BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Acanthus ilicifolius 1. Sistematika Tanaman
Berdasarkan Herbarium Bandungense ITB (2013) klasifiksi dari
Acanthus ilicifolius sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Scrophulariales Suku : Acanthaceae Marga : Acanthus
Jenis : Acanthus ilicifolius L. 2. Sinonim
Nama latin : Acanthus ebracteatus Val.; A. volubilis Wall Nama Daerah : Jeruju (Melayu), jawa (Daruju)
Nama Asing : Inggris (Sea holly, Mangrove Holly) (Badan POM RI, 2010)
Gambar 1. Tanaman Acanthus ilicifolius dengan bunga (Khajure, 2010) 3. Morfologi
Jeruju (Acanthus ilicifolius) merupakan tumbuhan tidak lunak, batang bulat, tampak jelas buku-buku batang, tumbuh tegak atau
kadang-kadang merayap, seringkali dilengkapi dengan akar nafas, berduri pada kedua sisi batang sampai setiap duri terdapat pada helaian daun, tinggi tanaman dapat mencapai 3 m. Helaian daun tunggal, letak daun bersilang berhadapan, bentuk memanjang sampai lanset, selalu dilengkapi duri di bagian ujung helaian daun bahkan pada semua bagian tepi daun, ukuran helaian daun 9-30 x 4-12 cm, pertulangan daun menyirip, warna hijau tua, panjang tangkai daun 3-15 mm. Perbungaan berupa bunga majemuk, terletak diujung batang, setiap bagian bunga dilindungi oleh 2 buah daun pelindung (brakteola) tepat dibawah kelopak bunga. Kelopak bunga berjumlah 5, berlekatan, berukuran 1-1,5 cm, berwarna hijau keputihan. Mahkota bunga berjumlah 5, berlekatan membentuk tabung mahkota bunga, panjang tabung mahkota 0,5-1 cm, di bagian ujung tabung terdapat rambut-rambut halus yang mengelilingi leher tabung mahkota, ukuran mahkota bunga 3-4,5 cm (termasuk tabung mahkota bunga), warna helaian mahkota bunga biasanya ungu dengan garis kuning dibagian tengah, jarang berwarna putih, ukuran helaian mahkota bunga 2-3,5 cm, tangkai sari panjangnya 13-16 mm. tangkai putik panjangnya 2-2,5 cm, buah merupakan tipe buah kapsul, ukuran buah 2,5-3 cm, biji berbentuk ginjal. Tanaman ini tumbuh baik di dekat komunitas mangrove (Badan POM RI, 2010).
4. Kandungan Kimia
Berbagai kandungan kimia yang berbeda telah diisolasi dan dikarakterisasi dari Acanthus ilicifolius. Ekstrak Etanol / Metanol / kloroform / heksana yang diperoleh dari bagian yang berbeda dari tanaman seperti bagian aerial, daun, batang, akar, polong telah ditemukan mengandung gugus kimia yang berbeda: alkaloid, glikosida, Lignan, saponin triterpenoid, sterol, asam lemak, dan derivatif asam coumaric. (Singh, 2013)
Tabel 1. Senyawa kimia yang dilaporkan pada Acanthus ilicifolius
Bagian tanaman Tipe ekstrak Komponen yang terisolasi
Serbuk tanaman Ekstrak etanol Alkaloid-Acanthicifoline
Akar Ekstrak etanol Triterpenoid saponin
Daun Metanol air 2-benzoxazolinone
Daun Ekstrak kloroform Pentacyclic triterpenoids dan
sterols
Daun Ekstrak etanol Methylapigenin
7-o-β-D-glucoronate-Flavone glycosides
Daun Ekstrak metanol Bisoxazolinone
Bagian aerial Ekstrak metanol Lignan dan Cyclolignan
Polong Ekstrak metanol 1,4-benzoxazinone
Bagian aerial kering Ekstrak metanol Benzoxazinoid glucosides
Bagian aerial kering Ekstrak etanol Aliphatic alcohol
glycoside-ilicifolioside C dan two Z-4-coumaric acid glycosides
Bagian aerial kering Ekstrak etanol Phenylethanoid
glycoside(ilicifolioside A) dan aliphatic alcohol
glycoside(ilicifolioside)
Batang Ekstrak heksana Homologous series of 15
saturated odd dan bahkan fatty acids
Daun Ekstrak metanol Coumaric acid derivative-
Tanaman berduri (tidak dilaporkan) Acancifoliuside Megastigmane
dan flavone glycoside (Singh, 2013)
Berdasarkan hasil studi fitokimia yang telah dilaporkan dalam penelitian terdahulu, jeruju mengandung berbagai jenis metabolit sekunder yang terdapat pada berbagai organ tumbuhan terutama pada daun, akar, batang, daun, dan biji. Ekstrak akarnya mengandung senyawa oktaoksil alkohol, stigmasterol, benzoksazolin-2-on, stigmasteril-B-D-glukopiranosid, saponin, dan flavonoid (Purnobasuki, 2004). Pada tahun 2005 Huo, C, H., et al menemukan lima senyawa dalam Acanthus
ilicifolius yaitu luteolin-7-O-beta-D-glukoronide, apigenin-7-O-beta-D-glukoronide, methylapigenin-7-O-beta-D-apigenin-7-O-beta-D-glukoronide, uridine, dan uracil.
Pada bagian aerial tanaman berhasil ditemukan beberapa senyawa lignan glukosida (Kanchanapoom et al., 2001c), benzoksazinoid glukosida (Kanchanapoom et al., 2001a), feniletanoid glikosida dan alkohol alifatik glikosida (Wu et al., 2003)
5. Aktivitas Farmakologi
Secara empiris jeruju telah diketahui digunakan sebagai aprodisiaka (merangsang libido), asma, (buah); diuretik, hepatitis, diabetes, (buah, daun, dan akar); neuralgia, cacing gelang, rematik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah, daun); obat penyakit kanker hati, luka terkena racun anak panah, hepatitis akut, pembesaran hati, pembesaran limfa, kelenjar parotis, TBC, nyeri lambung dan obat cacing (Purnobasuki, 2004).
Jeruju (Acanthus ilicifolius) telah diketahui memiliki berbagai aktivitas farmakologis seperti penghambatan terhadap beberapa bakteri dan fungi pada ekstrak dari berbagai bagian tanaman Acanthus ilicifolius (Bose, 2008; Ganesh 2010; Khajure 2010; Thirunavukkarasu et al., 2011a), aktivitas antiinflamasi (Kumar et al., 2008), antioksidan (Babu et
al., 2001; Banerjee, 2008; Thirunavukkarasu et al., 2011b), hepatoprotektif (Babu et al., 2001), hemolitik (Thirunavukkarasu et al., 2011a) dan antiulcer (Nizamuddin, 2011). Beberapa penelitian tentang aktivitas antikanker Acanthus ilicifolius telah dilakukan. Namun penelitian tersebut hanya terbatas pada kemampuan ekstrak maupun fraksi dari
Acanthus ilicifolius untuk menghambat proliferasi sel HeLa dan KB
(Khajure, 2011), sel kanker hati (Chakraborty, 2007), serta fibroblast paru-paru (Babu et al., 2002) juga sel HeLa, CEM-SS, CaCO-2, Hep-G-2, CaOV-3, MDA-MB-231 dan MCF=7 (Nurmawati, 2007).
B. Uji Hayati untuk Penentuan Aktivitas Estrogenik
Uji Hayati untuk penentuan aktivitas estrogenik dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro . Beberapa pengujian secara in vitro antara lain pengujian ikatan ligan kompetitif (Zacharewski, 1997), proliferasi sel ( Soto et al., 1995), uji rekombinan gen pengatur/ reseptor (Zacharewski, 1997 ), dan Yeast Estrogen Assay (YES) (Routledge dan Sumpter , 1996).
Metode Yeast Estrogen Screen (YES) (Routledge dan Sumpter, 1996) berdasar pada ekspresi reseptor estrogen dan elemen respon
estrogen yang dihubungkan dengan gen pengatur LacZ pada
Saccharomyces Cerevisiae. Ketika senyawa estrogenik terikat pada
reseptor, maka transkripsi gen pengatur akan teraktivasi. Dalam hal LacZ sebagai gen promoter, aktivasi transkripsi akan menimbulkan ekspresi enzim galaktosidase. Adanya substrat seperti oNPG, enzim β-galaktosidase memecah struktur oNPG menjadi oNP, senyawa berwarna kuning yang dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer dan menunjukan aktivitas enzim β-galaktosidase (Routledge dan Sumpter, 1996). Metode YES assay memiliki limit deteksi yang lebih rendah pada estradiol (Zacharewski, 1997), robust, mudah direkayasa secara genetika (Dhooge et al., 2006), murah, tidak mengandung reseptor pada sel uji, media yang bebas steroid dan hanya membutuhkan waktu singkat (Lin et
al., 2008).
Gambar 2. Prinsip Metode YES (Routledge dan Sumpter, 1996)
Metode YES telah dikembangkan menggunakan sistem yeast dua hibrida (Nishihara et al, 2000). Dalam sistem ini interaksi antara reseptor estrogen dengan ko- aktivatornya menunjukkan keadaan sebenarnya karena ko-aktivator tersebut berasal dari mamalia. Hal ini memungkinkan ikatan yang spesifik antara ligan dengan reseptor estrogen dan mampu mengukur tingkat ekspresi gen pengatur yang mengkode β- galaktosidase sebagai protein pengatur (Nishihara et al., 2000).
C. ESTROGEN
Estrogen adalah hormon steroid yang meregulasi hormon pertumbuhan, diferensiasi, dan berfungsi dalam berbagai target jaringan dalam tubuh manusia. Estrogen yang paling kuat dan dominan pada manusia adalah 17β- estradiol, namun estrogen estrone dan estriol juga ada dengan kadar yang lebih rendah. Efek biologis estrogen dimediasi melalui reseptor estrogen (ER) α dan β, yang merupakan anggota superfamili besar dari reseptor inti. Reseptor-reseptor ini bertindak sebagai faktor-faktor transkripsi yang diaktivasi oleh ligan. Mekanisme klasik dari ER melibatkan ikatan estrogen pada reseptor dalam inti, setelah reseptor menyatu dan mengikat elemen respon spesifik yang dikenal sebagai elemen respon estrogen (ERE) yang terletak pada promotor gen target. Ikatan hormon juga menginduksi perubahan konformasi dalam domain ikatan ligan dengan reseptor, dan perubahan konformasi ini memungkinkan protein coactivator untuk berikatan. Namun, bukti untuk jalur signaling yang menyimpang dari model klasik ini muncul, dan telah diterima bahwa ER dapat meregulasi ekspresi gen oleh sejumlah makanisme yang berbeda. Oleh karena itu respon sel terhadap modulator spesifik ER ditentukan sebagian besar oleh tingkat relatif dan ekspresi mutlak dari koactivator, corepressors dan setiap subtipe reseptor (Björnström, 2005).
Estradiol disintesis oleh kolesterol dan disekresikan oleh ovarium, merupakan hormon yang penting bagi perkembangan reproduksi wanita dan pertumbuhan. Estradiol merupakan agonis alami dari reseptor estrogen (Lund, 2005).
Estrogen reseptor merupakan target yang penting untuk mengembangkan obat untuk pengobatan dan pencegahan kanker payudara, prostat, kolon, dan rahim (Pearce & Jourdan, 2004). Hal ini dimungkinkan karena jenis reseptor estrogen tertentu, alfa dan atau beta, terdistribusi pada jaringan tubuh yang berbeda. ER-α dominan pada uterus dan hati, sedangkan ER-β dominan pada saluran pencernaan dan prostat (Pearce &
Jourdan, 2004). Adapun pada jaringan otak, sistem kardiovaskular, saluran kemih, tulang dan payudara dapat ditemukan kedua tipe reseptor estrogen tersebut (Pearce & Jourdan, 2004). Ineraksi antara estrogen dengan reseptor estrogen dapat menghasilkan peningkatan proliferasi sel target sehingga tujuan untuk pengobatannya adalah dengan mengeblok interaksi antara estrogen dengan reseptor estrogen (Pearce & Jourdan, 2004).
D. KLT
Kromatografi lapis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembanagan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan atau dideteksi (Stahl, 1985).
Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan penyerap dan sistem larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerja sama untuk mencapai pemisahan. Selain itu, hal yang juga penting adalah memilih kondisi kerja yang optimum yang meliputi sifat pengembangan, atmosfer bejana, dan lain-lain (Stahl, 1985).
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik dikerjakan pereaksi lokasi kimia dan reaksi-reaksi warna.Tetapi lazimnya untuk identifikasi menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat bila dibandingkan pada kertas. Seperti halnya pada kertas harga Rf didefinisikan sebagai berikut:
Jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal Harga Rf =
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standar. Perlu diperhatikan bahwa harga Rf yang diperoleh hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penjerap yang digunakan, meskipun demikian daftar dari harga-harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh (Sastrohamidjojo,1985)