PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING (RMT) PADA MATERI
ARITMATIKA SOSIAL Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Nita Anggraeni 11150170000066
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021
Rigorous Mathematical Thiking (RMT) pada Materi Aritmatika Sosial disusun oleh Nita Anggraeni, dengan NIM 11150170000066, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diujikan pada sidang munaqosah tanggal 11 Februari 2021 dan diperbaiki sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas Jakarta, 29 Maret 2021 Yang Mengesahkan, Pembimbing I Dr. Dedek Kustiawati, M.Pd NIDN. 2011048301
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan Rigorous Mathematical Thiking (RMT) pada Materi Aritmatika Sosial disusun oleh Nita Anggraeni, dengan NIM 11150170000066, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diujikan pada sidang munaqosah tanggal 11 Februari 2021 dan diperbaiki sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas. Jakarta, 29 Maret 2021 Yang Mengesahkan, Pembimbing II Ramdani Miftah, M.Pd NIDN. 2018058602
oleh Nita Anggraeni, dengan NIM 11150170000066, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 11 Februari 2021 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.
Jakarta, 01 April 2021
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Tanggal Tanda Tangan
Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd
NIP. 19790601 200604 2 004 30/03/2021
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Gusni Satriawati, M.Pd NIP. 19780809 200801 2 032 29/03/2021 Penguji I Dr. Lia Kurniawati, M.Pd NIP. 19760521 200801 2 008 29/03/2021 Penguji II
Finola Marta Putri, M.Pd
NIDN. 2022028701 29/03/2021
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Sururin, M.Ag NIP. 19710319 199803 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nita Anggraeni
NIM : 11150170000066
Jurusan : Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun : 2015
Alamat : Jalan Kampung Baru 1, Gg Darussalam No. 64 RT 016/009 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi dengan judul Pengembagan Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada Materi Aritmatika Sosial adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
1. Nama Pembimbing I : Dr. Dedek Kustiawati, M.Pd.
NIDN : 2011048301
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika 2. Nama Pembimbing II : Ramdani Miftah, M.Pd.
NIDN : 2018058602
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 05 Februari 2021 Yang Menyatakan,
i ABSTRAK
NITA ANGGRAENI (11150170000066). “Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan Rigorous Mathematical Thiking (RMT) pada Materi Aritmatika Sosial”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.
Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan bahan ajar untuk materi aritmatika sosial untuk kelas VII. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT). Penggunaan RMT berfokus pada memediasi peserta didik dalam membangun proses kognitif yang kuat sementara secara bersamaan membangun konsep matematika menggunakan tiga fase, yaitu pengembangan kognitif, konten sebagai proses pengembangan, dan praktek konstruksi kognitif konseptual. Subjek uji coba yang diambil menggunakan teknik sampling purposive pada siswa kelas VII SMP/MTs di Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model 4-D (define, design, develop, disseminate) dari Thiagarajan, namun pada tahap disseminate tidak digunakan pada penelitian ini.
Hasil penelitian menurut validator menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan memperoleh kriteria layak berdasarkan kualitas aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian materi, desain tampilan, pendekatan RMT (menentukan model, menampilkan alat psikologis, membangun konsep dasar, menemukan rumus, menyesuaikan alat psikologis, menerapkan alat psikologis), dan evaluasi. Hasil penelitian berdasarkan angket respon siswa memperoleh kriteria layak yang mencakup aspek desain tampilan, kebahasaan, evaluasi, dan penyajian materi. Dengan demikian, bahan ajar ini termasuk dalam kriteria layak digunakan dalam pembelajaran matematika kelas VII.
Kata Kunci: Bahan Ajar, Rigorous Mathematical Thinking, RMT, Aritmatika Sosial, Model Pengembangan 4-D.
ii ABSTRACT
NITA ANGGRAENI (11150170000066). "Development of Teaching Materials Using Rigorous Mathematical Thiking (RMT) Approach in Social Arithmetic". Paper of Mathematics Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2021.
This study began from the teacher’s need of instructional materials in sosial arithmetic for seventh gradestudents. This research aims to develop teaching materials using Rigorous Mathematical Thinking (RMT). The practice of RMT focuses on mediating the learner in constructing robust cognitive processes while concomitantly building mathematical concepts using the three-phase that is cognitive development, content as process development, and cognitive conceptual construction practice. The test subjects were taken using purposive sampling techniques in seventh grade students of SMP/MTs in South Tangerang. The method used in this research is development research with a 4-D model (define, design, develop, disseminate) from Thiagarajan, but disseminate was not used in this research.
The results of the study according to expert judgement indicate that teaching materials developed have good crirteria based on the quality aspects of content eligibility, language, material presentation, design, RMT approach (determine the model, display psychological tools, build bbasic concepts, find the formula, adjust psychological tools, apply psychological tools), and evaluation. The results of student responses has good criteria based on the design, language, evaluation, and material presentation. Thus, this teaching material is included in good criteria can be used in class VII mathematics learning.
Keywords: Teaching Materials, Rigorous Mathematical Thinking, RMT, Social Arithmetic, 4-D Development Models.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan kita semua sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) Pada Materi Aritmatika Sosial” disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dalam diri penulis, sehingga penulis memerlukan bimbingan, masukan, serta bantuan dari berbagai pihak hingga penyusunan skripsi mampu terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Gusni Satriawati, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dr. Dedek Kustiawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, semangat dan motivasi selama penulis mengerjakan skripsi ini.
6. Ramdani Miftah, M.Pd., selaku Dosen Penasehat Akademik sekaligus Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, semangat dan motivasi selama penulis mengerjakan skripsi ini.
iv
7. Dr. Otong Suhyanto, M.Si., selaku Dosen Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus validator yang telah memberikan saran pada pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini.
8. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu serta memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan
9. Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan dalam proses administrasi 10. Rusli, S.Pd., Aep Saepullah, S.Pd., Hikmatulloh, S.Pd., Nur Aulia, S.Pd.,
Wildah, S.Pd., selaku guru-guru matematika yang telah bersedia menjadi validator serta memberikan saran terhadap pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini.
11. Kedua orang tua saya Bapak Suyatman dan Ibu Suprapti, serta semua keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan, serta menjadi motivasi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. 12. Benadeta Septiane yang selalu menjadi teman cerita dan selalu ada untuk
memberi dukungan kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi. 13. Andry Wahyu Cebhastian, Risma Damayanti, Novia Rosa yang telah
memberi dukungan, motivasi, serta menghibur penulis.
14. TEMAN (Hilda, Dwiky, Alfi, Retno, Eka, Wiji, Dimas) yang dipertemukan dalam kepengurusan DEMA FITK 2017 telah senantiasa memberi bantuan, dukungan, dan motivasi kepada penulis serta memberi warna, berbagi cerita, dan pengalaman semasa kepengurusan maupun sampai sekarang. 15. Okta Hapipah, Tias Eka Risti, Sindi Mutiara Putri, teman seperkuliahan
yang telah saling membantu, saling berbagi cerita, saling menemani semasa perkuliahan serta telah menjadi tim terbaik yang berhasil berjuang bersama-sama dari awal perkuliahan hingga akhir.
16. Amrina Asha Rahayu yang telah berkenan membantu, mendukung, serta menjadi pendengar maupun pemberi saran kepada penulis. Widyatma Alfathan Satrio selaku teman sekelas dan juga organisasi yang selalu memberi bantuan serta dukungan kepada penulis. Septi Nur Fauziya selaku
v
teman sekelas yang telah membantu menjawab kebingungan, memberi dukungan serta yang bersedia direpotkan oleh penulis.
17. Keluarga Pendidikan Matematika 2015 (Khususnya kelas B), Keluarga HMI Komtar (Khususnya Distrik PMTK), Keluarga HMJ Pendidikan Matematika Masa Bakti 2016, Keluarga DEMA FITK Masa Bakti 2017 dan 2018, yang senantiasa memberi pembelajaran serta pengalaman yang berarti kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.
18. Seluruh pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan segala bentuk bantuan mulai dari informasi hingga perhatian kepada penulis sebelum, selama, dan setelah penulis menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan balasan yang terbaik. Aamiin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sidatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Jakarta, 05 Februari 2021 Penulis
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Indentifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan... 7
G. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Deskripsi Teoritik... 9
1. Pengembangan Bahan Ajar ... 9
2. Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) ... 13
3. Aritmatika Sosial ... 19
B. Hasil Penelitian Relevan ... 21
C. Kerangka Berpikir ... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 25
vii
B. Prosedur Pengembangan ... 25
1. Define (Pendefinisian) ... 26
2. Design (Perancangan) ... 28
3. Develop (Pengembangan) ... 28
C. Desain Uji Coba ... 29
1. Uji Ahli atau Validasi ... 29
2. Uji Coba Terbatas ... 30
E. Instrumen Penelitian... 30
1. Instrumen Penilaian Produk oleh Validasi Ahli ... 30
2. Angket Respon Siswa ... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G. Teknik Analisis Data ... 31
1. Analisis Data Instrumen Penilaian Ahli ... 32
2. Analisis Data Angket Respon Siswa ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Deskripsi Hasil Pengembangan ... 34
1. Tahap Define (Pendefinisian) ... 34
2. Tahap Design (Perancangan) ... 39
3. Tahap Develop (Pengembangan) ... 41
B. Analisis Hasil Uji Coba ... 70
1. Penilaian Ahli ... 70
2. Uji Coba Terbatas ... 75
C. Kajian Produk Akhir ... 75
D. Keterbatasan Penelitian ... 81
viii
A. Simpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan RMT ... 18
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Produk oleh Validasi Ahli ... 30
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 31
Tabel 3.3 Skor Lembar Penilaian Ahli ... 32
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian oleh Ahli ... 33
Tabel 4.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 36
Tabel 4.2 Tujuan Pembelajaran ... 38
Tabel 4.3 Hasil Validasi Bahan Ajar oleh Validator Ahli ... 70
Tabel 4.4 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Kelayakan Isi ... 71
Tabel 4.5 Hasil Validasi Bahan ajar pada Aspek Kebahasaan ... 72
Tabel 4.6 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Penyajian Materi ... 72
Tabel 4.7 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Desain Tampilan ... 73
Tabel 4.8 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Pendekatan RMT ... 73
Tabel 4.9 Hasil Validasi Bahan Ajar pada Aspek Evaluasi ... 74
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 24
Gambar 3.1 Kerangka Prosedur Pengembangan ... 26
Gambar 4.1 Halaman Sampul Depan dan Halaman Francis ... 43
Gambar 4.2 KI, KD, dan IPK ... 46
Gambar 4.3 Petunjuk Penggunaan dan Peta Konsep ... 48
Gambar 4.4 Tujuan Pembelajaran dan Masalah ... 49
Gambar 4.5 Langkah Menentukan Model dan Menampilkan Alat Psikologis ... 50
Gambar 4.6 Langkah Membangun Konsep Dasar ...51
Gambar 4.7 Langkah Menemukan Rumus... 52
Gambar 4.8 Langkah Menyesuaikan Alat Psikologis dan Menerapkan Alat Psikologis ... 54
Gambar 4.9 Latihan Soal... 55
Gambar 4.10 (a) Sebelum Revisi Poin 1 ... 58
Gambar 4.10 (b) Sesudah Revisi poin 1 ... 58
Gambar 4.11 (a) Sebelum Revisi Poin 2 ... 60
Gambar 4.11 (b) Sesudah Revisi Poin 2 ... 60
Gambar 4.12 (a1 – a7) Sebelum Revisi Poin 3 ... 65
Gambar 4.12 (b1 – b7) Sesudah Revisi Poin 3 ... 65
Gambar 4.13 (a) Sebelum Revisi Poin 4 ... 66
Gambar 4.13 (b) Sesudah Revisi Poin 4 ... 66
Gambar 4.14 (a) Sebelum Revisi Poin 5 ... 67
Gambar 4.14 (b) Sesudah Revisi Poin 5 ... 67
xi
Gambar 4.16 (a) Sebelum Revisi Poin 7 ... 69
Gambar 4.16 (b) Sesudah Revisi Poin 7 ... 67 Gambar 4.17 Tampilan Produk Akhir ... 81
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pertanyaan Wawancara Guru Matematika ... 88
Lampiran 2 Transkip Hasil Wawancara Guru Matematika ... 89
Lampiran 3 Lembar Pertanyaan Wawancara Siswa ... 91
Lampiran 4 Traskip Hasil Wawancara Siswa ... 92
Lampiran 5 Lembar Validasi Ahli ... 94
Lampiran 6 Angket Respon Siswa ... 97
Lampiran 7 Surat Tugas Validator ... 99
Lampiran 8 Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar oleh Ahli ... 101
Lampiran 9 Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar oleh Ahli Berdasarkan Indikator Setiap Aspek Penilaian ... 102
Lampiran 10 Revisi Bahan Ajar ... 105
Lampiran 11 Perhitungan Data Angket Respon Siswa ... 109
Lampiran 12 Uji Referensi ... 110
Lampiran 13 Hasil Instrumen Validasi Ahli ... 125
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah berkembang dengan pesat dan memberikan banyak manfaat diberbagai aspek. Perkembangan ini juga harus diikuti dengan perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia dapat berpengaruh pada kemajuan suatu bangsa, maka dari itu meningkatkan kualitas sumber daya alam sangat penting untuk kemajuan bangsa ini. Salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu melalui pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan.2
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan adalalah proses yang melibatkan usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan peserta didik memiliki potensi didalam dirinya sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam Pendidikan terdapat peserta didik dan pendidik yang memiliki peran berbeda namun memiliki tujuan yang sama.
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan tujuan pendidikan secara umum yang ingin dicapai secara nasional. Adapun tujuan tersebut yaitu mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berakhlak mulia, berilmu,
1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 Nomor 1.
2
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab.3
Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan dari pendidikan. Proses pembelajaran di sekolah sangat berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan, salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu matematika, karena matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Selain itu, matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling kompleks.4
Menurut Cockroft, matematika mempunyai peran penting yaitu “it would be very difficult-perhaps impossible-to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind” atau dapat dikatakan bahwa akan sangat sulit atau mustahil bagi seseorang untuk hidup di bumi ini pada abad ke-20 tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika.5 Oleh karena itu sangat penting bagi siswa untuk menguasai matematika dengan didukung guru melalui proses pembelajaran yang mendorong siswa dalam memudahkan belajar matematika.
Bicara mengenai prestasi matematika di Indonesia, kenyataannya kemampuan siswa di Indonesia dalam menguasai matematika tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey Program for International Student Assessment (PISA) 2018 bahwa Indonesia mengalami penurunan peringkat menjadi urutan ke-74 dari 79 negara dan hasil skor yang dicapai siswa Indonesia dalam mata pelajaran matematika yaitu sebesar 379 sedangkan rata-rata OECD yaitu 489. Hasil PISA 2018 menunjukkan bahwa Indonesia baru mencapai level
3 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3.
4 Hasratuddin, “Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”, Jurnal
Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol. 6 No. 2, 2013, h. 133.
5Muhammad Daut siagian, “Kemampuan Koneksi Matematika dalam Pembelajaran
1 dan 2 sedangkan soal yang diujikan terdiri dari 6 level (level 1 terendah sampai level 6 tertinggi).6 Hal ini sejalan dengan laporan hasil ujian nasional tahun 2019 yang menunjukkan bahwa matematika di SMP/MTs memperoleh persentase paling rendah, yaitu untuk tingkat SMP memperoleh 46,56% dan MTs 42,24%.7
Aritmatika sosial merupakan salah satu materi yang dipelajari pada siswa kelas VII. Materi yang terdapat pada aritmatika sosial meliputi harga jual, harga beli, untung, rugi, bunga, diskon, pajak, bruto, neto, dan tara. Materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, namun banyak dari siswa yang masih kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan materi aritmatika sosial.8 Sebuah hasil penelitian yang dilakukan Widya Evijayanti dan Rita Pramujiyanti Khotimah, “siswa mengalami kesulitan memahami soal-soal matematika terutama pada materi aritmatika sosial”.9 Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat beberapa 3 jenis kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial yaitu kesulitan dalam memahami soal, kesulitan dalam transformasi, dan kesulitan dalam proses penyelesaian. Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti lihat bahwa kemampuan matematika dalam materi aritmatika sosial masih rendah sehingga diperlukan pembelajaran yang memadai untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran aritmatika sosial dilatarbelakangi oleh pembelajaran yang berpusat pada guru, sajian materi yang tidak berorientasi praktik, sumber belajar hanya dari buku teks tidak ada bahan ajar yang dapat membantu siswa sehingga karakteristik proses pembelajaran
6 OECD, “PISA 2018 Results (Volume I): What Students Know And Can Do”, Paris:
OECD Publishing, 2019, pp. 18.
7 Laporan Hasil Ujian Nasional 2019, (https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id) diakses
tanggal 12 januari 2021 jam 10.00
8 Rini Nuraeni, Suny Guinesya Ardiansyah, Luvy Sylviana Zanthy, ”Permasalahan
Matematika Aritmatika Sosial dalam Bentuk Cerita: Bagaimana Deskripsi Kesalahan-Kesalahan Jawaban Siswa” Teorema: Teori dan RIset Matematika, 2020, h. 62.
9 Widya Evijayanti dan Rita Pramujiyanti Khotimah, “Analisis Kesulitan Siswa SMP dalam
4
aritmatika di sekolah masih bersifat konvensional.10 Berdasarkan penelitian Ardilla dan Hartanto juga menunjukkan beberapa faktor penyebab siswa kurang mengusai matematika yaitu: (1) kurangnya minat siswa dalam mempelajari matematika, (2) kurangnya konsentrasi siswa dalam memperhatikan guru, (3) kurangnya pemahaman konsep matematika dasar siswa, (4) ketidakdisiplinan siswa dalam mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru.11 Guru
mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran di kelas, melihat faktor tersebut, seharusnya guru dapat lebih kreatif dalam mengembangkan metode atau pendekatan pembelajaran sehingga memudahkan siswa dalam memahami, selain itu guru juga berperan sebagai motivator untuk memotivasi siswa agar tertarik untuk belajar matematika.
Proses pembelajaran saat ini menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan bukan hanya sekedar pergantian kurikulum saja namun juga menuntut perubahan dalam pembelajaran yang ada di sekolah. Peran pendidik sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran begitu juga dengan bahan ajar yang membantu siswa dalam memperoleh informasi sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi. Standar penilaian kelayakan bahan ajar menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu terdiri atas kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan.12
Menurut National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training, bahan ajar adalah alat untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Tocharman bahan ajar dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu bahan ajar
10 Ruslan Ridwan, Zulkardi, Darmawijoyo, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Aritmatika Sosial Berbasis Problem Based Learning di Kelas VII SMP”, Jurnal Elemen Vol. 2 No. 2, 2016, h. 94.
11 Ayu Ardilla dan Suryo Hartanto, “Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Hasil Belajar
Matematika Siswa MTs Iskandar Muda Batam”, PHYTAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 6 No. 2, 2017. h. 185.
12 Sri Kantun, dan Yayuk Sri Rahayu Budiawati, “Analisis Tingkat Kelayakan Bahan Ajar
Ekonomi Yang Digunakan Oleh Guru Di SMA Negeri 4 Jember”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, Edisi IX No. 2, 2015, h. 131.
visual, bahan ajar audio, bahan ajar audio visual, dan bahan ajar multimedia interaktif.13
Bahan ajar mempunyai peran penting baik untuk guru maupun siswa, salah satu peran bahan ajar bagi guru yaitu: (1) menghemat waktu guru dalam mengajar, (2) mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi fasilitator, (3) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Sedangkan peran bahan ajar bagi siswa yaitu: (1) siswa dapat belajar mandiri, tanpa harus ada guru atau teman, (2) siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja, (3) siswa dapat belajar sesuai kecepatan pemahamannya sendiri, (4) siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.14
Bahan ajar merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran karena bahan ajar merupakan alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah peneliti jelaskan mengenai salah satu faktor kesulitan siswa dalam memahami materi aritmatika sosial, secara garis besar siswa kesulitan dalam memahami soal, kesulitan dalam transformasi atau membuat pemodelan matematika, kesulitan dalam proses penyelesaian, dan kurangnya pemahaman konsep. Maka dari itu, guru perlu mengembangkan bahan ajar menggunakan pendekatan atau metode sehingga terciptanya bahan ajar yang mendukung siswa dalam proses pembelajaran. Membuat bahan ajar pada masa pandemi Covid 19 akan sangat mendukung aktivitas pembelajaran dan proses pembelajaran, dan juga membantu guru dalam menyampaikan materi agar siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan.
Salah satu alternatif solusi untuk permasalahan tersebut yaitu dengan mengembangkan bahan ajar matematika yang mendukung siswa dalam memahami konsep serta membantu membuat pemodelan matematika dengan
13 Danu Aji Nugraha, Achmad Binadja, dan Supartono, “Pengembangan Bahan Ajar Reaksi
Redoks Bervisi SETS Berorientasi Kontruktivistik”, Journal of Innovative Science Education, Vol.2 No.1, 2013, h. 28.
6
menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai yaitu pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT). RMT secara sistematis membangun konsep dasar yang dibutuhkan dalam matematika dari pengalaman dan bahasa sehari-hari, hal ini sesuai dengan materi aritmatika sosial yang sangat erat kaitannya dengan kehidpan sehari-hari, serta RMT memperkenalkan konsep alat psikologis khusus matematika, hal ini dapat membantu siswa dalam membuat pemodelan matematika.15
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menerapkan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) sebagai pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan bahan ajar matematika. Dengan demikian, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada Materi Aritmatika Sosial”
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan matematis siswa pada materi Aritmatika Sosial. 2. Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru akibatnya siswa kurang
dapat mengeksplor kemampuan yang dimilikinya.
3. Bahan ajar yang kurang mendukung siswa dalam memahami konsep matematika pada materi aritmatika sosial.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang dilakukan dalam membatasi penelitian agar masalah yang diteliti terfokus yaitu sebagai berikut:
1. Pengembangan bahan ajar menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) dengan 3 fase yaitu fase pengembangan
15 James T. Kinard, Method and Apparatus for Creating Rigorous Mathematical Thinking,
kognitif, konten sebagai proses pengembangan, dan praktek konstruksi kognitif konseptual.
2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Aritmatika Sosial di kelas VII SMP/MTs.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar pada materi Aritmatika Sosial kelas VII menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT)? 2. Bagaimana tingkat kelayakan bahan ajar yang dihasilkan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah yang telah dibuat, maka peneliti menyimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan produk bahan ajar menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada materi aritmatika sosial.
2. Mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada materi aritmatika sosial berdasarkan uji pakar.
F. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan pada pengembangan ini yaitu bahan ajar jenis Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi aritmatika sosial dengan spesifikasi produk yang dikembangkan yaitu: Bahan ajar cetak jenis Lembar Kerja Siswa (LKS) yang didesain khusus menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) yang berisi masalah yang harus dikerjakan serta latihan-latihan soal.
G. Manfaat Penelitian
Harapan penulis dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk siswa, bahan ajar menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada materi aritmatika sosial diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi dengan mudah.
8
2. Untuk guru, bahan ajar menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada materi aritmatika sosial diharapkan dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi sehingga dapat memenuhi tujuan pembelajaran.
3. Untuk peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dalam mengembangkan bahan ajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik
1. Pengembangan Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis, artinya disusun secara urut agar memudahkan siswa dalam belajar serta disusun berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran offline maupun online.1 Bahan Ajar menurut Kemendiknas merupakan informasi, alat dan teks yang digunakan guru/instruktur untuk merencanakan dan mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan Majid mengatakan bahwa bahan ajar merupakan semua bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan ajar menurut Widodo dan Jasmadi yaitu merupakan seperangkat alat pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi. Sedangkan Majid mengatakan bahwa bahan ajar merupakan semua bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.2
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah alat pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang digunakan guru dalam membantu proses belajar mengajar sekaligus memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
b. Karakteristik Bahan Ajar
Prastowo mengemukakan beberapa karakteristik yang terdapat dalam bahan ajar yaitu: (1) memberi arahan atau petunjuk belajar untuk guru
1 Nana, Pengembangan Bahan Ajar, (Jawa Tengah: Lakeisha, 2019), h. 48.
2 Jajang Bayu Kelana dan D. Fadly Pratama, Bahan Ajar IPA Berbasis Literasi SAINS,
10
maupun siswa, (2) tercantum dengan jelas kompetensi yang ingin dikembangkan, (3) terdapat informasi pendukung, (4) adanya latihan-latihan soal, (5) tersedia lembar kerja siswa (LKS), (6) alat evaluasi yang jelas.3
Sedangkan berdasarkan panduan penyusunan bahan ajar yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, bahan ajar memiliki karakteristik antara lain:4
1) Self Instructional
Bahan ajar memiliki karakterisitik self instructional, artinya bahan ajar memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri. Untuk mencapai karakteristik ini, bahan ajar harus mengandung tujuan pembelajaran yang jelas.
2) Self Contained
Bahan ajar bersifat self contained, artinya bahan ajar berupa satu kesatuan utuh sehingga peserta didik mempelajari suatu kompetensi dalam satu bahan ajar.
3) Stand Alone
Bahan ajar bersifat stand alone, artinya bahwa bahan ajar yang dikembangkan tidak membutuhkan bahan ajar lain dalam penggunaannya. 4) Adaptive
Bahan ajar bersifat adaptive, artinya bahan ajar dapat berkembang mengikuti perkembangan IPTEK.
5) User Friendly
Bahan ajar bersifat user friendly, artinya bahwa bahan ajar memiliki petunjuk dan informasi yang mudah dipahami peserta didik, dengan kata lain bahan ajar tersebut harus mudah digunakan oleh peserta didik dan dekat dengan dunia calon penggunanya.
3 Ibid., h. 4.
4 Moh. Fery Fauzi dan Irma Anindiati, E-learning Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik bahan ajar yaitu terdapat petunjuk belajar untuk guru maupun siswa, tercantum kompetensi yang ingin dikembangkan, tersedia LKS beserta latihan-latihan soal, dan bahan ajar memungkinkan peserta didik supaya dapat belajar secara mandiri.
c. Jenis-jenis Bahan Ajar
Terdapat 2 jenis bahan ajar yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar noncetak. Berikut macam-macam bahan ajar cetak dan non cetak:5
1) Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar cetak meliputi handout, modul, buku, dan lembar kerja siswa. Handout berisi point-point penting dari materi pelajaran. Dibuat untuk membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran secara ringkas dan tepat sasaran. Modul merupakan bahan ajar yang disusun guru dalam bentuk tertentu, dibuat untuk dapat dibaca atau dipelajari siswa secara mandiri. Buku merupakan kumpulan kertas yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis seseorang dalam bentuk tertulis. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan materi ajar yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. 2) Bahan Ajar Non Cetak
Bahan ajar non cetak meliputi audio, audio-visual, dan multimedia interaktif. Bahan ajar audio merupakan bahan ajar yang digunakan untuk penyampaian pesan atau informasi melalui bunyi dan suara sehingga dapat diterima oleh siswa. Bahan ajar audio-visual merupakan bahan ajar yang digunakan untuk penyampaian pesan atau informasi melalui bunyi/suara dan juga gambar sehingga komunikasi menjadi lebih bervariatif. Bahan ajar multimedia interaktif merupakan bahan ajar yang sangat kompleks dengan penggabungan dari beberapa bahan ajar lainnya seperti teks, grafik, animasi, audio, gambar video sehingga menjadi suatu kumpulan yang menarik.
12
Berdasarkan jenis-jenis bahan ajar yang telah disebutkan, LKS merupakan bahan ajar yang sesuai untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar karena LKS merupakan bahan ajar yang membantu siswa agar siswa dapat belajar mandiri serta ikut aktif dalam proses belajar sehingga pemahaman materi dapat dikuasai. Maka dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pengembangan bahan ajar berupa LKS. Berikut merupakan teori tentang Lembar Kerja Siswa (LKS).
Lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. LKS merupakan bahan pembelajaran cetak yang paling sederhana karena komponen isinya bukan pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal-soalnya serta latihan. LKS memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (1) LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegiatan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus dilakukan oleh siswa, (2) LKS merupakan bahan ajar cetak, (3) materi yang disajikan berupa rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya, (4) mempunyai komponen seperti daftar isi, kata pengantar, pendahuluan, dan lain-lain.6
Widjajanti mengungkapkan bahwa ada beberapa fungsi dari LKS, yaitu sebagai alternatif guru dalam proses kegiatan belajar mengajar, waktu belajar lebih efektif, membantu siswa agar belajar secara mandiri, dapat membangkitkan minat belajar siswa jika LKS yang disusun menarik, dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.7
Berikut syarat umum yang harus dipenuhi untuk membuat LKS yaitu: (1) melakukan analisis kurikulum baik SK, KD, indikator, maupun materi pokok, (2) menyusun peta kebutuhan atau peta konsep, (3) menentukan judul serta panduan panduan dalam LKS, (4) mencetak LKS dan menentukan lembar penilaian.8
6 Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Sains, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 29-30
7Rahmita Yuliana Gazali, “Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Siswa SMP
Berdasarkan Teori Belajar Ausubel”, PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 11, No. 2, 2016, h. 184.
Sebagai bahan ajar, LKS mempunyai beberapa kelebihan namun juga mempunyai beberapa kekurangan, berikut kelebihan LKS yaitu: (1) guru dapat menggunakan LKS sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa, (2) meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, (3) praktis dan harga terjangkau, (4) materi lebih ringkas namun sudah mencakup semuanya, (5) kegiatan pembelajaran lebih beragam, (6) sebagai pengganti media lain ketika media audio visual mengalami hambatan, (7) LKS sebagai media pembelajaran tidak membutuhkan listrik sehingga dapat dimanfaatkan oleh sekolah yang berada di pedesaan. Adapun kekurangan bahan ajar LKS yaitu: (1) soal-soal yang tertuang oada LKS cenderung monoton, (2) adanya kekhawatiran karena guru hanya mengandalkan media LKS serta memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya siswa disuruh mengerjakan LKS kemudian guru meninggalkan siswa dan kembali hanya untuk membahas, (3) LKS yang dikeluarkan penerbit cenderung kurang cocok antara konsep yang diajarkan dengan LKS tersebut, (4) LKS hanya melatih siswa untuk menjawab soal, tidak efektif tanpa adanya sebuah pemahaman konsep materi secara benar, (5) LKS hanya menampilkan gambar diam tidak bias bergerak, sehingga siswa kurang dapat memahami materi dengan cepat.9
2. Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT)
Rigorous Mathematika Thinking (RMT) didefinisikan sebagai perpaduan dan pemanfaatan operasi mental untuk: (1) memperoleh pengetahuan tentang pola dan hubungan, (2) menerapkan peralatan dan skema yang diperoleh secara kultural dengan tujuan menguraikan pengetahuan tersebut untuk organisasinya, korelasinya, teknik mengarangnya dan representasi abstraknya sehingga dapat membangun konseptualisasi dan pemahaman, (3) mentransformasikan dan menggeneralisasi konseptualisasi dan pemahaman menjadi gagasan, dan gagasan yang koheran serta logis, (4) merancang penggunaan gagasan tersebut untuk memfasilitasi penyelesaian masalah dan penurunan pengetahuan baru
9 Ibid., h. 34-35.
14
dalam berbagai konteks dan bidang aktivitas manusia, (5) melakukan pemeriksaan kritis, analisis, instropeksi dan pemantauan berkelanjutan dari struktur, operasi, dan proses RMT untuk pemahaman dirinya dan integritas intrinsiknya.10
Rigorous berasal dari kata rigor. Kata rigor secara umum dapat digambarkan dalam sejumlah elemen yang meliputi (1) ketajaman dalam fokus dan persepsi, (2) kejelasan dan kelengkapan dalam definisi, konseptualisasi, dan rancangan dari sifat kritis, dan (3) presisi dan akurasi. Rigor juga mencakup beberapa elemen sistemik, yaitu (1) pertanyaan kritis dan kemauan tinggi untuk mencari penyelesaian, (2) keterlibatan mental yang penuh semangat untuk membangun kemampuan yang lebih tinggi. RMT dalam proses pembelajaran berfokus kepada memediasi siswa dalam membangun proses kognitif yang kuat sementara secara bersamaan membangun konsep matematika dengan menggunakan tiga fase disertai enam langkah.11 Dalam hal ini, guru sebagai mediator yang artinya guru menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran di kelas dengan cara memediasi siswa melalui langkah-langkah pembelajaran.
Rigorous Mathematical Thinking (RMT) merupakan salah satu pendekatan matematika yang dikembangkan oleh James T. Kinard dan didasari oleh dua teori pembelajaran, yaitu teori sosio-kultural Vygotsky khususnya konsep peralatan psikologis dan teori Mediated Learning Experience (MLE) Feuerstein yaitu menerapkan belajar termediasi dengan menggunakan tugas kognitif yang dirancang untuk mengembangkan berpikir umum dan mengembangkan keterampilan.12 Berikut adalah penjelasan mengenai teori dari Vygotsky dan
teori dari Feuerstein.
Teori sosio-kultural Vygotsky dikemukakan oleh seorang ahli psikologi Rusia, Lev Semionovich Vygotsky. Teori Vygotsky menyatakan bahwa
10 James T. Kinard, Method and Apparatus for Creating Rigorous Mathematical Thinking,
United States Patent Application Publication, 2007, pp. 1
11 Ibid., pp. 2-3
12 Zaenal Khabib dan Janet Trineke Manoy, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
dengan Pendekatan RMT Ditinjau dari Fungsi Kognitif Siswa pada Materi Melukis Segitiga di Kelas VII SMP”, Jurnal FMIPA UNESA, Vol. 2 No. 3, 2013, h. 2.
perkembangan proses mental anak yang lebih tinggi tergantung pada hadirnya perantara mediasi dalam interaksi anak dengan lingkungannya. Terdapat 3 kelompok mediator antara siswa dan lingkungannya, yaitu: (1) mediator fisik, (2) alat simbolis, dan (3) mediator manusia. Mediator fisik dapat berupa peralatan materil dan teknologi. Mediator alat simbolis atau dapat juga disebut dengan peralatan psikologis dapat berupa isyarat, bahasa, dan grafik. Mediator manusia meliputi orang tua, guru, teman sebaya, dan mentor lainnya.13 Konsep peralatan psikologis dalam teori inilah yang akan dipakai dalam penelitian ini.
Menurut Kinard, peralatan psikologis yaitu peralatan yang digunakan sebagai isyarat-isyarat, simbol-simbol, atau artefak-artefak yang memiliki makna khusus dalam kultural seseorang masyarakat. Sedangkan menurut Kozulin, peralatan psikologis yaitu artefak-artefak simbolis yang meliputi isyarat-isyarat, simbol-simbol, naskah, rumus, grafik yang membantu individu menguasai fungsi-fungsi psikologis alaminya sendiri yang berkaitan dengan persepsi, memori, perhatian, dan sebagainya.14 Dalam hal ini peralatan psikologis yang akan digunakan yaitu dapat berupa simbol matematika, grafik, tabel, rumus atau sesuatu yang berhubungan dengan matematika yang dapat dimanfaatkan siswa dalam membantu membangun pemahamannya sendiri.
Teori Mediated Learning Experience (MLE) atau dapat dikatakan pengalaman belajar termediasi pertama kali dikemukakan oleh Reuven Feuerstein. Feuerstein mendefinisikan MLE sebagai kualitas belajar dengan guru sebagai mediator yang bertugas membimbing siswa dan menjaga mediasi yang menggunakan tiga kriteria pokok mediasi yaitu:15
1. Mediasi Intensionalitas dan Timbal Balik (Intentionality and Reciocity Mediation), yaitu bahwa guru harus terus menerus membiasakan perilaku siswa dengan tujuan untuk menarik dan mempertahankan perilaku siswa serta membuat tugas yang dapat dijangkau oleh kemampuan siswa. Mediasi
13 Erdhin Lies Tyanto dan Janet Trineke Manoy, “Pengembangan Media Pembelajaran
Matematika Berbasis Adobe Flash Profesional CS 6 dengan Memperhatikan Fungsi Kognitif Rigorous Mathematical Thinking pada Materi Melukis Segitiga”, Jurnal FMIPA UNESA, Vol. 2 No. 3, 2013, h. 3.
14 Zaenal Khabib dan Janet Trineke Manoy, op. cit., h. 3. 15 Ibid.
16
ini bertujuan untuk menjaga tingkat fokus siswa agar dapat mengikut kegiatan belajar.
2. Mediasi Transendensi (Transcendence Mediation), yaitu guru memfasilitasi pertemuan dengan isu-isu yang lebih luas tentang pengalaman dan makna masa depan dengan tujuan untuk membangun pemahaman siswa. Guru sebagai jembatan penghubung kegiatan saat ini dengan pengalaman masa lalu dan antisipasi kejadian di masa depan.
3. Mediasi Makna (Meaning Mediation), guru menanamkan pertemuan dengan pentingnya dan relevansinya perasaan dan aktivitas, mengidentifikasi dan menetapkan nilai-nilai, dukungan dan validasi perasaan dan alasan interaksi.
Berdasarkan kedua teori yang telah dipaparkan peneliti, teori sosio-kultural Vygotsky yang ditekankan dalam RMT yaitu konsep peralatan psikologis yang dirancang untuk mengubah proses kognitif dasar menjadi proses yang lebih tinggi. Sedangkan teori MLE yaitu menerapkan belajar termediasi dengan memanfaatkan tugas kognitif yang dirancang sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir umum dan belajar bagaimana mempelajari keterampilan.16
Tujuan RMT menurut Kinard yaitu, melengkapi peserta didik dengan kapasitas dan motivasi untuk membangun dan menerapkan pemahaman konseptual matematika yang mendalam.17 Kelebihan pembelajaran menggunakan RMT yaitu guru emediasi siswa dalam memperoleh dan mengkontruksi konsep matematika dengan menggunakan peralatan psikologis, siswa juga dapat memperoleh dan mengkontruksi konsep matematika secara cermat sehingga konsep tersebut tertanam dalam pikiran siswa. Sedangkan kekurangannya yaitu bila peran guru sangat dominan dalam memediasi siswa, maka pembelajaran cenderung akan berpusat ada guru dan bila kondisi siswa sulit dimediasi (dilihat dari kemampuan dan karakteristik siswa) maka sulit bagi guru dalam mengarahkan pembelajaran dengan pendekatan RMT.18
16 Erdhin Lies Tyanto dan Janet Trineke Manoy, op. cit., h. 3-4 17 James T. Kinard, op. cit., pp. 3.
Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan RMT akan melibatkan semua siswa untuk berpikir dan belajar sehingga proses pembelajarannya akan menjadi lebih bermakna. Guru sebagai mediator akan membimbing siswa untuk menggunakan peralatan psikologis dan mendorong untuk menjadi proaktif dalam membangun proses berpikir dan belajar dengan memanfaatkan peralatan psikologis dan pengetahuan yang sebelumnya. RMT memediasi siswa untuk mendefinisikan masalah, untuk menggambarkan apa yang harus dilakukan terhadap masalah yang diberikan, menganalisis peralatan psikologis yang ada untuk pemecahan masalah, menentukan hubungan antara peralatan psikologis dan pemecahan masalah, memanfaatkan dan menerapkan peralatan psikologis untuk memecahkan masalah, dan merefleksikan strategi.19 RMT menekankan perlunya kematangan konsep dan materi prasyarat dalam pembelajaran dengan memberikan skema.20 Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa RMT merupakan seperangkat pembelajaran yang berfokus membangun pemahaman konsep matematika siswa agar lebih memahami materi yang dipelajari dengan menggunakan alat psikologis dengan dibantu oleh guru sebagai mediator yang akan membimbing siswa agar lebih aktif untuk berpikir.
Tahapan pendekatan RMT memiliki tiga fase dengan enam langkah pembelajaran, yaitu:21
Fase 1: Pengembangan kognitif
a. Siswa dimediasi untuk menentukan model yang sesuai untuk mengembangkan tugas kognitif sebagai alat psikologis umum berdasarkan pada hubungan struktur fungsi.
b. Siswa dimediasi untuk melakukan tugas kognitif melalui alat psikologis untuk membangun proses kognitif tingkat tinggi.
Fase 2: Konten sebagai Proses Pengembangan
19 loc. cit.
20Aan Hendrayana, “Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Rigorous Mathematical Thinking
(RMT) terhadap Pemahaman Konseptual Matematis Siswa SMP”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol. 4 No. 2, 2017, h. 188.
18
a. Siswa dimediasi untuk membangun konsep-konsep dasar yang diperlukan dalam matematika dari pengalaman dan bahasa sehari-hari b. Siswa dimediasi untuk menemukan dan merumuskan pola dan
hubungan matematika dalam proses kognitif
c. Siswa dimediasi untuk menyesuaikan peralatan psikologis khusus yang tepat dalam proses kognitif
Fase 3: Praktek Konstruksi Kognitif Konseptual
a. Siswa dimediasi untuk mempraktikkan atau menerapkan peralatan psikologis khusus untuk membangun pemahaman konseptual matematika
Tahapan pendekatan RMT yang digunakan penulis pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan RMT Fase Tahap Fase 1 Pengembangan Kognitif
Siswa menentukan model yang sesuai dari tugas kognitif yang diberikan dengan arahan guru Siswa menampilkan tugas kognitif yang diberikan menggunakan alat bantu grafik atau tabel dengan arahan guru
Fase 2
Konten sebagai Proses
Pengembangan
Siswa membuat kesimpulan dari tugas kognitif untuk membangun konsep dasar dalam matematika
menggunakan bahasa sehari-hari dengan arahan guru Siswa menemukan dan memformulasikan rumus-rumus matematika dengan arahan guru
Siswa menyelesaikan tugas kognitif dengan menyesuaikan grafik,tabel, atau rumus yang tepat dengan arahan guru
Fase 3
Praktek Konstruksi Kognitif Konseptual
Siswa menerapkan penggunaan grafik,tabel, atau rumus untuk menyelesaikan tugas kognitif dengan arahan guru
3. Aritmatika Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dengan kegiatan ekonomi. Misalnya saat kita belanja di toko atau warung. Kita melakukan kegiatan ekonomi saat berbelanja, terdapat penjual dan pembeli, dimana pembeli harus membayar dengan harga yang sesuai kepada penjual. Kegiatan tersebut adalah salah satu contoh aritmatika sosial dalam kegiatan ekonomi. Dalam Aritmatika Sosial mencakup beberapa bagian, diantaranya:22
a. Nilai keseluruhan, nilai per unit, dan nilai sebagian
Misalkan kamu membeli satu kodi sarung yang berisi 20 helai dengan harga Rp. 400.000,00, pasti kamu akan bertanya berapa harga sehelainya? Harga sehelai sarung merupakan harga satuan atau harga per unit. Harga satu kodi sarung merupakan nilai keseluruhan. Bila harga satuan sudah diketahui, maka kamu dapat mencari harga atau nilai sebagian dari sarung yang kamu beli, misalkan harga 5 helai sarung.
Nilai keseluruhan, nilai per unit, dan nilai sebagian mempunyai suatu hubungan, yaitu:
b. Harga Penjualan, Harga Pembelian, Untung, dan Rugi
Nilai uang dari suatu barang yang dibeli disebut harga pembelian, dan nilai uang dari suatu barang yang dijual disebut harga penjualan.
Jika harga jual lebih besar dari harga beli, maka akan mengalami keuntungan. Jika harga jual lebih kecil dari harga beli, maka akan mengalami kerugian. Jika harga jual sama dengan harga beli, maka dapat dikatakan impas yaitu tidak mengalami keuntungan atau kerugian.
22Departemen Pendidikan Nasional, Penunjang Belajar Matematika Untuk SMP/MTs
Kelas 7, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 118-128.
Nilai keseluruhan : 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 × 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Nilai per unit : 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑢𝑛𝑖𝑡
20
c. Persentase keuntungan dan kerugian
Persentase keuntungan atau kerugian dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛× 100%
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛 = 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛× 100%
d. Rabat (Diskon), bruto, dan neto
Diskon (rabat) merupakan potongan harga. Harga sebelum dipotong diskon disebut harga kotor. Harga setelah dipotong diskon disebut harga bersih.
Bruto (berat kotor) adalah berat karung beserta kemasan atau bungkusnya. Neto (berat bersih) adalah berat barang tanpa kemasan atau bungkusnya. Tara adalah selisih antara bruto dan neto (berat kemasan atau bungkus suatu barang).
e. Pajak dan Bunga Tunggal
Pajak untuk pembelian suatu barang disebut pajak pertambahan nilai (PPn) yang besarnya ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 10%. Pajak juga
Untung : harga jual – harga beli Rugi : harga beli – harga jual Impas : harga beli = harga jual
Harga bersih = harga kotor − diskon
Neto = Bruto – Tara Tara = Bruto – Neto Bruto = Neto + Tara
Persentase Tara = 𝑇𝑎𝑟𝑎
dikenakan pada pegawai negeri ataupun tenaga kerja lain, yaitu pajak penghasilan (PPh) yang besarnya 15% dari gaji yang diterima.
Bunga tunggal yaitu bunga yang diberikan hanya untuk sejumlah uang yang ditabungkan sedangkan bunganya tidak berbunga lagi.
Jika bunga a% per tahun dan modal asal (M), maka besarnya bunga tunggal yaitu:
B. Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Yeni Haryonik dan Yoga Budi Bhakti. Dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan Matematika Realistik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil analisis penilaian LKS dari ahli media diperoleh rata-rata sebesar 3,16, (2) penilaian dari ahli bahasa diperoleh rata-rata sebesar 3,1, (3) ahli materi diperoleh rata-rata sebesar 2,6, (4) hasil penilaian 165 siswa diperoleh rata-rata sebesar 3,27 dengan skor maksimal yang digunakan pendesain gunakan adalah 4.23 Persamaan dengan penelitian ini ada pada pengembangan bahan ajar berupa LKS. Sedangkan untuk distingsi dari penelitian ini terletak pada pendekatan yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan RMT.
2. Penelitian Zaenal Khabib dan Janet Trineke Manoy. Dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan RMT Ditinjau dari Fungsi Kognitif Siswa pada Materi Melukis Segitiga di
23 Yeni Haryonik dan Yoga Budi Bhakti, “Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa
dengan Pendekatan Matematika Realistik”, Jurnal Matematika dan Pembelajaran Vol. 6 No. 1, 2018, h. 54 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝑎% × 𝑀 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝑛 × 𝑎% × 𝑀 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 6 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 6 12× 𝑎% × 𝑀 = 6 12× 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
22
Kelas VII SMP”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) lembar kerja siswa memenuhi kriteria sangat valid dengan total validitas 3,67, (2) keterlaksanaan 3,57. Guru mampu menjalankan mediasi selama kegiatan pembelajaran, (3) perangkat pembelajaran dinyatakan efektif karena ketuntasan klasikal tercapai dengan presentase 82,14% siswa yang memenuhi KKM, (4) perangkat pembelajaran dinyatakan efektif karena berdasarkan angket respon menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang positif.24 Persamaan dengan penelitian ini terletak pada pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan RMT. Sedangkan untuk distingsi dari penelitian ini terletak pada materi yang digunakan yaitu aritmatika sosial
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan identifikasi masalah, yaitu hasil belajar matematika siswa masih rendah, pemahaman siswa pada materi aritmatika sosial masih tergolong rendah, proses pembelajaran bersifat monoton, dan guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar, maka guru perlu memiliki kesadaran untuk mengembangkan metode pengajaran khususnya penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran.
Proses penyampaian materi dalam pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan guru. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran untuk mempermudah dalam proses belajar-mengajar. Selain metode pembelajaran, guru juga membutuhkan perangkat pembelajaran berupa bahan ajar yang dapat membantu mempermudah proses penyampaian materi. Bahan ajar dapat membantu siswa mempelajari dan memahami materi pembelajaran. Terdapat beberapa jenis bahan ajar, salah satunya yaitu LKS yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pentingnya guru dalam mengembangkan bahan ajar yang telah disediakan agar lebih menarik bagi siswa sehingga siswa mempunyai daya tarik untuk mempelajari materi pembelajaran. Namun pada kenyataannya guru masih
mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar yang kurang menarik membuat siswa menjadi tidak tertarik untuk belajar dan kurangnya pemahaman siswa dalam materi yang diajarkan. Salah satu materi yang masih tergolong rendah yaitu artimatika sosial. Oleh karena itu dibutuhkan kreativitas guru dalam mengembangkan bahan ajar. Guru dapat mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan salah satu metode pembelajaran supaya bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran lebih menarik dan mudah untuk dipahami oleh siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang mendukung materi aritmatika sosial yaitu menggukan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT). Terdapat tiga fase yang mencakup enam langkah dalam pendekatan RMT yang dapat mendukung aktivitas belajar siswa pada materi aritmatika sosial. Fase pertama yaitu pengembangan kognitif yang memiliki langkah menentukan alat psikologis umum atau model yang sesuai untuk mengembangkan tugas kognitif dan selanjutnya mengerjakan tugas kognitif tersebut untuk membangun proses kognitif tingkat tinggi, pada fase pertama siswa diminta memahami masalah sehingga dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada masalah yang diberikan. Fase kedua yaitu pengembangan konten sebagai proses yang memiliki langkah membangun konsep-konsep dasar, menemukan dan merumuskan pola, dan menyesuaikan alat bantu psikologis, pada fase kedua siswa membangun konsep-konsep dasar dari pegalaman dan bahasa sehari-hari selanjutnya siswa menemukan dan merumuskan pola hubungan matematika. Dalam fase ini siswa dapat menentukan langkah-langkah penyelesaian. Fase ketiga yaitu praktek konstruksi kognitif konseptual. Pada fase ini siswa dapat menerapkan penggunaan konsep dan rumus yang telah dikuasai. Fase ini melatih siswa untuk membuat langkah-langkah penyelesaian masalah dan diakhir pembelajaran guru bersama siswa membuat kesimpulan yang berkaitan dengan masalah yang telah diberikan sehingga siswa dapat memahami konsep materi yang sedang dipelajari.
Pengembangan bahan ajar membutuhkan model pengembangan yang sesuai agar pembelajaran dapat tersusun dan terencana dengan baik. Model
24
pengembangan yang banyak digunakan dalam mengembangkan bahan ajar di bidang pendidikan yaitu model 4-D (Define, Design, Develop, Disseminate). Namun tahap Disseminate tidak digunakan pada penelitian ini.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
25 BAB III
METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono, Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.1 Produk-produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and Development bermacam-macam. Produk yang dihasilkan di bidang pendidikan melalui penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk dalam bidang pendidikan contohnya yaitu kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan dan lain-lain.2
Penulis melakukan penelitian menggunakan metode penelitian pengembangan yang menghasilkan produk berupa LKS dengan menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada materi aritmatika sosial. Pengembangan bahan ajar ini hanya sampai pada tahap develop (pengembangan) karena keterbatasan produk tidak dapat disebarkan oleh peneliti.
B. Prosedur Pengembangan
Penelitian pada pengembangan bahan ajar ini menggunakan model pengembangan 4-D yaitu: define (pendefinisian), design (perancangan), dan develop (pengembangan)3. Alur pengembangan model 4-D pada bahan ajar
dengan menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada materi aritmatika sosial tingkat SMP/MTs dapat dilihat pada Gambar 3.1:
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: ALFABETA, 2015), cet. 21, h. 407.
2 Ibid., h. 412.
3Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan Research and Development, (Bandung:
26
Gambar 3.1
Kerangka Prosedur Pengembangan
Berikut ini penjelasan dari langkah-langkah dari model yang digunakan yaitu:
1. Define (Pendefinisian)
a. Front-end Analysis (Analisis awal-akhir)
Pada tahap ini peneliti melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.
b. Learner Analysis (Analisis Siswa)
Pada tahap ini peneliti menganalisis karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan bahan ajar. Karakteristik siswa yang didapatkan yaitu tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya, latar belakang pengalaman, perkembangan kognitif, motivasi belajar, dan juga keterampilan-keterampilan yang dimiliki individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, materi, format dan bahasa yang dipilih dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
c. Task Analysis (Analisis Tugas)
Peneliti melakukan analisi materi yang akan diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis. Materi yang digunakan yaitu aritmatika sosial yang berpedoman pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan kurikulum 2013.
d. Concept Analysis (Analisis Konsep)
Tahap analisis konsep yaitu menganalisis konsep yang akan diajarkan. Konsep yang dimaksud yaitu bagaimana siswa memahami masalah yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Pada tahap ini peneliti menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) berdasarkan kompetensi dasar.
e. Specifying Instructional Objectives (Spesifikasi Tujuan Pembelajaran) Spesifikasi tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan objek penelitian. Kegiatan pada tahap ini yaitu merumuskan tujuan pembelajaran yang mengacu pada indikator pencapaian kompetensi. Hal ini berguna untuk
28
membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat membuat bahan ajar. Bahan ajar yang dikembangakan yaitu berupa LKS menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT) pada materi aritmatika sosial.
2. Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran yaitu berupa LKS menggunakan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT). Tahap perancangan mencakup 4 tahap yaitu:
a. Penetapan rancangan awal sesuai dengan struktur penyusunan LKS sebagai gambaran produk bahan ajar yang akan dihasilkan.
b. Penggunaan pendekatan pembelajaran, yaitu menggunaan pendekatan Rigorous Mathematical Thinking (RMT). Pendekatan RMT merupakan pendekatan pembelajaran yang didasari oleh 2 teori, yaitu teori sosio-kultural Vygotsky dan teori Mediated Learning Experience (MLE), memuat tiga fase proses pembelajaran, yaitu pengembangan kognitif, konten sebagai proses pengembangan, dan praktek konstruksi kognitif konseptual. Dalam 3 fase tersebut memuat 6 langkah yaitu menentukan model, menampilkan alat psikologis yang berupa grafik atau tabel, membangun konsep, menemukan rumus, menyesuaikan alat psikologis, dan menerapkan alat psikologis.
c. Penyajian bahan ajar LKS atau draft 1.
d. Penyusunan alat evaluasi bahan ajar, berupa angket validasi ahli dan angket respon siswa untuk menentukan kelayakan dari bahan ajar LKS yang akan dibuat oleh peneliti.
3. Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan yaitu tahap untuk menghasilkan produk akhir setelah melalui revisi, produk yang dihasilkan yaitu bahan ajar berupa LKS. Tahap ini dilakukan melalui dua langkah, yaitu:
a. Pembuatan Bahan Ajar LKS
Bahan ajar LKS yang telah dirancang sebelumnya, selanjutnya yaitu proses pembuatan bahan ajar sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.