• Tidak ada hasil yang ditemukan

arens bab xi xii studi atas spi penetapan resiko pengendalian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "arens bab xi xii studi atas spi penetapan resiko pengendalian"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

CHAPTER 11

AUDIT OF THE SALES AND COLLECTION CYCLE :

TESTS OF CONTROLS AND SUBSTANTIVE TESTS OF TRANSACTIONS

Tujuan menyeluruh adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan secara wajar sesuai standar akuntansi yang berlaku umum .

Siklus penjualan dan penerimaan kas adalah siklus yang meliputi keputusan dan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan, dimulai dengan permintaan oleh pelanggan dan berakhir dengan perubahan barang/jasa menjadi piutang usaha dan menjadi kas.

Golongan transaksi, akun, fungsi bisnis, dan dokumen/catatan terkait yang umumnya terkait dalam siklus penjualan dan penerimaan kas dirangkum dalam tabel berikut:

Golongan Transaksi Account terkait Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan

Penjualan Penjualan

penerimaan kas Nota pembayaran, Daftar penerimaan kas, Jurnal penerimaan kas

Retur dan pengurangan

harga penjualan  Retur dan pengurangan hargapenjualan  Piiutang usaha

tertagih  Piutang UsahaPenyisiha piutang tak tertagih

Penghapusan piutang tak tertagih

Formulir otorisasi penghapusan piutang

Beban piutang tak tertagih Beban piutang tak tertagih  Penyisihan piutang tak tertagih

Penyisihan piutang

-Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penjualan Langkah - langkah yang dilaksanakan :

 Memahami struktur pengendalian intern penjualan : mempelajari flow chart sistem penjualan klien, menyiapkan kuisioner untuk pengendalian intern, dan menjalankan uji “walkthrough” atas penjualan.

 Menaksir resiko pengendalian yang direncanakan : terdiri dari empat tahap: 1. Menentukan kerangka acuan, terdapat 6 tujuan audit berkait transaksi yaitu:

 Penjualan tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang dilakukan kepada pelanggan yang nonfiktif (existency)  Penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan)

 Penjualan yang tercatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim, ditagih dan dicatat dengan benar (akurasi)  Transaksi penjualan diklasifikasi dengan sesuai

 Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat

 Transaksi penjualan dimasukkan dengan pantas dalam berkas induk, dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran)

2. Mengidentifikasi pengendalian intern kunci untuk penjualan dan kelemahannya. 3. Memadukan pengendalian intern kunci dan kelemahannya tersebut dengan tujuan audit

4. Menaksir resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi kelemahan dan pengendalian tujuan  Evaluasi untung rugi pengujian atas pengendalian.

 Merancang pengujian atas pengendalian untuk penjualan, untuk mengurangi resiko pengendalian yang ditetapkan.

 Merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan, untuk menentukan apakah ada kesalahan moneter atau penyimpangan dalam transaksi penjualan. Pengujian substantif untuk transaksi penjualan antara lain sbb:

1. Untuk meyakini bahwa penjualan yang dicatat benar-benar ada 2. Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat

3. Penjualan dicatat secara akurat

4. Penjualan yang dicatat telah diklaisifikasikan dengan semestinya 5. Penjualan dicatat pada tanggal yang tepat

6. Transaksi penjualan dicatat dengan semestinya di berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar

Retur dan Pengurangan Harga Penjualan

Biasanya pos ini tidak material, namun perlu diperhatikan penekanannya pada pengujian keberadaan transaksi yang dicatat sebagai cara untuk menemukan adanya kemungkinan pengalihan kas dari penagihan piutang yang telah diterima yang dicatatsebagai retur dan pengurangan harga penjualan. (retur dan pengurangan harga penjualan fiktif).

(2)

Perancangan pengujian atas pengendalian, dan pengujian substantif transaksi penjualan tersebut berguna untuk membantu auditor dalam merancang audit program yang efektif dan efisien dalam memenuhi tujuan audit pada suatu situasi tertentu

Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas

Metodologi yang dikembangkan untuk merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas pada dasarnya sama dengan metode yang dikembangkan untuk penjualan.

Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari kerangka acuan audit. Terdapat perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan kas. Yaitu identifikasi kelemahan struktur pengendalian intern yang meningkatkan kemungkinan terjadinya fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan auditor terhadap hal ini antara lain:

1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi uang yang paling sulit dideteksi auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah menelusuri dari nota pembayaran yang prenumbered atau daftar penerimaan kas ke jurnal penerimaan kas dan buku tambahan piutang, dengan catatan bahwa pengujian ini akan efektif kalau kas didaftar di cash register tape

2. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; Untuk menguji apakah seluruh penerimaan kas telah disetor ke rekening bank. Prosedur yang lazim dilakukan adalah rekonsiliasi bank

3. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah menangguhkan pencatatan penerimaan piutang untuk menyembunyikan adanya kekurangan kas. Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini auditor bahwa struktur pengendalian intern penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan tidak adanya pemisahan tugas antara orang yang menerima pembayaran dari pelanggan dengan orang yang mencatat penerimaan dari piutang tersebut.

Pengujian audit atas piutang tak tertagih

Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pos piutang tak tertagih adalah keberadaan dari penghapusan piutang tak tertagih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan klien untuk menutupi defalkasi atas kas dengan menghapus piutang yang telah ditagih dan membebankannya ke pos ini. Yang harus diperhatikan terhadap pengendalian intern pos ini adalah otorisasi yang pantas atas penghapusan piutang oleh tingkat manajemen yang telah ditentukan setelah suatu penyelidikan general tentang alasan mengapa pelanggan tidak dapat membayar.

Pengendalian intern tambahan atas transaksi-transaksi neraca

Pengendalian intern penjualan dan penerimaan kas di luar dari lima transaksi yang berkaitan dengan siklus tersebut, yaitu nilai yang dapat direalisasi (realizable value), hak dan kewajiban, serta penyajian da pengungkapan. Realizable value merupakan unsur yang penting, karena kolektibilitas piutang sering menjadi perhatian utama suatu business entity. Pengendalian yang lazim adalah:

 Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang,

 Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur oleh orang yang berwenang dan direview dengan semestinya  Kebijakan penghapusan piutang yang tidak tertagih

(3)

CHAPTER 12

AUDIT SAMPLING FOR TESTS OF CONTROL AND SUBSTANTIVE TESTS OF TRANSACTIONS

Sampel yang representatif

Tujuan memilih sampel dari suatu populasi adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif, yaitu sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasinya. Meningkatkan kemungkinan suatu sampel menjadi representatif melalui kecermatan dalam merancang, menyeleksi, dan mengevaluasinya.

Hasil sampling dapat menjadi tidak representatif apabila terjadi kekeliruan uji petik/sampling error dan atau kekeliruan non uji petik/non sampling error. Resiko terjadinya kedua hal tersebut merupakan resiko sistematis yang dapat dikendalikan.

Resiko non uji petik terjadi apabila pengujian audit tidak mengungkapkan adanya pengecualian di dalam sampel, disebabkan auditor mengalami kegagalan untuk mengetahui adanya pengecualian, dan prosedur audit yang tidak efektif atau tidak memadai

Resiko uji petik bagian yang melekat pada uji petik yang disebabkan pengujian yang lebih kecil dari keseluruhan populasi, dapat dikurangi dengan meningkatkan ukuran sampel atau menggunakan metode seleksi pos atau unsur sampel dari populasi yang memadai

Uji petik statistik dan non statistik Metode uji petik meliputi :

1. Perencanaan sampel : untuk menjamin diperolehnya resiko uji petik yang diinginkan 2. Seleksi sampel : Keputusan memilih unsur sampel dari populasi

3. Pelaksanaan pengujian : Pemeriksaan dokumen dan melakukan pengujian audit lainnya 4. Evaluasi hasil : Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengujian audit

Perbedaan kedua metode :

Metode Statistik Metode Non Statistik

 Penggunaan teknik-teknik pengukuran matematis untuk menghitung hasil statistik formal

 Terdapat kuantifikasi risiko uji petik pada perencanaan sampel dan evaluasi hasil

 Biasanya melalui metode pemilihan sampel probabilistik yaitu:

 acak-sederhana/simpel random  sistematis/systematic

 probabilitas-proporsional dg ukuran  stratifikasi/stratified

 Tidak menggunakan teknik pengukuran matematis, tapi memilih unsur-unsur sampel yang diyakini .

 Kesimpulan mengenai populasi diambil lebih lewat pertimbangan/judgemental sampling

 Metode pemilihan sampel dengan non probabilistik, yaitu:  sampel terarah/direct sample

 blok/block

 sembarang/haphazard

A.

Metode seleksi sampel non probabilistis:

Kandungan informasi sampel dalam metode ini, termasuk representatif/tidaknya sampel, akan didasari pengetahuan dan keterampilan auditor dalam menerapkan pertimbangan profesional saat itu. Terdiri dari:

1. Seleksi sampel terarah, berdasarkan pertimbangan profesional auditor yang meliputi unsur yang paling mungkin mengandung salah

saji, unsur yang mengandung karakteristik populasi yang terpilih, jumlah rupiah yang besar.

2.

Uji petik blok , dapat diterima hanya jika digunakan jumlah blok yang cukup

3.

Uji petik sembarang, mengamati suatu populasi dan memilih unsur yang menjadi sampel tanpa memperhatikan ukuran, sumber, atau karakteristik lain yang membedakan tanpa memihak. Kelemahannya adalah kesulitan auditor untuk sama sekali tidak memihak dalam memilih unsur yang menjadi sampel

B.

Metode seleksi sampel probabilistis

Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sampel probabilitas adalah:

 Penerapan “population of interest” Populasi harus ditetapkan konsisten dengan tujuan audit dan uji petik yang mendasari sampel yang diambil

 Unit uji petik harus ditetapkan Metode ini terdiri dari:

 Seleksi sampel acak sederhana, setiap kombinasi yang mungkin dari unsur-unsur dalam suatu populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Dapat digunakan tabel angka acak untuk mendukung proses seleksi.

 Seleksi sampel sistematis, menghitung suatu interval dan kemudian memilih unsur sampel secara metodis berdasarkan besarnya interval.

 Seleksi probabilitas yang proporsional dengan ukuran dan seleksi sampel stratifikasi.

Uji petik Atribut

(4)

Metode statistik yang digunakan untuk mengestimasi proporsi unsur-unsur dalam satu populasi yang mengandung karakteristik atau atribut yang menjadi fokus kepentingan. Proporsi ini merupakan tingkat keterjadian/occurance rate, merupakan rasio dari unsur yang mengandung atribut khusus terhadap jumlah unsur populasi.

Biasanya tingkat keterjadian yang diperhatikan auditor/jenis tingkat pengecualian dalam populasi data akuntansi, yaitu:  Deviasi terhadap prosedur pengendalian yang dibuat klien

 Kekeliruan atau penyimpangan moneter dalam populasi data transaksi, dan  Kekeliruan/penyimpangan moneter dalam rincian saldo akun.

Tingkat keterjadian atau pengecualian dalam uji petik acak atau sistematis adalah merupakan ukuran yang tidak bias dari tingkat pengecualian dalam keseluruhan populasi.

Dalam menggunakan uji petik atribut dalam auditing, auditor harus mengetahui tingkat deviasi yang paling mungkin. Dengan demikian auditor mengarahkan pada upper limit teratas dari estimasi interval. Batas atas ini disebut CUER (Computed upper exception rate) dan didefinisikan sebagai tingkat deviasi tertinggi yang dihitung dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

Distribusi Uji Petik

Suatu frekuensi distribusi dari hasil-hasil atas selurh sampel yang mungkin dari suatu ukuran tertentu yang dapat diperoleh dari populasi yang berisi beberapa parameter spesifik. Estimasi atribut didasarkan pada distribusi binomial.

Penggunaan uji petik atribut dalam audit

Metode penerapan uji petik atribut dalam audit terbagi dalam 3 kelompok yaitu : I. Perencanaan Sampel

 Nyatakan tujuan dari pengujian audit

 Definisikan atribut dan kondisi deviasi. Atribut dari kepentingan dan kondisi deviasi berasal langsung dari program audit.  Definisikan populasi, mengambil sampel secara acak dari keseluruhan populasi dan menggenerelalisasi hasilnya untuk seluruh

populasi

 Definiskan unit uji petik.

 Tentukan pengandalan berlebih yang dapat diterima.  Tentukan tingkat deviasi yang dapat ditoleransi.  Estimasikan tingkat deviasi populasi yang diharapkan.

 Tentukan ukuran sampel awal. Ukuran sampel dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:ukuran populasi, tingkat deviasi yang dapat ditoleransi, resiko pengandalan berlebih pada pengendalian intern yang dapat diterima, dan tingkat deviasi populasi yang diharapkan.

II.

Pemilihan Sampel dan Pelaksanaan Pengujian

 Pilih sampel, unsur-unsur tertentu dalam populasi yang akan diikutkan sebagai sampel

 Laksanakan prosedur audit, memeriksa setiap unsur di dalam sampel untuk mendapatkan catatan deviasi yang ditemukan.

III.

Evaluasi Hasil

 Generalisasikan hasil dari sampel untuk populasi.  Analisa deviasi

 Putuskan akseptabilitas dari populasi tersebut

Referensi

Dokumen terkait

Dalam aspek ini yang dipertimbangan adalah jumlah karya tulis dosen di media massa, akreditasi baik ditingkat nasional maupun internasional, sejauh mana tulisan tersebut

Disposisi ini tidak hanya melihat jumlah laki-laki yang lebih banyak dari pada perempuan, tetapi juga kecenderungan rakyat memilih orang-orang yang sudah berpengalaman..

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi bagi guru, terutama guru BP dalam menghadapi kasus yang berkaitan dengan kecemasan siswa

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data rekap laporan keuangan Emiten BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2010-2014

Jadi dalam kondisi seperti ini, diperlukan usaha yang sangat keras untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan jika dihubungkan dengan perubahan politik pembangunan peternakan

Metode yang lebih sederhana yang dapat digunakan dalam menyusun laporan keuangan pada UKM adalah dengan menggabungkan penggunaan jurnal khusus dengan buku besar dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. 2) Kesiapan sarpras dalam implementasi kurikulum 2013. Penelitian