritual. Lima variabel tersebut adalah ibadah shalat, zakat, puasa, lingkungan rumah tangga, dan kebijakan pemerintah. Untuk menilai skor dari variabel-variabel tersebut digunakan skala Likert 1-5 seperti tabel di bawah ini:

(29)

17

Sumber : Beik dan Arsyianti 2015

Tabel 2 Indikator kebutuhan spiritual

Variabel Skala Likert Standar

Kemiskinan 1 2 3 4 5 Shalat Melarang orang lain shalat Menolak konsep shalat Melaksanakan shalat wajib tidak rutin Melaksanakan shalat wajib rutin tapi tidak selalu berjamaah Melaksanakan shalat wajib rutin berjamaah dan melakukan shalat sunnah Skor rata-rata untuk rumah tangga yang secara spiritual miskin adalah 3 (SV=3) Puasa Melarang orang lain berpuasa Menolak konsep puasa Melaksanakan puasa wajib tidak penuh Hanya melaksanakan puasa wajib secara penuh Melaksanakan puasa wajib dan puasa sunnah Zakat dan Infak Melarang oranglain berzakat dan infak Menolak zakat dan infak Tidak pernah berinfak walau sekali dalam setahun Membayar zakat fitrah dan zakat harta Membayar zakat fitrah, zakat harta dan infak/sedekah Lingkungan Rumah Tangga Melarang anggota rumah tangga ibadah Menolak pelaksanaan ibadah Menganggap ibadah urusan pribadi anggota rumah tangga Mendukung ibadah anggota rumah tangga Membangun suasana rumah tangga yang mendukung ibadah secara bersama-sama Kebijakan Pemerintah Melarang ibadah untuk setiap rumah tangga Menolak pelaksanaan ibadah Menganggap ibadah urusan pribadi masyarakat Mendukung ibadah Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk ibadah

Beradasarkan tabel di atas maka diperoleh nilai SV sama dengan 3. Jika sebuah rumah tangga memiliki skor lebih kecil atau sama dengan tiga maka rumah tangga tersebut dapat dikategorikan ke dalam kategori miskin spiritual. Nilai SV diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Hi = 5 Vg Vh Vz Vf Vp    Keterangan:

Hi = Skor aktual anggota rumah tangga ke-i Vp = Skor shalat

(30)

18

Vz = Skor zakat dan infak Vh = Skor lingkungan kerja Vg = Skor kebijakan pemerintah

CIBEST Model

Setelah melakukan perhitungan SV dan MV maka rumah tangga dapat dikategorikan ke dalam kuadran CIBEST sebagai berikut:

Tabel 3 Kombinasi nilai aktual SV dan MV

Skor Aktual ≤ Nilai MV >Nilai MV

>Nilai SV

Kaya spiritual, Miskin Material

(Kuadran II)

Kaya spiritual, kaya material (Kuadran I) ≤ Nilai SV Miskin spiritual, miskin material (Kuadran IV)

Miskin spiritual, kaya material

(Kuadran III) Sumber : Beik dan Arsyianti 2015

Tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kuadran I: Jika nilai aktual skor spiritual rumah tangga (SH) lebih besar dari SV dan pendapatannya lebih besar dari MV.

Kuadran II: Jika nilai SH lebih besar dari SV dan pendapatan lebih rendah dari MV.

Kuadran III: Jika nilai SH lebih kecil dari SV dan pendapatan lebih besar dari MV.

Kuadran IV: Jika nilai SH lebih kecil dari SV dan pendapatan lebih kecil dari MV.

Indeks Kesejahteraan

Indeks kesejahteraan (W) digunakan untuk melihat rumah tangga yang masuk ke dalam kuadran I. Pada kuadran ini, rumah tangga dapat dikatakan sejahtera. Nilai W dapat diperoleh dengan formula:

W = N w Keterangan:

W = Indeks kesejahteraan; 0W1

w = Jumlah keluarga sejahtera (kaya secara material dan spiritual) N = Jumlah populasi rumah tangga yang diobservasi

Indeks Kemiskinan Material

Indeks kemiskinan material (Pm) digunakan untuk melihat rumah tangga yang berada pada kuadran II atau miskin material. Nilai indeks kemiskinan material dapat diperoleh dengan formula:

(31)

19 Pm =

N Mp Keterangan:

Pm = Indeks kemiskinan material; 0Pm1

Mp = Jumlah keluarga yang miskin secara material namun kaya secara spiritual

N = Jumlah populasi (rumah tangga yang diamati)

Indeks Kemiskinan Spiritual

Indeks kemiskinan spiritual (Ps) digunakan untuk melihat rumah tangga yang masuk ke dalam kategori kuadran III atau kategori miskin spiritual. Nilai Ps dapat diperoleh dengan formula:

Ps = N Sp Keterangan:

Ps = Indeks kemiskinan spiritual; 0Ps1

Sp =Jumlah keluarga yang miskin secara spiritual namun berkecukupan secara material

N = Jumlah populasi total rumah tangga yang diamati

Indeks Kemiskinan Absolut

Indeks kemiskinan absolut (Pa) digunakan untuk melihat rumah tangga yang berada pada kuadran IV atau miskin absolut. Nilai Pa dapat diperoleh dengan formula:

Pa = N Ap Keterangan:

Pa = Indeks kemiskinan absolut; 0Pa1

Ap = Jumlah keluarga yang miskin secara spiritual dan juga material N = Jumlah populasi total rumah tangga yang diamati

Uji t-statistik Data Berpasangan

Uji t atau t Test digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi pada pendapatan rumah tangga mustahik sebelum dan sesudah adanya bantuan dana zakat. Uji t dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Analysis

System (SAR) versi 9.1.3.

Hipotesis:

H0: Pendapatan rumah tangga mustahik setelah adanya bantuan dana zakat tidak berbeda nyata pada taraf α = 5 persen terhadap pendapatan rumah tangga

mustahik sebelum adanya bantuan dana zakat.

H1: Pendapatan rumah tangga mustahik setelah adanya bantuan dana zakat berbeda nyata pada taraf α = 5 persen terhadap pendapatan rumah tangga

mustahik sebelum adanya bantuan dana zakat.

(32)

20

Nilai signifikansi > 0.05: terima H0, artinya pendapatan rumah tangga mustahik setelah adanya bantuan dana zakat tidak berbeda nyata pada taraf α = 5 persen terhadap pendapatan rumah tangga mustahik sebelum adanya bantuan dana zakat. Nilai signifikansi < 0.05: tolak H0, artinya pendapatan rumah tangga mustahik

setelah adanya bantuan dana zakat berbeda nyata pada taraf α = 5 persen terhadap pendapatan rumah tangga

mustahik sebelum adanya bantuan dana zakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil dan Gambaran Umum LAZ PM Al Bunyan

LAZ PM Al Bunyan adalah sebuah lembaga amil zakat yang bertugas melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat. LAZ PM Al Bunyan atau yang secara formal bernama Pos Mustahik Al Bunyan (PMA), mulai berkiprah sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Yayasan pada tangga 1 November 2001. Secara otonom, LAZ PM Al Bunyan berada di bawah lembaga dakwah dan sosial Yayasan Al Bunyan Bogor dimana yayasan tersebut sudah terdaftar pada Notaris, Buhari S.H. dengan nomor 18 pada tanggal 26 November 1999.

Lembaga amil zakat yang berlokasi di Jl. KH. Soleh Iskandar, Bukit Cimanggu City Blok H No. 03, Tanah Sareal-Kota Bogor ini menggunakan SK Walikota Bogor No. 451.12-198 Tahun 2003 tentang Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai pijakan hukumnya. Selain SK Walikota LAZ PM Al Bunyan Al Bunyan juga menggunakan SK MENHUKAM RI No. C. 3840 HT.01.02. Tahun 2007 sebagai pijakan hukumnya.

Sejak berdiri di tahun 2001, LAZ PM Al Bunyan sudah banyak memberikan kontribusi dalam pengelolaan dana zakat. Hal ini dapat dilihat dari data penghimpunan dana zakat yang sudah dicapai oleh LAZ PM Al Bunyan dari tahun 2011 hingga tahun 2015.

Tabel 4 Laporan penerimaan zakat LAZ PM Al Bunyan Tahun 2011-2015

Tahun Besar zakat

2011 1 759 883 014

2012 1 771 090 337

2013 1 191 469 305

2014 1 164 121 282

2015 1 055 214 807

Sumber: LAZ PM Al Bunyan 2016

Moto dari LAZ PM Al Bunyan adalah ANTUSIAS yang merupakan singkatan dari ANda adalah asset terbaik, TUjuan akhir yang utama, Sigap dalam bertindak, Attitude yang menawan, dan Senyum selalu. Visi LAZ PM Al Bunyan adalah menjadikan LAZ PM Al Bunyan sebagai Lembaga Amil Zakat yang

(33)

21 profesional, terpercaya, dan terdepan di Bogor. Selain itu LAZ PM Al Bunyan memiliki misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan dan skill SDM LAZ PM Al Bunyan. 2. Meningkatkan pelayanan prima kepada seluruh donatur atau muzakki. 3. Mempermudah donatur/muzakki dalam memberikan dan

menyalurkan zakat, infaq, sedekah, dan wakafnya (ZISWAF).

4. Mengembangkan proram pemberadayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan menjalin hubungan yang baik dengan lembaga lain. Agar tercapainya visi dan misi yang dimiliki oleh LAZ PM Al Bunyan, maka LAZ PM Al Bunyan menyediakan berbagai macam fasilitas yang menjadi kelebihan dan keunggulan LAZ PM Al Bunyan dibandingkan dengan lembaga amil zakat lainnya. Fasilitas tersebut diantaranya:

1. Siap Jemput ZIS Anda: LAZ PM Al Bunyan memberikan layanan jemput zakat, infaq, maupun shodaqoh ke rumah atau kantor muzakki. Caranya hanya dengan menghubungi call center yang sudah disediakan atau dengan mengirimkan sms ke petugas penjemput ZIS. 2. Donasi Via Rekening Bank: LAZ PM Al Bunyan memberikan kemudahan dalam berzakat, infaq, shadaqah maupun donasi lainnya kapanpun dan dimanapun melalui layanan via rekening donasi yang telah disediakan.

3. Transparan: LAZ PM Al Bunyan menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam penyampaian laporan keuangan dimana

muzakki atau donatur dapat mengakses laporan keuangan per tiga

bulan dan tahunan melalui website www.lazpma.org atau melalui majalah rumpun yang akan diberikan oleh LAZ PM Al Bunyan kepada para muzakki atau donatur.

4. Tersedia Berbagai Pilihan Donasi: LAZ PM Al Bunyan menyediakan berbagai pilihan donasi agar memudahkan muzakki dalam memilih sendiri penyaluran donasi yang diinginkan, baik untuk program pendidikan, program kesehatan, program sosial ekonomi, atau program pelatihan dan pembinaan.

5. Program Berbasis Pemberadayaan yang Memandirikan: LAZ PM Al Bunyan membantu dan memberadayakan masyarakat agar menjadi lebih mandiri. Pemberadayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki.

Adapun program penyaluran dana ZISWAF di LAZ PM Al Bunyan terbagi menjadi empat program utama, yaitu Cipta Prestasi, Cipta Sehat, Cipta Mandiri, dan Charity. Masing-masing program tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

 Cipta Prestasi

1. Beasiswa Sarjana: Beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa tingkat 2 hingga menjadi sarjana. Penerimaan beasiswa beradasarkan cluster kampus Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. 2. Bantuan Masuk Sekolah (BMS): Membantu pembiayaan pendidikan

menjelang tahun ajaran baru pada jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (PT) yang diberikan di awal tahun ajaran baru.

(34)

22

3. Beasiswa Pelajar: Pemberian beasiswa untuk pelajar SMP dan SMA selama satu tahun disertai dengan pembinaan mingguan, mentoring keagamaan, dan training up grading.

 Cipta Sehat

1. Pelayanan Kesehatan: Pelayanan kesehatan berupa penyuluhan, pemerikasaan, dan pengobatan secara gratis kepada masyarakat yang kurang mampu yang berada di wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.

2. Ambulan Siaga: Program penyediaan ambulan untuk masyarakat Kota Bogor dan sekitarnya yang memerlukan mobil ambulan untuk mengantarkan ke rumah sakit.

 Cipta Mandiri

1. Komunitas Masyarakat Mandiri (KMM): Program pemberadayaan usaha mikro yang memandirikan. Pemberadayaan dilakukan secara berkelanjutan dengan cara memberikan pendampingan usaha dan pembinaan kelompok mulai dari proses produksi hingga proses pemasaran.

2. Yatim Mandiri: Santunan kepada anak yatim disertai dengan pembinaan karakter dan kemandirian secara berkala. Acara yang diselanggarakan bernama Gebyar Anak Yatim yang diadakan setiap tahunnya bersamaan dengan acara Inspirasi Yatim.

3. Peternak Mandiri: Pemberadayaan peternak kambing, domba, dan sapi dengan cara pemberian modal hewan ternak disertai dengan pembinaan usaha mulai dari teknis budidaya hingga pemasaran ternak.

 Charity

1. PMA Care: Bantuan kemanusiaan di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial kepada msyarakat atau kelompok masyarakat yang membutuhkan.

Karakteristik Kepala Rumah Tangga Mustahik

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden tersebut adalah mustahik penerima bantuan dana zakat, baik berupa bantuan modal, bantuan biaya pendidikan, maupun charity. Karakteristik rumah tangga mustahik yang menjadi responden dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

(35)

23 Tabel 5 Karakteristik rumah tangga mustahik

Karakteristik Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Laki-laki 74 74 Perempuan 36 36 Usia 15-40 45 45 41-60 39 39 >60 16 16 Status Pernikahan Belum Menikah 10 10 Menikah 61 61 Janda/Duda 29 29 Pendidikan Tidak Sekolah 7 7 SD 48 48 SMP 21 21 SMA 10 10 >SMA 14 14 Pekerjaan Tidak Bekerja 15 15 Pedagang 15 15 Buruh 33 33 Karyawan 7 7 Pembantu 7 7 Lainnya 23 23 Ukuran Keluarga 1-3 orang 33 33 4-6 orang 49 49 >6 orang 18 18

Jenis bantuan dana zakat

Produktif 27 27

Konsumtif 73 73

Sumber : Data Primer 2016

Beradasarkan tabel di atas, mayoritas penerima bantuan dana zakat yang diberikan oleh LAZ PM Al Bunyan adalah laki-laki, yaitu sebanyak 74 persen. Sedangkan penerima bantuan dana zakat yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 36 orang atau sebesar 36 persen. Penerima bantuan dana zakat yang memiliki status belum menikah dalam penelitian ini berjumlah 10 orang atau 10

(36)

24

persen, sedangkan yang memiliki status janda atau duda bejumlah 29 orang atau 29 persen. Sementara penerima bantuan dana zakat lainnya sebesar 61 persen memiliki status pernikahan yang utuh. Sebesar 84 persen mustahik yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada usia produktif yaitu pada usia 15-60 tahun. Sementara mustahik lainnya yang berada pada usia lebih dari 60 tahun berjumlah 16 orang atau sebesar 16 persen.

Dilihat dari tingkat pendidikannya, mustahik yang tidak pernah bersekolah berjumlah tujuh orang atau sebesar tujuh persen. Mustahik yang menempuh pendidikannya hanya sampai dengan jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) bejumlah 48 persen. Sementara mustahik yang menempuh pendidikannya hingga SMP dan SMA masing-masing sebesar 21 persen dan 10 persen. Sebesar 14 persen dari mustahik sudah atau sedang menempuh pendidikannya di universitas. Berdasarkan jenis pekerjaannya, sebesar 33 persen mustahik berprofesi sebagai buruh. Sebesar 15 persen adalah pengangguran atau tidak bekerja dan 15 persen lainnya bekerja sebagai pedagang atau pengusaha mikro. Mustahik yang bekerja sebagai pembantu dan karyawan masing-masing sebesar 7 persen. Sementara itu, sebanyak 23 persen mustahik lainnya bekerja di luar pekerjaan yang sudah disebutkan sebelumnya seperti petani, peternak, mahasiswa, dan lain sebagainya. Jumlah ukuran rumah tangga keluarga mustahik yang berukuran 1-3 orang berjumlah 33 orang atau sebesar 33 persen. Sebesar 49 persen mustahik memiliki ukuran keluarga yang berukuran 4-6 orang. Sementara mustahik yang memiliki ukuran keluarga lebih dari enam orang sebesar 18 persen. Berdasarkan jenis bantuan dana zakat yang diterima oleh mustahik, sebanyak 27 persen menerima bantuan dana zakat produktif dan 73 persen menerima bantuan dana zakat konsumtif.

Analisis Dampak Pendayagunaan Dana Zakat Terhadap Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Mustahik

Hasil dari pengolahan data pendapatan rumah tangga mustahik dengan uji t-statistik berpasangan, didapatkan hasil signifikansi sebesar 0.001. Nilai signikansi lebih kecil dari taraf nyata lima persen sehingga tolak H0. Artinya pendapatan rumah tangga mustahik setelah adanya bantuan dana zakat berbeda nyata pada taraf α = 5 persen terhadap pendapatan rumah tangga mustahik sebelum adanya bantuan dana zakat. Berikut ini akan dijelaskan mengenai dampak dari pendayagunaan dan pendistribusian dana zakat zakat terhadap perubahan pendapatan rumah tangga

(37)

25 Tabel 6 Rata-rata perubahan pendapatan

Rata-rata pendapatan sbelum adanya bantuan

dana zakat

Rata-rata pendapatan setelah adanya bantuan

dana zakat Pendapatan Rumah

Tangga Mustahik 1 418 100 2 330 600

Pendapatan rumah tangga

mustahik penerima

program penyaluran dana zakat produktif

2 631 851.852 3 363 333

Pendapatan rumah tangga

mustahik penerima

program penyaluran dana zakat konsumtif

969 178.1 1 965 753.425

Sumber : Data Primer 2016

Beradasarkan tabel di atas maka dapat dapat diambil kesimpulan bahwa pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat memiliki dampak terhadap pendapatan rumah tangga mustahik. Dampak yang ditimbulkan oleh pendistribusian dan pendayagunaan zakat adalah dampak yang positif. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik sebelum dan sesudah adanya bantuan dana zakat. Sebelum adanya bantuan dana zakat yang diberikan oleh LAZ PM Al Bunyan rata-rata pendapatan rumah tangga

mustahik secara keseluran sebesar Rp 1 418 100 dan setelah mendapatkan bantuan

dana zakat, rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik secara keseluruhan naik menjadi Rp 2 330 600. Artinya terjadi peningkatan rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik sebesar Rp 912 500.

Dilihat dari jenis program penyaluran dana zakat, baik mustahik penerima bantuan dana zakat produktif maupun mustahik penerima bantuan dana zakat konsumtif, rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik setelah menerima bantuan dana zakat mengalami peningkatan. Rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik penerima bantuan dana zakat produktif sebelum adanya bantuan dana zakat produktif adalah sebesar Rp 2 631 851.852. Rata-rata pendapatan tersebut meningkat menjadi Rp 3 363 753.425 setelah adanya bantuan dana zakat produktif. Sementara rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik penerima bantuan dana zakat konsumtif sebelum menerima bantuan dana zakat konsumtif adalah sebesar Rp 969 178.1. Setelah adanya bantuan dana zakat konsumtif, rata-rata pendapatan rumah tangga mustahik penerima bantuan dana zakat konsumtif meningkat menjadi Rp 1 965 753.425.

Selanjutnya, untuk melihat dampak dari pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat sebagai pengurang tingkat kemiskinan dilakukan dengan menggunakan analisis kuadran CIBEST dan perhitungan indeks kemiskinan. Kedua analisis ini dilakukan dengan melihat dampak sebelum dan sesudah adanya bantuan dana zakat yang diberikan oleh LAZ PM Al Bunyan. Jika terdapat perubahan terhadap rumah tangga mustahik, perubahan baik atau buruk, maka dapat dikatakan bahwa

Gambar

Grafik 1  Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2007-2015
Grafik  2    Persentase  penduduk  miskin  di  Kota  Bogor,  Kota  Sukabumi,  Kota  Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok dan Kota Cimahi tahun 2012-2013
Grafik 3  Penghimpunan dana zakat LAZ PM Al Bunyan tahun 2011-2015
Gambar 1 Kerangka pemikiran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis dampak dari zakat produktif yang diberikan melalui Program Rumah Makmur BAZNAS terhadap perkembangan pelaku usaha

Untuk mengetahui sejauh mana BMT Amanah Umah memanfaatkan dana Baitul Mal (zakat, infak, sedekah) yang telah diberikan muzakki untuk didistribusikan secara tepat

1) Bantuan yang diberikan oleh YDSF dapat mempengaruhi kesejahteraan mustaḥiq walaupun kurang maksimal. Hal ini karena masih banyak kondisi mustaḥiq yang belum

Temuan dalam Penelitian ini adalah dana zakat yang dibagikan kepada muzakki belum memiliki tujuan yang jelas, hanya sekedar dibagikannya saja, seharusnya LAZ

Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan oleh lembaga amil kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan modal, bantuan dana zakat produktif sebagai modal untuk menjalankan

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis dampak dari zakat produktif yang diberikan melalui Program Rumah Makmur BAZNAS terhadap perkembangan pelaku usaha

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis program pendayagunaan zakat yang dilakukan BAZNAS Kota Bogor serta dampaknya terhadap kehidupan mustahik, baik ditinjau dari perubahan

Bantuan dana umat yang diberikan tersebut kebanyakan hilang karena kurang pengawasan dari pihak Lembaga dan masih kurangnya pengetahuan mustahik terhadap apa itu zakat produktif,