• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI PENYEWAAN GEDUNG MASJID AL-AKBAR SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOORDINASI PENYEWAAN GEDUNG MASJID AL-AKBAR SURABAYA."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KOORDINASI PENYEWAAN GEDUNG MASJID AL-AKBAR SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos), Bagi Prodi Manajemen Dakwah

Oleh:

Mohammad Adib NIM. B04212014

JURUSAN DAKWAH

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Mohammad Adib, 2016. Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya.

Fokus masalah yang diteliti adalah bagaimana koordinasi penyewaan gedung masjid al-akbar surabaya ?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, metode yang digunakan adalah metode Penelitian kualitatif.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena bisa mendapatkan data yang lebih mendalam, terpercaya, dan bermakna, sehingga peneliti bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara, dan dokumentasi.

Dalam mengkoordinasi penyewaan gedung petugas pengelola gedung masjid menerapkan serangkaian tindakan, pedoman dalam pelaksanaanya dan waktu yang perlu dilakukan dalam mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dalam penyewaan gedung. Sehingga dapat menghasilkan kordinasi yang bersifat Dinamis, mencegah timbulnya perbedaan dan pertentangan antar devisi, serta menyeimbangkan secara tepat semua kegiatan dalam proses penyewaan gedung masjid.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...iii

MOTTO………....……....iv

PERSEMBAHAN………....…….......v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ………...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I : PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep ...8

F. Sistematika Pembahasan ...10

BAB II : KAJIAN TEORITIK... 12

A. PenelitianTerdahulu yang Relevan ...12

(8)

1. Pengertian Koordinasi...14

2. Koordinasi dalam Perspektif Islam...23

3. Tinjauan Tentang Penyewaan...25

5. Teori Manajemen Masjid... ...25

BAB III : METODE PENELITIAN ...32

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...32

B. Lokasi Penelitian...33

C. Jenis dan Sumber Data ...33

D.Teknik Pengumpulan Data...…...34

E.TeknikValiditas Data...36

F. TeknikAnalisis Data ... 38

G. Tahap-tahap Penelitian... 39

BAB IV: HASIL PENELITIAN...45

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...45

1. Sejarah Masjid Al-Akbar Surabaya...45

(9)

3. Tujuan Penyewaan Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya...47

4. Visi, Misi dan Motto, Nilai...47

5. Struktur Badan Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya...49

6. Susunan Pengurus Manajemen Masjid...49

7. Job Deskripsi danFungsi...50

8. Pendaftaran akad nikah dan .resepsi pernikahan...54

9. Infaq, Biaya Operasion l dan Fasilitas Akad Nikah...54

10. Infaq dan Fasilitas Penyelenggaraan resepsi Pernikahan...55

11. Pelaksanaan Akad Nikah dan Resepsi...62

B. Penyajian Data ... 62

1. Persewaan Gedung ...…...62

2. Koordinasi...64

3. Manajemen Masjid...68

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) …..……….. .70

1. Analisa koordinasi penyewaan gedung...70

BAB V : PENUTUP ...80

A. Kesimpulan ...80

(10)

C. KeterbatasanPenelitian ...81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar4.1Struktur Badan Pengelola Masjid... 49

Gambar4.2Simbol Presmian Gedung Masjid ...57

Gambar4.3 Ruang pernikahan ruang As-Shofa... 57

Gambar 4.4 Simbol Presmian Al Marwah ...59

Gambar 4.5 Panggung Pernikahan Al Marwah... 59

Gambar 4.6 Ruang Rias Al Marwah...……... 60

(12)

1

Bab I

Pendahluan

A. Latar belakang

Masjid sebagai tempat beribadah umat islam memiliki fungsi yang

beragam, baik untuk mejalankan ibadah ukhrawi maupun ibadah duniawi. Masjid sebagai tempat sholat, dikunjngi oleh umat islam minimal 5 kali setiap hari. Dari sejak subuh di pagi hari sampai isya’ dimalam hari. Pada

setiap hari jum’at, umat islam berbondong-bondong mengunjungi masjid

untuk melaksanakan shalat jum’at. Dan ketika seorang muslim meninggal

duniapun, jenazahnyapun di sholatkan di masjid. Begitu pula ketika akan

menunaikan ibadah haji, keberangkatannya seharusnya berawal dari masjid juga. Kehidupan umat islam selalu berawal dari masjid dan

berakhir di masjid.

Perkembangan masjid di seluruh dunia menunjukkan peningkatan,

baik di dunia timur maupun barat. Di inggris misalnya, mulai tampak pembangunan masjid-baru sejalan dengan perkembangan islam disana. Di indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa, di setiap hari

kampung, desa, kecamatan bahkan di sekolah dan di kantor-kantor pemerintah dibangun masjid yang besar. Gejala ini menunjukkan

perkembangan yang positif dari fisik maupun kerohaniaan.

Adapun Pada saat ini umat islam terus menerus mengupayakan pembangunan masjid, baik di kota-kota besar, kota kecil maupun pelosok

(13)

2

kampus, di lingkungan pusat kegiatan ekonomi, baik di kantor-kantor pemerintah maupun di kantor-kantor swasta berdiri dengan megah

masjid-masjid dengan berbagai bentuk dan gaya arsitektur.1

Masjid juga tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan

kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi. Semuanya bisa berjalan dan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid

yang berdimensi duniawi kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan umat dan peradaban islam. Oleh karena itu, masjid harus

difungsikan sebagai wadah untuk menampung berbagai kegiatan sosial dan bukan hanya tempat untuk ibadah ritual saja.

Jika diamati secara seksama jumlah masjid di indonesia cukup

banyak dan beraneka ragam kegiatan yang dilakukan. Banyak pula ditemukan masjid yang besar, tetapi sepi jama’ah. Tidak pula banyak

ditemkan masjid kecil, namun selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan perpustakaan, olah raga, pengajian, poliklinik, baitul mal, wattamwil dan lain sebagainya.

Masjid sebagai tempat ibadah, juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyelanggarakan acara pernikahan oleh kaum muslimin.

Penyelenggarakan pernikahan (akad nikah) di masjid, lebih mencerminkan suatu peristiwa keagamaan dibandingkan dengan peristiwa budaya atau sosial. Peristiwa ini belum banyak dipahami di antara kaum muslimin

1

(14)

3

sendiri, karena para pemimpin islam belum mendorong pada pemanfaatan masjid untuk tempat pernikahan.2

Maka oleh karena itu perkembangannya, masjid juga tidak lagi hanya menjadi tempat untuk beribadah, namun pada jaman sekarang

masjid juga sudah merambat pada bisnis jasa penyewaan gedungnya untuk acara-acara tertentu. Beralih fungsi bukan hanya untuk beribadah semata, tetapi dari hal tersebut tidak menutup fungsi utamanya.

Karena pada jaman sekarang orang-orang yang banyak kita lihat dan jumpai saat melakukan resepsi pernikahan. Banyak dilaksanakan di

gedung-gedung. Oleh karena itu saat ini banyak masjid-masjid besar, seperti contohnya masjid Al-akbar Surabaya, selain sebagai sarana ibadah juga berfungsi sosial khususnya yang berdimensi spritual seperti

penyelenggaraan sarana akad nikah, resepsi pernikahan, pengajian akbar, dan ada juga untuk pembinaan generasi mudah. Kesemuanya memerlukan

penyediaan fasilitas yang memadai. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, maka manajemen masjid Al-Akbar Surabaya menyediakan penyewaan gedung masjidnya. Antaranya gedung yang disewakan yaitu,

gedung As-shofa, Al-marwah, dan gedung muzdhalifah. Dari beberapa gedung tersebut mempunyai fasilitas dan kualitas yang berbeda-beda.

Untuk melakukan bisnis penyewaan gedung tersebut di butuhkan manajamen yang baik. Salah satunya yaitu koordinasi yang baik, karena dalam penelitian ini akan berfokus kepada tahap-tahap koordinasinya.

2

(15)

4

Koordinasi selalu terjadi atau di perlukan adanya penyesuaian-penyesuaian, untuk memungkinkan semua kegiatan dalam proses

manajemen senantiasa terarah kepada tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Suatu koordinasi cenderung untuk memperkuat kegiatan

manajemen di satu segi dan memperlemah atau mengurangi kegiatan manajemen di lain segi dan seringkali juga menciptakan tindakan-tindakan baru untuk memperlancar tercapainya tujuan. Adapun pengertian

koordinasi menurut beberapa ahli.

Coordinating merupakan singkronasi yang teratur dari usaha-usaha

individu yang berhubungan dengan jumlah, waktu dan tujuan mereka, sehingga dapat di ambil tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mencapai koordinasi tersebut setiap anggota

perusahaan harus dapat melihat bagaimana kegiatan-kegiatan perseorangan dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.3

Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan

yang dilakukan di setiap bagian organisasi tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa misi masing-masing bagian. Dikhawartikan,

tidak terkoordinasinya setiap bagian pada giliran berikutnya justru akan menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya. Salah satu contoh yang paling mudah mengenai koordinasi adalah antara bagian pemasaran

3

(16)

5

dan bagian keuangan. Agar tingkat penjualan meningkat, maka bagian pemasaran mengusulkan untuk menaikkan biaya promosi. Di sisi lain,

bagian keuangan mencatat bahwah biaya perusahaan semestiya di efesienkan. Jika bagian pemasaran dan bagian keuangan tidak berkodinasi

dapat dibayangkan bahwah akan terjadi konflik kepentingan antar bagian, padahal kedua bagian tersebt sebenarnya bermaksud baik bagi kepentingan perusahaan.4

Koordinasi ini merupakan seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian

rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Seperti, adanya pekerjaan apa saja yang harus dilaksanakan oleh

pengelola dalam penyewaan gedung masjid al-akbar, adanya pengkoordinasian orang-orang yang melaksanakan pekerjaan pokok

masing-masing dari setiap devisi gedung masjid al-akbar, adanya tempat dimana pelaksanaan kerja itu berlangsung, adanya hubungan kerja antara mereka yang bekerja dan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.

Semua hal tersebut dengan tujuan untuk dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan, dan pelaksanaan peyewaan gedung bisa berjalan dengan

efesien dan efektif.

Adapun pengertian penyewaan menurut Abdul R.Husein, penyewaan adalah peluang bisnis yang sering di manfaatkan oleh banyak

4

(17)

6

orang sehingga muncul bisnis penyewaan barang-barang seperti: rental mobil, penyewaan gedung serba guna, penyewaan buku atau dvd dan

penyewaa kontainer, dan sebagainya.

Selain itu penyewaan dapat diartikan sebagai peminjaman jasa atau

barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang berlaku didalam organisasi tersebut guna untuk mencapai suatu tujuan. Barang yang dapat di sewa bermacam-macam, tarif dan lama

sewa juga bermacam-macam.5

Masjid Nasional Al Akbar. Atau bisa disebut Masjid Agung

Surabaya merupakan masjid terbesar dan termegah di jawa timur , masjid Al Akbar ini berlokasi di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa Timur. Semua bangunan masjid Al-Akhbar surabaya mempuyai filosofi

nya. Kubah diatas masjid Al-Akhbar surabaya mempunyai filosfi tentang pancasila,kemudian kubah yang kecil-kecil menggambarkan tentang rukun

islam dan rukun iman, menara yang tingginya 99 meter menggambarkan asmaul khusna.

Begitupun dengan nama-nama gedung yang ada di masjid

Al-Akhbar surabaya di berikan nama-nama yang ada di kota mekah yaitu, gedung As-Shoffah, gedung Al-Marwah, dan gedung Mudzhalifah, dan

ditengah-tegah gedung itu ada air mancur yang di namai air mancur zam-zam dll. Jadi semua gedung-gedung yang ada di masjid Al-Akbar surabaya nama nya di ambil yang ada di kota mekah.

5

(18)

7

Secara fisik, luas bangunan dan fasilitas penunjang MAS adalah 22.300 meter persegi, dengan rincian panjang 147 meter dan lebar 128

meter. Bentuk atap MAS terdiri dari 1 kubah besar yang didukung 4 kubah kecil berbentuk limasan serta 1 menara. Keunikan bentuk kubah MAS ini

terletak pada bentuk kubah yang hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi sekitar 27 meter. Untuk menutup kubah, dipergunakan sebuah produk yang juga digunakan di beberapa masjid raya

seperti Masjid Raya Selangor di Syah Alam Malaysia. Ciri lain dari masjid raksasa ini adalah pintu masuk ke dalam ruangan masjid tinggi dan besar

dan mihrabnya adalah mihrab masjid terbesar di Indonesia.6 B. Rumusan Masaalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti

membatasi permasalahan kedalam perumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana koordinasi penyewaan gedung masjid Al-Akbar Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Mengetahui koordinasi persewaan gedung masjid Al-Akbar Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritik

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang manajemen khususnya dalam koordinasi persewaan gedung.

6Wikipedia bahasa indonesi,”

Masjid Al-akhbar Surabaya”, Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses

(19)

8

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan ilmiah yang dapat dipergunakan untuk suatu Lembaga yang

bergerak dibidang jasa penyewaan gedung. 2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi peneliti

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan pengetahuan dalam bidang penelitian dan untuk

mengetahui koordinasi penyewaan dalam mewujudkan perkembangan penyewaan gedung masjid.

2) Sebagai syarat untuk memenuhi gelar S1.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan menambah referensi perpustakaan fakultas.

c. Bagi Lembaga

Sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi

lembaga dalam koordinasi jasa penyewaan fisik atau fasilitas untuk lebih bisa di kembangkan.

E. Definisi Konseptual

Pengertian dasar dari konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Konsep merupakan suatu yang masih universal atau umum.

Tujuan dari definisi konseptual adalah untuk menghilangkan perbedaan pemahaman dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan melalui judul yang diangkat dalam penelitian ini yang artinya akan dijadikan landasan

(20)

9

1. Koordinasi adalah proses dalam mengintregrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan

organisasi bisa tercapai secara efektif.7 Maksudnya, koordinasi melakukan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang untuk

menjalankan tugas-tugas nya, dan tanggung jawab dari setiap devisi, dan memonitoring dari setiap devisi apakah telah menjalankan tugas pokoknya masing-masing. Sehingga dalam proses jalanya acara

penyewaan gedung berjalan secara efektif dan sesuai tujuan yang telah di tetapkan.

2. Penyewaan adalah sebagai peminjaman jasa atau barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang berlaku didalam organisasi tersebut guna mencapai suatu tujuan8.

Maksudnya, penyewaan jasa atau barang yang disewa bermacam-macam, tarif dan lama sewa juga bermacam-bermacam-macam, sesuai dengan

ruangan dan fasilitas yang di butuhkan penyewa. Penyewa juga dalam melakukan penyewaan jasa atau barang yang di pilih harus menjalankan perjanjian atau ketentuan, jadi penyewa menentukan

hari,tanggal, dan bulan kapan akan menyewa, setelah selesai menentukan jadwal yang telah di pilih dan di sepakati sesuai

kesepakatan dan tidak lupa melakukan syarat-syarat yang berlaku di dalam penyewaan agar bisa mencapai satu tujuan penyewaan.

7

Ernie Tisnawati, dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar manajemen, Prenada media, Jakarta, hal. 159

8Era Sari Munthe, “Sistem Penyewaan Kontainer Pada PT.Putra Guna Jaya Mulia Jakarta”

(21)

10

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dirancang menjadi lima bab. Di bab pertama,

pembahasan ditekankan pada fokus penelitian, yaitu koordinasi persewaan gedung masjid. Dari fokus ini, terumuskan masalah penelitian, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian. Agar memperoleh pemahaman fokus penelitian dengan benar, maka alasan munculnya fokus serta konseptualisasi dikemukakan dalam bab pertama. Demikian pula, fokus

penelitian yang dibahas dalam studi kepustakaan.

Dalam bab kedua dibahas tentang teori yang menjadi pondasi dari

latar belakang di atas yaitu teori koordinasi yang kemudian digabungkan dengan teori manajemen jasa, teori penyewaan, dan teori manajemen masjid.

Dalam bab ketiga, peneliti membahas metode penelitian, jenis data penelitian menjadi patokan awal dalam menentukan pendekatan dan jenis

penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sudah didapatkan.

Dalam bab keempat, pembahasan tentang data di lapangan

digambarkan dan dijelaskan apa adanya hingga memperoleh hal-hal di balik fenomena. Agar data memiliki makna, perlu konfirmasi dengan teori.

Hasil konfirmasi ini berupa analisa dan temuan penelitian yang dibahas dalam bab keempat.

Temuan data merupakan jawaban atas rumusan masalah yang

(22)

11

rumusan masalah, maka kesimpulannya juga satu. Berdasarkan kesimpulan ini, saran-saran diajukan dengan dua sasaran, sesuai dengan

(23)

12

Bab II

Landasan Teori

A. Penelitian Terdahulu

Dalam konteks ini penulis telah membaca dan mencari dari penelitian

yang sudah dilakukan peneliti lain terutama dengan tema pengembangan usaha dengan strategi level korporat. Ada beberapa penelitian yang dianggap relevan untuk mendukung dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut: Pertama, skripsi saudari Alviani Wahyuni Suyodti, Dalam skripnya yang berjudul” Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyewaan Dan Infastruktur Teknologi Informasi”. 9

Fokus penelitian ini mengenai sistem informasi monitoring pada proses penyewaan gedung dan infastruktur tegnologi informasinya.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu lebih fokus terhadap pengkoordinasian persewaan sarana dan prasarana gedung. Peersamaan

dengan penelitian di atas, terletak pada persewaan gedung.

Kedua, Siti Kopsah, dalam jurnal nya yang berjudul “Perancangan

Sistem Informasi Penyewaan Gedung Dan Kamar Di Monume Diponegoro Yogyakarta”.10 Fokus penelitian ini mengenai pengelolaan sistem informasi

pemasaran penyewaan gedung dan kamar. Persamaan penelitian di atas,

terletak pada sama meneliti tentang persewaan gedung.

9

Alviani Wahyunni, 2014, “ Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyewaan Dan

Infastruktur Teknologi Informasi”, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Uiversitas Islam Neggri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

10

Siti Kopsah, 2012, “Perancangan Sistem Informasi Penyewaan Gedung Dan Kamar Di

Monume Diponegoro Yogyakarta”, Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Informatika dan

(24)

13

Ketiga Tantyo Gitoadi dkk, dalam skripsinya yang berjudul ” Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Penyewaan Gedung Berbasis Intranet Pada PT. Kartika Buana Ayu”. Fokus penelitian ini mengenai untuk

mempermudah kerja karyawan dalam menyajikan suatu informasi data

informasi penyewaan gedung . Sedangkan penelitian yang akan di teliti mengenai Koordinasi Persewaan Gedung di masjid Al Akbar Surabaya. Persamaan penelitian di atas sama meneliti tentang persewaan gedung.

Keempat Hj.Tati Hartati, dalam jurnalnya yang berjudul “ Pengaruh

Koordinasi Kepala Unit Terhadap Efektivitas Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Kabupaten Majalengka”. Fokus dalam penelitian ini terutama

untuk menguji tentang seberapa besar pengarh koordinasi kepala unit terhadap efektivitas kerja pegawai kantor unit pelaksanaan teknis dinas

(UPTD). Peralatan dan perbengkelan dinas BMCK kabupaten majalengka. Persamaan penelitian yang akan diteliti ialah sama meneliti tentang

koordinasi. Yang membedakan ialah fokus penelitiannya mengkoordinasi efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK). Sedangkan penelitian yang akan di teliti koordinasi penyewaan

gedung.11

Kelima Mohammad anis, dalam jurnalnya yang berjudul “ Koordinasi

dan Intregrasi Strategik Bagi Peningkatan Kinerja Pemasaran Dristributor Semen”. Fokus dalam penelitian ini Sebagai produsen perusahaan produk semen tentunya mempunyai suatu strategi yang unggul dan bisa

11

(25)

14

mengintegasikan secara strategik kepada anggota saluran distribusinya toko besi dan bahan bangunan. Dan kemudian juga dapat mengkoordinasikan

untuk menyesuaikan serta mempengaruhi keputusan dan aktivitas anggota saluran distribusinya. Persamaan dalam penelitian yang akan diteliti sama

meneliti mengenai koordinasi.12

Keenam prianatama dalam skripnya yang berjudul “ Pengaruh

Koordinasi Terhadap Penigkatan Evektivitas Kerja Karyawan Pada PT. IV (Persero) Medan”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh koordinasi terhadap peningkatan efektivitas kerja

karyawan, di mana salah satu variabelnya adalah pendelegasian wewenang. Persamaan dengan penelitian yang akan di teliti yaitu sama meneliti tentang mengenai koordinasi.13

B. Kerangka Teori

1. Tinjuan Tentang Koordinasi a. Pengertian Koordinasi.

Koordinasi ialah segala tindakan ataupun usaha yang sesuai dan mengarah (sinkron dan harmonis) sehingga memungkinkan

tercapainya tujuan yang telah di tetapkan, secara tetap, efesien dan efektip. Dari segi manajemen, ini berarti bahwa koordinasi tersebut

bersangkutan dengan:

12

Mohammad Anis, “ Koordinasi dan Intregrasi Strategik Bagi Peningkatan Kinerja Pemasaran

Dristributor Semen”, Jurnal, Sains Pemasaran Indonesia, Volume I, No. 2, Tahun 2002, 198– 218

(26)

15

1) Serangkaian tindakan, dengan kualitas dan kuantitas tertentu yang harmonis.

2) Waktu yang di perlukan dalam tindakan-tindakan tersebut. 3) Pedoman pelaksanaannya.

Ketiga faktor inilah yang memungkinkan adanya suatu

koordinasi. Dengan demikian suatu koordinasi dalam proses menejemen tersebut bersifat dinamis dan bahkan beberapa ahli

memandang koordinasi tersebut sebagai esensi daripada “manajemen.14

Sedangkan menurut beach koordinasi adalah mengimbangi

dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar

kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya

diantara para anggota itu sendiri.15

Dari beberapa pengertian koordinasi di atas dapat di simpulkan bahwah koordinasi adalah kerja sama antar unit atau bagian yang

menciptakan keharmonisan kerja dalam melakukan proses kegiatan dalam mencapai tujuan bersama.

14

Martoyo, 1988, Pengetahuan dasar manajemen dan kepemimpinanan, BPFE, Yogyakarta, hal. l 25.

15

(27)

16

b. Jenis-jenis Koordinasi

Beberapa jenis koordinasi sesuai dengan lingkup dan arah jalurnya

yaitu menurut lingkupnya, terdapat terdapat koordinasi intern yaitu koordinasi antar pejabat unit di dalam suatu organisasi dan

organisasi ekstern yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi atau antar organisasi. Adapun koordinasi ada tiga bentuk yaitu:16

1) Koordinasi horizontal yaitu koordinasi antar pejabat atau antar yang mempunyai tingkat hierarki yang sama dalam suatu

organisasi dan antar pejabat dari organisasi-organisasi yang setingkat.

2) koordinasi vertikal yaitu koordinasi antar pejabat dari unit-unit

tingkat bawah oleh pejabat atasannya atau unit tingkat atasannya langsung, juga cabang-cabang suatu organisasi oleh

organisasi induknya.

3) koordinasi diagonal koordinasi antar pejabat atau unit yang berbeda fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya.

c. Prinsip-prinsip Koordinasi.

Beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam menciptakan

koordinasi antara lain:17

16

Dann Sugandha, 1991, Koordinasi, Alat Pemersatu Gerakan Administrasi, Intermedia, Jakarta, hlm. 25.

17 Dann Sugandha, 1991, Koordinasi, Alat Pemersatu Gerakan Administrasi, Intermedia, Jakarta,

(28)

17

1) adanya kesepakatan dan keastuan pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai sebagai arah kegiatan bersama.

2) adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak, termasuk target dan

jadwalnya.

3) adanya kataatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian tugas masing-masing serta jadwal yang telah diterapkan.

4) adanya saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerja sama mengenai kegiatan dan hasilnya pada suatu saat tertentu,

termasuk masalah-masalah yang dihadapi masing-masing. 5) adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan

serta memonitor kerja sama tersebut, serta memimpin

pemecahan masalah bersama.

6) adanya informasi dari berbagai pihak yang mengalir kepada

koordinator sehingga koordinator dapat memonitor seluruh pelaksanaan kerjasama dan mengerti masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh semua pihak.

(29)

18

d. Sifat-sifat Koordinasi

Beberapa Sifat suatu koordinasi yang kiranya perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut 18: 1) Bersifat Dinamis

Ini berarti bahwah dalam proses koordinasi selalu terjadi atau di perlukan adanya penyesuaian-penyesuaian, untuk memungkinkan semua kegiatan dalam proses manajemen

senantiasa terarah kepada tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Suatu koordinasi cenderung untuk memperkuat

kegiatan manajemen di satu segi dan memperlemah (mengurangi) kegiatan manajeme di lain segi dan seringkali juga menciptakan tindakan-tindakan baru untuk memperlancar

tercapainya tujuan.

2) Mencegah Timbulnya Perbedaan dan Pertentangan.

Dengan koordinasi yang tepat, maka perbedaan dan pertentangan dalam organisasi harus dapat dicegah. Oleh karena itu bila perbedaan dan pertentangan tersebut masih saja terjadi

maka koordinasi tersebt belum mencapai sasarannya.

3) Menyeimbangkan Secara Tepat Semua Kegiatan Dalam proses

Manajemen.

Dengan adanya koordinasi, berbagai kegiatan dalam proses manajemen dapat di ketahui dan diatur sedemikian rupa

18

(30)

19

sehingga tercapai keseimbangan yang tepat. Dengan keseimbangan yang sedemikian itu usaha-usaha dalam mencapai

tujuan organisasi akan lebih efisien dan efektif.

Ketiga sifat koordinasi diatas sangatlah penting agar suatu koordinasi bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang akan di

capai. Karena suatu koordinasi diperlukan pertukaran informasi yang kontinyu disertai kesediaan berkompromi dan

memperbaikinya untuk kepentingan perusahaan. Banyak orang melihat koordinasi adalah sama dengan tujuan manajemen dan

bukan menjadi bagian daripada manajemen.

e. Fungsi-fungsi Koordinasi

fungsi-fungsi tambahan sebagai hal yang fundamental didalam

proses manajemen, termasuk didalamnya adalah pemberian wewenang, berkomunikasi, berkonsultasi, mengadakan evaluasi dan

intregrasi, pengukuran dan mengukur dan menyusun spesifikasi tugas-tugas tersebut.19

Keharmonisan dan keserasian ini haruslah selalu diciptakan baik

terhadap tugas-tugas yang bersifat teknis, komersial, finansial, personalia maupun administrasi. Dengan terciptanya koordinasi kerja

tersebut maka beban-beban antar bagian akan menjadi seimbang, dan dengan adanya keseimbangan beban maka beban antar bagian akan menjadi seimbang, dan dengan adanya keseimbangan beban maka

19

(31)

20

keadaan atau suasana organisasi sebagai keseluruhan akan menjadi selaras.

Keselarasan tersebut akan membawa akibat terjadinya kewajiban di dalam melaksanakan tugas serta mencapai tujuan. Oleh karena

itulah maka koordinasi ini juga merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang sering disebut sebagai “Tiga S” yaitu singkatan dari20

: 1) Serasi, yang dimaksud dengan kata serasi adalah suatu

perbandingan yang cocok antara beban tugas dengan pelaksanaan tugasnya yang masing-masing bagian dalam unit

organisasinya guna merealisasi tujuan/ sasaran organisasinya. 2) Selaras, yang dimaksud selaras adalah adanya suatu

sinkronisasi terhadap karyawan dan manager tentang hal-hal

yang mereka pikirkan dan mereka hendaki dalam melaksanakan tugas yang diberikan dari masing-masing bagian

dalam unit-unit organisasinya yang guna merealisasikan tujuan / sasaran organisasinya.

3) Seimbang, yang dimaksud dengan seimbang adalah adanya

pembebanan yang proposional serta tentang sinkronisasi pelaksanaan tugas dimasing-masing bagian dalam unit

organisasinya guna merealisasi tujuan/sasaran organisasi dengan pelaksanaan tugas tersebut.

20

(32)

21

Tiga S ini dalam pelaksanaan koordinasi kerja untuk lapisan bahwa sering di lengkapi dengan dua S lagi sehingga menjadi

lima S yaitu:

1) Seragam yag dimaksud seragam adalah adanya kesamaan prinsip dasar dalam pelaksanaan kerja atau tugas-tugas.

Keseragaman akan mengakibatkan kemudahan dalam pelaksanaan maupun pengawasannya. Koordinasi pada

tinngkat menengah dan tingkat kebawah pada umumnya memerlukan keseragaman disamping untuk memudahkan

pelaksanaan dan pengawasan pada umumnya dimaksudkan untuk meningkatkan efesiensi atau penghematan ongkos bagi masing-masing bagian dalam unit organisasi dalam rangka

merealisasi tujuan/sasarannya.

2) Serempak, yang dimaksudkan serempak adalah adanya

pelaksanaan tugas bagi berbagai atau seluruh bagian dalam unit organisasi yang harus dijalankan secara bersama-sama serta dalam waktu yang bersamaan pula. Hal ini akan

membuat pelaksanaan tugas dapat terkoodinasi sehingga dimana saja dalam organisasi akan dapat dengan mudah untk

digerakkan searah serta sejalan dengan usaha untuk merealisasikan pencapaian tujuan/sasaran organisasi yang

(33)

22

Jika suatu koordinasi bisa menciptakan keadaan yang sering dengan 5 S, maka suatu koordinasi akan lebih mudah tercapai.

Dan tugas-tugas akan dapat terselesaikan dengan lebih efektif dan lebih efisien.

Dan begitu pula jika dalam suatu organisasi yang terkoordinir

dengan baik maka akan terdapat kebaikan-kebaikan sebagai

berikut:21

a. Setiap bagian departemen dapat bekerja dengan beban yang tidak terlampau berat. Hal ini dapat dibayangkan sebagai adanya keseimbangan antara waktu kerja dengan waktu

istirahatnya. Dengan adanya koordinasi kerja yang baik maka akan terdapat pemerataan beban tugas-tgas kepada seluruh

bagian atau departemen didalam organisasi tersebut, oleh karena itulah maka akan terjadi keseimbangan dan

keselarasan bagi segenap unsur dalam organisasi.

b. Setiap bagian departemen akan memperoleh informasi yang jelas tentang peranan mereka dalam partisipasinya terhadap

pencapaian tujuan bersama. Disamping itu mereka akan tahu persis tentang apa peranan bagian lain dalam organisasi

sehingga mereka mereka dapat memberikan saran-saran serta

21

(34)

23

komentar-komentar terhadap kemungkinan-kemungkinan ketidakserasian antar bagian yang mungkin terjadi.

c. Skejul kerja bagi seluruh bagian akan dapat saling terkait sehingga akan dapat menjamin penyelesaian pekerjaan tepat

pada waktunya.

Untuk menciptakan ketiga hal diatas, memerlukan pengaturan yang baik agar beban dapat disebarkan secara merapat dan

seimbang. Pengetahuan yang luas terhadap masing-masing bagian akan dapat memahami bagian yang lain dan sebagiannya.

2. Koordinasi Dalam Perspektif Islam a. Koordinasi dalam Persefektif Islam

Ajaran islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk

melakukan segala sesuatu sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Hal ini dinyatakan dalam surat ash-Shaff:4. Uucapan ali bin abi thalib

yang sangat terkenal,

{ اظنب لط ابلا هب حئ اظن لب قحلاا }

Artinya: “Hak atau kebenaran yang tidak diorganisir

dengan rapi, bisa dikalahkan oleh kebatilan yang lebih

terorganisir dengan rapi” 22

Berdasarkan perkataan ali diatas, dapat disimpulka bahwah pengorgaisasian sangatlah urgen, bahkan kebatila dapat mengalahkan

22 Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani

(35)

24

sesuatu kebenaran yang tidak terorganisir. Dalam sebuah hadist,

Rasulullah saw. Bersabda,

{ هنقتي ا ل علا ك دحا ل ع ا ا بحى هلاا ا }

ينا بطلا او ر

Artinya: “allah sangat mencintai jika seseorang melakukan

perbuatan yang terutama dilakukan dengan itqan

(kesungguhan dan keseriusan).”23

Kesungguhan dan keseriusan dalam hal ini termasuk kesungguhann

dan keseriusan mengorganisasi suatu kegiata. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mubarok.

“jika anda ingin melakukan sebuah perbuatan atau

pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya. Jika perbuatan atau pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya, jika perbuatan itu baik, teruskanlah, dan jika perbuatan itu

jelek, maka berhentilah.” (HR Ibnu Mubarok).24

Pesan untuk memikirkan akibat dari suatu perbatan merupakan larangan untuk melakukan sesuatu tanpa sasaran yang jelas, tanpa organisasi yang rapi, dan tanpa tujuan yang jelas.

Organisasi dalam pandangan islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan

dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi, tentu ada pemimpin dan

bawahan.25

23

Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani Press. Jakarta. Hal 100

24 Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani

Press. Jakarta. Hal 101

25

(36)

25

3. Tinjauan Tentang Penyewaan. a. Pengertian Penyewaan.

Penyewaan adalah sebagai peminjaman jasa atau barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang

berlaku didalam organisasi tersebut guna mencapai suatu tujuan.

Adapun barang yang disewa bermacam-macam, tarif dan lama sewa juga bermacam-macam. Contohnya: rumah umumnya disewa

dalam satuan tahun, mobil dan gedung dalam satuan hari, dll. b. Tujan dan fungsi penyewaan.

Pada dasarnya tujuan utama penyewaan adalah untuk memenuhi kebutuhan para konsumen, memperoleh laba dan meningkatkan taraf hidup. Adapun tujuan dan fungsi penyewaan adalah sebagai berikut :

1) Untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 2) Untuk menjalankan fungsi perekonomian.

3) Mendapatkan keuntungan dari masing-masing pihak yaitu penyewa dan pemberi sewa.

4) Penyewa tidak perlu membeli suatu barang atau hanya

sebagai pemakai saat membtuhkan saja.26

4. Teori Manajemen Masjid

a. Pengertian Manajemen Masjid.

Masjid bagi umat islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan baik makna fisik maupun makna spritual. Kata masjid itu

26Era Sari Munthe, “

(37)

26

senderi dari kata sajadah-yasjuduh-masdjidan (tempat sujud). Kata masjid di dalam Al-Qur’an telah di ulang sebanyak dua puluh

delapan kali. Kata-kata masjid banyak di singgung dalam Al-Qur,an dan hadist, seperti yang tercantum dalam QS. An-Nuur (24) :36 yang

menyatakan:

اا ْااو ِود ْلاب اي هل ِب ي ه ْاا اي كْ يو ْ ْ ُ و ب ي Artinya: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut

nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.”27

Berdasarkan ayat diatas bahwasannya masjid adalah rumah allah, di sanalah umat nya disarankan untuk mengingat dzikir, mensyukuri atas nikmat allah dan menyembahnya dengan khusyu’ serta

memakmurkannya.

a. Peranan Masjid.

Di indonesia, di manapun tempatnya kita dapat dengan segera

menemukan bangunan masjid, karena telah banyak jumlah masjid yang didirikan. Keberadaan masjid menjadi indikator bagi

perkembangan agama islam. Masjid di indonesia kebanyakan masih perperan dan berfungsi seperti yang diajarkan rasullaallah SAW yaitu sebagai tempat penyebaran dan pendidikan islam. Namun di

singapura ada masjid berubah fungsi, berperan sebagai tempat wisata.

(38)

27

Dari berbagai kejadian dan pengalaman yang terus berlangsung, bisa dikatakan bahwah masjid bisa berperan sebagai berikut:28

1) Pusat kegiatan umat islam, baik kegiatan sosial, pendidikan, politik, budaya, dakwah maupun kegiatan ekonomi. Umat islam

sering memanfaatkan masjid sebagai pusat segala kegiatan. Kegitan sosial yang diselenggarakan di masjid adalah kegiatan temu remaja islam yang membicarakan problem sosial yang

dihadapi, selain hal-hal yang menyangkut pendalaman masalah ibadah. Masjid juga dimanfaatkan untuk pengembangan kegitan

ekonomi seperti baitul mal, koperasi masjid dan pengumpulan shadaqoh, infaq dan zakat, dll.

2) Masjid Sebagai Lambang Kebesaran Islam

Masjid haram dilambangkan sebagai pusat kebesaran islam, dimana di dalamnya terdapat ka’bah sebagai kiblat umat islam di

seluruh dunia. Sedangkan masjid istiqlal jakarta dijadikan lambang kebesaran umat islam di indonesia.

3) Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Ilmu

Para remaja yang sudah mulai menyadari masa depannya, membentuk ikatan remaja masjid dengan berbagai kegiatan,

termasuk di antaranya mendirikan perpustakaan, mengadakan kursus-kursus atau les bagi anak-anak SD sampai SMA.

28

(39)

28

Banyak anak lulusan SMA akrab dengan masjid dalam menuntut ilmu pengetahuan di sana.

Sebagi pusat pengembangan ilmu, baik ilmu dunia maupun ahirat masjid berperan sangat besar. Banyak masjid yang sudah dilengkapi dengan berdirinya taman pendidikan al qur’an

(TPA), perpustakaan masjid dan tempat penyelenggaraan kursus-kursus lain, seperti kursus elektronika, komputer, radio,

tv atau kursus bahasa asing. Inilah suatu cara memakmurkan masjid, dimana anak-anak belajar, sementara orang tua yang

menunggu melakukan kegiatan memakmurkan masjid seperti adanya pengajian atau melakukan tadarus Al-Qur’an.

b. Fungsi masjid

Jika diamati secara seksama, jumlah masjid di indonesia cukup banyak dan beraneka ragam kegiatan yang dilakukan. Banyak pula ditemukan masjid besar, tetapi sepi jama’ah. Tidak jarang pula

ditemukan masjid kecil, namun selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatannya seperti kegiatan perpustakaan, olah raga, pengajian,

poliklinik, baitul mal wattamwil dan lain sebagainya.

1) Tempat untuk Melakukan Ibadah

Sesuai dengan artinya masjid sebagai tempat bersujud sering

(40)

29

baik ibadah shalat dan ibadah yang lainnya, termasuk seperti sholat jum’at, sholat tarawih, shalat ied dan shalat-shalat jama’ah

lainyaserta iktiqaf.

Tempat untuk Melakukan Kegiatan Pendidikan Keagamaan. Pendidikan keagamaan banyak di selenggarakan di masjid-masjid jika masyarakat di sekitar masjid-masjid belum memiliki

lembaga pendidikan secara khusus. Di masjid-masjid belum memiliki lembaga pendidikan secara khusus. Di masjid-masjid, setelah ba’dah magrib, sering diselenggarakan pengajian anak

remaja. Pada malam jum’at, umumnya diselenggarakan

pengajian orang tua.

Di beberapa masjid yang cukup besar, bahkan terdapat pula lembaga pendidikan keagamaan, seperti kursus bahasa arab,

kursus khatib dan masih ada kajian keagamaan lainya. 2) Tempat Bermusyawarah Kaum Muslimin

Pada zaman rasullallah, masjid berfungsi sebagai

tempat yang nyaman untuk membahas masalah sosial yang sedang menjadi perhatian masyarakat pada waktu itu.

Dijaman sekarang, barangkali sangat berguna bagi masyarakat untuk memusyawarakan maslah sosial, kenakalan remaja dan narkoba.

(41)

30

Masjid sering dijadikan sebagai tempat berkonsultasi kaum muslimin dalam menghadapi

permasalahan-permasalahan, seperti masalah ekonomi, budaya dan politik. Tidak mengherankan, jika suatu masjid

juga memiliki yayasan lembaga konsultasi psikologi, bisnis, kesehatan, dan keluarga.

Sebagai tempat konsultasi, masjid harus memberikan kesan,

bahwah masjid bisa membawa kesejukan dan masa depan masyarakat yang lebih cera. Sebagai tempat berkonsultasi,

masjid mampu menyediakan atau menghasilkan ahli-ahli dalam bidangnya.

Masjid bisa berperan untuk konsultasi masalah pendidikan

anak, misalkan perlunya konsultan psikologi yang bisa berpraktek seminggu sekali untuk penanganan anak yang

bermasalah dalam belajar, masalah anak kurang berprestasi dan masalah anak lain.

4) Tempat Kegiatan Remaja Islam

Pada beberapa masjid, terdapat kegiatan remaja masjid dengan kegiatan yang bersifat keagamaan, sosial dan keilmuan

melalaui bimbingan pengurus masjid. Namun demikian bahwah, belum seluruh masjid di manfaatkan oleh para remaja islam secara oktimal, misalnya dengan membentuk kelompok

(42)

31

remaja islam, kelompok studi group islam, dan masih bayak kegiatan lain yang dilakukan.

5) Tempat Penyelenggaraan pernikahan.

Masjid sebagai tempat ibadah, juga bermanfaatkan sebagai,

tempat penyelengaraan acara pernikahan oleh kaum muslimin. Penyelenggaraan pernikahan ( akad nikah) di masjid, lebih mencerminkan suatu peristiwa keagamaan dibandingkan

dengan peristiwa budaya atau sosial. Peristiwa ini belum banyak di pahami oleh kaum muslimin sendiri, karena para

pemimpin islam belum mendorong pada pemanfaatan masjid untuk tempat pernikahan.

Ada beberapa alasan masjid belum dimanfaatkan untuk

(43)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.Menurut Bog dan Taylor penelitian kualitatif sebagai berikut :

“metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat

diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri.Pendekatan ini

langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar itu

secara keseluruhan; subjek penyelidik, baik berupa organisasi

ataupun individu, tidak dipersempit menajadi variable yang

terpisah atau menjadi hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian

dari keseluruha”.

Metode ini dapat digunakan untuk menggungkap dan memahami apa yang terletak dibalik fenomena apa saja yang sedikit belum diketahui.

Metode kualitatif dapat memberikan secara detail fenomena yang ruwet yang sulit untuk disampaikan dengan metode kuantitatif.

Dengan lain kata, metode kuantitatif lebih menekankan pada usaha mengidentifikasi hubungan-hubungan kasual yang biasanya diproses melalui rumus-rumus statistic (angka). Sementara metode kualitatif cocok

(44)

33

(ucapan), perilaku, atau dokumen, dan tidak pernah dianalisis dengan rumus-rumus statistic, tetapi dalam bentuk narasi.Oleh karena itu peneliti

ingin menggambarkan atau menguraikan bagaimana Koordinasi Penyewaan Gedung Al Akbar Surabaya.29

B. Lokasi Penelitian

Dalam sasaran penelitian ini, ada dua hal yang akan dijelaskan yaitu mengenai objek penelitian dan wilayah penelitian. Objek yang akan

dituju dalam penelitian ini adalah masalah yang berkaitan dengan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar. Sedangkan, lokasi yang

dijadikan objek atau sasaran dalam penelitian ini beralamat di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa Timur. Nomer Telpon (031)8289755.

C. Jenis dan Sumber Data

Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber.Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sekunder.

Mampu memahami dan mengidentifikasi sumber data akan dapat memudahkan peneliti untuk memilih metode pengumpulan data yang tepat guna dan hasil guna dan memudahkan melakukan pengumpulan data.30

Untuk itu jenis dan sumber data dalam penelitian ini, sebagai berikut: a. Jenis Data

1) Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek peneliti dengan menggunakan alat pengukur atau alat

29

Rulam Ahmadi, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-ruzz Media, Yogyakarta, hal. 12-14.

30

(45)

34

pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.31 Yang termasuk di dalam data primer

yaitu subyek atau orang dan tempat. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah Kabag Masjid Al Akbar

Surabaya serta Pengurus Pengelola Gedunng Masjid Al Akbar Surabaya yang datanya didapat dengan melalui wawancara secara langsung.

2) Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan

kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.32

Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu mencari

data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, internet, dokumen dan karya tulis ilmiah.Data sekunder ini

merupakan data pendukung atau sebagai data pelengkap dari data primer.Data yang termasuk ke dalam data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan koordinasi

penyewaan gedung masjid al akbar surabaya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah medapatkan

31

Syaifuddin, 2010, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 91.

32

(46)

35

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standard yang ditetapkan. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni :

1. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan

dengan sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau menggunakan pedoman wawancara teknik ini digunakan

untuk memperoleh data tentang:

a) Bentuk-bentuk Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.

b) Tujuan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.

c) Resiko atau kendala apa yang sering di hadapi dalam melakukan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.

d) Adapun yang akan dijadikan informan atau sumber data dalam penelitian ini:

(47)

36

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen dan cenderung menjadi data sekunder. Pemakaian dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,agenda dan lain sebagainya.

a) Kegiatan yang berlangsung dalam mengamati kegiatan

Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya. b) Benda mati yang bisa dijadikan bukti atau media penunjang

pengamatan di Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya. E. Teknik Validitas Data

Pada bagian ini diteaknkan adalah validitas dari interpretasi.

Kemampuan menggambarkan temuan kebenaran.Hal ini bisa tidak tepat jika peneliti menerima pentingnya keadaan dan kebenaran dengan begitu

saja. Agaknya, validitas akan dinilai dengan keadaan yang terlihat secara baik dan penggambaran secara tepat data yang dikumpulkan. Dalam term validitas dipresentasikan analisis, kemudian cerminan yang diperlukan

adalah:

1. Pengaruh yang kuat dari desain penelitian dan pendekatan analisis

pada hasil yang dipresentasikan.

(48)

37

3. Hasil yang dipresentasikan luasannya mewakili secara keseluruhan dan berkaitan.

4. Menggunakan data asli yang memadai dan sistematik (contoh penggunaan kutipan bukan hanya berasal dari orang yang sama)

yang dipresentasikan dari analisis, dengan demikian pembaca yakin bahwa intrepretasi data terkait dengan data yang dikumpulkan.

Cara lain menggambarkan reliabilitas dan validitas:

1. Triangulasi data, data yang dikumpulkan melalui umber majemuk

untuk memasukkan dat pengamat, wawancara, dan diskusi kelompokterfokus.

2. Pemeriksaan anggota, informan akan berperan sebagai pemeriksa

sepanjang proses analisis.

3. Pengamatan jangka panjang dan berulang di lokasi penelitian,

pengamatan tetap dan terus berulang. 4. Klarifikasi prasangka peneliti.

5. Mempertimbangkan masalah-masalah dari masukan informan.

6. Menyediakan alasan untuk keputusan mereka untuk menyediakan masukan atau tidak.

(49)

38

8. Menjelaskan bagaimana masukan dari informan telah digunakan dalam analisis dan interpretasi data.33

F. Teknik Analisis Data

Dalam pendekatan kualitatif sangat berbeda dengan pendekatan

kuantitatif, terutama dalam penyajian data atau analisis data. Menurut

Matthew B. Miles, psikologi dan pengembangan dan Michel Huberman

ahli pendidikan dari University of Geneva, Switzerland, (Miles dan

Huberman, 1992:15-21) analisis kualitatif, data yang berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam

aneka macam cara yaitu pengamatan terlibat, wawancara semi terstruktur, dan selanjutnya diproses melalui perekaman, pencatatan, pengetikan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya

disusun ke dalam teks yang diperluas.

Analisis, menurut Matthew dan Michael dibagi dalam tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan. Ketiga alur yang dimaksud adalah:

1. Reduksi data, alur ini diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data

yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverefikasi.

33

(50)

39

2. Penyajian data, penyajian yang dimaksud adalah sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkian adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan

3. Penarikan kesimpulan, dari permulaan pengumpulan data, peneliti

mulai mencari arti benda-benda, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan

catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan sponsor.

34

Gambar 3.2 Teknik Analisis Data

G. Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Pralapangan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Menyusun rencana penelitian secara fleksibel (Penyususnan rancangan penelitian adalah berupa usulan penelitian yang

diajukan kepada ketua Prodi Manajemen Dakwah, yang berisi tentang latar belakang masalah, fenomena yang terjadi

34

(51)

40

dilapangan, problematika yang berisi tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian).

b. Memilih lapangan penelitian (Adapun lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Masjid Al Akbar Surabaya.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan penggalian data atau informasi tentang objek penelitian yang akan diteliti. Kemudian, ada ketertarikan yang

timbul dalam diri peneliti untuk menjadikan sebagai objek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin ilmu peneliti

selama ini.)

c. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

d. Menjajaki dan menilai lapangan (melakukan studi pendahuluan).

1) Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup peserta penelitian.

2) Memahami pandangan hidup peserta penelitian.

3) Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat atau latar penelitian.

(52)

41

selaku Kabag Masjid Al Akbar Surabaya dan responden 2 selaku pengurus pengelola gedung masjid al akbar surabaya.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat-alat tulis, kamera, tape recorder, bahkan jas hujan dan payung jika

diperlukan serta peralatan-peralatan lain yang dapat mendukung kelancaran penelitian di lapangan (menentukan dan membuat instrumen penelitian).

g. Memerhatikan etika penelitian. Peneliti harus dapat menjaga etika penelitian. Kehadiran peneliti, meskipun sedang

melakukan penelitian secara partisipatif, jangan sampai merusak suasana.

2. Tahap pekerjaan lapangan

pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Memehami latar penelitian di mana peneliti harus:

1) Membatasi latar penelitiannya.

2) Menjaga penampilan. Peneliti kualitatif selalu tampil sederhana, paling tidak menyesuaikan diri dengan lapangan

dan informan.

b. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Meskipun peneliti

harus akrab dengan informan atau anggota penelitian yang lain, peneliti harus mengetahui batas-batas hubungan antara dirinya dengan informan. Ini penting untuk menghindari subjektivitas

(53)

42

c. Jangka waktu penelitian. Peneliti harus menjelaskan kepada informan atau anggota penelitian berapa lama penelitiannya

akan dilakukan.

d. Memasuki lapangan (melakukan penelitian di lapangan dengan

memperhatikan etika penelitian).

e. Keakraban hubungan. Peneliti harus bisa menjalin hubungan secara akarab dengan informan atau dengan anggota peneliti

yang lain. Apabila kehadiran peneliti masih dianggap tamu atau orang asing ditempat penelitian yang dilakukan, ia akan sulit

menemukan data secara holistik (terperinci dan mendalam). f. Mempelajari bahasa yang digunakan oleh anggota penelitian.

Untuk memudahkan komunikasi di lapangan selama penelitian

berlangsung, peneliti harus mempelajari bahasa yang digunakan oleh informan.

g. Peranan peneliti. Apabila data dikumpulkan dengan cara observasi secara terlibat atau penelitian secara partisipatif, maka peneliti dituntut untuk berperan sambil mengumpulkan

data.

h. Pengarahan batas penelitian. Peneliti harus menjelaskan kepada

(54)

43

i. Mencatat data. Ini dilakukan selama peneliti melakukan penelitian di lapangan, sambil berperan serta atau apa saja yang

dilihat (ditemukan) berkenaan dengan latar penelitian.

j. Petunjuk tentang cara mengingat data. Buatlah catatan

secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan. Untuk lebih memudahkan peneliti mengingat data, peneliti harus membuat kode-kode tertentu berkenaan data yang akan dikumpulkan.

Hal ini mengingat data yang dikumpulkan dari lapangan.Apalagi data hasil wawancara merupakan data yang

luas dean banyak. Bahkan kadang-kadang data itu tidak berkenan sama sekali dengan fokus yang diteliti. Lebih jelas tentang pengkodean dibahas pada bab tentang penyajian data.

k. Kejenuhan, keletihan, dan istirahat. Oleh karena penelitian kualitatif menuntut keberadaan peneliti di lapangan yang

relatif lama, apalagi jika selalu berhadapan dengan situasi yang monoton dan frekuensi penelitian yang intensif, terkadang menimbulkan keletihan dan kejenuhan. Untuk itu peneliti harus

mengatur waktu penelitiannya dan mengatur waktu untuk istirahat. Artinya peneliti harus menentukan waktunya

melakukan penelitian dan kapan waktunya istirahat.

l. Meneliti suatu latar yang didalamnya terdapat pertentangan. Terkadang fenomena yang diteliti menunjukkan pertentangan

(55)

44

menentukan benang merah yang mempertemukan antara konteks yang diteliti dengan fenomena yang muncul di

lapangan.

m. Analisis di lapangan. Seperti telah disebutkan dalam perbedaan

penelitian kualitatif dan kuantitatif diatas, bahwa analisis data penelitian kualitatif dilakukan semenjak peneliti masih mengumpulkan data di lapangan.Data yang telah dikumpulkan

dan dituangklan dalam bentuk laporan lapangan, harus segera dianalisis. Hal ini akan dapat mengungkapkan :

1) Data apa yang masih perlu dicari atau belum dikumpulkan. 2) Hipotesis apa yang harus diuji.

3) Pertanyaan apa yang harus dan belum dijawab.

4) Metode apa yang harus digunakan untuk mencari informasi baru.

5) Kesalahan apa yang harus diperbaiki. Analisis ini juga perlu dilakukan untuk mendorong peneliti menulis laporan secara

berkala.35

35

(56)

45

Bab IV

Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Masjid Al-Akhbar Surabaya

Masjid Nasional Al Akbar. Atau bisa disebut Masjid Agung Surabaya merupakan masjid terbesar dan termegah di jawa timur , masjid Al Akbar ini berlokasi di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa

Timur. Semua bangunan masjid Al-Akhbar surabaya mempuyai filosofi nya. Kubah besar yang berjumlah lima kubah yang diatas masjid Al-Akhbar surabaya mempunyai filosfi tentang pancasila,

kemudian kubah yang kecil-kecil menggambarkan tentang rukun islam dan rukun iman, begitu pula dengan masjid Al-Akhbar yang tingginya

99 meter menggambarkan asmaul khusna.

Secara fisik, luas bangunan dan fasilitas penunjang MAS adalah

22.300 meter persegi, dengan rincian panjang 147 meter dan lebar 128 meter. Bentuk atap MAS terdiri dari 1 kubah besar yang didukung 4 kubah kecil berbentuk limasan serta 1 menara. Keunikan bentuk kubah

MAS ini terletak pada bentuk kubah yang hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi sekitar 27 meter. Untuk

(57)

46

dalam ruangan masjid tinggi dan besar dan mihrabnya adalah mihrab masjid terbesar di Indonesia.36

Begitupun dengan nama-nama gedung yang ada di masjid Al-Akhbar surabaya di berikan nama-nama yang ada di kota mekah

yaitu, gedung As-Shoffah, gedung Al-Marwah, dan gedung Mudzhalifah, dan ditengah-tegah gedung itu ada air mancur yang di namai air mancur zam-zam, dll. Jadi semua gedung-gedung yang ada

di masjid Al-Akbar surabaya nama nya di ambil yang ada di kota mekah. Penuturan bapak H. Hendro.37

Masjid nasional al akbar selain sebagai sarana ibadah juga berfungsi sosial khususnya yang berdimensi spritual. seperti penyelenggaraan sarana akad nikah dan penyantunan kaum dhuafa

dan generasi mudah. Kesemuanya memerlukan penyediaan fasilitas yang memedai. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, manajemen

berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Maka manajemen masjid menyewakan fasilitas gedung-gedung yang ada di masjid al akbar untuk akad nikah, resepsi

pernikahan, seminar, manasik haji, tabligh akbar.

36Wikipedia bahasa indonesi,”

Masjid Al-akhbar Surabaya”, Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses

pada 9 April 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Al-Akbar.

37

(58)

47

2. Letak geogarafis

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya berdiri di sebuah area yang

terletak antara dua wilayah yaitu Kecamatan Jambangan dan Kecamatan Gayungsari Surabaya tepatnya di jl. Masjid Al-Akbar

Timur No.I Pagesangan Surabaya . Posisi masjid ini berada di wilayah pinggir kota Surabaya samping jalan tol surabaya-sidoarjo, sehingga sangat mudah diakses oleh warga Surabaya maupun masyarakat

sidoarjo dan masyarakat luar kota juga banyak yang tertarik untuk berkunjung di Masjid Al Akbar.

3. Tujuan Penyewahan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.

Untuk memenuhi kebutuhan umat muslim akan kebutuhan gedung pertemuan di surabaya dan sekitarnya yang representif, maka

manajemen masjid al akbar surabaya menawarkan ruang As Shofa, Al Marwah, Muzdhalifah serta beberapa ruangan yang ada di lingkungan

masjid al akbar surabaya untuk kegiatan akad nikah, resepsi pernikahan, manasik haji, tabligh akbar yang bersifat umum. Namun dengan tetap memperhatikan dan selalu menjaga citra masjid.38

4. Visi ,Misi Dan Motto, Nilai a. Visi

Masjid nasional terdepan dalam penyelenggaraan peribadatan, dakwah dan syiar Islam, pendidikan, sosial budaya,

38

(59)

48

dan manajemen, menuju masyarakat yang berakhlak mulia sesuai ajaran Islam.

b. Misi

1) Penyelenggaraan ibadah dakwah dan syiar Islam.

2) Pengembangan pendidikan Islam. 3) Pengembangan sosial budaya Islam.

4) Mewujudkan manajemen masjid yang handal.

5) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia. c. Motto

1) Motto"Ikhlas Profesional",Motto ini mengandung arti bahwa: Pengelolaan MAS berorientasi pada ibadah semata-mata mencari ridha Allah SWT, ditangani oleh tenaga-tenaga yang

ahli di bidang masing-masing. d. Nilai

1) Nilai Nilai yang dipedomai manajemen dan karyawan MAS adalah Amanah, Istiqomah, Uswah, Masiuliah dan Lijami il-Unmmah Amanah berarti dipercaya dalam mengemban visi

dan misi MAS Istiqamah berarti konsisten dalam mengemban visi dan misi yang telah ditetapkan, dengan terus mengadakan

inovasi. Uswah berarti menjadi teladan masjid-masjid lain dalam berbagai aspek. Masuliah berarti dalam setiap langkah dan keputusan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan

(60)

49

ibadah dapat diterima oleh semua umat berarti Islam, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

5. Struktur Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

Gambar 4.1. Struktur Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

6. Susunan Pengurus Manajemen Masjid

Direktur Utama : Drs. H. Endro Siswantoro, Msi. Wakil Direktur Utama : Ir. H. Moch. Djaelani, MM.

Direktur Idarah : Drs. H. Kasno Sudaryanto.

(61)

50

Direktur Imaroh/ijtimaiyyah : Prof. DR. H. Ahmad Zahro, MA. Direktur Shiyanah : Ir. H. Rinto Harno.

Kabag pemeliharaan : Ir. H. Soewono.

Kabag administrasi dan Umum : Dra. Hj. Siti Mardikaningsih.

Kabag Perencanaan : Ir. H. Moerhanniono, MD. Kabag Keuangan : Drs. Ec. H. Tjahja Gunawan. Kabag PAM : H. Achmad Nasikun, SIP.

Kabag Humas : Drs. H. Helmy M Noor.

Bagian Muslimah : Dr. Hj. Hasniah Hasan, Msi.

Bagian Sosial & ZIS : Drs. H. Ghufron Ihsan, Mpdi. Bagian Ibadah & Dakwah : H. Wahno Sucipto S. Ag.

7. Job Deskripsi dan Fungsi Badan Pengelola Masjid Nasional Al Akbar Surabaya

a. Dewan Pendiri :

1) Merencanakan pengembangan masjid.

2) Memberikan bimbingan dan pengarahan secara rutin kepada dewan redaksi

b. Dewan Pembina:

1) Menetapkan kebijakan umum pengelola Masjid Nasional

Al-Akbar Surabaya.

2) Mengangkat dan memberhentikan anggota dewan direksi. 3) Mengesahkan program kerja 4 tahun di Masjid

(62)

51

c. Dewan Penasehat:

1) Memberikan pertimbangan tentang pengembangan fisik dan

sarana Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

2) Memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan administrasi dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

d. Dewan pengarah:

1) Memberikan arahan kepada dewan direksi tentang pengembangan fisik dan sarana Masjid Nasional Al-Akbar

Surabaya.

2) Memberikan arahan kepada dewan direksi dalam pelaksanaan kegiatan administrasi, dan segala sesuatu yang berkaitan

dengan pengelolaan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. e. Dewan Pengawas

Melakukan kepada dewan direksi dalam menjalankan kegiatan, baik yang terkait dengan asministrasi keuangan, pengembangan fisik maupun tata laksanaya.

f. Imam Besar

Menyusun dan memberikan tutunan cara-cara pelaksanaan

ibadah, baik ibadah wajib, sunnah, maupun kegiatan-kegiatan lain sesuai ajaran agama islam. g. Dewan Direksi

Gambar

Gambar 4.4 Simbol Presmian Al Marwah ...........................................59
Gambar 3.2 Teknik Analisis Data
Gambar 4.1. Struktur Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya
Gambar 4.2 Simbol Presmian Gedung As-Shofa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil yang diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah Praktik Manajemen Keuangan pada LAZ Masjid Al-Akbar Surabaya telah berjalan dengan baik

Penelitian ini mengambil Remaja Masjid al-Akbar Surabaya sebagai objek penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses pengambilan keputusan stratejik program

Perkembangan perekonomian para mustahiq penerima dana zakat produktif di Lembaga Amil Zakat Masjid Al-Akbar Surabaya dapat disimpulkan bahwa rasio pemanfaatan dan

Dari pemaparan hasil penelitian tentang kendala Implementasi Sistem Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya diketahui bahwa

Ibu Siti Rohmawati adalah seorang nasabah yang bekerja sebagai guru KB-RA di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Ibu Siti Rohmawati datang menemui bagian pembiayaan KJKS

Penerapan elemen hias pada interior Masjid Al Akbar Surabaya sudah sesuai dengan aturan-aturan Islam, yang berarti merancang ruang ibadah sebagai proses perwujudan konsep

Terdapat perbedaan pos-pos akun dari laporan neraca masjid Al Akbar Surabaya dengan laporan posisi keuangan yang telah disesuaikan dengan PSAK No.45 dan belum

Perbedaan keinginan dan minat masyarakat mempunyai keinginan membayar zakat karena kepercayaan pada lembaga amil zakat Masjid Al Akbar Surabaya bahwa dana yang di salurkan