• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat menimbulkan cacat janin dan kematian janin. Lebih sulitnya gejala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. karena dapat menimbulkan cacat janin dan kematian janin. Lebih sulitnya gejala"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Toxoplasma merupakan salah satu infeksi yang sangat berisiko pada ibu hamil karena dapat menimbulkan cacat janin dan kematian janin. Lebih sulitnya gejala klinis yang ditunjukkan tidak ada, sehingga pengobatan pada trimester 1 tidak dianjurkan karena dianggap obat hanya bersifat teratogen (Nelwan, 2009).

Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut toxoplasmagondii. Pada umumnya infeksi toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (Misalnya, penderita AIDS, pasien transplantasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi toxoplasma maka akibat yang akan terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%). Lahir mati (3%) selebihnya bayi menderita toxoplasmosis bawaan. Pada toxoplasmosis bawaan gejala dapat muncul setelah dewasa misalnya kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis (Chevy, 2007).

Rawannya derajat kesehatan ibu ini memberikan dampak yang bukan terbatas pada kesehatan ibu saja, tetapi berpengaruh secara langsung terhadap kesehatan janin atau bayi pada minggu pertama kehidupannya (perinatal). Sebagian besar kematian ini sebenarnya dapat dicegah melalui pelayanan antenatal dan perdarahan adaalah

(2)

infeksi. Segala macam penyakit infeksi yang akut maupun menahun dapat diidap selama kehamilan, dalam masa puerperium dan konsepsipun dapat terjadi pada wanita hamil.

Menurut WHO, diketahui sekitar 300 juta orang menderita toxoplasmosis. Penyakit ini dapat menyerang manusia dan berbagai jenis mamalia, termasuk hewan kesayangan serta satwa eksotik. Toxoplasmosis juga memiliki dampak ekonomis yang penting karena dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan fertilitas, termasuk abortus.

Menurut March of Dimer, bahwa 40% wanita hamil yang mengidap toxoplasmosis pada permulaan awal kemungkinan janin yang dilahirkan akan terinfeksi, apabila wanita hamil terinfeksi pada trimester pertama kehamilan maka 15% janin akan terinfeksi dan menyebabkan abortus ataupun kelahiran dini. Walaupun 90% bayi yang terinfeksi lahir dengan normal tetapi 80-90% bayi tersebut akan menderita gangguan penglihatan setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dan 10% akan mengalami gangguan pendengaran (Lopez, 2000).

Dari hasil penelitian serologi pada 1000 wanita hamil di Eropa menunjukkan bahwa antara 30-63% terinfeksi Toxoplasma karena mengkonsumsi daging yang penanganannya kurang sempurna dalam pemasakan ataupun pengasapan dan 17% tertular karena kontak dengan ookista yang ada dalam tanah (Gilbert, 2000).

Penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya abortus ataupun sampai kematian dan sangat berakibat fatal khususnya bagi ibu hamil dan anak-anak. Diperkirakan bahwa 30-50% populasi manusia di dunia ini telah terinfeksi oleh Toxoplasma dan

(3)

secara klinik mengandung kista walaupun tidak jelas, lebih dari 1000 bayi yang lahir terinfeksi oleh Toxoplasma (Arlomin, 2001).

Kejadian Toxoplasmosis di berbagai negara berbeda-beda dan lebih sering ditemukan di daerah dataran rendah dengan kelembapan udara yang tinggi. Di Amerika Serikat dilaporkan 5-30% penderita berumur 10-19 tahun dan 10-67% pada kelompok umur diatas 50 tahun. Bahkan akhir-akhir ini diperkirakan dari 3,3 juta bayi yang dilahirkan terinfeksi toksoplasmosis per tahun dan 3.300 bayi menderita infeksi congenital, di Perancis ditemukan 5/1000 kehamilan per tahun terinfeksi toksoplasmosis. Di Inggris dilaporkan angka prevalensi 30%, sedangkan di Paris 87%. Hal ini erat hubungannya dengan kebiasaan makan daging setengah matang (Rampengan, 2007).

Di Indonesia, survei prevalensi zat antitoxoplasma dengan hemagglutination test indirect di beberapa daerah menunjukkan bahwa seropositivitas berkisar antara 2-53%. Di Jakarta ditemukan prevalensi 10-12,5%. Cross (1975) dan Beaver (1986) mengatakan bahwa zat antitoxoplasma meningkat sesuai umur dan tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan wanita (Rampengan, 2007).

Menurut peneliti Indriyani (2008) yang mengatakan ibu mengalami toxoplasmosis memiliki ciri-ciri demam, nyeri tenggorokan dan gejala lainnya seperti kelelahan. Dan ibu hamil yang mengalami toxoplasmosis dapat mengalami keguguran atau anak lahir hidup, tetapi mengalami penyakit yang parah dan berakhir dengan kematian, Sedangkan ibu yang tidak mengalami toxoplasmosis kehamilannya berjalan dengan normal.

(4)

Berdasarkan hal diatas maka ibu hamil perlu mencegah penyakit ini dengan adanya suatu sikap untuk tidak memasak makanan dengan setengah masak terutama pada makanan produk hewani, ibu juga harus mengetahui bahwa penyakit toksoplasmosis dapat terjadi karena adanya memakan makanan produk hewani yang setengah masak yang dapat mempengaruhi keadaan janin dalam kandungan dan bisa mengakibatkan terjadinya abortus dan tindakan yang dapat dilakukan ibu tidak memakan makanan yang setengah masak dan ibu harus dapat memasak makanan lebih matang.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan diperoleh sebanyak 1879 dan jumlah ibu hamil sebanyak 100 orang dan ibu hamil yang mengalami toxoplasmosis 5%. Kejadian toxoplasmosis ini berkaitan dengan pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengetahui bagaimana Hubungan pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

(5)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

2. Untuk mengetahui sikap ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

3. Untuk mengetahui tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi ibu hamil di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan mengenai pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan.

2. Sebagai bahan informasi bagi instansi Pendidikan Akademi Kebidanan Audi Husada Medan serta sebagai bahan masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai sumber informasi bagi penelitian berikutnya dalam rangka pengembangan penelitian di bidang kesehatan khususnya.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pemikiran dengan kenyataan atau pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab akibat) yang universal (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Notoadmodjo pengetahuan yang tercakup di dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk di dalamnya mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh ransangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui yang dapat menginterpasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

(7)

3. Aplikasi

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus masalah di dalam masalah tentang resiko toxoplasmosis dalam kehamilan.

4. Analisis (analysis)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Diartikan sebagai suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dari yang sudah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2003).

(8)

2.1.1. Sumber Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo, sumber pengetahuan dapat dibagi menjadi beberapa macam diantaranya:

a. Pengalaman sendiri yaitu dialami oleh orang lain maupun diri sendiri dalam hidup untuk mendapat suatu pengetahuan.

b. Media masa : surat kabar, majalah.

Yaitu lisan atau tulisan yang disampaikan dalam surat kabar dan majalah dalam menyampaikan suatu pengetahuan.

c. Media elektronika : radio, televisi.

Merupakan suatu obrolan (tanya jawab), forum diskusi, sandiwara, sinetron, ceramah dalam penyampaian suatu pengetahuan.

d. Buku petunjuk

Merupakan buku yang melatarbelakangi dalam penyampaian pengetahuan atau informasi yang dicari atau dibutuhkan.

e. Petugas kesehatan

Merupakan penyuluhan yang dilakukan dalam penyampaian suatu informasi atau pengetahuan yang didengar.

f. Media poster

Merupakan pesan yang singkat dalam bentuk gambaran berisi informasi atau pengetahuan yang di tempel pada tempat umum dan kendaraan umum serta dapat dilihat oleh banyak orang.

(9)

2.1.2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun hal-hal yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoadmodjo, 2003 adalah :

a. Pendidikan b. Ekonomi c. Kebudayaan.

2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat lansung dilihat tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata mengkhususkan konotasi adanya penyesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang di dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

New Comb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan atau bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka dan tingkah laku. Lebih dapat dijelaskan bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Secara tidak lansung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hipotesis (Notoadmodjo, 2003).

(10)

2.2.1. Komponen Sikap

Dalam bagian lain Allport (1999) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (receiving trend to behave).

2.2.2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoadmodjo sikap mempunyai 4 (empat) tingkatan : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau objek atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Vlauving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible).

(11)

2.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Menurut Notoadmodjo dalam praktek atau tindakan terdapat 4 tingkatan yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.4. Toxoplasmosis

2.4.1. Definisi Toxoplasmosis

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toksoplasma gondii. Parasit ini dapat menginfeksi manusia ataupun binatang dan dapat menimbulkan

(12)

masalah baik kesehatan maupun masalah ekonomi. Parasit ini tersebar luas di seluruh dunia dan merupakan suatu atropozoonosis. Infeksi terjadi bila ookista yang dikeluarkan bersama tinja kucing yang mencemari tanah atau makanan daging yang mengandung troposit tertelan (Rampengan, 2007).

Toksoplasma juga termasuk dalam phylum Apicomplexa, kelas Sporozoa dan subkelas Coccidia. Parasit yang temasuk dalam phylum ini mempunyai tiga karakteristik utama yaitu bersifat obligat intraseluler, siklus hidup yang kompleks baik secara seksual ataupun aseksual dan mempunyai host spesifik yang sangat tinggi (Arlomin, 2001).

2.4.2. Siklus Hidup Toxoplasmosis

Dalam siklus hidup toksoplasma dikenal ada 3 bentuk dasar, yaitu:

1. Bentuk proliferatif atau takizoit (endozoit atau tropozoit) ditemukan dalam tipe sel banyak macam eksudat dan di dalam aliran darah dalam masa parasitaemia 2. Bentuk kista atau bradizoit (cystizoite) ditemukan dalam jaringan terutama di

dalam otot dan jaringan saraf dalam bentuk kista dengan membran parasit sebagai pembatas yang jelas.

3. Ookista atau oocyst, zigot dengan dua lapis dinding ditemukan di dalam tinja dari induk semang definitif dan lingkungan yang tercemar tinja (Rochiman Sasmita, 2006).

Ditemukan dalam usus kucing dan binatang sejenisnya (fellidae), disini terjadi daur siklus seksual dan dihasilkannya ookista bersama tinja. Ookista yang dikeluarkan, di tanah dapat hidup bertahun-tahun dan di luar tubuh kucing akan

(13)

membentuk sporokista yang masing-masing berisi 4 protozoit. Sporozoit ini bila tertelan oleh binatang mamalia akan membentuk tropozoit dalam darah, cairan tubuh dan jaringan.

Merozoit akan keluar dari sel hospes yang rusak kemudian memasuki sel yang baru untuk selanjutnya menjadi tropozoit dan sizon. Selain itu, merozoit juga dapat mengalami diferensiasi menjadi makrogamet dan mikrogamet. Kemudian mikrogamet akan berkontak

dengan makrogamet dan menghasilkan kista yang dapat hidup bertahun-tahun di dalam jaringan otak, limpa dan ginjal (Rampengan, 2007).

Dalam siklus hidupnya pada phylum Amplicomplexa mengenal 3 stadium yaitu stadium takizoit yaitu stadium multiplikasi aktif dari tropozoit dan biasanya teramati pada infeksi akut. Stadium ini paling sering dijumpai pada organ tubuh khususnya otak, otot daging, otot jantung dan mata. Secara perlahan stadium ini akan berubah menjadi kista dan menyebabkan infeksi secara kronik pada inang perantara (Sciammarella, 2001).

2.4.3. Penularan Toxoplasmosis

Penularan dari hewan kepada manusia dapat terjadi per os lewat tinja kucing atau daging mengandung kista yang tidak dimasak dengan baik. Penularan dari ibu ke fetus terjadi secara transplasental. Penularan hanya diditemukan pada ibu-ibu hamil yang tertular (dibuktikan secara serologik).

Kucing tertular lewat makan (memangsa) hewan-hewan yang bertindak sebagai induk semang semang perantar (tikus dan burung) mengandung kista atau

(14)

oocyst yang bersporulasi. Berjuta-juta oocyst dapat ditemukan pada tinja kucing dalam waktu 3-10 hari setelah menelan oocyst yang bersporulasi. Oocyst akan tetap dikeluarkan di dalam tinja selama 2 minggu, kemudian eksresi oocyst berhenti sama sekali. Apabila kekebalan telah menurun dan terjadi reinfeksi, barulah oocyst tersebut diekresikan kembali selama 1-2 hari. Oocyst sendiri tidak bersifat infektif. Baru setelah oocyst mengalami sporulasi (terjadi di tanah 1-5 hari, tergantung pada suhu dan udara), menjadi infektif.

Herbivora tertular lewat makanan (rumput) atau minuman tercemar tinja dari anggota Famili Felidae yang mengandung oocyst (Soeharsono, 2002).

2.4.4. Gejala Klinis Toxoplasmosis

Gejala klinis toksoplasma dibagi menjadi : 1. Toksoplasmosis akuisita

a. Toksoplasmosis Akuisita

Hanya 10-20% dari infeksi akut toksoplasma memberikan gejala klinik. Limfadenopati merupakan gejala klinis yang paling sering dijumpai, yaitu 90% kasus dan biasanya tanpa disertai febris. Limfadenopati yang paling sering terdapat di daerah servikalis. Pembesaran kelenjar disertai demam terjadi pada 40% kasus, hepatomegali 33% dan nyeri tenggorakan 20%. Penulis lain mengatakan bahwa gejala utama adalah panas 4%, mialgia 40%, dan rash makulopapuler 10%. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah malaise, kelelahan, splenomegali, limfosit atipikal serta peningkatan enzim hati.

(15)

Toksoplasmosis serebrospinal lebih banyak terjadi pada anak daripada orang dewasa. Gambaran klinis yang bisa ditemukan ialah korioretinitis, pneumonitis, miokarditis, perikardialeffusion, hepatitis dan polioneuritis (Rampengan, 2007). 2. Toksoplasmosis kongenital.

a. Toksoplasmosis Kongenital

Diagnosis dapat dicurigai bila ditemukan gambaran klinis berupa hidrosefalus, korioretinitis dan klasifikasi serebral (Sindrom Sabin). Namun, diagnosis sering sukar ditegakkan karena 6% bayi lahir tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis sehingga ada yang membagi toksoplasmosis kongenital menjadi 4 bentuk, yaitu :

1. Bayi lahir dengan gejala

2. Gejala timbul dalam bulan-bulan pertama

3. Gejala sisa atau relaps penyakit yang tidak terdiagnosis selama masa kanak-kanak

4. Infeksi subklinis (Rampengan, 2007).

Pada ibu hamil yang terinfeksi protozoa ini dapat mengalami keguguran, stillbirth, atau anak lahir hidup, tetapi mengalami penyakit yang parah dan berakhir dengan kematian, atau sebaliknya tidak menunjukkan gejala klinik (asimptomatik). Bila anak yang dilahirkan hidup, dapat ditemukan kemunduran mental yang parah, strabismus (juling) dan kebutaan.

Toksoplasmosis dapatan (acquired) umumnya bersifat ringan atau asymptomatic. Tanda klinik yang sering terlihat adalah limfadenopati, terutama

(16)

daerah servikal atau aksila, namun tidak nyeri. Masa sakit dapat berlansung selama berminggu-minggu atau beberapa bulan, diikuti anemia, lekopenia, dan limfositosis. Chorioretinitis pada orang dewasa umumnya ada hubungannya dengan infeksi kronis (Soeharsono, 2002).

2.4.5. Diagnosis

Untuk mendapatkan diagnosis pasti dapat digunakan beberapa cara sebagai berikut :

1. Pemeriksaan lansung tropozoit atau kista 2. Isolasi parasit

3. Biopsi kelenjar 4. Pemeriksaan serologis

5. Pemeriksaan radiologis (Rampengan, 2007).

Diagnosis toksoplasmosis pada umumnya menggunakan serologi dengan ELISA, jarang sekali menggunakan inokulasi mencit, deteksi toksoplasma pada cairan tubuh maupun pewarnaan jaringan. Pemeriksaan serologi dipilih karena mudah, dapat dikerjakan dimanapun, tersedia kit komersial dan waktu pengerjaan yang relatif singkat (4-6 jam) (Hendra Utama, 2005).

Ada beberapa metode pemeriksaan serologis, yaitu : a. Sabin Fieldman Dye Test (Dye Test)

IgG akan positif dalam 1-2 minggu kemudian meningkat mencapai titer tertinggi dalam 6-8 minggu. Selanjutnya titer akan menurun dan bertahan selama bertahun-tahun. Titer IgG ini tidak mempunyai korelasi dengan beratnya penyakit.

(17)

Walaupun tes ini sensitif dan spesifik, namun teknik pelaksanaannya sukar sehingga saat ini tidak dipakai lagi di beberapa negara.

b. Indirect Fluorescent Antibody (IFA) Test c. IgM Fluorescent Antibody (IgM-IFA)

Berguna dalam mendiagnosis suatu infeksi akut karena IgM segera meningkat (5 hari setelah infeksi) dan biasanya titernya segera menurun atau menghilang dalam beberapa bulan.

d. Indirect Haemagglutination Test (IHA) e. Complemen Fixation Test (CT)

Dengan cara ini, antibodi dapat dideteksi lebih lama. Dengan demikian, hasil test Cf negatif tidaklah menyingkirkan adanya infeksi akut, sedangkan bila positif belum dapat menengakkan suatu infeksi akut.

f. Toxoplasmin Skin Test / Frenkel Skin Test

Dengan menyuntik 0,1 mL 1/5000 antigen toksoplasma pada lengan secara intradermal, kemudian di evaluasi setelah 48-72 jam, hasilnya positif bila berbentuk aerola dan indurasi yang lebih besar dari 0,5 cm. Cara ini hanya menunjukkan adanya antibodi toksoplasma dalam tubuh.

g. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Merupakan test yang sederhana dan objektif untuk menentukan IgG dan IgM. h. Direct Agglutination Test (Bio Merieux. Lion , France)

(18)

i. Polimerase Chain Reaction (PCR)

Pada penderita korioretinitis akibat toksoplasmosis biasanya terdapat titer IgG yang rendah dan IgM yang negatif. Dengan pemeriksaan PCR, titer antibodi yang rendah pun dapat di deteksi. Diagnosis dapat diambil dari cairan liquor maupun darah.

Diagnosis dapat dibuat dengan mendeteksi zat anti IgM dan IgG. Pascanatal IgM spesifik di bentuk dalam serum setelah terjadi infeksi primer dan akan menghilang dalam waktu 1-3 bulan. Sedang IgG dapat dideteksi beberapa hari setelah muncul IgM dan mencapai puncaknya setelah beberapa minggu kemudian menurun dan dapat ditemukan seumur hidup dalam darah.

IgG dalam darah janin di dapat secara pasif dari ibunya melalui plasenta sehingga bila ditemukan adanya IgM pada bayi menandakan adanya suatu infeksi akut. Jumlah IgG pada bayi yang baru lahir sama dengan jumlah IgG pada ibunya, kemudian akan menurun dan habis. IgG akan di bentuk oleh bayi pada usia 2-3 bulan (Rampengan, 2007).

2.4.6. Pencegahan

Pencegahan terutama untuk ibu hamil, yaitu dengan cara : 1. Mencegah terjadinya infeksi primer pada ibu-ibu hamil

a. Memasak daging sampai 60ºC

b. Jangan menyentuh mukosa mulut bila sedang memegang daging mentah c. Mencuci buah / sayur sebelum dimakan

(19)

e. Cegah kontak dengan kotoran kucing

f. Siram bekas piring makanan kucing dengan air panas 2. Mencegah infeksi terhadap janin dengan jalan :

a. Seleksi wanita hamil dengan tes serologis

b. Pengobatan adekuat bila ada infeksi selama hamil c. Tindakan abortus terapeutik pada trimester I/II

d. Vaksinasi pada kucing dengan tujuan untuk mencegah sporulasi dan pelepasan okista ke lingkungan, dapat menurunkan secara drastis angka infeksi toksoplasma pada binatang dan manusia.

Anak yang lahir dari ibu dengan toksoplasmosis aktif harus di observasi selama 2 minggu terhadap:

1. Gejala-gejala mata dan radiologis 2. Pemeriksaan serologis

Bila dalam pengamatan ternyata positif harus segera diobati. Penggunaan vaksin pada manusia belum dilakukan mengingat efek samping yang berbahaya sehingga memerlukan penelitian yang lebih lanjut (Rampengan, 2007).

Adapun pendidikan pada masyarakat mengenai pencegahan toksoplasmosis dengan cara pencegahan primer yaitu:

1. Tidak makan daging kecuali matang. Tidak minum susu kecuali telah di pasteurisasi.

2. Hindari menyentuh mata dan mulut pada saat mengolah daging mentah. Setelah mengolah daging mentah maka wajib melakukan cuci tangan dengan sabun.

(20)

3. Hindari kontak dengan kotoran kucing atau kontaminannya (misalnya saat berkebun).

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan skrining serologi pada ibu hamil di awal kehamilannya. Namun upaya ini sangat mahal dan interpertasi yang relatif sulit.

Perlu dilakukannya skrining atau tidak pada kehamilan muda memang menjadi perdebatan. Pakar yang menganjurkan skrining pada ibu hamil memberi argumentasi bahwa angka kejadian toksoplasmosis kongenital relatif sama dengan angka kejadian sindroma down, ataupun hipotiroidisme kongenital. Padahal pada toksoplasma kongenital tersedia pengobatan dan tidak memerlukan pengobatan seumur hidup. Sedangkan permasalahan yang dihadapi bila terjadi toksoplasmosis kongenital relatif cukup berarti yaitu hidrosefalus, retinis khoroidalis, hepatitis, dsb. Sedangkan pakar yang tidak menyetujui skrining toksoplasma pada ibu hamil berpendapat bahwa biaya skrining mahal, kejadian serokonversi kecil, dampak yang terlihat tidak pasti (variasi klinis toksoplasmosis kongenital yang beragam) dan yang terpenting adalah pemastian diagnosisnya yang masih menjadi perdebatan (Hendra Utama, 2005).

2.4.7. Pengobatan

Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan toksoplasmosis dapat dibagi dalam 2 golongan menurut mekanisme kerjanya :

1. Penghambat sintesis protein mikroba, yaitu : spiramisin, klindamisin, roksitromisin, klaritromisin dan azitromisin.

(21)

2. Penghambat enzim dihidrofolat reduktase, yaitu : pirimetamin dan trimetoprim. Pada umumnya pengobatan toksoplasmosis pada kehamilan bermanfaat untuk mengurangi cacat pada janin. Penggunaan obat harus dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan terutama pada awal kehamilan.

Obat yang yang digunakan pada toksoplasmosis pada masa kehamilan ialah : 1. Spiramisin

Ini merupakan obat yang tersering digunakan pada toksoplasmosis pada kehamilan karena :

a. Mencapai kadar yang tinggi di plasenta

b. Termasuk antibiotika yang relatif aman untuk wanita hamil dan janin. Hanya sedikit obat yang menembus plasenta dan masuk ke janin.

c. Efek samping lainnya relatif ringan

d. Berbagai uji klinik menunjukkan bahwa obat ini efektif untuk mencegah kelainan pada janin bila diberikan dalam 20 minggu pertama kehamilan. Infeksi akut pada masa kehamilan diobati dengan spiramisin 3 kali 1 gr sehari. Bila janin tidak terkena infeksi, dianjurkan memberikan obat ini sepanjang kehamilan dengan dosis 3gr sehari sepanjang kehamilan. Pemberian spiramisin terus menerus ini diperlukan untuk membunuh toksoplasma di plasenta sepanjang kehamilan. Pengobatan dengan spiramisin ini dilaporkan mengurangi transmisi toksoplasma melalui plasenta sebanyak 70%.

(22)

Spiramisin kurang toksik namun juga kurang efektif terhadap toksoplasmosis dibandingkan dengan kombinasi pirimetaminsulfonamid. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein protozoa atau kuman. Efek samping yang dihubungkan dengan penggunaan spiramisin ialah keluhan gangguan saluran cerna dan erupsi kulit yang bersifat sementara (Hendra Utama, 2005).

Beberapa obat lain yang dapat digunakan untuk ialah pengobatan kausal toksoplasma diberikan :

1. Sulfonamide (Sulfadiazin, Sulfamerazin, SWulfametazin, Sulfametoksazol)

Efek obat ini dapat membunuh tropozoit dan biasanya dikombinasikan dengan pirimetamin. Dosis yang dianjurkan : 25-35 mg / kg BB / hari dibagi 4 dosis. 2. Pirimetamin

Obat ini mempunyai kerja sinergistik dengan obat golongan sulfonamide dalam membunuh tropozoit namun tidak efektif terhadap kista. Dosis yang dianjurkan 1 mg / kg BB / hari diberikan selama 4-5 hari kemudian dosis diturunkan menjadi setengahnya setelah 3 hari pengobatan. Maksimal dosis sehari 35 mg/hari. Lama pengobatan sulfonamide dan piritamin adalah 4-6 minggu.

Efek samping: a. Kristaluria b. Hematuria c. Rash

d. Sumsum tulang mengalami depresi sehingga dapat terjadi anemia, lekopenia dan trombositopenia. Hal ini disebabkan oleh obat yang merupakan asam folat

(23)

antagonis sehingga untuk mencegah depresi sumsum tulang dapat diberikan FOLINIC ACID (calcium leucovorin) dengan dosis 1 mg/hari.

3. Klindamisin

Juga merupakan obat yang efektif, tetapi penetrasi ke sistem saraf pusat kurang baik, namun efektif terhadap toksoplasmosis karena kosentrasi tinggi dalam koroid.

4. Spiramisin

Suatu makrolid yang bersifat kurang toksik dibandingkan obat-obat di atas. Dosis yang dianjurkan 100-200 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis dan diberikan selama 4-6 minggu. Obat ini tidak dapat melalui plasenta sehingga dapat digunakan pada ibu hamil agar transmisi melalui plasenta dapat dicegah, tetapi tidak efektif terhadap toksoplasma yang telah melewati plasenta. Dosis untuk ibu hamil adalah 2 gr/hari dosisi tunggal atau dibagi dalam 2 dosis.

5. Kortikosteroid

Sebagai anti radang dapat digunakan untuk menanggulangi reaksi hipersensitif pada korioretinitis. Karena obat ini juga bersifat imunosupresif selalu digunakan bersama-sama obat anti toksoplasma lain. Dosis yang dianjurkan 1-2 mg/kg BB/hari kemudian diturunkan perlahan-lahan, biasanya diberikan selama 10 hari (Rampengan, 2007).

(24)

3. Tindakan 2. Sikap

1. Pengetahuan

Toxoplasmosis 2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu-ibu di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

2.6. Hipotesis Peneliti

1. Ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

2. Ada hubungan sikap ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

3. Ada hubungan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang artinya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil dengan toxplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian di Kelurahan Kemenangan Tani kecamatan Medan Tuntungan karena adanya ditemukan kejadian toxoplasmosis pada ibu hamil di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan sebesar 5%.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret–Mei 2014.

(26)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Kelurahan Kemenangan Tani pada bulan Maret–Mei 2014 sebanyak 100 orang ibu hamil.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan sebagai sampel ditentukan dengan rumus pengukuran besar sampel menurut Taro Yamane (Notoatmodjo, 2001) yaitu :

n = N 1+ N (d )² n = 100 1+100 (0,1)² n = 100 2 n = 50

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapatkan sampel sebanyak 50 ibu hamil. Penganmbilan sampel dilakukan secara acak sistematik (systematic random sampling). Untuk mendapat sejumlah sampel, semua anggota populasi dibagi dengan jumlah sampel yang diinginkan. Populasi sebanyak 100 kemudian di bagi dengan 50 sampel, maka intervalnya adalah 100:50 =2, maka yang menjadi sampel adalah setiap kelipatan 2 yaitu 4,6, dan seterusnya hingga diperoleh sebanyak 50 sampel.

(27)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner, memberikan pertanyaan langsung terhadap responden.

3.4.2. Data Sekunder

Pengumpulan data skunder dilakukan dengan mengambil data-data dari Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Indevenden

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan yang diperoleh dari hasil kuesioner terhadap responden, Kategori pengetahuan :

1. Buruk : Jika responden memperoleh score < 76% atau jika skor yang diperoleh 1-7 buah pertanyaan

2. Baik : Jika responden memperoleh score ≥ 76% atau jika skor yang diperoleh 8-10 buah pertanyaan

Untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu hamil tentang toxoplasmosis dalam kehamilan kuesioner sebanyak 10 buah pertanyaan. Untuk setiap jawaban “Benar” diberi nilai 1 dan jawaban “salah” di beri nilai 0, maka hasil score untuk variabel pengetahuan : 1. Buruk

(28)

2.. Sikap yaitu reaksi ibu hamil tentang toxoplasmosis. Kategori sikap :

1. Negatif : Jika responden memperoleh score < 50% atau jika score yang diperolehyaitu 1-5

2. Positif : Jika responden memperoleh score ≥ 50% atau jika score yang diperoleh yaitu 6-10

Untuk mengukur tingkat sikap ibu hamil tentang toxoplasmosis dalam kehamilan kuesioner sebanyak 10 buah pertanyaan. Untuk setiap jawaban “Benar” diberi nilai 1 dan jawaban “salah” di beri nilai 0, maka hasil score untuk variabel sikap : 1. Negatif

2. Baik

3.. Tindakan adalah suatu perbuatan atau praktek yang dilakukan ibu hamil tentang pencegahan toxoplasmosis dengan skala ordinal.

Kategori tindakan :

1. Tidak Melakukan : Jika responden memperoleh score 1-5% atau jika score yang diperoleh sebanyak 0-5 buah.

2. Melakukan : Jika responden memperoleh score 6-10% atau jika score yang diperoleh sebanyak 6-10 buah pertanyaan.

(29)

Untuk mengukur tindakan ibu hamil tentang pencegahan toxoplasmosis di susun sebanyak 10 buah pertanyaan. Untuk setiap jawaban “Benar” di beri nilai 1 dan jawaban “Salah” di beri nilai 0, maka hasil score untuk variabel tindakan :

1. Tidak melakukan 2. Melakukan

3.5.2. Variabel Dependent

1. Adanya kejadian toxoplasmosis pada ibu hamil di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

Kategori : Pencegahan toxoplasmosis

1. Toxoplasmosis : jika skor yang diperoleh ≥ 50% atau mampu menjawab benar sebanyak 6-10 buah pertanyaan.

2. Tidak toxoplasmosis : jika skor yang diperoleh < 50% atau mampu menjawab benar sebanyak 0-5 buah pertanyaan.

Untuk mengukur kejadian toxoplasmosis pada ibu hamil kuesioner sebanyak 10 pertanyaan untuk setiap jawaban “Benar” diberi nilai 1 dan jawaban “Salah” diberi nilai 0, maka hasil score untuk variabel pencegahan toxoplasmosis :

1. Tooxoplasmosis 2. Tidak toxoplasmosis

(30)

3.6. Metode Pengukuran

Tabel 3.1.Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Pengukuran Variabel Cara dan Alat

Ukur

Skala Hasil Ukur 1.Pengetahuan Wawancara (kuesioner) Ordinal 1. Buruk 2. Baik 2.Sikap Wawancara (kuesioner) Ordinal 1. Negatif 2. Positif 3.Tindakan 4.Toxoplasmosis Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Ordinal Ordinal 1. Tidak Melakukan 2. Melakukan 1. Tidak Toxoplasmosis 2. Toxoplasmosis

3.7. Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data : 1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan kuesioner, apakah jawaban yang ada pada kuesioner sudah :

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data dan berbagai huruf menjadi data berbentuk angka bilangan. Kegunaan dari coding adalah mempermudah saat analisis data dan mempercepat saat entry data.

(31)

3. Processing/Entry

Setelah isi kuesioner terisi penuh dan juga melewati pengkodean maka langkah selanjutnya memproses data agar dapat dianalisis. Pemerosesan data dilakukan dengan cara mengentri data dari kuesioner ke paket program computer.

4. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah dientri apakah ada kesalahan atau tidak. Kesaalahan tersebut kemungkinan terjadi pada saat klien mengerti ke komputer.

3.7.2. Teknik Analisa Data 1. Analisa Univariat

Analisa Univariat ini digunakan dengan melihat distribusi frekuensi dari masing masing variabel dependen (toxoplasmosis) dan variabel independen (pengetahuan, sikap dan tindakan).

2. Analisa Bivariat

Adalah setelah diketahui variabel, maka dilakukan analisis lebih lanjut berupa analisis bivariat, data dari kedua variabel merupakan data kategori, maka uji statistic menggunakan uji chi-square yang bertujuan untuk menguji dan digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan. Untuk melihat hubungan antara variabel indevendent dan variabel devendent maka dilakukan uji statistic chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.

(32)

BAB IV HASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Kemenangan Tani adalah Ibu kota Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki lintasan di Jalan Jamin Ginting (Status Jalan Propinsi) sebagai salah satu penilaian Adi Pura, yang merupakan jalan lintas antar kabupaten/kota menuju daerah wisata. Kelurahan Kemenangan Tani merupakan salah satu kelurahan dari 9 (Sembilan) Kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dengan luas ± 150 Hektar dan terdiri dari 5 lingkungan yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatas dengan Kelurahan Simp. Selayang Kec. Medan Tuntungan.

2. Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan. 3. Sebelah Timur : Berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan.

4. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan.

Kelurahan Kemenangan Tani memiliki data monografi sebagai berikut: 1. Jarak dari Titik Nol Kota Medan : 18 KM

2. Jarak dari Kantor Camat Medan Tuntungan : 400 Meter

(33)

4.2. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menyederhanakan atau memudahkan data kedalam bentuk penyajian baik tekstur menurut variabel yang di teliti, analisa univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti.

4.2.1. Pengetahuan Responden

Untuk melihat pengetahuan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2014, disusun sebanyak 10 buah pertanyaan dan dapat dijabarkan pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil dengan Tooxoplasmosis dalam Kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

No Pertanyaan Pengetahuan Tahu Tidak Tahu Total

n % n % N %

1 Makanan yang baik dikonsumsi pada saat kehamilan.

31 62,0 19 38,0 50 100 2 Mengkonsumsi daging dimasak

kurang sempurna dapat mengakibatkan infesi pada kehamilan.

35 70,0 15 30,0 50 100

3 Bagaimana daging yang cocok dikonsumsi.

35 70,0 15 30,0 50 100 4 Daging sebaiknya dimasak

dengan.

38 76,0 12 24,0 50 100 5 Hewan yang dapa dijadikan

hewan peliharaan dirumah.

36 72,0 14 28,0 50 100 6 Susu perahan sebelum diminum

harus

(34)

Tabel 4.1 (Lanjutan) 7 Kontak langsung dengan kucing

pada kehamilan dapat mengakibatkan.

31 62,0 19 38,0 50 100

8 Pada hewan peliharaan dirumah harus berada.

38 76,0 12 24,0 50 100 9 Tempat makanan hewan peliharaan

seharusnya.

34 68,0 16 32,0 50 100 10 Selesai melakukan kegiatan

didalam rumah maupun diluar seharusnya.

32 64,0 18 36,0 50 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak mengetahui makanan yang baik di konsumsi saat hamil sebnyak 19 responden (38,0%), yang tidak mengetahui daging kurang masak dapat mengakibatkan infeksi sebanyak 15 responden (30,0%), yang tidak mengetahui daging yang cocok dikonsumsi sebanyak 15 responden (30,0%), yang tidak mengetahui cara memasak daging sebanyak 12 responden (24,0%), yang tidak mengetahui tentang hewan peliharaan sebanyak 14 responden (28,0%), yang tidak mengetahui pengolahan susu perahan sebanyak 16 responden (32,0%), yang tidak mengetahui tentang kontak langsung dengan kucing terhadap kehamilan sebanyak 19 responden (38%), yang tidak mengetahui tentang hewan peliharaan rumah sebanyak 12 responden (24,0%), yang tidak mengetahui tentang tempat makanan hewan peliharaan sebanyak 16 responden (32,0%), yang tidak mengetahui tentang tindakan selesai melakukan kegiatan sebanyak 18 responden (36,0%).

(35)

Berdasarkan uraian diatas dapat dikategorikan pengetahuan ibu hamil tentang toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemengan tani Kecamatan Medan Tuntungan seperti pada Tabel 4.2 :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

No Kategori Pengetahuan f %

1 Buruk 24 48,0

2 Baik 26 52,0

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kategori pengetahuan responden lebih banyak dengan pengetahuan baik sebanyak 26 responden (52,0%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan buruk sebanyak 24 responden (48,0%).

4.2.2. Sikap Responden

Untuk mengetahui sikap ibu hamil tentang toxoplasmosis dalam kehamilan di kelurahan kemenangan tani kecamatan Medan Tuntungan, di susun 10 buah pertanyaan pada Tabel 4.3 :

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

No Pertanyaan sikap Setuju Tidak Setuju Total

n % n % N %

1 Memakan makanan tanpa pengasapan dan tanpa setengah matang.

31 62,0 19 38,0 50 100

2 Memasak daging dengan masak. 38 76,0 12 24,0 50 100 3 Selesai memotong daging mentah

kedua tangan terlebih dulu dicuci .

(36)

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Berdasarkan tabel diatas responden yang bersikap tidak setuju tentang makanan tanpa pengasapan dan setengah matang sebanyak 19 responden (38,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang memasak daging dengan terlalu masak sebanyak 12 responden (24,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang mencuci tangan selesai memotong daging sebanyak 13 responden (26,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang membersihkan kotoran hewan dengan memakai sarung tangan sebanyak 14 (28,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang selesai memasak dapur langsung dibersihkan sebanyak 19 responden (38,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang pada hewan peliharaan diberikan suntikan vaksinasi sebanyak 20 responden (40,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang membersihkan tangan dengan menggunakan sabun sebanyak 14 responden (28,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang pemeriksaan laboratorium jika

4 Ibu setuju membersihkan kotoran hewan dengan memakai sarung tangan.

36 72,0 14 28,0 50 100 5 Ibu setuju selesai memasak, dapur

lansung dibersihkan.

31 62,0 19 38,0 50 100 6 Ibu setuju jika hewan peliharaan

diberikan suntikkan vaksinasi.

30 60,0 20 40,0 50 100 7 Ibu setuju membersihkan kedua tangan

dengan menggunakan sabun.

36 72,0 14 28,0 50 100 8 Ibu setuju melakukan pemeriksaan

laboratorium seperti tes serologi jika kehamilan terjadi keguguran.

37 74,0 13 26,0 50 100

9 Ibu setuju jika hewan peliharaan diberi makan makanan dengan tidak daging mentah.

36 72,0 14 28,0 50 100

10 Ibu setuju sebelum minum susu perahan harus dimasak.

(37)

terjadi keguguran pada kehamilan sebanyak 13 responden (26,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang hewan peliharaan diberikan makan makanan dengan tidak daging mentah sebanyak 14 responden (28,0%), yang mengatakan sikap tidak setuju tentang sebelum minum susu perahan harus dimasak sebanak 11 responden (22,0%).

Berdasarkan tabel diatas dapat dikategorikan sikap ibu hamil tentang toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan seperti pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden di Keluruhan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

No Kategori Sikap f %

1 Negatif 28 56,0

2 Positif 22 44,0

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kategori sikap responden lebih banyak dengan sikap negatif tidak setuju yaitu sebanyak 28 responden (56%), sedangkan sikap responden yang positif setuju sebanyak 22 responden (44,0%). 4.2.3. Tindakan Responden

Untuk mengetahui tindakan ibu hamil tentang toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan, disusun 10 buah pertanyaan pada Tabel 4.5 :

(38)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan tuntungan

No Pertanyaan Tindakan

Melakukan Tidak

Melakukan

Total

n % n % N %

1 Ibu mencuci tangan dengan memakai sabun.

31 62,0 19 38,0 50 100 2 Ibu mencuci tangan setelah

melakukan kegiatan seperti berkebun.

38 76,0 12 24,0 50 100 3 Ibu akan melakukan pemeriksaan jika

mengetahui infeksi toxoplasmosis.

37 74,0 13 26,0 50 100 4 Ibu memasak daging dengan setengah

matang.

37 74,0 13 26,0 50 100 5 Ibu memasak susu perahan sebelum

diminum.

34 68,0 16 32,0 50 100 6 Ibu membersihkan rumah jika ada

kotoran kucing.

31 62,0 19 38,0 50 100 7 Ibu akan menyentuh mulut atau mata

pada waktu memotong daging mentah.

36 72,0 14 28,0 50 100

8 Ibu akan mengusir jika ada hewan peliharaan seperti kucing dirumah.

36 72,0 14 28,0 50 100 9 Ibu membersihkan kotoran kucing

menggunakan sarung tangan.

37 74,0 13 26,0 50 100 10 Ibu akan memberikan makanan

daging mentah kepada hewan peliharaan seperti kucing.

37 74,0 13 26,0 50 100

Berdasarkan tabel diatas tindakan responden yang tidak melakukan tentang mencuci tangan pakai sabun sebanyak 19 responden (38,0%), yang mengatakan tindakan tidak melakukan tentang mencuci tangan setelah melakukan kegiatan seperti berkebun sebanyak 12 responden (24,0%), yang mengatakan tindakan tidak melakukan tentang melakukan pemeriksaan jika mengetahui infeksi toxoplasmosis sebanyak 13 responden (26,0%), yang mengatakan tindakan tidak melakukan tentang memasak daging setengah matang sebanyak 13 responden (26,0%), yang mengatakan tindakan tidak melakukan tentang memasak susu perahan sebelum diminum sebanyak

(39)

16 responden (32,0%), yang mengatakan tindakan tidak melakukan tentang membersihkan rumah jika ada kotoran kucing sebanyak 19 responden (38,0%), yang mengatakan tindakan tidak melakukan tentang menyentuh mulut atau mata saat memotong daging mentah sebanyak 14 responden (28,0%), yang mengatakan tindakan tidak melakukan tentang mengusir jika ada hewan peliharaan seperti kucing dirumah sebanyak 14 responden (28,0%), yang mengatakan tindakan tidak melakukan tentang membersihkan kotoran kucing dengan menggunakan sarung tangan sebanyak 13 responden (26,0%), yang mengataakan tindakan tidak melakukan tentang memberikan makanan daging mentah kepada hewan peliharaan seperti kucing dirumah sebanyak 13 responden (26,0%).

Berdasarkan tabel diatas dapat dikategorikan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan seperti pada Tabel 4.6 :

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Responden di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

No Kategori Tindakan f %

1 Tidak melakukan 24 48,0

2 Melakukan 26 52,0

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kategori tindakan responden lebih banyak dengan tindakan melakukan yaitu sebanyak 26 responden (52,0%), sedangkan tindakan tidak melakukan sebanyak 24 responden (48,0%).

(40)

4.3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (crosstab) dan uji chi-square untuk menemukan bentuk hubungan statistic antara variabel indevenden pengetahuan sikap dan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan. 4.3.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam

Kehamilan

Untuk melihat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan dapat dijabarkan pada Tabel 4.7 :

Tabel 4.7. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan No Pengetahuan Toxoplasmosis Total Prob Toxoplasmosis T.Toxoplasmosis n % n % N % 1 Buruk 17 70,8 7 29,1 24 100 0,005 2 Baik 8 30,7 18 69,2 26 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 orang berpengetahuan buruk terdapat mengalami toxoplasmosis sebanyak 17 orang (70,8%) dan yang tidak mengalami toxoplasmosis sebanyak 7 orang (29,1%). Kemudian dari 26 orang yang berpengetahuan baik terdapat mengalami toxoplasmosis sebanyak 8 orang (30,7%) dan tidak toxoplasmosis sebanyak 18 orang (69,2%).

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan hasil uji chi-square diperoleh Prob 0,005 < α = 0,05. Berarti Ha diterima artinya terdapat hubungan pengetahuan ibu

(41)

hamil tentang toxoplasmosis di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

4.3.2. Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan Untuk melihat hubungan sikap ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan table 4.8. : Tabel 4.8. Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan

di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

No Sikap Toxoplasmosis Total Prob Toxoplasmosis T.Toxoplasmosis n % n % N % 1 Negatif 19 67,8 9 32,1 28 100 0,004 2 Positif 6 27,2 16 72,7 22 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 28 orang bersikap negatif terdapat mengalami toxoplasmosis sebanyak 19 orang (67,8%) dan yang tidak mengalami toxoplasmosis sebanyak 9 orang (32,1%). Kemudian dari 22 orang yang bersikap positif terdapat mengalami toxoplasmosis sebanyak 6 orang (27,2%) dan tidak toxoplasmosis sebanyak 16 orang (72,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square diperoleh Prob 0,004 < α = 0,05 Berarti Ha diterima artinya terdapat hubungan sikap ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

(42)

4.3.3. Hubungan Tindakan Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan Untuk melihat hubungan tindakan dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 4.9 :

Tabel 4.9. Hubungan Tindakan Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan No Tindakan Toxoplasmosis Total Prob Toxoplasmosis T.Toxoplasmosis n % n % N % 1 T.Melakukan 17 70,8 7 29,1 24 100 0,005 2 Melakukan 8 30,7 18 69,2 26 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 orang bersikap bertindak tidak melakukan terdapat mengalami toxoplasmosis sebanyak 17 orang (70,8%) dan yang tidak mengalami toxoplasmosis sebanyak 7 orang (29,1%). Kemudian dari 26 orang yang bertindak melakukan terdapat mengalami toxoplasmosis sebanyak 8 orang (30,7%) dan tidak toxoplasmosis sebanyak 18 orang (69,2%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square diperoleh Prob 0,005 < α = 0,05. Berarti Ha diterima artinya terdapat hubungan tindakan ibu hamil tentang toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

(43)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang berpengetahuan baik tentang toxoplasmosis dalam kehamilan sebanyak (69,2%) responden. Hasil ini dapat dilihat dari kuesioner yang di bagikan kepada responden.

Berdasarkan uji statistik (uji Chi-Square) menunjukan adanya hubungan pengetahuan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan dengan nilai prob 0,005 < α = 0,05. Sehingga hipotesa alternatif (Ha) yang ditegakkan dalam penelitian ini diterima yaitu ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

Mengacu pada hasil uji tersebut diketahui bahwa semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan toxoplasmosis maka akan semakin rendah kejadian toxoplasmosis pada ibu hamil dan semakin buruk pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan toxoplasmosis maka akan semakin tinggi kejadian toxoplasmosis.

Menurut peneliti Sasmita (2006) menunjukan kebanyakan dari ibu hamil masih mempunyai kekhawatiran bila tidak ada pemberataan atau obat yang dapat membunuh kuman toxoplasmosis tertentu sehingga ibu khawatir dan dapat mengganggu kehamilannya. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua jenis pencegahan membutuhkan info dan

(44)

kolaborasi dengan tenaga kesehatan. Asalkan rasa ingin tahu dan kemauan ibu ada dalam dirinya untuk melakukan pencegahan.

Menurut peneliti Kasdu (2003) yang menyatakan bahwa ibu,suami dan keluarga apabila tidak mengetahui cara pencegahan toxoplasmosis maka tidak ada info ibu untuk mengetahui caranya.

Menurut Hurlock (2002) mengatakan pengetahuan ibu juga dapat dipengaruhi oleh kehidupan ibu yang dapat dilihat dari pekerjaan ibu dapat menentukan baik, sedang, maupun buruknya pengetahuan ibu dengan toxoplasmosis dalam kehamilan. Menurut asumsi peneliti diketahui bahwa adanya ibu yang memiliki pengetahuan baik disebabkan karena mengetahui informasi dan pengalaman yang cukup diperoleh dari media massa dan media elektronik terutama informasi dari petugas kesehatan. Ibu yang berpengetahuan sedang tentang toksoplasmosis tidak memiliki banyak informasi dan kurangnya kepedulian terhadap memakan makanan dengan pengasapan atau setengah masak, sedangkan adanya ibu yang memiliki pengetahuan yang buruk disebabkan karena kurangnya mendapat informasi yang cukup tentang toksoplasmosis. Oleh karena itu, diperlukan adanya interaksi yang baik antara ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang terlatih tentang toksoplasmosis agar tingkat pengetahuan ibu hamil tentangg toksoplasmosis dapat bertambah dan ibu juga secara dini dapat mengatasi atau mencegah terjadinya infeksi toksoplasmosis terhadap kehamilannya.

(45)

5.2. Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Toxsoplamosis dalam Kehamilan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang bersikap positif tentang toxoplasmosis dalam kehamilan sebanyak (72,7%) responden. Hasil ini dapat dilihat dari kuesioner yang di bagikan kepada responden.

Berdasarkan uji statistik (uji Chi-square) menunjukan adanya hubungan sikap ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan dengan nilai Prob 0,004 < α = 0,05 sehingga hipotesa alternatif (Ha) yang ditegakkan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu ada hubungan sikap ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

Mengacu pada hasil uji tersebut diketahui bahwa semakin positif sikap ibu hamil tentang pencegahan toxoplasmosis maka akan semakin rendah kejadian toxoplasmosis pada ibu hamil dan semakin negatif sikap ibu hamil tentang pencegahan toxoplasmosis maka akan semakin tinggi kejadian toxoplasmosis.

Menurut peneliti Indriyani (2008) mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang toxoplasmosis dalam kehamilan di wilayah kerja puskesmas Bengkulu tahun 2011, hasil penelitian tentang sikap menunjukan bahwa dari 32 sampel yang mempunyai sikap positif yaitu sebanyak (93,75%).

Menurut James K. Van Fleet (1995) seseorang hendaklah bersikap optimis dalam setiap hal dalam arti selalu memelihara sikap mental positif terhadap pekerjaan dan kehidupan pada umumnya. Jangan pernah pesimis atau mengeluh yang kronis mengenai segala–galanya, karena pekerjaan dan kehidupan adalah apa yang kita bentuk sendiri.

(46)

Menurut asumsi peneliti dilihat dari hasil penelitian diatas masih banyaknya ibu yang bersikap sedang terhadap toksoplasmosis disebabkan karena kurangnya pemahaman dan ketidak pedulian akan bahayanya infeksi toksoplasmosis dalam kehamilan. Oleh karena itu diperlukan adanya tingkat respon yang tinggi terhadap pemahaman ibu hamil tentang toksoplasmosis agar tingkat sikap terhadap resiko toksoplasmosis dapat dicegah secara dini demi terciptanya derajat kesehatan ibu dan bayi yang optimal. Ibu yang bersikap baik akan mengerti pentingnya kesehatan dirinya maupun banyinya dalam mencegah terjadinya toksoplasmosis karena ibu memiliki wawasan yang luas dan informasi yang cukup.

5.3. Hubungan Tindakan Ibu Hamil dengan Toxoplasmosis dalam Kehamilan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang melakukan pencegahan tentang toxoplasmosis dalam kehamilan sebanyak (69,2%) responden. Hasil ini dapat dilihat dari kuesioner yang di bagikan kepada responden.

Berdasarkan hasil uji statistik (Chi-Square) diperoleh prob 0,005 < α = 0,05 berarti Ha diterima, artinya terdapat hubungan tindakan ibu hamil dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

Mengacu pada hasil uji tersebut diketahui bahwa semakin dilakukan ibu hamil pencegahan toxoplasmosis dalam kehamilan maka akan semakin rendah kejadian toxoplasmosis pada ibu hamil dan semakin tidak dilakukan ibu hamil tentang pencegahan toxoplasmosis maka akan semakin tinggi kejadian toxoplasmosis.

(47)

Menurut Indriyani (2008) apabila ibu hamil melakukan suatu tindakan yang mendukung terhadap suatu stimulus atau objek kesehatan maka ia akan mempunyai tindakan yang menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab. Sebaliknya bila ia melakukan suatu tindakan tidak mendukung tarhadap suatu objek maka ia akan memiliki tindakan yang menunjukan atau memperlihatkan penolakan atau tidak setuju.

Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa tindakan adalah setelah mengetahui stimulus atau objek kesehatan, maka mengadakan penilaian tau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya atau disikapinya baik.

Menurut asumsi peneliti dilihat dari hasil penelitian diatas masih banyak ibu yang bertindak buruk tentang toksoplasmosis disebabkan karena adanya ketidak mauan atau ketidak pedulian dalam mencegah atau mengatasi bahaya infeksi toksoplasmosis yang akan terjadi pada kehamilannya. Oleh karena itu diperlukan adanya tingkat kemauan yang tinggi terhadap pencegahan toksoplasmosis pada ibu dan janinnya demi mengurangi angka kematian bayi dan mengurangi kecacatan pada bayi. Ibu hamil yang bertindak baik akan mau melakukan dan mau mencegah terjadinya infeksi toksoplasmosis pada kehamilannya karena ibu hamil tersebut memiliki kesadaran dan kemauan yang tinggi.

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ada hubungan pengetahuan dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

2. Ada hubungan sikap dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan.

3. Ada hubungan tindakan dengan toxoplasmosis dalam kehamilan di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

6.2. Saran

1. Ibu diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan terhadap pencegahan toksoplasmosis dengan cara mencari informasi akan bahayanya infeksi toksoplasmosis melalui media massa dan juga melalui petugas kesehatan dan mengikuti adanya program kesehatan atau penyuluhan yang diadakan petugas kesehatan.

2. Ibu diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan respon yang lebih tinggi sehingga merasa bahwa pencegahan toksoplasmosis sangat perlu sekali diterapkan pada ibu hamil agar kehamilan yang diinginkan dapat menjadi lebih baik.

3. Ibu diharapkan dapat meningkatkan kepedulian dan kemauan dalam mengatasi terhadap pencegahan toksoplasmosis sehingga ibu dapat bertindak lebih baik lagi

(49)

demi terciptanya derajat kesehatan ibu dan bayi dan dapat mengurangi adanya kematian pada bayi serta kecacatan pada bayi.

Referensi

Dokumen terkait

• Dampak pemanasan global juga mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan

Dental Unit Adalah Sejumlah Alat Medis Yang Dipergunakan Untuk Melaksanakan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Gigi Di Dalam Gedung (Status/Alat Yang Tidak

Intent adalah istilah yang digunakan dalam pemrograman Android untuk mengacu pada mekanisme berbagi pesan pemberitahuan atau bertukar data Activity atau untuk

Kajian Museum Jembatan sebagai Bangunan ikonik Pulau Madura didahului dengan mengetahui pengertian dan ciri-ciri bangunan ikonik, diperoleh bahwa bangunan

Pandangan dunia terbentuk sebagai refleksi atas pengalaman hidup masyarakat dalam sejarah dan konteks sosial masyarakat Haria dan secara umum masyarakat Maluku,

Pengujian hipotesa bahwa mean dari dua populasi independen yang standard deviasinya tidak diketahui adalah sama, dengan asumsi bahwa kedua standard deviasi itu adalah sama..

Berdasarkan dari analisa kekuatan menghambat bakteri ekstrak dan berbagai fraksi daun mara (Macaranga tanarius (L.) M.A) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri

keluarga atau psikososial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial, dll. 3) Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan