• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PENGACAKAN CITRA DIGITAL DENGAN METODE FIBONACCI DAN LUCAS SEQUENCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI PENGACAKAN CITRA DIGITAL DENGAN METODE FIBONACCI DAN LUCAS SEQUENCE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

APLIKASI PENGACAKAN CITRA DIGITAL DENGAN METODE FIBONACCI DAN LUCAS SEQUENCE

MUHAMMAD FARIZ ALAMSYAH NASUTION

Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan

,Jl. HM Jhoni No 70 Medan, Indonesia

alamsyah_fariz@yahoo.co.id

Abstrak

Dalam proses komunikasi melalui jaringan internet, keamanan merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian serius. Hal ini dikarenakan proses pengiriman dan komunikasi data melalui jaringan internet memiliki kemungkinan untuk disadap oleh pihak lain. Hal ini juga berlaku terhadap data citra. Oleh karena itu, data yang akan dikirimkan melalui internet harus diamankan terlebih dahulu. Namun, penerapan beberapa metode kriptografi dan beberapa metode pengacakan citra memerlukan waktu yang relatif lama. Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka dapat diterapkan algoritma Image Scrambling Generalized

Fibonacci And Lucas Transformation. Proses kerja dari algoritma akan dimulai dari proses pemilihan citra input

dan pengisian nilai kunci yang akan digunakan. Setelah itu, proses dilanjutkan dengan proses pengacakan citra, sehingga akan dihasilkan citra teracak. Citra yang dihasilkan tersebut dapat direkonstruksi kembali dengan menerapkan algoritma anti-scrambling. Proses ini memerlukan kunci yang sama yang digunakan pada tahapan

scrambling. Aplikasi yang dihasilkan dapat mengacak citra asli dengan mengisi nilai kunci pengacakan. Citra

yang dihasilkan dapat direkonstruksi kembali dengan menggunakan kunci yang sama. Selain itu, aplikasi juga akan menghasilkan laporan detail perhitungan yang dilakukan pada saat proses scrambling dan anti-scrambling untuk masing-masing metode tersebut.

Kata kunci : transformasi fibonacci, tranformasi lukas, pengacakan citra 1. Pendahuluan

Proses pengacakan citra adalah proses

transformasi sebuah citra input menjadi citra yang tidak memiliki arti apa-apa ataupun dengan perkataan lain piksel citra dalam kondisi teracak dan tidak beraturan sehingga tidak kelihatan objek pada citra. Tujuan utama dari teknik pengacakan citra adalah untuk mentransformasikan sebuah citra

asli menjadi sebuah citra teracak untuk

meningkatkan kekuatan untuk tahan terhadap

penyerangan sehingga mampu meningkatkan

sekuritas. [5]

Pengacakan biasanya dilakukan terhadap posisi piksel (x, y). Sebuah transformasi diterapkan secara berulang hingga citra kelihatan acak oleh pengamat telah diperkenalkan sebuah pendekatan formal untuk bidang ilmu pengacakan citra. [5] Para ahli mengembangkan pendekatan ini berdasarkan pada dua buah premis, yaitu: 1) karena pengacakan citra menghilangkan korelasi citra, untuk kemungkinan

penghilangan korelasi yang paling bagus,

diperlukan sebuah transformasi yang memisahkan piksel yang berhubungan sejauh mungkin satu sama lain; 2) menggunakan ide dari keseragaman dari sebuah transformasi untuk mendeskripsikan tingkat pengacakan. Keseragaman dalam hal ini berarti bahwa piksel yang berhubungan tersebar secara merata pada citra hasil pengacakan. Mereka mengemukakan sebuah famili transformasi yang dapat digunakan untuk pengacakan citra. Setiap anggota famili ditentukan oleh dua buah parameter integer a dan b dan penerapannya pada pengacakan citra tergantung pada dua buah bilangan Gn dan

Gn+1. Semua parameter ini (a, b, Gn dan Gn+1) dapat digunakan sebagai kunci, yang hanya diketahui oleh pengirim dan penerima. Variabel ini bersama dengan sebuah deretan dari bilangan integer acak

(r(1), r(2), …, r(t)), dimana t adalah periode transformasi dapat digunakan sebagai kunci. Mereka membahas dua anggota dari famili ini yaitu

transformasi Fibonacci dan Lucas serta

menunjukkan bahwa keduanya memiliki sifat keseragaman. Kedua jenis transformasi ini bersifat periodik, dimana periodik berarti bahwa jumlah transformasi yang harus dilakukan secara berulang hingga citra asli dapat diperoleh kembali. Transformasi pengacakan ini memiliki beberapa keuntungan berikut: 1) Biaya komputasi yang rendah sehingga sangat efektif untuk diterapkan dalam situasi real time; 2) Efek pengacakan cukup bagus, karena informasi dari citra input akan didistribusikan ulang pada keseluruhan citra.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah:

1. Belum tersedia aplikasi yang menerapkan

algoritma Fibonacci dan Lucas dalam

melakukan pengacakan citra digital.

2. Kesulitan untuk mengetahui kinerja dari algoritma Fibonacci dan Lucas.

Fibonacci adalah salah satu sistem numerik yang paling terkenal sekarang. Pada

deretan bilangan Fibonacci, setiap angka

merupakan penjumlahan dari dua angka

sebelumnya, dimulai dengan nol dan satu. Semakin tinggi nilai pada deretan, dua buah bilangan Fibonacci yang berdekatan dalam deretan apabila

(2)

2

dibagi satu sama lain maka akan memiliki rasio rata-rata 1 : 1.618 atau 0.618 : 1. [2]

Deretan Fibonacci dapat didefinisikan sebagai berikut:

………. (1)

Dengan mengaplikasikan persamaan

diatas, maka dapat dibangkitkan sebuah deretan Fibonacci yang terdiri dari bilangan (0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, …). [4]

Bilangan Lucas dapat didefinisikan

sebagai penjumlahan dari dua buah bilangan sebelumnya, memiliki bentuk rumusan yang sama dengan deretan bilangan integer Fibonacci. Dua bilangan Lucas pertama adalah L0 = 2 dan L1 = 1 berbeda dengan dua bilangan Fibonacci pertama F0 = 0 dan F1 = 1. Walaupun memiliki kemiripan dalam definisi, namun bilangan Lucas dan Fibonacci memiliki sifat yang berbeda. Bilangan Lucas dapat didefinisikan sebagai berikut:

………. (2) Deretan dari bilangan Lucas adalah 2, 1, 3, 4, 7, 11, 18, 29, 47, 76, 123, 189, … [3].

Bilangan 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233 dan seterusnya disebut sebagai bilangan Fibonacci. Bilangan 2, 1, 3, 4, 7, 11, 18, 29, 47, 76, 123, 199 dan seterusnya disebut sebagai bilangan Lucas. Bilangan Fibonacci dan bilangan Lucas dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah dapat diterapkan pada bidang keamanan informasi.

Anggap G1 = a, G2 = b dan Gn = Gn-1 + G n-2, n  3, dimana a dan b adalah bilangan integer

non-negatif. Deretan {Gn} disebut sebagai

generalized Fibonacci sequence (GFS).

1. Ketika a = 1, b = 1, generalized Fibonacci

sequence {Gn} disebut sebagai deretan Fibonacci {Fn}.

2. Ketika a = 1, b = 3, maka generalized

Fibonacci sequence {Gn} disebut sebagai deretan Lucas {Ln}.

Anggap terdapat sebuah deretan integer berbeda konsekutif {0, 1, 2, …, B – 1}. Untuk

sebuah distinguished generalized Fibonacci

sequence (DGFS) {Gn}, deretan dari integer {Sk}, Sk = (kGn + r) mod Gn+1, r  0, 1, 2, …, B – 1

………. (3) adalah sebuah permutasi dari deretan asli {0, 1, 2, …, B – 1}.

Anggap Gn dan Gn+1 adalah dua buah bilangan generalized Fibonacci berbeda yang

adjacent. Trasnformasi berikut disebut sebagai transformasi Generalized Fibonacci.

Sk = (kGn + r) mod Gn+1 , k = 0, 1, 2, …, Gn-1 – 1 ………. (4) r dapat dianggap sebagai sebuah kunci untuk transformasi pengacakan. Untuk aplikasi berurutan dari transformasi ini, maka dapat dipilih berbagai nilai r yang berbeda.

Anggap Fn dan Fn+1 adalah dua buah

bilangan Fibonacci yang berurutan, maka

transformasi berikut disebut sebagai transformasi

Fibonacci.

Sk = (kFn + r) mod Fn+1 , k = 0, 1, 2, …, Fn+1 – 1 ………. (5) Anggap Ln dan Ln+1 adalah dua buah bilangan Lucas yang berurutan, maka transformasi berikut disebut sebagai transformasi Lucas.

Sk = (kLn + r) mod Ln+1 , k = 0, 1, 2, …, Ln+1 – 1 ………. (6)

2. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis yaitu tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis mulai dari perumusan masalah sampai pada kesimpulan yang membentuk suatu alur yang sistematis. Metode ini dijadikan penulis sebagai pedoman penelitian penulisan ini, guna untuk mencapai hasil yang dicapai, tidak menyinggung dari permasalahan, tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga dengan adanya metode ini penulis dapat mengembangkan sistem dengan terarah dan dapat dikerjakan sesuai target

atau jadwal yang telah penulis tentukan

sebelumnya. Selain itu, metode ini menuntut penulis agar dalam proses pengembangan sistem tidak lari dari pokok permasalahan yang ada.

Untuk membantu mempermudah

perancangan aplikasi, maka perlu digambarkan use

case diagram dari aplikasi. Adapun use case diagram yang telah dirancang dapat dilihat pada

gambar 1 berikut.

Input data kunci

Jalankan proses anti-scrambling

Perangkat Lunak Perbandingan Metode Transformasi Fibonacci dan Lukas dalam Melakukan Pengacakan Citra

Pengirim

Jalankan proses scrambling

Penerima Input citra Pilih algoritma << include >> << include >> << include >> Simpan citra << include >> << include >> << include >> << include >>

Gambar 1. Use Case Diagram dari Aplikasi Seperti terlihat pada gambar 1, pertama kali pengirim akan melakukan pengisian data kunci yang diperlukan terlebih dahulu pada tahapan Input Data Kunci. Setelah itu, pengirim dapat memilih algoritma yang ingin digunakan, yaitu algoritma Fibonacci dan Lucas pada tahapan Pilih Algoritma. Kemudian, pengirim akan memilih citra yang diperlukan pada tahapan Input Citra. Setelah semua

(3)

3

data yang diperlukan dimasukkan, maka pengirim dapat menjalankan proses scrambling untuk melakukan proses pengacakan terhadap citra input yang dilakukan pada tahapan Jalankan Proses

Scrambling. Citra hasil pengacakan dapat disimpan

ke dalam sebuah file citra pada tahapan Simpan Citra.

Hal yang sama juga dilakukan pada proses

anti-scrambling untuk melakukan rekonstruksi

terhadap citra teracak. Proses ini dilakukan pada tahapan Jalankan Proses Anti-Scrambling. Pada tahapan ini diperlukan data kunci dari tahapan Input Data Kunci dan data citra dari tahapan Input Citra. Citra hasil rekonstruksi akan dapat disimpan ke dalam sebuah file citra. Proses ini akan dilakukan pada tahapan Simpan Citra.Activiy

Prosedur kerja dari aplikasi pengacakan citra digital dengan metode Fibonacci dan Lucas dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar

activity diagram berikut:

1. Activity Diagram dari Menu

Pada saat user menjalankan aplikasi,

aplikasi pengacakan citra akan

menampilkan menu pilihan untuk user. Apabila user memilih menu scrambling, maka aplikasi akan menampilkan form

scrambling. Sementara itu, apabila user

memilih menu un-scrambling maka

aplikasi pengacakan citra akan

menampilkan form un-scrambling.

Terakhir, apabila user memilih menu

mengenai pembuat, maka aplikasi

pengacakan citra akan menampilkan

form mengenai pembuat. Rancangan activity diagram dari menu dapat dilihat

pada gambar berikut:

User Aplikasi Pengacakan Citra

Tampilkan form scrambling

Tampilkan form un-scrambling Tampilkan form mengenai pembuat Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tampilkan menu Jalankan aplikasi

Pilih menu scrambling

Pilih menu un-scrambling

Pilih menu mengenai pembuat

Gambar 2. Activity Diagram dari Menu 2. Activity Diagram dari Aplikasi

Scrambling

Proses scrambling akan dimulai dari penginputan data citra digital yang akan

diacak yang dilakukan oleh user. Kemudian, aplikasi pengacakan citra akan menampilkan citra yang dipilih. Setelah itu, user dapat memilih metode yang akan digunakan. Apabila user ingin melakukan penginputan kunci secara manual, maka user dapat menginput nilai kunci r. Jika tidak, maka aplikasi pengacakan citra akan menghasilkan kunci secara acak. Setelah itu, aplikasi pengacakan citra akan melakukan proses enkripsi dengan metode yang dipilih dan menampilkan output citra terenkripsi. Kemudian, user dapat mengklik tombol Simpan sehingga aplikasi pengacakan citra akan menampilkan kotak dialog

browse. Terakhir, user dapat memilih

lokasi dan nama file sehingga aplikasi pengacakan citra akan menyimpan citra ke file citra hasil. Rancangan activity

diagram dari aplikasi scrambling dapat

dilihat pada gambar berikut:

Input citra

Input nilai kunci r

Lakukan proses enkripsi dengan metode yang dipilih

User

Output citra terenkripsi

Aplikasi Pengacakan Citra

Hasilkan kunci secara acak Ya

Tidak

Tampilkan citra yang dipilih

Klik tombol Simpan

Tampilkan kotak dialog browse Pilih lokasi dan

nama file

Simpan file citra Pilih metode yang

digunakan

Input kunci secara manual ?

Gambar 3. Activity Diagram dari Aplikasi

Scrambling

3. Activity Diagram dari Aplikasi Un-scrambling

Proses un-scrambling akan dimulai dari penginputan data citra digital yang akan diacak yang dilakukan oleh user. Kemudian, aplikasi pengacakan citra akan menampilkan citra yang dipilih. Setelah itu, user dapat memilih metode yang akan digunakan. Apabila user ingin melakukan penginputan kunci secara

(4)

4

manual, maka user dapat menginput nilai kunci r. Jika tidak, maka aplikasi pengacakan citra akan menghasilkan kunci secara acak. Setelah itu, aplikasi pengacakan citra akan melakukan proses dekripsi dengan metode yang dipilih dan

menampilkan output citra semula.

Kemudian, user dapat mengklik tombol Simpan sehingga aplikasi pengacakan citra akan menampilkan kotak dialog

browse. Terakhir, user dapat memilih

lokasi dan nama file sehingga aplikasi pengacakan citra akan menyimpan citra ke file citra hasil. Rancangan activity

diagram dari aplikasi un-scrambling

dapat dilihat pada gambar berikut:

Input citra terenkripsi

Input nilai kunci r

Lakukan proses dekripsi dengan metode yang dipilih

User

Output citra semula

Aplikasi Pengacakan Citra

Tampilkan citra yang dipilih

Klik tombol Simpan

Tampilkan kotak dialog browse Pilih lokasi dan

nama file

Simpan file citra Pilih metode yang

digunakan

Gambar 4. Activity Diagram dari Aplikasi

Un-scrambling

4. Activity Diagram dari Mengenai Pembuat

Apabila user mengklik tombol mengenai

pembuat, maka aplikasi akan

menampilkan form data pembuat.

Terakhir, apabila user memilih tombol keluar, maka aplikasi pengacakan citra akan menutup form. Rancangan activity

diagram dari mengenai pembuat dapat

dilihat pada gambar berikut:

User Aplikasi Pengacakan Citra

Tampilkan form data pembuat

Ya

Tidak

Klik tombol mengenai pembuat

Input kunci secara manual ?

Gambar 5. Activity Diagram dari Mengenai Pembuat

3. Hasil dan Pembahasan

Untuk menggunakan perangkat lunak ini, jalankan file ”Program_Mengacak_Citra.EXE”, maka akan ditampilkan tampilan utama dari program seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Tampilan Utama

Pada tampilan utama ini terdapat beberapa tombol yang berfungsi untuk mengakses form-form yang terdapat dalam sistem. Berikut perincian dari tombol yang terdapat dalam sistem:

1. Tombol ‘Scrambling’ yang berfungsi

untuk menampilkan form Scrambling.

2. Tombol ‘Anti Scrambling’ yang berfungsi

untuk menampilkan form Anti-Scrambling. 3. Link ‘Mengenai Pembuat’ yang berfungsi

untuk menampilkan form Mengenai. 4. Link ‘Teori’ yang berfungsi untuk

menampilkan teori pendukung mengenai perangkat lunak.

Untuk melakukan pengacakan terhadap sebuah citra input, maka dapat mengklik tombol ‘Scrambling’, sehingga akan ditampilkan form Scrambling Tahap 1 berikut:

1. Tampilan Form Scrambling Tahap

(5)

5

Gambar 7. Tampilan Form Scrambling Tahap Pertama

Langkah pertama dari proses pengacakan citra adalah memilih citra input, yaitu dengan mengklik tombol ‘…’ sehingga akan muncul kotak dialog Open yang akan digunakan untuk mencari dan memilih file yang diinginkan. Tampilan kotak dialog Open dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 8. Tampilan Kotak Dialog Open Pilihlah file yang ingin diacak. Misalkan dipilih file ‘5k.jpg’, kemudian kliklah tombol ‘Open’ sehingga sistem akan membaca dan menampilkan gambar tersebut, seperti terlihat pada tampilan berikut ini:

Gambar 9. Tampilan Form Scrambling Setelah Pemilihan File Citra

Setelah itu, tentukan jenis algoritma yang akan dipakai. Apabila ingin menggunakan deretan Fibonacci, maka kliklah radiobutton ‘Fibonacci Sequence’, sedangkan apabila ingin menggunakan deretan Lucas, maka kliklah radiobutton ‘Lucas Sequence’. Proses dilanjutkan lagi dengan menentukan kunci yang akan digunakan. Apabila

pemakai menginginkan agar sistem yang

menentukan kuncinya secara otomatis berdasarkan pada ukuran citra input, maka kliklah checkbox ‘Set secara Otomatis’ sehingga sistem akan menentukan

semua data input kunci secara otomatis. Demikian juga halnya dengan nilai r yang akan digunakan. Apabila pemakai ingin ditentukan secara otomatis, maka dapat mengklik tombol ‘Acak’ sehingga sistem akan mengambil sebuah nilai acak sebagai nilai r.

Setelah semua data dimasukkan, maka kliklah tombol ‘Proses’ sehingga sistem akan menampilkan form Scrambling Tahapan Kedua apabila semua data input valid. Jika tidak, maka sistem akan menampilkan pesan kesalahan. Tampilan form Scrambling Tahapan Kedua dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 10. Tampilan Form Scrambling Setelah Semua Data Dimasukkan

Gambar 11. Tampilan Form Scrambling Tahapan Kedua

Pada form Scrambling Tahapan Kedua ini akan ditampilkan citra hasil pengacakan dan juga lama waktu eksekusi yang diperlukan. Selain itu, pada form ini juga disediakan dua buah fasilitas yaitu:

1. Tombol ‘Generate Laporan’ yang

digunakan untuk menghasilkan laporan

detail perhitungan mengenai proses

scrambling terhadap citra input yang telah dilakukan. Tampilan form Laporan dapat dilihat pada gambar berikut:

(6)

6

Gambar 12. Tampilan Form Laporan

2. Tombol Simpan yang berfungsi untuk

menyimpan citra hasil pengacakan ke dalam sebuah file citra digital. Tampilan kotak dialog Save dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 13. Tampilan Kotak Dialog Save

Setelah selesai melakukan proses

pengacakan citra, maka proses dapat dilanjutkan dengan merekonstruksi kembali citra teracak tersebut. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mengklik tombol ‘Anti Scrambling’ yang terdapat pada form ‘Main’. Tampilan yang muncul pertama kali adalah form ‘Proses Anti Scrambling-Input Data’ seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 14. Tampilan Form ‘Proses Anti Scrambling-Input Data’

Isikan semua nilai yang diperlukan untuk merekonstruksi kembali citra semula, seperti jenis algoritma yang dipakai dan besar nilai kunci yang digunakan. Tampilan output sistem setelah mengisi

semua data yang diperlukan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 15. Tampilan Form ‘Proses Anti Scrambling-Input Data’ Setelah Memilih File Citra

Klik tombol ‘Proses’ untuk memulai proses anti-scrambling. Setelah proses selesai, sistem akan menampilkan form ‘Hasil Proses Anti Scrambling’ berikut:

Gambar 16. Tampilan Form ‘Hasil Proses Anti Scrambling’

4. Penutup

Setelah menyelesaikan pembuatan

perangkat lunak ini, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perangkat lunak dapat membandingkan

metode transformasi Fibonacci dan Lucas dalam melakukan pengacakan citra, sehingga dapat diketahui kinerja dari metode transformasi Fibonacci dan Lucas dalam mengamankan citra digital.

2. Metode transformasi Fibonacci memiliki

waktu eksekusi yang lebih cepat

daripada metode transformasi Lucas.

3. Metode transformasi Fibonacci dan

Lucas dapat melakukan pengacakan terhadap citra digital sehingga dapat meningkatkan keamanan dari citra digital rahasia.

4. Metode transformasi Fibonacci dan

Lucas menghasilkan citra teracak yang memiliki ukuran lebih besar daripada ukuran citra asli.

5. Aplikasi dapat digunakan untuk menguji

kinerja dari metode transformasi

(7)

7

5. Daftar Pustaka

[1] Anton, H. dan C. Rorres. (2005).

Aljabar Linear Elementer, Edisi Kedelapan – Jilid 2, Versi Aplikasi, Penerbit Erlangga.

[2] Canaan, C., M. S., Garai dan M. Daya, (2011). All About Fibonacci: A python

approach, World Applied Programming

Vol (1), No (1), ISSN 2222-2510.

[3] Chandrasekhar, A., D. Chaya Kumari,

CH. Pragathi dan Ashok Kumar, (2016).

Multiple Encryption of Independent Ciphers, International Journal of Mathematical Archive-7(2), ISSN 2229-5046.

[4] El Abbadi, N. K., S. T. Abaas dan A. A.

Alaziz, (2016). New Image Encryption

Algorithm Based on Diffie-Hellman dan Singular Value Decomposition,

International Journal of Advanced

Research in Computer and

Communication Engineering, Vol.5,

Issue 1, ISSN 2319-5940.

[5] Jiancheng Zou, Rabab K. Ward dan

Dongxu Qi (2004). The Generalized

Fibonacci Tranformations and Application to Image Scrambling. IEEE.

Alamat URL :

ispl.korea.ac.kr/conference/ICASSP2004 /pdfs/0300385.pdf

[6] Kiran Singh Sisodiya, Bijendra Singh,

Kiran Sisodiya, 2014, On Lucas

Sequence Formula for Solving the Missing Terms of a Recurrence Sequence, International Journal Of

Technology Enhancements And

Emerging Engineering Research, Vol 2, Issue 5 142 ISSN 2347-4289

[7] Murni, A., 2011, Pengantar

Pengolahan Citra, PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

[8] Purnamayanti, Thresye, Na’imah

Hijriati, 2012, Formula Biner dan

Jumlah n Suku Pertama pada Generalisasi Bilangan Fibonacci dengan Metode Matriks, Jurnal Matematika Murni dan Terapan, Vol. 6, No. 1 Juni 2012: 38-46.

[9] Rahmat Putra, 2011, The Best Source

Code Visual Basic, PT. Elex Media

Komputindo.

[10] Rinaldi Munir, 2004, Pengantar

Pengolahan Citra, PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

[11] Sadeli, M., 2012, Visual Basic.net 2008,

Maxikom.

[12] T. Sutoyo, Edy Mulyanto, Dr.Vincent

Suhartono, Oky Dwi Nurhayati,

Wijanarto, 2009, Teori Pengolahan

Citra Digital, Penerbit Andi Offset,

Gambar

Gambar 1. Use Case Diagram dari Aplikasi  Seperti  terlihat  pada  gambar  1,  pertama  kali pengirim akan melakukan pengisian data kunci  yang diperlukan terlebih dahulu pada tahapan Input  Data  Kunci
Gambar 2. Activity Diagram dari Menu  2.  Activity  Diagram  dari  Aplikasi
Gambar 5. Activity Diagram dari Mengenai  Pembuat
Gambar 8. Tampilan Kotak Dialog Open  Pilihlah  file  yang  ingin  diacak.  Misalkan  dipilih  file  ‘5k.jpg’,  kemudian  kliklah  tombol
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan semakin tingginya perhatian masyarakat khususnya pengambil kebijakan terhadap pengembangan sorgum, aspek pascapanen tanaman sorgum juga perlu mendapat perhatian

Kualitas semen sapi Simental hasil sex separasi yang digunakan cukup layak untuk inseminasi, dan terjadi pergeseran anak yang dilahirkan kembar, serta terjadi

Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan

Penyer ahan Mahasi swa Magang uni ver si t as pendi di kan Muhammadi yah Sor ong diSMP l eb STKI P Muhammadi yah Kabupat enSor ong... Penar i kan Mahasi swa Magang uni ver si t as

Pandangan Geertz tentang praktik keagamaan dalam kebudayaan merupakan sebuah sistem simbol yang dapat memberikan motivasi yang kuat, menyebar, dan tidak mudah menghilang di

13 Tahun 2006 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, belanja daerah dikelompokan menjadi Belanja Tidak Langsung (BTL)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t = 4,405 (p value = 0,000 &lt;0,05) yang berarti batuk efektif dan nafas dalam dapat mengurangi kolonisasi Staphylococcus aureus pada