MOTIVASI BEROBAT PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)
Psikologi (S.Psi)
NAILIL ISTIQOMAH B07211020
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN ...ii
HALAMAN PERNYATAAN ...iii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
INTISARI ...x
ABSTRAK ...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Keaslian Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisai Topik yang Diteliti ... 15
B. Prespektif Teoritis ... 18
1. Diebetes ... 18
a. Pengertian Diabetes ... 18
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 19
c. Tanda dan Gejala Diabates Mellitus ... 22
d. Penyebab Diabetes Mellitus ... 24
e. Faktor Resiko dan Dampak Diabetes Mellitus ... 25
f. Pengelolaan Diabetes Mellitus ... 26
2. Motivasi untuk Berobat ... 28
a. Pengertian Motivasi untuk Berobat ... 28
b. Teori Motivasi ... 32
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat ... 35
d. Fungsi-fungsi motivasi ... 36
3. Aspek psikologis yang terjadi pada penderita DM ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40
B. Lokasi Penelitian ... 40
C. Sumber Data ... 41
D. Cara Pengumpulan Data ... 42
E. Prosedur Analisis dan Inierpretasi Data ... 44
F. Keabsahan Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 48
B. Temuan Penelitian ... 50
2. Analisis Temuan Penelitian ... 71 C. Pembahasan ... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, seperti makanan dan
minuman berkadar gula tinggi, sudah menjadi gaya hidup masyarakat
moderen sekarang ini yang kemudian memicu timbulnya penyakit-penyakit
akibat pola makan dan minum yang tidak sehat. Salah satu penyakit yang
dapat terjadi adalah Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula darah. DM
merupakan salah satu penyakit yang cukup menonjol di antara
penyakit-penyakit yang lain seperti jantung, kanker serta stroke. Penyakit-penyakit-penyakit
tersebut diakibatkan oleh pola makan, gaya hidup kurang sehat serta tidak
diimbangi oleh olahraga yang kemudian memicu menurunnya antibodi dan
menyebabkan kerusakan pada organ serta sistem tubuh yang vital.
Fenomena dalam kehidupan sekarang, DM termasuk salah satu
penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah serius kesehatan
masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Penderita DM di
Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan yang cukup besar pada
tahun-tahun mendatang. World Health Organisasion (WHO) memprediksi Indonesia akan mengalami kenaikan jumlah penyandang DM dari 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Internasional Diabetes Federation (IDF) juga memprediksi pada tahun 2009 akan ada kenaikan jumlh penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0
2
adanya peningkatan jumah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahu
2030. (Ernawati, 2013)
Di Indonesia sendiri, DM merupakan penyakit penyebab kematian
nomor 6 dengan jumlah proporsi kematian sebesar 5,8% setelah stroke, TB,
hipertensi, cedera dan perinatal. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2007 menunjukan bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke dua
yaitu 14,7%, sedangkan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke enam
yaitu 5,8%. (www.depkes.go.id).
Bahkan sampai abad ke-20 penyebab utama sakit dan kematian di
Amerika Serikat dan di banyak tempat lain di dunia adalah penyakit akut salah
satunya yaitu Diabetes Mellitus. Pada tahun 1997, jumlah kematian
dikarenakan menderita DM sebanyak 62.332 jiwa (Sumbreg, 2007). Maka
dapat diketahui bahwa penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang
mematikan dan dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun
2004, bahwa 14 juta orang menderita DM, 50% diantaranya sadar telah
mengidapnya (30% diantaranya yang mau berobat secara teratur dan 70%
lainnya belum mengikuti pengobatan secara teratur), selain itu masih ada 50%
lainya yang tidak menyadari dirinya menderita DM. Keadaan ini
mencerminkan bahwa pemahaman masyarakat tentang penyakit DM dan
3
Penyandang diabetes di Indonesia sangat besar sehingga membutuhkan
penanganan dari semua tim kesehatan dan harus melibatkan penderita diabetes
itu sendiri. Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup. DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Pengelolaan DM
harus dilakukan oleh dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain,
peran pasien dan keluarganya bertujuan dengan memberikan pemahaman
mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan
DM, akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam
usaha memperbaiki hasil pengelolaan. (Ernawati, 2013)
Suparto (2002) menyatakan bahwa tujuan dari pengobatan Diabetes
Mellitus adalah menekan kadar gula darah senormal mungkin, sehingga
penderita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti orang yang sehat dan
bebas dari komplikasi yang ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus yang tak
terkendali.
Penyakit Diabetes Melitus sendiri merupakan penyakit yang menahun
yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan
hormon isnsulin secara relative maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak
terkendali dapat terjadi komlikasi metabolic akut mupun komplikasi waskuler
jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit genetic, atau dapat
4
pula terjadi pada lanjut usia, karena sistem metabolisme pada lanjut usia sudah
mengalami penurunan, kurang menjaga pola makan, dan kebiasaan hidup pada
era sekarang dimana banyak makanan siap saji, kurangnya makan makanan
berserat, kurang olahraga, bahkan diabetes melitus dapat pula terjadi pada
anak-anak karena virus, atau kondisi obesitas.
Dalam Kompasiana tanggal 19 Februari 2011 memberitakan tiga
pasien DM yang meninggal akibat tidak teratur untuk berobat. Pasien pertama
wanita berumur sekitar 48 tahun meninggal karena gagal ginjal. Pasien ini
diketahui menyandang DM sejak kurang 10 tahun. Disamping diabetes, pasien
menderita hipertensi, hiperlipidemi, dan ada riwayat menderita TB paru.
Riwayat pengobatan pasien juga tidak jelas, berobat tidak teratur, diet juga
terlihat tidak dijalankan dengan baik. Enam bulan akibat gagal ginjal, pasien
menjalani hemodialisa dan pemberian eritropoetin untuk merangsang
pembentukan sel darah merah (Hb). Dalam satu minggu wanita ini
diperkirakan menghabiskan dana lebih dari 10 juta rupiah, untuk hemodialisa
2 kali, injeksi eritropetin 3 kali.
Pasien kedua, laki-laki warganegara keturunan berusia kira-kira 56
tahun. diketahui menderita DM sejak 15 tahun. Laki-laki ini meninggal dunia
di rumah sakit yang berada di Singapura. tidak berapa lama setelah menjalani
amputasi tungkai kanan. Riwayat berobat pasien ini tidak taratur, dan pasien
ini juga tidak percaya bahwa dia menderita DM.
Pasien ketiga laki-laki berumur 45 tahun, meninggal karena serangan
5
pengobatan laki-laki ini tidak diketahui dan kemungkinan juga tidak teratur.
Disamping gula darah yang tidak terkontrol dengan baik, kadar lipid darah
pasien, terutama kolesterol total, trigiliserida sangat tinggi, LDL juga tinggi
dan HDI rendah serta mengalami hipertensi yang sulit
dikotrol.(http://www.kompasiana.com/irsyalrusad/diabates-mellitus-dm-penyakit-mematikan-tapi-kita-lengah_550085e4a333119f6f5114ad)
Dalam berita lain di Tribunnews.com Banjarmasin tanggal 8 Juni 2015
menurut dokter Agustina Rahmah MM kepala bagian ruangan cuci darah
(HD) RSU Ulin Banjarmasin mengungkapkan sekarang penderita diabetes
jumlahnya sangat banyak. Apabila mereka lalai dalam menjalani pengobatan
kemungkinan mereka akan merubah status jadi pasien cuci darah akibat gagal
gijal. Hal ini disebabkan tergantung dari pola hidup dan kepeduliannya dalam
menjalani pengobatan rutin sebagai penderita diabetes.
(http://www.bacaapa.com/go/lalai-berobat-pasien-diabetes-bisa-cuci-darah)
Hampir sama dengan penderita diabetes lainnya subjek SA pernah
tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari dan hanya bisa berbaring di tempat
tidur akibat gula darah yang mencapai 730 lebih pada tahun 2009. Dengan
keadaan SA yang tidak bisa melakukan aktifitas apa-apa dan hanya bisa
berbaring di tempat tidur SA mendapat tekanan dari mantan menantunya
bahwa sakit yang diderita SA tidak akan sembuh dan tidak lama lagi akan
meninggal. Tetapi dengan semangat berobat yang dimiliki SA kadar gula
darah yang semula 600 lebih bisa turun menjadi 400 dalam waktu beberapa
6
penyakit DM yang diderita agar tidak menyebabkan komplikasi yang bisa
berujung pada kerusakan organ tubuh lain seperti gagal ginjal sehingga
melakukan cuci darah, atau yang lebih berbahaya lagi menyebabkan kematian
seperti penderita DM lain
Pencegahan perlu dilakukan oleh penderita supaya tidak terjadi
komplikasi dan kematian. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh penderita
dengan mengontrol kadar gula darah tetap stabil dan tidak melebihi batas
normal (Sugiarto, 2010).Pengontrolan gula darah merupakan cara yang dapat
dilakukan karena menurut ilmu kedokteran bahwa penderita DM tidak akan
pernah sembuh dari penyakitnya dan penyakit DM merupakan penyakit yang
dibawa seumur hidup. Terkontrolnya kadar gula darah tergantung pada
penderita itu sendiri (Tandra, 2007). Upaya pencegahan dan pengontrolan
perilaku perlu dilakukan oleh penderita.
Penderita diabetes mellitus penting untuk mematuhi serangkaian
pengobatan yang diberikan oleh dokter. Pengobatan yang dijalankan penderita
akan berlangsung seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja. Bila
kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita diabetes
mellitus rendah maka akan menyebabkan kadar gula darah
menurun/meningkat melebihi batas normal yang akan menyebabkan
komplikasi. Mematuhi pengobatan pada diabetes mellitus merupakan
tantangan yang besar supaya tidak terjadi komplikasi. (Prawita, 2012)
Perilaku tidak patuh pada umumnya akan meningkatkan resiko yang
7
sedang diderita. Banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan
akibat dari ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan aturan pengobatan
(Sarafino, 1990). Penelitian mengatakan bahwa 30% penderita DM yang rutin
melakukan pengobatan merupakan jumlah dari 50% penderita yang sadar
bahwa dirinya mengidap diabetes (Sidartawan, dalam Tandra 2007). Masalah
pada manajemen diri yang buruk dari penderita ketika melakukan terapi obat
akan memperburuk penyakit tersebut. Beberapa studi menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita DM mengalami kesulitan dalam mengelola
pengobatan secara berkala seperti oral hipoglemik dan suntik insulin (Cramer,
2004). Kesulitan-kesulitan dalam mengelola pengobatan berkala tersebut
menyebabkan seorang penderita DM dapat menjadi tidak patuh dalam
mengontrol kadar gula darahnya, dan perilaku tidak patuh akan semakin
memperberat penyakit yang diderita.
Tombokan dkk (2015) dalam penelitiannya penderita diabetes mellitus
akan patuh untuk berobat apabila memiliki motivasi yang baik 13,6 kali jika
dibandingkan dengan penderita dengan motivasi yang kurang baik.
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa seseorang yang sedang sakit
memerlukan motivasi berobat sebagai komponen utama dalam menentukan
perilaku kesehatannya.
Menurut Rattu, Tilaar, & Tombokan (2015) motivasi penderita
diabetes mellitus yang baik merupakan wujud dari tanggung jawab terhadap
penyakit yang dideritanya, yaitu sebagai penerima pelayanan kesehatan.
8
pengobatan yang dilakukan, banyak penderita diabetes mellitus mempunyai
motivasi yang rendah dalam melakukan pengobatan. Walaupun pengobatan
sangat penting dilaksanakan oleh semua penderita diabetes mellitus namun
tidak menjamin bahwa penderita diabetes mellitus tersebut mempunyai
motivasi yang tinggi dalam melakukan pengobatan.
Rattu dkk (2015) menjelaskan motivasi penderita diabetes mellitus
dalam menjalani pengobatan karena kesadaran penderita diabetes mellitus
tentang arti dan manfaat pengobatan yang baik. Pengobatan yang baik sangat
dibutuhkan dalam mempercepat proses pengobatan penyakit diabetes mellitus.
Ada beberapa macam pengobatan bagi penderita diabetes mellitus yaitu,
pengaturan pola makan dan makanan, olahraga yang teratur dan terukur serta
pemberian obat anti diabetes dan insulin maupun cangkok pankreas (Rab,
1985 dalam Tombokan dkk, 2015). Dalam menjalani pengobatan ini penderita
diabetes mellitus memerlukan motivasi yang tinggi dalam menjalaninya.
Penderita DM yang memilik motivasi tinggi atau kuat akan berusaha
bangkit melawan penyakit, walaupun penyakit DM merupakan suatu penyakit
manahun yang sulit untuk disembuhkan, sebaliknya jika motivasi penderita itu
rendah maka penderita DM akan berputus asa dan tidak mau berusaha
melawan penyakitnya. Oleh karena itu, motivasi merupakan suatu yang
mendorong dan memperkuat perilaku serta memberikan arahan dengan tujuan
agar penderita dalam menghadapi situasi-situasi yang sulit dapat tetap
bertahan hidup karena tanpa keinginan untuk hidup, tidak ada kemauan bagi
9
Motivasi adalah dorongan, keinginan, hasrat dan tnaga penggerak
lainya yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu
(Gerungan, 1996). Aspek-aspek dari motivasi adalah memenuhi sikap yang
positif yang menunjukkan adanya keyakinan diri yang kuat, penerimaan diri
yang tinggi serta selalu optimis dalam menghadapi sesuatu hal. Kekuatan yang
mendorong individu ini menunjukkan bahwa timbulnya kekuatan ini bisa
berasal dari individu, lingkungan sekiar serta keyakinan individu akan
kekuatan kodrati, serta berorientasi pada pencapaian suatu tujuan yang
menunjukkan bahwa motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah
laku yang diarahkan pada sesuatu (Conger, 1997)
Woolfolk (2004) membedakan motivasi menjadi dua bagian yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. motivasi intrinsik adalah motivasi
yang berasal dari dalam individu. Motivasi intrinsik meliputi kebutuhan
(needs), minat (interest), kesenangan (enjoyment), dan rasa ingin tahu
(curisity). Motivasi intrinsik murni berasal dari dalam individu tidak perlu
adanya reward dan punishment bagi individu untuk melaksanakan aktifitasnya
Sedangakan motivasi ekstrinsik menurut Suryabrata (2005) terjadi
apabila individu melakuakan sesuatu yang disebabkan oleh adanya rangsangan
dari luar. Menurut Pintrich & Schunk (1996) yang dimaksud dengan motivasi
ekstrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam suatu aktivitas sebagi alat
untuk mencaai suatu tujuan.
Untuk melakukan sebuah pengobatan perlu adanya motivasi untuk
10
semata, melainkan juga datang dari dalam diri pasien atau penderita diabetes
mellitus itu sendiri, karena sehat kembali menjadi impian setiap orang dan
merupakan hal yang paling berharga di dunia ini apalagi bagi penderita
penyakit yang sulit untuk sembuh atau menurut dunia medis tidak bisa
sembuh seperti diabetes.
Berdasarkan latar belakang diatas penyakit diabetes mellitus adalah
penyakit yang dalam dunia medis tidak bisa disembuhkan. tetapi penderitanya
bisa melakukan pengobatan secara rutin untuk mencegah semakin parahnya
penyakit diabetes mellitus tersebut. Untuk melakukan pengobatan tersebut
diperlukan motivasi untuk berobat, diamana yang dimaksud dalam motivasi
untuk berobat adalah suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku individu
untuk bertindak melakukan pengobatan sehingga mencapi hasil atau tujuan
tertentu seperti mengurangi, menghilangkan, atau menyembuhkan penyakit
untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini yang melatar belakangi peneliti untuk meneliti “Motivasi untuk Berobat pada Penderita Diabetes Mellitus”.
B. Fokus Penelitian
Diabates melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup oleh penderita diabates. DM akan memberikan dampak terhadap
kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup
besar. Apabila penderita diabetes tidak menaati peraturan untuk tidak
makan-manakan yang sembarangan dan melakukan pengobatan atau minum obat
secara rutin maka akan berakibat akan semakin parahnya penyakit diabetes.
11
makanan akan menyebabkan penderita diabetes mengalami kejenuhan,
sehingga terjadang penderita diabetes tidak melakukan anjuran dari dokter.
Dari latar belakang masalah diatas peneliti ingin berfokus pada
bagaimana faktor dan bentuk motivasi berobat pada penderita diabetes
melitus.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui faktor motivasi berobat penderita diabetes mellitus agar
tidak terjadi komplikasi.
2. Untuk mengetahui bentuk motivasi berobat penderita diabetes mellitus
agar terjadi komplikasi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan bagi upaya pengembangan wawasan
keilmuan bidang Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Klinis
b. Menambah referensi bagi khalayak umum akan pentingnya kesehatan
dan menjaga pola hidup.
2. Manfaat praktis
Adapun hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan
pengetahuan dan informasi yang berarti bagi yang menderita diabetes agar
12
E. Keaslian Penelitian
Untuk membedakan dan mendukung dalam penelitian ini peneliti telah
menemukan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pedoman
dalam penelitian ini. Salah satu penelitiannya dilakukan oleh Nurina Dewi
Pratita (2012) tentang Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. Tujuan dari peneltian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara dukungan pasangan dan HLOC dengan
kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita DM tipe-2
dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara HLOC, dan
dukungan pasangan dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan
pada penderita DM. HLOC memiliki sumbangan efektif yang lebih besar
dibandingkan dengan dukungan pasangan. Bila dukungan pasangan
dikorelasikan dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada DM
tanpa mengontrol HLOC maka hasilnya tidak signifikan.
Bayu Gustada Sulianto & RA Retno Kumolohadi tentang Hubungan
Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Motivasi Untuk Menjalani Tritmen
Pada Penderita Diabetes Mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi untuk menjalani
tritmen pada penderita diabetes melitus dengan menggunakan metode
kuantitatif yang dilakukan di kota Magelang. Hasil analisis data menunjukkan
13
motivasi untuk menjalani tritmen pada penderita diabetes mellitus, dan
sumbangan dukungan sosial keluarga terhadap motivasi untuk menjalani
tritmen sebesar 75%.
Dimas Saifunurmazah tentang Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus
dalam Menjalani Terapi Olahraga Diet (Studi Kasus Pada Penderita (DM Tipe
2 di RSUD Dr. Soeselo Slawi). Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk-bentuk kepatuhan yang dilakukan penderita DM dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita DM. Penelitian ini
mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek yang
diteliti berjumlah empat orang dan penunjang subjek berjumlah tiga orang.
Hasil penelitian menunjukan ketiga dari empat subjek yaitu subjek HS, R, SO
memiliki sikap patuh. Mereka memiliki kesadaran yang baik untuk melakukan
pengobatan, komunikasi dengan petugas kesehatan berjalan lancar, dukungan
sosial dari keluarga juga ketiga subjek dapatkan. Sedangkan pada subjek AI
kesadaran akan pentingnya melakukan pengobatan masih tergolong rendah.
Komunikasi dengan petugas kesehatan tidak berjalan dengan baik karena AI
sangat jarang melakukan kontrol dan chek up. Dukungan sosial juga tidak AI
dapatkan, kebiasaan pola makan serta gaya hidup yang kurang sehat belum AI
rubah. Terapi yang dilakukan oleh AI secara rutin yaitu berolahraga. Sedangkan
untuk pengobatan-pengobatan lain seperti pengaturan makan dan obat-obatan
belum AI lakukan secara teratur.
Mala Allifni tentang Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas
Terhadap Motivasi untuk Berobat pada Penderita Kanker Serviks. Penelitian
14
religiusitas terdadao motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian
ini terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan religiusitas
terhadap motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks.
Perbedaan penelitian kami dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian kali ini ingin mengetahui bagaimana bentuk-bentuk motivasi untuk
berobat dan faktor-faktor yang mempengarui motivasi untuk berobat pada
penderita diabetes mellitus, dan dari penelitian terdahulu belum ada yang
membehas tentang motivasi untuk berobat pada penderita diabetes. Serta yang
membedakan lagi adalah tempat dan subjek yang akan diteliti. Penelitian ini
merupakan penelitian asli, belum ada yang menliti dan bukan repikasi atau
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konseptulisasi Topik yang Diteliti
Perubahan besar terjadi dalam hidup seseorang setelah mengidap penyakit DM. Ia tidak dapat mengonsumsi makan tanpa aturan dan tidak dapat melakukan aktifitas dengan bebas tanpa khawatir kadar gulanya akan naik pada saat kelelahan. Selain itu, penderita DM juga harus mengikuti tritmen dokter, pemeriksaan gula darah secara rutin dan pemakaian obat sesuai aturan. Seseorang yang menderita penyakit DM memerlukan banyak sekali penyesuaian di dalam hidupnya sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh secara fisik, namun juga berpengaruh secara psikologis pada penderita.
16
Karakteristik penyakit serta pengobatan yang dilakukan penderita DM berpengaruh pada dampak kesehatan penderita, penderita bisa menjadi tidak patuh dengan adanya penyakit yang lama serta proses pengobatan yang panjang, namun sekali lagi tingkat kesabaran dan penerimaan diri yang baik bisa memberikan pengaruh positif terhadap penyakit yang dirasakan, semua tergantung pada proses dinamika terbentuknya sikap positif dan baik dari penderita DM itu sendiri.
Disaat penderita DM mulai menerima kondisi tubuhnya dengan bersikap positif dan baik timbulah sutu dorongan atau motivasi pada diri penderita untuk bangkit melawan penyakit yang dideritanya. Penderita yang memiliki motivasi tinggi akan berusaha bangkit dan tidak berpasrah diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya walaupun sebenarnya penyakit yang dideritanya adalah penyakit yang kronis yang membutuhkan proses pengobatan yang panjang, sedangkan penderita yang memiliki motivasi yang renda akan mudah terpuruk dan berpasrah diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
17
tertentu seperti mengurangi, mengilangkan, atau menyembuhkan penyakit untuk mempertahankan hidupnya.
18
bersemangat serta termotivasi untuk melakukan pengobatan yang akan menjadikan kearah yang lebih baik.
Tujuan utama pengobatan segala bentuk diabetes adalah untuk mencapai serta mempertahankan glukosa darah dalam keadaan normal (normoglikemi) dengan harapan dapat mencegah komplikasinya. Motivasi memperbaiki perilaku pasien terhadap pengobatan karena dalam hal ini menanamkan kesadaran individu untuk menaati pengobatan yang didasari dengan adanya keinginan yang timbul dari dirinya sendiri dan dukungan dari orang sekitar.
B. Prespektif Teoitis
1. Diabates
a. Pengertian Diabetes
Penyakit diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi atau hiperglikemia. kadar gula yang tinggi desebabkan oleh jumlah hormone insulin yang kurang atau mungkin jumlah insulin cukup atau bahkan berlebih namun fungsinya kurang efektif (resisten insulin). (Waspadji, 2007)
19
insulin dalam darah dan hal ini akan dilepaskan atau dikeluarkan melalui urine. Diabetes dapat juga didefinisikan sebagai gangguan yang ditandai oleh berlebihnya gula dalam darah (hyperglycemia) serta gangguan-gangguan metabolisme karbonhidrat, lemak dan protein, yang bertalian dengan definisi absolut atau sekresi insulin.
Diabetes Mellitus adalah sekelompok metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Gustaviani, 2006).
Lanywati ((2001) dalam Ika, 2008) menyatakan diabetes mellitus atau penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurangnya produksi hormone insulin, yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta lemak. Kondisi yang demikian mengakibatkan terjadinya hierglikemia (meningkatnya kadar gula dalam darah).
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Taylor (1995) penyakit DM dibagi kedalam dua tipe utama, yaitu:
1) DM Tipe 1 (DM tergantung insulin)
20
usia enam dan delapan atau 10 dan 13 tahun. Gejalanya yang tampak sering buang air kecil, merasa haus. Terlalu banyak minum, letih, lemah, cepat marah. Gejala-gejala tersebut tergantung dari usaha tubuh untuk menemukan sumber energi yang tepat yaitu lemak dan protein. DM tipe ini bisa di kontrol dengan memberikan suntikan insulin.
2) DM tipe 2 (DM tidak tergantung insulin)
Tipe ini biasanya terjadi setelah usia tahun 40 tahun. DM ini disebabkan karena insulin tidak berfungsi dengan baik. Gejalanya antara lain: sering buang air kecil, letih atau lelah, mulut kering, impoten, menstruasi tidak teratur pada wanita, infeksi kulit, sariawan, gatal-gatal hebat, lama sembuhnya jika terluka. Sebagian besar penderita DM tipe ini mempunyai tubuh gemuk dan sering terjadi pada wanita berkulit putih.
Dalam Bustan (2007) dijelaskan terdapat beberapa perbandingan antara ciri-ciri DM Tipe 1 dan Tipe 2:
Perbandingan keadaan DM Tipe 1 dan Tipe 2
DM Tipe 1 DM Tipe 2
x Sel pembuat insulin Rusak x Mendadak, berat dan fatal x Umumnya usia Muda,
x Insulin Absolut dibutuhkan seumur hidup
x Bukan turunan tapi Auto imun
x Lebih sering dari tipe 1 x Faktor turunan positif x Muncul saat dewasa
x Biasanya diawali dengan Kegemukan.
21
Sedangkan menurut American Diabetes Association 2005 Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi :
1. Diabetes mellitus tipe I :Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses imunologik dan idiopatik.\
2. Diabetes Mellitus tipe II: Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3. Diabetes Mellitus tipe lain : a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin : resisitensi insulin tipe A, leprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes
lipoatrofik, lainnya.
c. Penyakit eksokrin pankrean: pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya. d. Endokrinopati : akromegali, sindroma cushing,
feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.
e. Karena obat/zat kimia
22
g. ,PXQRORJLMDUDQJVLQGURP³6WLII-PDQ´DQWRERGLDQWL reseptor insulin, lainnya.
h. Sindrom genetk lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, Sindrom :ROIUDP¶D
DWDNVLD )ULHGUHLFK¶V FKRUHD +XQWLQJWRQ VLQGURPD Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria,
sindroma Prader Willi, lainnya 4. Diabetes mellitus Kehamilan/gestasional
Secara tradisional diabetes kehamilan merupakan istilah yang digunakan untuk wanita yang menderita diabetes selama kehamilan dan kembali normal sesudah hamil.
c. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Sarwono (2002) menjelaskan bahwa gejala DM diakibatkan antara lain adanya rasa haus berlebih, sering kencing terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jaringan tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.
Gejalah dan tanda-tanda diabetes melitus dapat digolongkan menjadi gejalah akut dan gejala kronik (Tjokroprawito, 2000)
a. Gejala akut
23
1. Pada permulaan gejala yang dirunjukkan meliputi serba banyak makan, banyak minum dan banyak kencing.
2. Bila keadaan tersebut tidak diobati maka akan menimbulkan gelaja banyak minum, banyak kecing, nafsu makan mulai berkurang berat badan dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) serta mudah lelah.
3. Bila tidak lekas diobati maka akan timbul rasa mual, bahkan penderita jatuh koma yang disebut dengan koma diabetic. b. Gejala krokin yang sering dialami oleh penderita diabetes mellitus
adalah sebagai berikut: 1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum 3) Rasa tebal di kulit
4) Kram 5) Capek
6) Mudah mengantuk
7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata 8) Gatal disekitar kemaluan terutama wanita
9) Gigi mudah goya dan mudah lepas kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi
24
Rata-rata penderita mengetahui adanya DM pada saat kontrol yang kemudian ditemukan kadar glukosa yang tinggi pada diri mereka. Berikut beberapa gambaran laboratorium yang menunjukan adanya tanda-tanda DM yaitu:
1. .DGDUJXODGDUDVHZDNWXSODVPDYHQDPJGODWDX 2. *OXNRVDGDUDKSXDVDSODVPDYHQDPJGOSXDVDEHUDUWL
tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir) atau
3. Kadar gOXNRVDSODVPDPJGOSDGDMDPVHVXGDKEHEDQ glukosa 75 gr pada Test Telerance Glucosa Oral (Suyono, 2006)
d. Penyebab Diabetes Mellitus
DM disebabkan karena virus atau bakteri yang merusak pankreas serta sel-sel yang memproduksi insulin dan membuat disfungsi autoimmune atau kekebalan tubuh. Sejak obat-obatan psikosomatik ada, terdapat kecurigaan bahwa faktor-faktor psikologis juga mempengaruhi seseorang terkena DM, misalnya depresi yang berkepanjangan atau kecemasan.
25
e. Faktor Risiko dan Dampak Diabetes Mellitus
Seseorang yang mengidap penyakit DM akan memiliki penderitaan yang lebih berat jika semakin banyak faktor risiko yang menyertainya. Faktor risiko munculnya DM antara lain faktor keturunan, seseorang memiliki risiko untuk diserang DM sebanyak enam kali lebih besar jika salah satu atau kedua orang tuanya mengalami penyakit tersebut. Penderita DM dapat terserang dua masalah gula darah, yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia. Hipoglikemia adalah kadar gula dalam darah sangat rendah, dihasilkan ketika terdapat insulin yang terlalu banyak sehingga menyebabkan penurunan gula darah. Reaksi ini biasanya terjadi tiba-tiba kulit berubah menjadi pucat dan basah, orang tersebut merasa gelisah, mudah marah dan bingung serta gampang lapar.
26
Selain hal-hal di atas, DM juga akan memperburuk fungsi tubuh yang lain misalnya gangguan makan dan sistem memori karena sistem saraf yang rusak pada orang tua.
f. Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tujuan dilakukannya terapi medis atau pengobatan adalah untuk menjaga kadar gula dalam darah pada tingkat normal. Faktor yang diperlukan adalah kontrol diri. Kontrol makanan serta olahraga dianggap sebagai kebiasaan yang sangat sulit dilakukan secara teratur. Penderita DM juga harus dapat memonitor sendiri kadar gula dalam darahnya secara pasti. Taylor (1995) mengatakan bahwa bahwa pasien DM dapat dilatih untuk mengetahui kadar glukosa darahnya secara pasti, sehingga mereka dapat belajar untuk dapat membedakan kapan kadar gula mereka perlu diubah.
Pilar utama pengelolaan DM adalah penyeluhan, perencanaan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemu (Suyono, 2006). Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah memberikan dukungan dan nasehat positif dan menghindari terjadinya kecemasan dan depresi dengan mengingat sifat penyakit DM yang menahun dan berlangsung seumur hidup (Budihalim dan Sukatman, 2003).
27
komplikasi akut dan menahun. Penyakit akut terdiri dari : ketoasidosis diabetika, hiperosmolsr non ketotik, dan hipoglikemia. Penyakit menahun terdiri dari : (1) Makroangiopati : pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak, (2) Mikroangiopati : Retinopati diabetik, dan Nefropati diabetik, (3) Neuropati, (4) Rentan infeksi, (5) Kaki diabetik, dan (6) Disfungsi ereksi (Tjokroprawiro, 2003).
Tujuan pengelolahan DM dibagi menjadi dua yaitu jangka panjang dan pendek. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbagai keluhan atau gejala DM sehingga pasien dapat menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada pembuluh darah (mikroangiopati dan makroangiopati) maupun pada susunan saraf (neuropati) sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortilitas.
28
mellitus. Ada beberapa macam tritment atau pengobatan bagi penderita diabetes mellitus yaitu, pengaturan pola makan dan makanan, olahraga yang teratur dan terukur serta pemberian obat anti diabetes dan insulin maupun cangkok pankreas Rab, (1985, dalam Rattu dkk, 2015)
Tujuan pengelolaan DM tersebut dapat dicapai dengan senantiasa mempertahankan kontrol metabolik yang baik seperti normalnya kadar glukosa dan lemak darah.
2. Motivasi untuk Berobat
a. Pengertian Motivasi untuk Berobat
Motivasi mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Motivasi berasal dari kata motif, motif merupakan dasar seseorang melakukan sesuatu. Menurut Suryabrata (2005) motif adalah keadaan dalam pribadi setiap individu yang mendorong individus tersebut untuk melkukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Purwanto (1990) yang mendefinisikan motif sebagai suatu dorongan yang timbul dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut mau bertindak atau melakukan sesuatu. Dari beberapa definisi mengenai motif dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas.
29
individu agar tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga akan mencapai hasil ataupun juga tujuan tertentu.
Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi (energi) yang menggerakkan dalam diri individu yang tererah untuk mencapai suatu tujuan. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006) istilah motivasi diartikan sebagai satu variable penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju sasaran. Menurut Woolfolk (2004) motivasi adalah kegiatan internal yang bersifat membangun langsung, dan menimbulkan tingkah laku yang terdiri dari kebituhan (needs), minat (interest), kesenangan (enjoyment), hadiah (reward), dan hukuman (punishment).
Menurut Handoko (1992) motivasi adalah suatu tenaga atau factor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkahlakunya.
30
penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu.
Menurut Teori Ekspektasi (Expectancy Theory) oleh Vroom (dalam Pace dkk, 2006) motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai individu dan individu tersebut memperkirakan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya, bisa juga berarti kemungkinan subjektif dari usaha yang memberkan hasil.
Menurut Rachmat (2005), motivasi diri adalah dorongan, baik dari dalam maupun dari luar diri manusia untuk menggerakkan dan mendorong sikap dan perubahan perilakunya. Motivasi ini didasarkan dari faktor internal individu yang bersifat psikologis dan sebagai akibat dari internalisasi dari informasi dan hasil pengamatan suatu objek yang melahirkan persepsi sehingga individu dapat terdorong untuk berbuat atau melakukan sesuatu.
31
faktor di luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber dari lingkungannya atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks.
Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah motivasi untuk berobat. Dari penjabaran tentang motivasi, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang mengerakkan individu untuk bertingkah laku guna mencapai pemuasan kebutuhan. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
Sedangkan Berobat berasal dari kata obat. Menurut Novia (2010), obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri atau menyembuhkan, sedangkan pengobatan merupakan penyembuhan; proses perbuatan yang menyembuhkan. Widyatamma (2011) menyatakan bahwa obat adalah senyawa atau campuran senyawa yang berkhasiat mengurangi, menghilangkan gejala, atau menyembuhkan penyakit.
Pengertian berobat menurut Soenarwo (2009) adalah bagian dari ikhtiar menuju sehat. Ini menandakan bahwa berobat bukanlah satu-satunya faktor penentu kesehatan, ada faktor lain yang juga ikut berperan. Walaupun demikian, tidak melakukan pengobatan pada saat sakit sangat tidak dianjurkan.
32
penyakitnya atau ketidak seimbangan. Atau dapat juga dikatakan sebagai kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh individu dalam rangka mencapai status seimbang bagi tubuhnya. Sedangkan motivasi berobat adalah suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku individu untuk bertindak melakukan pengobatan sehingga mencapi hasil atau tujuan tertentu seperti mengurangi, mengilangkan, atau menyembuhkan penyakit untuk mempertahankan hidupnya.
b. Teori Motivasi
1. Teori Motivasi Abraham Maslow (Teori Kebutuhan)
Maslow dalam Sobur (2003) berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator) membentuk suatu hirarki atau jenjang peringkat. Dalam bukunya yang berjudul Motivation and Personality (1954), Maslow menggolongkan kebutuhan
manusia itu lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs). Kelima tingkat kebutuhan iu, menurut Maslow, ialah sebagai berikut:
1) Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis (physiological needs)
33
2) Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
Kebutuhan rasa aman yang mengarah pada dua bentuk, yakni kebutuhan keamanan jiwa, dan kebutuhan keamanan harta. Kebetuhan rasa aman muncul sebagai kebutuhan yang paling penting kalau kebutuhan psikologis telah terpenuhi, kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan, keamanan, hukum, kebebasan rasa takut, dan kecemasan. Menurut Maslow kebutuhan rasa aman sudah dirasakan individu sejak kecil ketika ia mengeksplorasi lingkungan, seperti merasa terancam oleh bunyi Guntur, kilatan lampu, dan sebaginya.
3) Kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki (belongingness and love needs)
Kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi secara rutin, berafiliasi dengan otang lain, diterima, memiliki. 4) Kebutuhan penghargaan (esteem needs)
34
status yang memerlukan standar moral, sosial, dan agama.
Maslow membagi kebutuhan penghargaan ini dalam dua jenis: Pertama, penghargaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. Kedua, penghargaan yang didasarkan atas penilaian orang lain. Penghargaan yang terakhir ini dapat dilihat dengan baik dalam usaha untuk mengapreasiasikan diri dan mempertahankan status. 5) Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)
Maslow menggambarkan kebutuhan aktualisasi diri sebagai hasrat untuk menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
2. Teori Motivasi Dua Faktor
Menurut Herzberg (1996) (dalam Sobur, 2003) ada dua faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor ekstrinsik)
35
antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
2) Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat
Faktor yang mempengaruhi motivasi untuk berobat Woolfolk (2004) membedakan motivasi menjadi 2 faktor yaitu:
a) Motivasi intrinsic
36
b) Motivasi ekstrinsik
Suryabrata (2005) mengemukakan bahwa pada dasarnya motivasi ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Menurut Pintrich & Schunk (1996) yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam suatu aktivitas sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Pada motivasi ekstrinsik ini individu melakukan aktifitas atas dasar nilai yang terkandung dalam objek yang terjadi sasaran atau tendensi tertentu. Sumber motivasi ekstrinsik menurut Woolfolk (2004) meliputi imbalan (rewards), tekanan sosial (social pressure), dan penghindaran diri dari hukuman (punishment). Faktor motivasi dari luar menurt Slameto (1997) adalah dari keluarga, dan lingkungan.
d. Fungsi-fungsi motivasi
Secara umum menurut Poerwanto (2000) motivasi memiliki tiga komponen, yaitu:
a) Menggerakkan
Aspek ini menunjukkan bahwa motivasi menimbulkan kekuatan pada individu untuk mendorong individu bertindak dengan cara tertentu.
b) Mengarahkan
37
c) Menopang
Aspek ini untuk menjaga tingkah laku lingkungan sekitar yang harus menguatkan intensitas dan arah dorongan serat kekuatan individu.
Dari penjelasan diatas tentang fungsi-fungsi motivasi, tiga fungsi motivasi tersebut sangat penting peranannya bagi individu untuk mencapai apa yang diinginkan guna mencapai suatu tujuan.
3. Aspek psikologis yang terjadi pada penderita DM
Diabetes mellitus adalah penyakit yang tergolong kronis, hal ini disebabkan karena DM adalah penyakit yang menahun dan dalam dunia medis tidak bisa disembuhkan. Apabila tidak mendapat penanganan yang tepat DM bisa menyebabkan komplikasi terhadap organ tubuh seperti jantung, hati, dan organ tubuh lainnya. Taylor (2003) mengemukakan ada lima tahap reaksi emosi yang berhubungan dengan penyakit kronis yakni penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (barganing for extra), depresi (depression), dan penerimaan diri (acceptance).
a. Penyangkalang (denial)
Penyangkalan adalah sistem pertahanan yang membuat seseorang berusaha menghindari dampak yang ditimbulkan dari suatu penyakit dan biasanya berlangsung dalam beberapa hari. b. Kemarahan (anger)
3DGD WDKDSDQ LQL SDVLHQ EHUXVDKD PHPSHUWDQ\DNDQ ³PHQJDSD
38
c. Tawar-menawar untuk sesuatu yang lebih (barganing for extra) Pada tahapan ini penderita kanker mengalihkan kemarahan dengan lebih baik dan strategi yang berbeda, misalnya berjanji untuk hidup sehat dan juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
d. Depresi (depression)
Istilah depresi sebagai kurangnya control yang merupakan relasi dari memperburuknya suatu simtom sebagai kondisi dari penyakit yang tidak membaik. Pada tahap ini penderita DM merasa muak, sesak, letih, sulit mengontrol diri, sulit memfokuskan perhatian, megnghindar dari sakit dan juga perasaan tidak nyaman.
e. Penerimaan diri (acceptance)
Pada tahap ini penderita DM sudah tidak marah lagi dan sudah membiasakan diri dengan ide kematian yang membuatnya tertekan dan juga menghadapi pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan data kualitatif dan
dideskripsikan untuk menghasilkan gambaran yang mendalam dan terperinci
mengenai faktor dan bentuk motivasi berobat pada penderita diabetes mellitus.
Dengan digunakan penelitian kualitatif, maka data yang di dapatkan akan
lebih lengkap, lebih mendalam dan bermakna sehingga tujuan dari penelitian
ini akan tercapai. Sedangkan untuk jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian kali ini yaitu dengan menggunakan studi kasus, menurut
Poerwandari (2005) studi kasus, digunakan agar peneliti dapat memperoleh
pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan
dimensi dari kasus tersebut tanpa bermaksud untuk menghasilkan
konsep-konsep atau teori-teori atau tanpa upaya menggeneralisasikan.
Dengan menggunakan pedekatan studi kasus peneliti dapat
memperoleh gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap serta
pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai faktor dan bentuk motivasi
berobat pada penderita diabetes mellitus.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian subjek 1 adalah bertempat
41
subjek tinggal bersama dengan suami, dan anak tunggalnya. Rumah tempat
tinggal subjek tepat berada di depan rumah ketua RT.
Lokasi penelitian subjek yang ke-2 juga berada di rumah subjek sendiri
yang berada Gresik. Dirumah tersebut subjek tinggal bersama dengan suami,
kedua anak subjek dan ibu subjek. Rumah tempat tinggal subjek berada di
sebelah barat masjid desa subjek.
C. Sumber Data
Subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yaitu
dengan memilik subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan dan
yang memiliki informan penting terkait dengan topik penelitian yaitu individu
yang telah mengidap diabetes mellitus dan mau berobat secara teratur.
Sumber data penelitian ini adalah:
1. SA (nama samaran) berumur 55 tahun. Subjek ini adalah seorang ibu
rumah tangga, pernah sakit parah akibat diabetes mellitus sehingga
tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari. Subjek SA di diagnosa
menderita diabetes pada tahun 2009 tetapi memiliki kecenderungan
diabetes pada sejak tahun 2004.
2. NN (nama samaran) berumu 48 tahun. Subjek adalah seorang ibu
rumah tangga, pernah mengalami rabun mata selama beberapa bulan
akibat dari penyakit diabetes yang di deritanya. Subjek NN di diagnosa
42
Kemudian sumber data untuk significant other yaitu orang lain yang
dekat dengan subjek (mempunyai hubungan) sehingga diduga kuat
mempunyai informasi tentang subjek.
Significant other subjek SA:
1. KA. KA merupakan suami dari subjek SA yang mengetahui
tentang riwayat penyakit yang diderita oleh subjek SA.
2. R. R merupakan anak tunggal subjek yang tau tentang
perkembangan SA dari sakit hingga sekarang.
Significant other subjek NN:
1. RO. RO adalah suami subjek NN yang berkerja menjadi TKI di
Malaisia, walaupun jauh dari istrinya RO mengetahui tentang sakit
yang di derita NN karena NN selalu memberi kabar tentang
perkembangan sakitnya.
2. MU. MU adalah ibu subjek NN yang tinggal satu rumah dengan
NN dan tau aktifitas sehari-hari yang di lakukan NN serta
mengetahui sakit NN.
D. Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah metode wawancara, dan dokumentasi.
1. Wawancara (interview)
Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam.
Dengan melakukan wawancara mendalam peneliti dapat menggali saja apa
43
sekarang, serta hal-hal yang tersembunyi di dalam diri subyek. Dalam
proses wawancara peneliti dilingkapi dengan pedoman wawancara yang
sangat umum, pedoman wawancara ini digunakan untuk mengingatkan
peneliti menganai aspek-aspek yang harus dibahas sekaligus menjadi
daftar pengecek apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau
ditanyakan (Poerwandari, 2005).
Tehnik wawancaraini digunakan untuk mendapatkan informasi
yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat
pada penderita diabetes mellitus, serta apa saja bentuk-bentuk motivasi
berobat pada penderita diabetes mellitus.
Wawancara dilakukan dengan subyek penelitian, kemudian dengan
keluarga, atau pihak lain yang bisa memberikan keterangan secara benar
tentang diri subjek penelitian. Wawancara dengan subjek dimaksudkan
untuk memperdalam dan memperluas pemahaman atau memahami
maksud suatu perilaku yang dilakukan oleh subyek.Wawancara dengan
keluarga untuk mengungkap kebiasaan atau perilaku subjek yang sulit
diperoleh secara langsung oleh peneliti dan sebagai bentuk triangulasi atas
data-data yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan subjek.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa
dokumen-dokumen yang dapat diakses oleh peneliti dari subjek yang dapat
menambah informasi data bagi penelitian. Dokumen sudah lama
44
dokumen sebagai sumber data dimenfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan (Moelong, 2009).
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah obat yang diminum oleh
subjek penderita diabetes mellitus, dan hal-hal yang mendukung yang
dimiliki oleh subjek dalam penelitian ini.
E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data
Prosedur analisis dan interpretasi data pada penelitian ini
menggunakan analisis data lapangan model Miles dan Huberman. Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2010) Mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data yaitu, reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.
Langkah pertama yaitu reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh
dari lapangan dapat memberikan gambaran secara jelas bagaimana
bentuk-bentuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berobat pada penderita
diabetes mellitus. Kemudian langkah kedua adalah display data. Dalam
mendisplay atau menyajikan data peneliti melakukan dalam bentuk uraian
singkat atau teks yang bersifat naratif.
Setelah dilakukan reduksi data dan didukung dengan display atau
penyajian data maka proses yang terakhir adalah penarikan kesimpulan atau
45
yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah di teliti dapat menjadi jelas. Pada penelitia ini diharapkan
hasil yang di peroleh dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
bentuk-bentuk dan faktor yang mempengaruhi motivasi berobat pada penderita
diabetes mellitus.
F. Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan atau kreadibilatas data yang telah diperoleh,
maka peneliti menggunakan teknik Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber,
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu
(Sugiyono, 2013).
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Dalam penelitian ini selain istri sebagai subjek, peneliti juga melakukan
penggumpulan data dengan sumber lain yaitu orang terdekat informan yang
dirasa mengetahui tentang kehidupan informan.
Adapun informan pendukung atau significant other dari subjek SA
adalah suami subjek dan anak tunggal dari subjek SA. Peneliti mengambil
dua informan pendukung ini dikarenakan yang dekat dengan subjek SA dan
46
kehidupan sehari-hari subjek SA. Sedangkan untuk subjek NN yang menjadi
significant other adalah suami subjek dan ibu subjek. Peneliti mengambil dua informan pendukung ini dikarenakan dua suami dan ibu subjek NN yang
mengetahui kehidupan subjek NN.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data
yaitu wawancara dan dokumentasi. Dan untuk menguji keredibilitas data
yang didapat maka data yang diperoleh dari subjek dengan menggunakan
teknik wawancara, akan di cek kebenarannya dengan dokumentasi.
Sebaliknya juga begitu, informasi tentang subjek yang di dapat dari hasil
dokumentasi akan di cek kebenarannya dengan menggunakan wawancara.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data. Untuk itu dalam
rangka pengujian kreadibilitas data peneliti melakukan pengecekan hasil
wawancara dalam waktu atau situasi yang berbeda. Misalnya, Peneliti akan
mengulang kembali beberapa pertanyaan dalam waktu yang berbeda, jika
data yang di dapat sama maka dipastikan data tersebut adalah benar, akan
tetapi jika ada perbedaan data yang di dapat pada wawancara yang pertama
dan kedua maka data tersebut perlu cek lagi kebenarannya.
Dengan mengecek data yang diperoleh dengan menggunakan
47
menghasilkan data yang benar-benar valid dan dapat menggambarkan
keadaan yang sesunggunya dilapangan, yang mana dalam penelitian ini yaitu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Partisipan
a. Subjek SA
Nama : SA
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Alamat : Gresik
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jawa
Latar belakang budaya : Jawa Timur
Status pernikahan : Menikah
SA berumur 55 tahun beragama islam, bersuku jawa dan bertempat
tinggal salah satu kecamatan di kabupaten Gresik. SA menikah pada tahun
1983 dengan KA yang sekarang beusia 60 tahun, pernikahan mereka di
karuniai dengan 1 putra yang sekarang berusia 29 tahun. SA bekerja
sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya bekerja di tambak. Putra
SA sempat menikah pada tahun 2004 tetapi pada tahun 2013 bercerai
dengan istrinya, dari hasil pernikahan putranya SA mempunyai 1 cucu
laki-laki yang sekarang tinggal bersama ibunya. Hari-hari SA dihabiskan
dirumah dengan mengurus rumahnya. Pendidikan terakhir yang dilakukan
SA adalah SD suami SA juga berpendidikan terakhir SD sedangkan putra
49
Dahulu SA bertempat tinggal di kecamatan yang berada di dekat
aliran sungai bengawan solo tetapi dikarenakan ada proyek pemerintah
untuk membangun bendungan di bantaran sungai bengawan Solo rumah
SA di gusur dan pada tahun 2003 SA pindah ke rumah yang di tempati
sekarang. Awalmula SA mengalami gejala penyakit diabetes pada tahun
2004 pada saat putranya menikah, setelah pernikahan putranya berusia
lima tahun tepatnya pada tahun 2009 SA dengan pola hidup yang tidak
baik dan makan-makanan sembarangan SA hampir mau di opname
dirumah sakit akibat gula darah yang terlalu tinggi yakni 600, pada waktu
itu SA tidak bisa melakukan aktifitas apa-apa hanya berbaring dikamar.
Setelah dirawat suaminya dengan pengetahuan yang dimiliki suami SA
kadar gula darah SA menurun dan melakukan chek ke puskesmas serta
dokter umum, pengobatan SA tidak hanya berupa medis tetapi juga herbal.
a. Subjek NN
Nama : NN
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 48 tahun
Alamat : Gresik
Suku Bangsa : Jawa
Latar belakang budaya : Jawa timur
Status pernikahan : Menikah
NN berumur 49 tahun menikah pada tahun 1989 dengan RO yang
50
hingga sekarang. Dari penikahan dengan RO, SA dikaruniai dua anak yang
pertama putra dan yang kedua putri. Putra NN berusia 23 tahun dan
bekerja sebagai peternak ayam, sedangkan putri NN masih duduk di
bangku kelas 2 SMP yang berada di pondok pesantren. NN bertempat
tinggal di desa Dukuh Kembar, kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik,
rumah tersebut peninggalan dari orang tua NN. Di rumah tersebut NN
tinggal bersama ibu NN, suami dan dua anaknya.
Kegiatan sehari-hari NN adalah menjadi ibu rumah tangga, tetapi
setelah sakit NN mulai berusaha untuk memperbanyak aktifitasnya di luar
rumah. Di lingkungan tempat tinggalnya NN ditunjuk sebagai pengurus
tahlil ibu-ibu di kampunya. NN di vonis menderita diabetes pada tahun
2011 akibat pola hidup yang kurang baik dengan makan-makanan
sembarangan, dari tahun 2011 hingga sekarang NN tidak pernah
mengalami sakit yang parah akibat DM yang dideritanya, hanya pernah
pingsan akibat gula darah yang kurang.
B. Temuan Penelitian
1. Deskripsi Temuan Penelitian
a) Subjek SA
SA sudah enam tahun menderita diabetes yakni sejak tahun 2009 dan
pada tahun 2004 SA hanya mengalami gejala diabetes. Menurut SA
hal ini dikarenakan faktor dari pikiran SA dan juga pola makan SA
yang sembarangan yakni dengan makan mangga setiap hari tiga kali
51
³Pokok e enem tahun wisan, pas cak Nur nikah iku. tahun 2004 iku lagek gejalae. Yo mbuh iku pokok,e pas cak N nikah iku, yo
sekitar 2009´ SA.220715.06)
³2004 iku wes koyok onok gejala-gejala opo yo jare doktere iku kecenderungan diabetes ngunu tapi awake iki isek enak pulae biyen ake kegiatan. iku tapi yo gak diroso ngunu. Suwe-suwe iku muikir gara-gara bojone cak R iku wani karo aku, dar-dor dar-dor ngunuku. Mari ngunu manganku salah gak tau mangan sego terus mangan pelem gadung ae bendino telu telu lak biyen iku wayae pelem gadung nang ake seng ngeteri rene apik-apik ngunu gede-gede, maringunu gula darahku mungga 600, pas iku yo gak iso lapo-lapo yo turu ae mbatang ae nang kasur tahun 2009 iku. Mari ngunu iku di rawat pitung ulan nang puskesmas iku wes mudun 400 tapi isek lemes, nang sikil iki rasane gak iso di jak gawe ngebak nginiki gudu nggawe sandal kapan ngebak suwe-suwe iku loro kabeh awak
iki´6$
³yo iku pulae gara-gara kecoro mangane. larangane dipangan gak oleh dipangan wong kenek kencing manis
iku´(KA.260715.07)
1) Faktor Motivasi Berobat
a. Faktor Intrinsik
Faktor yang membuat subjek termotivasi untuk berobat adalah
karena kaki yang tidak bisa berjalan di lantai tanpa
menggunakan alas kaki sehingga apabila lama-lama berjalan
dilantai membuat badan SA sakit. Serta pada waktu itu SA
yang mengalami gula darah yang naik cukup tinggi yakni 600
dan membuat SA tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari.
52
Selain gejala di atas SA juga mengalami gejala lain seperti
nyeri pada kaki, jempol kaki yang biru seperti lebam, dan juga
mata yang kabur akibat gula darah tinggi.
³ZRQJPDQJDQNDFDQJ JDNVDPSHNVDNJHJHP DHVLNLO
iku rasane cenut-FHQXWQDQJNHQHLNL´ (SA.220715.18)
³EL\HQ LNL QDQJ MHPSRO QJ NHQH LNL PXQFXO ELUX QJXQX
EXQGHUQDQJVHEHODKLNL´SA.220715.29)
³0ULSDW VHQJ NHQH LNL EL\Hn ngeblur gak sepiro ketok tapi sak iki yo wes lumayan wes enak yoan gak koyok
biyen³6$)
Subjek juga berkeinginan untuk tidak seperti dulu dan
keinginan untuk sembuh agar sakit diabetes yang diderita tidak
menggangu aktifitas subjek sehari-hari.
³yo puale pengen waras iku mou lis gak pengen koyok biyen drop gak iso lapo-lapo, nang kapan gak waras-waras lak piye sopo seng ngramut nang oma iki seng ngeramut nggawekno mangan cak R karo pakdhe, biyen isek onok nyai yowes tuo nang bojone cak R yo gak
jowo ngunuku´(SA.260715.10)
³Yo seng nggarai mbokdhe kepengen sehat terus yo iku mou yo gak kepengen loro maneh wong loro ngunuku
yo gak enak lis´(SA.260715.11)
Pengetahuan subjek tentang diabetes yang menyebabkan
komplikasi, hal ini membuat subjek takut diabetes yang
dideritanya bisa ke jaringan tubuh yang lain sehingga membuat
53
berolahraga, serta minum obat baik dari dokter maupun obat
herbal.
³Lak penyakit nginiki kan yo iso ndadekno komplikasi yoan nak, mbokdhe iki yo wedi engko mrantak nandi-nandi dadine yo gudu patuh iku mou. Yo kapan gak ole mangan ngene yo di turuti, kapan olahraga yo di milui, seng jarene obate yo tak pangan bah iku mou pait mbuh
piye yo di pangan ae nak´(SA.260715.13)
b. Faktor Ekstrinsik
a) Faktor keluarga
Menurut suami subjek SA beliau tidak mengerti apabila
istrinya memakan mangga sehingga membuat subjek sakit
parah, apabila tau mengenai hal tersebut suami subjek SA
marahi. Selain memarahi suami subjek juga mengingatkan
untuk tidak memamakan makanan yang dilarang, serta
menenangkan subjek untuk tidak membuat sakit yang
dideritanya.
yo gak ngerti yo, ndapak ngerti lak tak ilokno gak ngerti. Pakdhe iku gak ngerti moro-moro entek
ngunu ae peleme iku.´(KA.260715.30)
³yo iyo caK³DZDVORK\RRMRNVDPSHNSDQWDQJDQH NRQSDQJDQ´WHUXVWDNNRQRNQRNDSDQJDNQJXQX\R
di masukno yo kumat mane lis´.$
³cek gak mikir nemen-QHPHQ ³RMRN PLNLU VHN JDN-JDN´³DNXPLNLUHQJNRQDNPDWL´³ZHVRMRNPLNLU
NRHQLNLWDNUDPXW´´KA.260715.47)
Suami subjek juga mencarikan obat herbal kepada subjek
54
³yo nurut, gak melanggar tuturanku engko nek NDFDS QJRPRQJ ³DZDNPX NRN JDN HQDN´ ³KD\R NRHQ PRX PDQJDQ RSR PRX´ WDN NRQRNQR ³JDN mangan opo-RSR NRN´ ³ZHV QJJRGRN LNL FHN QDQJ
OXQWXU´GLJRGRNGLXPEH´ KA.260715.52)
³mbokmudhe iku jarang paling setengah ulan pisan paling, setengah ulan tak cekno setengah ulan tak cekno sak ulan pisan maringunu enak kabeh yo pali dadi rong ulan pisan poke obate iku rutin diminum
pantangane barang gak di pangan´(KA.260715.31)
³yo diterno bapak, wong cacak yo ngunuku lis jarang nang oma. Kapan seng ngeterno yo bapak terus, wong kerjoe cacak yo tekoe dalu´ (R.250715.05)
b) Faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal SA juga mendukung terhadap
sakit yang dialami SA, seperti contoh pada waktu NN drop
akibat gula darah terlalu tinggi tetangga atau teman-teman
yang mengenal SA menjenguk dan membawakan makanan
yang boleh dimakan olen SA seperti ubi jalar dan pisang.
³terus digawakno wong ndelok rene iku yo onok
seng nggawakno bolet, gedang.´SA.220715.11)
³yo dimasakno makdhemu Ummu (tetangga subjek) yo di masakno bubur, kadang yo di masakno tahu di
kelo bening´SA.220715.17)
Tetangga subjek juga mengingatkan kepada suami subjek
untuk membawa subjek SA ke rumah sakit karena keadaan
parah yang dialami subjek, tetapi suami subjek menolak
dengan alasan bahwa takut subjek kepikiran dan akan
55
³aku sampek di lokno tonggo kok karepe ngajak nang rumah sakit diabet, ojok wong mbokdhe mu iku gak wani karo ngunuku engko tambah kepikiran tambah nemen terusan pakdhe yo isek iso
ngeramut.´.$
³yo gak tak, gelek-gelekno dewe lis jamu-jamu ngunuku tak gelek-gelekno dewe kapan herbal koyok wingi ngunuku tak tukokno dewe´ (KA.260715.52)
2) Bentuk-bentuk Motivasi Berobat
Awalnya subjek melakukan rawatjalan ke puskesmas selam tujuh
bulan tetapi kemudian pindah ke dokter umum, di dokter umum
tersebut subjek ganti-ganti obat karena tidak cocok.
³Iyo iku rawat jalan nang puskesmas iku nak, pitung ulan iku maringunu pindah kontrol nang dokter nang kono iku luwung obate cocok jarene kapan gak cocok kongkon
balikno dadi yo bolak-balik ganti obat´(SA.220715.09)
SA minum obat penuun gula darah selain itu SA juga meminum
obat herbal seperti sarang semut, minyak zaitun, dan jintan hitam.
³Ngumbe obat penurun gula darah nak, jenenge opo lali aku. Terus yo tak tambai obat herbal SS, minyak zaitun,
NDURMLQWHQLUHQJ´(SA.220715.13)
Untuk obat dari dokter SA jarang minum resep dari dokter
menyarankan untuk minum tiga kali tetapi subjek hanya meminum
satu kali karena takut efek yang akan dirasakan dibadannya. Subjek
selain mengkonsumsi obat herbal seperti diatas juga meminum
56
³Seng obat teko dokter iku yo di umbe kapan peng telu ngunuku yo di umbe peng siji sedino iku gak gelek-gelek nak engko nang awak iku gak enak terus seng herbal iku minyak zaitun, SS, karo jinten ireng iku di umbe rutin nak. Terus yo ngumbeh akeh nak yo onok kunir putih, jahe
merah, mengkudu \RDNH´(SA.220715.14)
Selain minum obat dari dokter dan helbal SA juga menghindari
makanan yang dilarang walaupun makan makanan yang dirasa SA
makanannya kurang enak.
³Yo enak gak enak yo di pangan ae, wong pengen waras iku mou. kapan kepengen panganan seng gak di olei ngunuku yo ngunu sak itik sak itik ae digawe tomboh kepengen, wong mangan kacang gak sampek sak gegem ae sikil iku rasane cenut-cenut nang kene iki. Kapan mangan ngunuku yo mangan sego adem ae di ler sek wong gak ole mangan sego panas-panas dadi kapan pengen mangan isuk-isuk ngunuku yo ngeler sego mobengi. Nang iku nang mejo iku tak tutupi iku, iku engko di gawe mangan engko awan. kapan mangan yo gak warek-warek kapan warek
nemen-QHPHQ\RHQJNRQGDGHNQRORUR´(SA.220715.18)
Ketika merasa lemas yang dilakukan SA langsung meminum obat
dan memintak suaminya untuk memijat, serta dibawa untuk kontrol
ke dokter.
³Yo langsung tak ombeni obat ngunuku mou helbal di tambai karo pil teko dokter, terus di pijeti karo pakdhe yo