KOORDINASI PENYEWAAN GEDUNG MASJID AL-AKBAR SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos), Bagi Prodi Manajemen Dakwah
Oleh:
Mohammad Adib NIM. B04212014
JURUSAN DAKWAH
PRODI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Mohammad Adib, 2016. Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya.
Fokus masalah yang diteliti adalah bagaimana koordinasi penyewaan gedung masjid al-akbar surabaya ?
Untuk menjawab permasalahan tersebut, metode yang digunakan adalah metode Penelitian kualitatif.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena bisa mendapatkan data yang lebih mendalam, terpercaya, dan bermakna, sehingga peneliti bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara, dan dokumentasi.
Dalam mengkoordinasi penyewaan gedung petugas pengelola gedung masjid menerapkan serangkaian tindakan, pedoman dalam pelaksanaanya dan waktu yang perlu dilakukan dalam mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dalam penyewaan gedung. Sehingga dapat menghasilkan kordinasi yang bersifat Dinamis, mencegah timbulnya perbedaan dan pertentangan antar devisi, serta menyeimbangkan secara tepat semua kegiatan dalam proses penyewaan gedung masjid.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...iii
MOTTO………....……....iv
PERSEMBAHAN………....…….......v
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ………...vi
ABSTRAK ...vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR GAMBAR ...xiv
BAB I : PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Konsep ...8
F. Sistematika Pembahasan ...10
BAB II : KAJIAN TEORITIK... 12
A. PenelitianTerdahulu yang Relevan ...12
1. Pengertian Koordinasi...14
2. Koordinasi dalam Perspektif Islam...23
3. Tinjauan Tentang Penyewaan...25
5. Teori Manajemen Masjid... ...25
BAB III : METODE PENELITIAN ...32
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...32
B. Lokasi Penelitian...33
C. Jenis dan Sumber Data ...33
D.Teknik Pengumpulan Data...…...34
E.TeknikValiditas Data...36
F. TeknikAnalisis Data ... 38
G. Tahap-tahap Penelitian... 39
BAB IV: HASIL PENELITIAN...45
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...45
1. Sejarah Masjid Al-Akbar Surabaya...45
3. Tujuan Penyewaan Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya...47
4. Visi, Misi dan Motto, Nilai...47
5. Struktur Badan Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya...49
6. Susunan Pengurus Manajemen Masjid...49
7. Job Deskripsi danFungsi...50
8. Pendaftaran akad nikah dan .resepsi pernikahan...54
9. Infaq, Biaya Operasion l dan Fasilitas Akad Nikah...54
10. Infaq dan Fasilitas Penyelenggaraan resepsi Pernikahan...55
11. Pelaksanaan Akad Nikah dan Resepsi...62
B. Penyajian Data ... 62
1. Persewaan Gedung ...…...62
2. Koordinasi...64
3. Manajemen Masjid...68
C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) …..……….. .70
1. Analisa koordinasi penyewaan gedung...70
BAB V : PENUTUP ...80
A. Kesimpulan ...80
C. KeterbatasanPenelitian ...81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar4.1Struktur Badan Pengelola Masjid... 49
Gambar4.2Simbol Presmian Gedung Masjid ...57
Gambar4.3 Ruang pernikahan ruang As-Shofa... 57
Gambar 4.4 Simbol Presmian Al Marwah ...59
Gambar 4.5 Panggung Pernikahan Al Marwah... 59
Gambar 4.6 Ruang Rias Al Marwah...……... 60
1
Bab I
Pendahluan
A. Latar belakang
Masjid sebagai tempat beribadah umat islam memiliki fungsi yang
beragam, baik untuk mejalankan ibadah ukhrawi maupun ibadah duniawi. Masjid sebagai tempat sholat, dikunjngi oleh umat islam minimal 5 kali setiap hari. Dari sejak subuh di pagi hari sampai isya’ dimalam hari. Pada
setiap hari jum’at, umat islam berbondong-bondong mengunjungi masjid
untuk melaksanakan shalat jum’at. Dan ketika seorang muslim meninggal
duniapun, jenazahnyapun di sholatkan di masjid. Begitu pula ketika akan
menunaikan ibadah haji, keberangkatannya seharusnya berawal dari masjid juga. Kehidupan umat islam selalu berawal dari masjid dan
berakhir di masjid.
Perkembangan masjid di seluruh dunia menunjukkan peningkatan,
baik di dunia timur maupun barat. Di inggris misalnya, mulai tampak pembangunan masjid-baru sejalan dengan perkembangan islam disana. Di indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa, di setiap hari
kampung, desa, kecamatan bahkan di sekolah dan di kantor-kantor pemerintah dibangun masjid yang besar. Gejala ini menunjukkan
perkembangan yang positif dari fisik maupun kerohaniaan.
Adapun Pada saat ini umat islam terus menerus mengupayakan pembangunan masjid, baik di kota-kota besar, kota kecil maupun pelosok
2
kampus, di lingkungan pusat kegiatan ekonomi, baik di kantor-kantor pemerintah maupun di kantor-kantor swasta berdiri dengan megah
masjid-masjid dengan berbagai bentuk dan gaya arsitektur.1
Masjid juga tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan
kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi. Semuanya bisa berjalan dan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid
yang berdimensi duniawi kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan umat dan peradaban islam. Oleh karena itu, masjid harus
difungsikan sebagai wadah untuk menampung berbagai kegiatan sosial dan bukan hanya tempat untuk ibadah ritual saja.
Jika diamati secara seksama jumlah masjid di indonesia cukup
banyak dan beraneka ragam kegiatan yang dilakukan. Banyak pula ditemukan masjid yang besar, tetapi sepi jama’ah. Tidak pula banyak
ditemkan masjid kecil, namun selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan perpustakaan, olah raga, pengajian, poliklinik, baitul mal, wattamwil dan lain sebagainya.
Masjid sebagai tempat ibadah, juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyelanggarakan acara pernikahan oleh kaum muslimin.
Penyelenggarakan pernikahan (akad nikah) di masjid, lebih mencerminkan suatu peristiwa keagamaan dibandingkan dengan peristiwa budaya atau sosial. Peristiwa ini belum banyak dipahami di antara kaum muslimin
1
3
sendiri, karena para pemimpin islam belum mendorong pada pemanfaatan masjid untuk tempat pernikahan.2
Maka oleh karena itu perkembangannya, masjid juga tidak lagi hanya menjadi tempat untuk beribadah, namun pada jaman sekarang
masjid juga sudah merambat pada bisnis jasa penyewaan gedungnya untuk acara-acara tertentu. Beralih fungsi bukan hanya untuk beribadah semata, tetapi dari hal tersebut tidak menutup fungsi utamanya.
Karena pada jaman sekarang orang-orang yang banyak kita lihat dan jumpai saat melakukan resepsi pernikahan. Banyak dilaksanakan di
gedung-gedung. Oleh karena itu saat ini banyak masjid-masjid besar, seperti contohnya masjid Al-akbar Surabaya, selain sebagai sarana ibadah juga berfungsi sosial khususnya yang berdimensi spritual seperti
penyelenggaraan sarana akad nikah, resepsi pernikahan, pengajian akbar, dan ada juga untuk pembinaan generasi mudah. Kesemuanya memerlukan
penyediaan fasilitas yang memadai. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, maka manajemen masjid Al-Akbar Surabaya menyediakan penyewaan gedung masjidnya. Antaranya gedung yang disewakan yaitu,
gedung As-shofa, Al-marwah, dan gedung muzdhalifah. Dari beberapa gedung tersebut mempunyai fasilitas dan kualitas yang berbeda-beda.
Untuk melakukan bisnis penyewaan gedung tersebut di butuhkan manajamen yang baik. Salah satunya yaitu koordinasi yang baik, karena dalam penelitian ini akan berfokus kepada tahap-tahap koordinasinya.
2
4
Koordinasi selalu terjadi atau di perlukan adanya penyesuaian-penyesuaian, untuk memungkinkan semua kegiatan dalam proses
manajemen senantiasa terarah kepada tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Suatu koordinasi cenderung untuk memperkuat kegiatan
manajemen di satu segi dan memperlemah atau mengurangi kegiatan manajemen di lain segi dan seringkali juga menciptakan tindakan-tindakan baru untuk memperlancar tercapainya tujuan. Adapun pengertian
koordinasi menurut beberapa ahli.
Coordinating merupakan singkronasi yang teratur dari usaha-usaha
individu yang berhubungan dengan jumlah, waktu dan tujuan mereka, sehingga dapat di ambil tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mencapai koordinasi tersebut setiap anggota
perusahaan harus dapat melihat bagaimana kegiatan-kegiatan perseorangan dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.3
Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan
yang dilakukan di setiap bagian organisasi tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa misi masing-masing bagian. Dikhawartikan,
tidak terkoordinasinya setiap bagian pada giliran berikutnya justru akan menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya. Salah satu contoh yang paling mudah mengenai koordinasi adalah antara bagian pemasaran
3
5
dan bagian keuangan. Agar tingkat penjualan meningkat, maka bagian pemasaran mengusulkan untuk menaikkan biaya promosi. Di sisi lain,
bagian keuangan mencatat bahwah biaya perusahaan semestiya di efesienkan. Jika bagian pemasaran dan bagian keuangan tidak berkodinasi
dapat dibayangkan bahwah akan terjadi konflik kepentingan antar bagian, padahal kedua bagian tersebt sebenarnya bermaksud baik bagi kepentingan perusahaan.4
Koordinasi ini merupakan seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Seperti, adanya pekerjaan apa saja yang harus dilaksanakan oleh
pengelola dalam penyewaan gedung masjid al-akbar, adanya pengkoordinasian orang-orang yang melaksanakan pekerjaan pokok
masing-masing dari setiap devisi gedung masjid al-akbar, adanya tempat dimana pelaksanaan kerja itu berlangsung, adanya hubungan kerja antara mereka yang bekerja dan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Semua hal tersebut dengan tujuan untuk dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan, dan pelaksanaan peyewaan gedung bisa berjalan dengan
efesien dan efektif.
Adapun pengertian penyewaan menurut Abdul R.Husein, penyewaan adalah peluang bisnis yang sering di manfaatkan oleh banyak
4
6
orang sehingga muncul bisnis penyewaan barang-barang seperti: rental mobil, penyewaan gedung serba guna, penyewaan buku atau dvd dan
penyewaa kontainer, dan sebagainya.
Selain itu penyewaan dapat diartikan sebagai peminjaman jasa atau
barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang berlaku didalam organisasi tersebut guna untuk mencapai suatu tujuan. Barang yang dapat di sewa bermacam-macam, tarif dan lama
sewa juga bermacam-macam.5
Masjid Nasional Al Akbar. Atau bisa disebut Masjid Agung
Surabaya merupakan masjid terbesar dan termegah di jawa timur , masjid Al Akbar ini berlokasi di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa Timur. Semua bangunan masjid Al-Akhbar surabaya mempuyai filosofi
nya. Kubah diatas masjid Al-Akhbar surabaya mempunyai filosfi tentang pancasila,kemudian kubah yang kecil-kecil menggambarkan tentang rukun
islam dan rukun iman, menara yang tingginya 99 meter menggambarkan asmaul khusna.
Begitupun dengan nama-nama gedung yang ada di masjid
Al-Akhbar surabaya di berikan nama-nama yang ada di kota mekah yaitu, gedung As-Shoffah, gedung Al-Marwah, dan gedung Mudzhalifah, dan
ditengah-tegah gedung itu ada air mancur yang di namai air mancur zam-zam dll. Jadi semua gedung-gedung yang ada di masjid Al-Akbar surabaya nama nya di ambil yang ada di kota mekah.
5
7
Secara fisik, luas bangunan dan fasilitas penunjang MAS adalah 22.300 meter persegi, dengan rincian panjang 147 meter dan lebar 128
meter. Bentuk atap MAS terdiri dari 1 kubah besar yang didukung 4 kubah kecil berbentuk limasan serta 1 menara. Keunikan bentuk kubah MAS ini
terletak pada bentuk kubah yang hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi sekitar 27 meter. Untuk menutup kubah, dipergunakan sebuah produk yang juga digunakan di beberapa masjid raya
seperti Masjid Raya Selangor di Syah Alam Malaysia. Ciri lain dari masjid raksasa ini adalah pintu masuk ke dalam ruangan masjid tinggi dan besar
dan mihrabnya adalah mihrab masjid terbesar di Indonesia.6 B. Rumusan Masaalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti
membatasi permasalahan kedalam perumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana koordinasi penyewaan gedung masjid Al-Akbar Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Mengetahui koordinasi persewaan gedung masjid Al-Akbar Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritik
a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang manajemen khususnya dalam koordinasi persewaan gedung.
6Wikipedia bahasa indonesi,”
Masjid Al-akhbar Surabaya”, Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses
8
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan ilmiah yang dapat dipergunakan untuk suatu Lembaga yang
bergerak dibidang jasa penyewaan gedung. 2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi peneliti
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan pengetahuan dalam bidang penelitian dan untuk
mengetahui koordinasi penyewaan dalam mewujudkan perkembangan penyewaan gedung masjid.
2) Sebagai syarat untuk memenuhi gelar S1.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan menambah referensi perpustakaan fakultas.
c. Bagi Lembaga
Sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi
lembaga dalam koordinasi jasa penyewaan fisik atau fasilitas untuk lebih bisa di kembangkan.
E. Definisi Konseptual
Pengertian dasar dari konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Konsep merupakan suatu yang masih universal atau umum.
Tujuan dari definisi konseptual adalah untuk menghilangkan perbedaan pemahaman dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan melalui judul yang diangkat dalam penelitian ini yang artinya akan dijadikan landasan
9
1. Koordinasi adalah proses dalam mengintregrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan
organisasi bisa tercapai secara efektif.7 Maksudnya, koordinasi melakukan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang untuk
menjalankan tugas-tugas nya, dan tanggung jawab dari setiap devisi, dan memonitoring dari setiap devisi apakah telah menjalankan tugas pokoknya masing-masing. Sehingga dalam proses jalanya acara
penyewaan gedung berjalan secara efektif dan sesuai tujuan yang telah di tetapkan.
2. Penyewaan adalah sebagai peminjaman jasa atau barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang berlaku didalam organisasi tersebut guna mencapai suatu tujuan8.
Maksudnya, penyewaan jasa atau barang yang disewa bermacam-macam, tarif dan lama sewa juga bermacam-bermacam-macam, sesuai dengan
ruangan dan fasilitas yang di butuhkan penyewa. Penyewa juga dalam melakukan penyewaan jasa atau barang yang di pilih harus menjalankan perjanjian atau ketentuan, jadi penyewa menentukan
hari,tanggal, dan bulan kapan akan menyewa, setelah selesai menentukan jadwal yang telah di pilih dan di sepakati sesuai
kesepakatan dan tidak lupa melakukan syarat-syarat yang berlaku di dalam penyewaan agar bisa mencapai satu tujuan penyewaan.
7
Ernie Tisnawati, dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar manajemen, Prenada media, Jakarta, hal. 159
8Era Sari Munthe, “Sistem Penyewaan Kontainer Pada PT.Putra Guna Jaya Mulia Jakarta”
10
F. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dirancang menjadi lima bab. Di bab pertama,
pembahasan ditekankan pada fokus penelitian, yaitu koordinasi persewaan gedung masjid. Dari fokus ini, terumuskan masalah penelitian, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Agar memperoleh pemahaman fokus penelitian dengan benar, maka alasan munculnya fokus serta konseptualisasi dikemukakan dalam bab pertama. Demikian pula, fokus
penelitian yang dibahas dalam studi kepustakaan.
Dalam bab kedua dibahas tentang teori yang menjadi pondasi dari
latar belakang di atas yaitu teori koordinasi yang kemudian digabungkan dengan teori manajemen jasa, teori penyewaan, dan teori manajemen masjid.
Dalam bab ketiga, peneliti membahas metode penelitian, jenis data penelitian menjadi patokan awal dalam menentukan pendekatan dan jenis
penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sudah didapatkan.
Dalam bab keempat, pembahasan tentang data di lapangan
digambarkan dan dijelaskan apa adanya hingga memperoleh hal-hal di balik fenomena. Agar data memiliki makna, perlu konfirmasi dengan teori.
Hasil konfirmasi ini berupa analisa dan temuan penelitian yang dibahas dalam bab keempat.
Temuan data merupakan jawaban atas rumusan masalah yang
11
rumusan masalah, maka kesimpulannya juga satu. Berdasarkan kesimpulan ini, saran-saran diajukan dengan dua sasaran, sesuai dengan
12
Bab II
Landasan Teori
A. Penelitian Terdahulu
Dalam konteks ini penulis telah membaca dan mencari dari penelitian
yang sudah dilakukan peneliti lain terutama dengan tema pengembangan usaha dengan strategi level korporat. Ada beberapa penelitian yang dianggap relevan untuk mendukung dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut: Pertama, skripsi saudari Alviani Wahyuni Suyodti, Dalam skripnya yang berjudul” Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyewaan Dan Infastruktur Teknologi Informasi”. 9
Fokus penelitian ini mengenai sistem informasi monitoring pada proses penyewaan gedung dan infastruktur tegnologi informasinya.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu lebih fokus terhadap pengkoordinasian persewaan sarana dan prasarana gedung. Peersamaan
dengan penelitian di atas, terletak pada persewaan gedung.
Kedua, Siti Kopsah, dalam jurnal nya yang berjudul “Perancangan
Sistem Informasi Penyewaan Gedung Dan Kamar Di Monume Diponegoro Yogyakarta”.10 Fokus penelitian ini mengenai pengelolaan sistem informasi
pemasaran penyewaan gedung dan kamar. Persamaan penelitian di atas,
terletak pada sama meneliti tentang persewaan gedung.
9
Alviani Wahyunni, 2014, “ Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyewaan Dan
Infastruktur Teknologi Informasi”, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Uiversitas Islam Neggri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
Siti Kopsah, 2012, “Perancangan Sistem Informasi Penyewaan Gedung Dan Kamar Di
Monume Diponegoro Yogyakarta”, Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Informatika dan
13
Ketiga Tantyo Gitoadi dkk, dalam skripsinya yang berjudul ” Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Penyewaan Gedung Berbasis Intranet Pada PT. Kartika Buana Ayu”. Fokus penelitian ini mengenai untuk
mempermudah kerja karyawan dalam menyajikan suatu informasi data
informasi penyewaan gedung . Sedangkan penelitian yang akan di teliti mengenai Koordinasi Persewaan Gedung di masjid Al Akbar Surabaya. Persamaan penelitian di atas sama meneliti tentang persewaan gedung.
Keempat Hj.Tati Hartati, dalam jurnalnya yang berjudul “ Pengaruh
Koordinasi Kepala Unit Terhadap Efektivitas Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Kabupaten Majalengka”. Fokus dalam penelitian ini terutama
untuk menguji tentang seberapa besar pengarh koordinasi kepala unit terhadap efektivitas kerja pegawai kantor unit pelaksanaan teknis dinas
(UPTD). Peralatan dan perbengkelan dinas BMCK kabupaten majalengka. Persamaan penelitian yang akan diteliti ialah sama meneliti tentang
koordinasi. Yang membedakan ialah fokus penelitiannya mengkoordinasi efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK). Sedangkan penelitian yang akan di teliti koordinasi penyewaan
gedung.11
Kelima Mohammad anis, dalam jurnalnya yang berjudul “ Koordinasi
dan Intregrasi Strategik Bagi Peningkatan Kinerja Pemasaran Dristributor Semen”. Fokus dalam penelitian ini Sebagai produsen perusahaan produk semen tentunya mempunyai suatu strategi yang unggul dan bisa
11
14
mengintegasikan secara strategik kepada anggota saluran distribusinya toko besi dan bahan bangunan. Dan kemudian juga dapat mengkoordinasikan
untuk menyesuaikan serta mempengaruhi keputusan dan aktivitas anggota saluran distribusinya. Persamaan dalam penelitian yang akan diteliti sama
meneliti mengenai koordinasi.12
Keenam prianatama dalam skripnya yang berjudul “ Pengaruh
Koordinasi Terhadap Penigkatan Evektivitas Kerja Karyawan Pada PT. IV (Persero) Medan”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh koordinasi terhadap peningkatan efektivitas kerja
karyawan, di mana salah satu variabelnya adalah pendelegasian wewenang. Persamaan dengan penelitian yang akan di teliti yaitu sama meneliti tentang mengenai koordinasi.13
B. Kerangka Teori
1. Tinjuan Tentang Koordinasi a. Pengertian Koordinasi.
Koordinasi ialah segala tindakan ataupun usaha yang sesuai dan mengarah (sinkron dan harmonis) sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan yang telah di tetapkan, secara tetap, efesien dan efektip. Dari segi manajemen, ini berarti bahwa koordinasi tersebut
bersangkutan dengan:
12
Mohammad Anis, “ Koordinasi dan Intregrasi Strategik Bagi Peningkatan Kinerja Pemasaran
Dristributor Semen”, Jurnal, Sains Pemasaran Indonesia, Volume I, No. 2, Tahun 2002, 198– 218
15
1) Serangkaian tindakan, dengan kualitas dan kuantitas tertentu yang harmonis.
2) Waktu yang di perlukan dalam tindakan-tindakan tersebut. 3) Pedoman pelaksanaannya.
Ketiga faktor inilah yang memungkinkan adanya suatu
koordinasi. Dengan demikian suatu koordinasi dalam proses menejemen tersebut bersifat dinamis dan bahkan beberapa ahli
memandang koordinasi tersebut sebagai esensi daripada “manajemen.14
Sedangkan menurut beach koordinasi adalah mengimbangi
dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar
kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya
diantara para anggota itu sendiri.15
Dari beberapa pengertian koordinasi di atas dapat di simpulkan bahwah koordinasi adalah kerja sama antar unit atau bagian yang
menciptakan keharmonisan kerja dalam melakukan proses kegiatan dalam mencapai tujuan bersama.
14
Martoyo, 1988, Pengetahuan dasar manajemen dan kepemimpinanan, BPFE, Yogyakarta, hal. l 25.
15
16
b. Jenis-jenis Koordinasi
Beberapa jenis koordinasi sesuai dengan lingkup dan arah jalurnya
yaitu menurut lingkupnya, terdapat terdapat koordinasi intern yaitu koordinasi antar pejabat unit di dalam suatu organisasi dan
organisasi ekstern yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi atau antar organisasi. Adapun koordinasi ada tiga bentuk yaitu:16
1) Koordinasi horizontal yaitu koordinasi antar pejabat atau antar yang mempunyai tingkat hierarki yang sama dalam suatu
organisasi dan antar pejabat dari organisasi-organisasi yang setingkat.
2) koordinasi vertikal yaitu koordinasi antar pejabat dari unit-unit
tingkat bawah oleh pejabat atasannya atau unit tingkat atasannya langsung, juga cabang-cabang suatu organisasi oleh
organisasi induknya.
3) koordinasi diagonal koordinasi antar pejabat atau unit yang berbeda fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya.
c. Prinsip-prinsip Koordinasi.
Beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam menciptakan
koordinasi antara lain:17
16
Dann Sugandha, 1991, Koordinasi, Alat Pemersatu Gerakan Administrasi, Intermedia, Jakarta, hlm. 25.
17 Dann Sugandha, 1991, Koordinasi, Alat Pemersatu Gerakan Administrasi, Intermedia, Jakarta,
17
1) adanya kesepakatan dan keastuan pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai sebagai arah kegiatan bersama.
2) adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak, termasuk target dan
jadwalnya.
3) adanya kataatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian tugas masing-masing serta jadwal yang telah diterapkan.
4) adanya saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerja sama mengenai kegiatan dan hasilnya pada suatu saat tertentu,
termasuk masalah-masalah yang dihadapi masing-masing. 5) adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan
serta memonitor kerja sama tersebut, serta memimpin
pemecahan masalah bersama.
6) adanya informasi dari berbagai pihak yang mengalir kepada
koordinator sehingga koordinator dapat memonitor seluruh pelaksanaan kerjasama dan mengerti masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh semua pihak.
18
d. Sifat-sifat Koordinasi
Beberapa Sifat suatu koordinasi yang kiranya perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut 18: 1) Bersifat Dinamis
Ini berarti bahwah dalam proses koordinasi selalu terjadi atau di perlukan adanya penyesuaian-penyesuaian, untuk memungkinkan semua kegiatan dalam proses manajemen
senantiasa terarah kepada tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Suatu koordinasi cenderung untuk memperkuat
kegiatan manajemen di satu segi dan memperlemah (mengurangi) kegiatan manajeme di lain segi dan seringkali juga menciptakan tindakan-tindakan baru untuk memperlancar
tercapainya tujuan.
2) Mencegah Timbulnya Perbedaan dan Pertentangan.
Dengan koordinasi yang tepat, maka perbedaan dan pertentangan dalam organisasi harus dapat dicegah. Oleh karena itu bila perbedaan dan pertentangan tersebut masih saja terjadi
maka koordinasi tersebt belum mencapai sasarannya.
3) Menyeimbangkan Secara Tepat Semua Kegiatan Dalam proses
Manajemen.
Dengan adanya koordinasi, berbagai kegiatan dalam proses manajemen dapat di ketahui dan diatur sedemikian rupa
18
19
sehingga tercapai keseimbangan yang tepat. Dengan keseimbangan yang sedemikian itu usaha-usaha dalam mencapai
tujuan organisasi akan lebih efisien dan efektif.
Ketiga sifat koordinasi diatas sangatlah penting agar suatu koordinasi bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang akan di
capai. Karena suatu koordinasi diperlukan pertukaran informasi yang kontinyu disertai kesediaan berkompromi dan
memperbaikinya untuk kepentingan perusahaan. Banyak orang melihat koordinasi adalah sama dengan tujuan manajemen dan
bukan menjadi bagian daripada manajemen.
e. Fungsi-fungsi Koordinasi
fungsi-fungsi tambahan sebagai hal yang fundamental didalam
proses manajemen, termasuk didalamnya adalah pemberian wewenang, berkomunikasi, berkonsultasi, mengadakan evaluasi dan
intregrasi, pengukuran dan mengukur dan menyusun spesifikasi tugas-tugas tersebut.19
Keharmonisan dan keserasian ini haruslah selalu diciptakan baik
terhadap tugas-tugas yang bersifat teknis, komersial, finansial, personalia maupun administrasi. Dengan terciptanya koordinasi kerja
tersebut maka beban-beban antar bagian akan menjadi seimbang, dan dengan adanya keseimbangan beban maka beban antar bagian akan menjadi seimbang, dan dengan adanya keseimbangan beban maka
19
20
keadaan atau suasana organisasi sebagai keseluruhan akan menjadi selaras.
Keselarasan tersebut akan membawa akibat terjadinya kewajiban di dalam melaksanakan tugas serta mencapai tujuan. Oleh karena
itulah maka koordinasi ini juga merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang sering disebut sebagai “Tiga S” yaitu singkatan dari20
: 1) Serasi, yang dimaksud dengan kata serasi adalah suatu
perbandingan yang cocok antara beban tugas dengan pelaksanaan tugasnya yang masing-masing bagian dalam unit
organisasinya guna merealisasi tujuan/ sasaran organisasinya. 2) Selaras, yang dimaksud selaras adalah adanya suatu
sinkronisasi terhadap karyawan dan manager tentang hal-hal
yang mereka pikirkan dan mereka hendaki dalam melaksanakan tugas yang diberikan dari masing-masing bagian
dalam unit-unit organisasinya yang guna merealisasikan tujuan / sasaran organisasinya.
3) Seimbang, yang dimaksud dengan seimbang adalah adanya
pembebanan yang proposional serta tentang sinkronisasi pelaksanaan tugas dimasing-masing bagian dalam unit
organisasinya guna merealisasi tujuan/sasaran organisasi dengan pelaksanaan tugas tersebut.
20
21
Tiga S ini dalam pelaksanaan koordinasi kerja untuk lapisan bahwa sering di lengkapi dengan dua S lagi sehingga menjadi
lima S yaitu:
1) Seragam yag dimaksud seragam adalah adanya kesamaan prinsip dasar dalam pelaksanaan kerja atau tugas-tugas.
Keseragaman akan mengakibatkan kemudahan dalam pelaksanaan maupun pengawasannya. Koordinasi pada
tinngkat menengah dan tingkat kebawah pada umumnya memerlukan keseragaman disamping untuk memudahkan
pelaksanaan dan pengawasan pada umumnya dimaksudkan untuk meningkatkan efesiensi atau penghematan ongkos bagi masing-masing bagian dalam unit organisasi dalam rangka
merealisasi tujuan/sasarannya.
2) Serempak, yang dimaksudkan serempak adalah adanya
pelaksanaan tugas bagi berbagai atau seluruh bagian dalam unit organisasi yang harus dijalankan secara bersama-sama serta dalam waktu yang bersamaan pula. Hal ini akan
membuat pelaksanaan tugas dapat terkoodinasi sehingga dimana saja dalam organisasi akan dapat dengan mudah untk
digerakkan searah serta sejalan dengan usaha untuk merealisasikan pencapaian tujuan/sasaran organisasi yang
22
Jika suatu koordinasi bisa menciptakan keadaan yang sering dengan 5 S, maka suatu koordinasi akan lebih mudah tercapai.
Dan tugas-tugas akan dapat terselesaikan dengan lebih efektif dan lebih efisien.
Dan begitu pula jika dalam suatu organisasi yang terkoordinir
dengan baik maka akan terdapat kebaikan-kebaikan sebagai
berikut:21
a. Setiap bagian departemen dapat bekerja dengan beban yang tidak terlampau berat. Hal ini dapat dibayangkan sebagai adanya keseimbangan antara waktu kerja dengan waktu
istirahatnya. Dengan adanya koordinasi kerja yang baik maka akan terdapat pemerataan beban tugas-tgas kepada seluruh
bagian atau departemen didalam organisasi tersebut, oleh karena itulah maka akan terjadi keseimbangan dan
keselarasan bagi segenap unsur dalam organisasi.
b. Setiap bagian departemen akan memperoleh informasi yang jelas tentang peranan mereka dalam partisipasinya terhadap
pencapaian tujuan bersama. Disamping itu mereka akan tahu persis tentang apa peranan bagian lain dalam organisasi
sehingga mereka mereka dapat memberikan saran-saran serta
21
23
komentar-komentar terhadap kemungkinan-kemungkinan ketidakserasian antar bagian yang mungkin terjadi.
c. Skejul kerja bagi seluruh bagian akan dapat saling terkait sehingga akan dapat menjamin penyelesaian pekerjaan tepat
pada waktunya.
Untuk menciptakan ketiga hal diatas, memerlukan pengaturan yang baik agar beban dapat disebarkan secara merapat dan
seimbang. Pengetahuan yang luas terhadap masing-masing bagian akan dapat memahami bagian yang lain dan sebagiannya.
2. Koordinasi Dalam Perspektif Islam a. Koordinasi dalam Persefektif Islam
Ajaran islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk
melakukan segala sesuatu sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Hal ini dinyatakan dalam surat ash-Shaff:4. Uucapan ali bin abi thalib
yang sangat terkenal,
{ اظنب لط ابلا هب حئ اظن لب قحلاا }
Artinya: “Hak atau kebenaran yang tidak diorganisir
dengan rapi, bisa dikalahkan oleh kebatilan yang lebih
terorganisir dengan rapi” 22
Berdasarkan perkataan ali diatas, dapat disimpulka bahwah pengorgaisasian sangatlah urgen, bahkan kebatila dapat mengalahkan
22 Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani
24
sesuatu kebenaran yang tidak terorganisir. Dalam sebuah hadist,
Rasulullah saw. Bersabda,
{ هنقتي ا ل علا ك دحا ل ع ا ا بحى هلاا ا }
ينا بطلا او ر
Artinya: “allah sangat mencintai jika seseorang melakukan
perbuatan yang terutama dilakukan dengan itqan
(kesungguhan dan keseriusan).”23
Kesungguhan dan keseriusan dalam hal ini termasuk kesungguhann
dan keseriusan mengorganisasi suatu kegiata. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mubarok.
“jika anda ingin melakukan sebuah perbuatan atau
pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya. Jika perbuatan atau pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya, jika perbuatan itu baik, teruskanlah, dan jika perbuatan itu
jelek, maka berhentilah.” (HR Ibnu Mubarok).24
Pesan untuk memikirkan akibat dari suatu perbatan merupakan larangan untuk melakukan sesuatu tanpa sasaran yang jelas, tanpa organisasi yang rapi, dan tanpa tujuan yang jelas.
Organisasi dalam pandangan islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan
dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi, tentu ada pemimpin dan
bawahan.25
23
Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani Press. Jakarta. Hal 100
24 Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani
Press. Jakarta. Hal 101
25
25
3. Tinjauan Tentang Penyewaan. a. Pengertian Penyewaan.
Penyewaan adalah sebagai peminjaman jasa atau barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang
berlaku didalam organisasi tersebut guna mencapai suatu tujuan.
Adapun barang yang disewa bermacam-macam, tarif dan lama sewa juga bermacam-macam. Contohnya: rumah umumnya disewa
dalam satuan tahun, mobil dan gedung dalam satuan hari, dll. b. Tujan dan fungsi penyewaan.
Pada dasarnya tujuan utama penyewaan adalah untuk memenuhi kebutuhan para konsumen, memperoleh laba dan meningkatkan taraf hidup. Adapun tujuan dan fungsi penyewaan adalah sebagai berikut :
1) Untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 2) Untuk menjalankan fungsi perekonomian.
3) Mendapatkan keuntungan dari masing-masing pihak yaitu penyewa dan pemberi sewa.
4) Penyewa tidak perlu membeli suatu barang atau hanya
sebagai pemakai saat membtuhkan saja.26
4. Teori Manajemen Masjid
a. Pengertian Manajemen Masjid.
Masjid bagi umat islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan baik makna fisik maupun makna spritual. Kata masjid itu
26Era Sari Munthe, “
26
senderi dari kata sajadah-yasjuduh-masdjidan (tempat sujud). Kata masjid di dalam Al-Qur’an telah di ulang sebanyak dua puluh
delapan kali. Kata-kata masjid banyak di singgung dalam Al-Qur,an dan hadist, seperti yang tercantum dalam QS. An-Nuur (24) :36 yang
menyatakan:
اا ْااو ِود ْلاب اي هل ِب ي ه ْاا اي كْ يو ْ ْ ُ و ب ي Artinya: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut
nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.”27
Berdasarkan ayat diatas bahwasannya masjid adalah rumah allah, di sanalah umat nya disarankan untuk mengingat dzikir, mensyukuri atas nikmat allah dan menyembahnya dengan khusyu’ serta
memakmurkannya.
a. Peranan Masjid.
Di indonesia, di manapun tempatnya kita dapat dengan segera
menemukan bangunan masjid, karena telah banyak jumlah masjid yang didirikan. Keberadaan masjid menjadi indikator bagi
perkembangan agama islam. Masjid di indonesia kebanyakan masih perperan dan berfungsi seperti yang diajarkan rasullaallah SAW yaitu sebagai tempat penyebaran dan pendidikan islam. Namun di
singapura ada masjid berubah fungsi, berperan sebagai tempat wisata.
27
Dari berbagai kejadian dan pengalaman yang terus berlangsung, bisa dikatakan bahwah masjid bisa berperan sebagai berikut:28
1) Pusat kegiatan umat islam, baik kegiatan sosial, pendidikan, politik, budaya, dakwah maupun kegiatan ekonomi. Umat islam
sering memanfaatkan masjid sebagai pusat segala kegiatan. Kegitan sosial yang diselenggarakan di masjid adalah kegiatan temu remaja islam yang membicarakan problem sosial yang
dihadapi, selain hal-hal yang menyangkut pendalaman masalah ibadah. Masjid juga dimanfaatkan untuk pengembangan kegitan
ekonomi seperti baitul mal, koperasi masjid dan pengumpulan shadaqoh, infaq dan zakat, dll.
2) Masjid Sebagai Lambang Kebesaran Islam
Masjid haram dilambangkan sebagai pusat kebesaran islam, dimana di dalamnya terdapat ka’bah sebagai kiblat umat islam di
seluruh dunia. Sedangkan masjid istiqlal jakarta dijadikan lambang kebesaran umat islam di indonesia.
3) Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Ilmu
Para remaja yang sudah mulai menyadari masa depannya, membentuk ikatan remaja masjid dengan berbagai kegiatan,
termasuk di antaranya mendirikan perpustakaan, mengadakan kursus-kursus atau les bagi anak-anak SD sampai SMA.
28
28
Banyak anak lulusan SMA akrab dengan masjid dalam menuntut ilmu pengetahuan di sana.
Sebagi pusat pengembangan ilmu, baik ilmu dunia maupun ahirat masjid berperan sangat besar. Banyak masjid yang sudah dilengkapi dengan berdirinya taman pendidikan al qur’an
(TPA), perpustakaan masjid dan tempat penyelenggaraan kursus-kursus lain, seperti kursus elektronika, komputer, radio,
tv atau kursus bahasa asing. Inilah suatu cara memakmurkan masjid, dimana anak-anak belajar, sementara orang tua yang
menunggu melakukan kegiatan memakmurkan masjid seperti adanya pengajian atau melakukan tadarus Al-Qur’an.
b. Fungsi masjid
Jika diamati secara seksama, jumlah masjid di indonesia cukup banyak dan beraneka ragam kegiatan yang dilakukan. Banyak pula ditemukan masjid besar, tetapi sepi jama’ah. Tidak jarang pula
ditemukan masjid kecil, namun selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatannya seperti kegiatan perpustakaan, olah raga, pengajian,
poliklinik, baitul mal wattamwil dan lain sebagainya.
1) Tempat untuk Melakukan Ibadah
Sesuai dengan artinya masjid sebagai tempat bersujud sering
29
baik ibadah shalat dan ibadah yang lainnya, termasuk seperti sholat jum’at, sholat tarawih, shalat ied dan shalat-shalat jama’ah
lainyaserta iktiqaf.
Tempat untuk Melakukan Kegiatan Pendidikan Keagamaan. Pendidikan keagamaan banyak di selenggarakan di masjid-masjid jika masyarakat di sekitar masjid-masjid belum memiliki
lembaga pendidikan secara khusus. Di masjid-masjid belum memiliki lembaga pendidikan secara khusus. Di masjid-masjid, setelah ba’dah magrib, sering diselenggarakan pengajian anak
remaja. Pada malam jum’at, umumnya diselenggarakan
pengajian orang tua.
Di beberapa masjid yang cukup besar, bahkan terdapat pula lembaga pendidikan keagamaan, seperti kursus bahasa arab,
kursus khatib dan masih ada kajian keagamaan lainya. 2) Tempat Bermusyawarah Kaum Muslimin
Pada zaman rasullallah, masjid berfungsi sebagai
tempat yang nyaman untuk membahas masalah sosial yang sedang menjadi perhatian masyarakat pada waktu itu.
Dijaman sekarang, barangkali sangat berguna bagi masyarakat untuk memusyawarakan maslah sosial, kenakalan remaja dan narkoba.
30
Masjid sering dijadikan sebagai tempat berkonsultasi kaum muslimin dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan, seperti masalah ekonomi, budaya dan politik. Tidak mengherankan, jika suatu masjid
juga memiliki yayasan lembaga konsultasi psikologi, bisnis, kesehatan, dan keluarga.
Sebagai tempat konsultasi, masjid harus memberikan kesan,
bahwah masjid bisa membawa kesejukan dan masa depan masyarakat yang lebih cera. Sebagai tempat berkonsultasi,
masjid mampu menyediakan atau menghasilkan ahli-ahli dalam bidangnya.
Masjid bisa berperan untuk konsultasi masalah pendidikan
anak, misalkan perlunya konsultan psikologi yang bisa berpraktek seminggu sekali untuk penanganan anak yang
bermasalah dalam belajar, masalah anak kurang berprestasi dan masalah anak lain.
4) Tempat Kegiatan Remaja Islam
Pada beberapa masjid, terdapat kegiatan remaja masjid dengan kegiatan yang bersifat keagamaan, sosial dan keilmuan
melalaui bimbingan pengurus masjid. Namun demikian bahwah, belum seluruh masjid di manfaatkan oleh para remaja islam secara oktimal, misalnya dengan membentuk kelompok
31
remaja islam, kelompok studi group islam, dan masih bayak kegiatan lain yang dilakukan.
5) Tempat Penyelenggaraan pernikahan.
Masjid sebagai tempat ibadah, juga bermanfaatkan sebagai,
tempat penyelengaraan acara pernikahan oleh kaum muslimin. Penyelenggaraan pernikahan ( akad nikah) di masjid, lebih mencerminkan suatu peristiwa keagamaan dibandingkan
dengan peristiwa budaya atau sosial. Peristiwa ini belum banyak di pahami oleh kaum muslimin sendiri, karena para
pemimpin islam belum mendorong pada pemanfaatan masjid untuk tempat pernikahan.
Ada beberapa alasan masjid belum dimanfaatkan untuk
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.Menurut Bog dan Taylor penelitian kualitatif sebagai berikut :
“metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat
diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri.Pendekatan ini
langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar itu
secara keseluruhan; subjek penyelidik, baik berupa organisasi
ataupun individu, tidak dipersempit menajadi variable yang
terpisah atau menjadi hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian
dari keseluruha”.
Metode ini dapat digunakan untuk menggungkap dan memahami apa yang terletak dibalik fenomena apa saja yang sedikit belum diketahui.
Metode kualitatif dapat memberikan secara detail fenomena yang ruwet yang sulit untuk disampaikan dengan metode kuantitatif.
Dengan lain kata, metode kuantitatif lebih menekankan pada usaha mengidentifikasi hubungan-hubungan kasual yang biasanya diproses melalui rumus-rumus statistic (angka). Sementara metode kualitatif cocok
33
(ucapan), perilaku, atau dokumen, dan tidak pernah dianalisis dengan rumus-rumus statistic, tetapi dalam bentuk narasi.Oleh karena itu peneliti
ingin menggambarkan atau menguraikan bagaimana Koordinasi Penyewaan Gedung Al Akbar Surabaya.29
B. Lokasi Penelitian
Dalam sasaran penelitian ini, ada dua hal yang akan dijelaskan yaitu mengenai objek penelitian dan wilayah penelitian. Objek yang akan
dituju dalam penelitian ini adalah masalah yang berkaitan dengan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar. Sedangkan, lokasi yang
dijadikan objek atau sasaran dalam penelitian ini beralamat di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa Timur. Nomer Telpon (031)8289755.
C. Jenis dan Sumber Data
Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber.Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sekunder.
Mampu memahami dan mengidentifikasi sumber data akan dapat memudahkan peneliti untuk memilih metode pengumpulan data yang tepat guna dan hasil guna dan memudahkan melakukan pengumpulan data.30
Untuk itu jenis dan sumber data dalam penelitian ini, sebagai berikut: a. Jenis Data
1) Primer
Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek peneliti dengan menggunakan alat pengukur atau alat
29
Rulam Ahmadi, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-ruzz Media, Yogyakarta, hal. 12-14.
30
34
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.31 Yang termasuk di dalam data primer
yaitu subyek atau orang dan tempat. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah Kabag Masjid Al Akbar
Surabaya serta Pengurus Pengelola Gedunng Masjid Al Akbar Surabaya yang datanya didapat dengan melalui wawancara secara langsung.
2) Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan
kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.32
Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu mencari
data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, internet, dokumen dan karya tulis ilmiah.Data sekunder ini
merupakan data pendukung atau sebagai data pelengkap dari data primer.Data yang termasuk ke dalam data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan koordinasi
penyewaan gedung masjid al akbar surabaya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah medapatkan
31
Syaifuddin, 2010, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 91.
32
35
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standard yang ditetapkan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni :
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan
dengan sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau menggunakan pedoman wawancara teknik ini digunakan
untuk memperoleh data tentang:
a) Bentuk-bentuk Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.
b) Tujuan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.
c) Resiko atau kendala apa yang sering di hadapi dalam melakukan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.
d) Adapun yang akan dijadikan informan atau sumber data dalam penelitian ini:
36
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen dan cenderung menjadi data sekunder. Pemakaian dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,agenda dan lain sebagainya.
a) Kegiatan yang berlangsung dalam mengamati kegiatan
Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya. b) Benda mati yang bisa dijadikan bukti atau media penunjang
pengamatan di Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya. E. Teknik Validitas Data
Pada bagian ini diteaknkan adalah validitas dari interpretasi.
Kemampuan menggambarkan temuan kebenaran.Hal ini bisa tidak tepat jika peneliti menerima pentingnya keadaan dan kebenaran dengan begitu
saja. Agaknya, validitas akan dinilai dengan keadaan yang terlihat secara baik dan penggambaran secara tepat data yang dikumpulkan. Dalam term validitas dipresentasikan analisis, kemudian cerminan yang diperlukan
adalah:
1. Pengaruh yang kuat dari desain penelitian dan pendekatan analisis
pada hasil yang dipresentasikan.
37
3. Hasil yang dipresentasikan luasannya mewakili secara keseluruhan dan berkaitan.
4. Menggunakan data asli yang memadai dan sistematik (contoh penggunaan kutipan bukan hanya berasal dari orang yang sama)
yang dipresentasikan dari analisis, dengan demikian pembaca yakin bahwa intrepretasi data terkait dengan data yang dikumpulkan.
Cara lain menggambarkan reliabilitas dan validitas:
1. Triangulasi data, data yang dikumpulkan melalui umber majemuk
untuk memasukkan dat pengamat, wawancara, dan diskusi kelompokterfokus.
2. Pemeriksaan anggota, informan akan berperan sebagai pemeriksa
sepanjang proses analisis.
3. Pengamatan jangka panjang dan berulang di lokasi penelitian,
pengamatan tetap dan terus berulang. 4. Klarifikasi prasangka peneliti.
5. Mempertimbangkan masalah-masalah dari masukan informan.
6. Menyediakan alasan untuk keputusan mereka untuk menyediakan masukan atau tidak.
38
8. Menjelaskan bagaimana masukan dari informan telah digunakan dalam analisis dan interpretasi data.33
F. Teknik Analisis Data
Dalam pendekatan kualitatif sangat berbeda dengan pendekatan
kuantitatif, terutama dalam penyajian data atau analisis data. Menurut
Matthew B. Miles, psikologi dan pengembangan dan Michel Huberman
ahli pendidikan dari University of Geneva, Switzerland, (Miles dan
Huberman, 1992:15-21) analisis kualitatif, data yang berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam
aneka macam cara yaitu pengamatan terlibat, wawancara semi terstruktur, dan selanjutnya diproses melalui perekaman, pencatatan, pengetikan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya
disusun ke dalam teks yang diperluas.
Analisis, menurut Matthew dan Michael dibagi dalam tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan. Ketiga alur yang dimaksud adalah:
1. Reduksi data, alur ini diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data
yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverefikasi.
33
39
2. Penyajian data, penyajian yang dimaksud adalah sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkian adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan
3. Penarikan kesimpulan, dari permulaan pengumpulan data, peneliti
mulai mencari arti benda-benda, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan
catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan sponsor.
34
Gambar 3.2 Teknik Analisis Data
G. Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Pralapangan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Menyusun rencana penelitian secara fleksibel (Penyususnan rancangan penelitian adalah berupa usulan penelitian yang
diajukan kepada ketua Prodi Manajemen Dakwah, yang berisi tentang latar belakang masalah, fenomena yang terjadi
34
40
dilapangan, problematika yang berisi tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian).
b. Memilih lapangan penelitian (Adapun lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Masjid Al Akbar Surabaya.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan penggalian data atau informasi tentang objek penelitian yang akan diteliti. Kemudian, ada ketertarikan yang
timbul dalam diri peneliti untuk menjadikan sebagai objek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin ilmu peneliti
selama ini.)
c. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.
d. Menjajaki dan menilai lapangan (melakukan studi pendahuluan).
1) Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup peserta penelitian.
2) Memahami pandangan hidup peserta penelitian.
3) Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat atau latar penelitian.
41
selaku Kabag Masjid Al Akbar Surabaya dan responden 2 selaku pengurus pengelola gedung masjid al akbar surabaya.
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat-alat tulis, kamera, tape recorder, bahkan jas hujan dan payung jika
diperlukan serta peralatan-peralatan lain yang dapat mendukung kelancaran penelitian di lapangan (menentukan dan membuat instrumen penelitian).
g. Memerhatikan etika penelitian. Peneliti harus dapat menjaga etika penelitian. Kehadiran peneliti, meskipun sedang
melakukan penelitian secara partisipatif, jangan sampai merusak suasana.
2. Tahap pekerjaan lapangan
pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Memehami latar penelitian di mana peneliti harus:
1) Membatasi latar penelitiannya.
2) Menjaga penampilan. Peneliti kualitatif selalu tampil sederhana, paling tidak menyesuaikan diri dengan lapangan
dan informan.
b. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Meskipun peneliti
harus akrab dengan informan atau anggota penelitian yang lain, peneliti harus mengetahui batas-batas hubungan antara dirinya dengan informan. Ini penting untuk menghindari subjektivitas
42
c. Jangka waktu penelitian. Peneliti harus menjelaskan kepada informan atau anggota penelitian berapa lama penelitiannya
akan dilakukan.
d. Memasuki lapangan (melakukan penelitian di lapangan dengan
memperhatikan etika penelitian).
e. Keakraban hubungan. Peneliti harus bisa menjalin hubungan secara akarab dengan informan atau dengan anggota peneliti
yang lain. Apabila kehadiran peneliti masih dianggap tamu atau orang asing ditempat penelitian yang dilakukan, ia akan sulit
menemukan data secara holistik (terperinci dan mendalam). f. Mempelajari bahasa yang digunakan oleh anggota penelitian.
Untuk memudahkan komunikasi di lapangan selama penelitian
berlangsung, peneliti harus mempelajari bahasa yang digunakan oleh informan.
g. Peranan peneliti. Apabila data dikumpulkan dengan cara observasi secara terlibat atau penelitian secara partisipatif, maka peneliti dituntut untuk berperan sambil mengumpulkan
data.
h. Pengarahan batas penelitian. Peneliti harus menjelaskan kepada
43
i. Mencatat data. Ini dilakukan selama peneliti melakukan penelitian di lapangan, sambil berperan serta atau apa saja yang
dilihat (ditemukan) berkenaan dengan latar penelitian.
j. Petunjuk tentang cara mengingat data. Buatlah catatan
secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan. Untuk lebih memudahkan peneliti mengingat data, peneliti harus membuat kode-kode tertentu berkenaan data yang akan dikumpulkan.
Hal ini mengingat data yang dikumpulkan dari lapangan.Apalagi data hasil wawancara merupakan data yang
luas dean banyak. Bahkan kadang-kadang data itu tidak berkenan sama sekali dengan fokus yang diteliti. Lebih jelas tentang pengkodean dibahas pada bab tentang penyajian data.
k. Kejenuhan, keletihan, dan istirahat. Oleh karena penelitian kualitatif menuntut keberadaan peneliti di lapangan yang
relatif lama, apalagi jika selalu berhadapan dengan situasi yang monoton dan frekuensi penelitian yang intensif, terkadang menimbulkan keletihan dan kejenuhan. Untuk itu peneliti harus
mengatur waktu penelitiannya dan mengatur waktu untuk istirahat. Artinya peneliti harus menentukan waktunya
melakukan penelitian dan kapan waktunya istirahat.
l. Meneliti suatu latar yang didalamnya terdapat pertentangan. Terkadang fenomena yang diteliti menunjukkan pertentangan
44
menentukan benang merah yang mempertemukan antara konteks yang diteliti dengan fenomena yang muncul di
lapangan.
m. Analisis di lapangan. Seperti telah disebutkan dalam perbedaan
penelitian kualitatif dan kuantitatif diatas, bahwa analisis data penelitian kualitatif dilakukan semenjak peneliti masih mengumpulkan data di lapangan.Data yang telah dikumpulkan
dan dituangklan dalam bentuk laporan lapangan, harus segera dianalisis. Hal ini akan dapat mengungkapkan :
1) Data apa yang masih perlu dicari atau belum dikumpulkan. 2) Hipotesis apa yang harus diuji.
3) Pertanyaan apa yang harus dan belum dijawab.
4) Metode apa yang harus digunakan untuk mencari informasi baru.
5) Kesalahan apa yang harus diperbaiki. Analisis ini juga perlu dilakukan untuk mendorong peneliti menulis laporan secara
berkala.35
35
45
Bab IV
Hasil Penelitian
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Masjid Al-Akhbar Surabaya
Masjid Nasional Al Akbar. Atau bisa disebut Masjid Agung Surabaya merupakan masjid terbesar dan termegah di jawa timur , masjid Al Akbar ini berlokasi di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa
Timur. Semua bangunan masjid Al-Akhbar surabaya mempuyai filosofi nya. Kubah besar yang berjumlah lima kubah yang diatas masjid Al-Akhbar surabaya mempunyai filosfi tentang pancasila,
kemudian kubah yang kecil-kecil menggambarkan tentang rukun islam dan rukun iman, begitu pula dengan masjid Al-Akhbar yang tingginya
99 meter menggambarkan asmaul khusna.
Secara fisik, luas bangunan dan fasilitas penunjang MAS adalah
22.300 meter persegi, dengan rincian panjang 147 meter dan lebar 128 meter. Bentuk atap MAS terdiri dari 1 kubah besar yang didukung 4 kubah kecil berbentuk limasan serta 1 menara. Keunikan bentuk kubah
MAS ini terletak pada bentuk kubah yang hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi sekitar 27 meter. Untuk
46
dalam ruangan masjid tinggi dan besar dan mihrabnya adalah mihrab masjid terbesar di Indonesia.36
Begitupun dengan nama-nama gedung yang ada di masjid Al-Akhbar surabaya di berikan nama-nama yang ada di kota mekah
yaitu, gedung As-Shoffah, gedung Al-Marwah, dan gedung Mudzhalifah, dan ditengah-tegah gedung itu ada air mancur yang di namai air mancur zam-zam, dll. Jadi semua gedung-gedung yang ada
di masjid Al-Akbar surabaya nama nya di ambil yang ada di kota mekah. Penuturan bapak H. Hendro.37
Masjid nasional al akbar selain sebagai sarana ibadah juga berfungsi sosial khususnya yang berdimensi spritual. seperti penyelenggaraan sarana akad nikah dan penyantunan kaum dhuafa
dan generasi mudah. Kesemuanya memerlukan penyediaan fasilitas yang memedai. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, manajemen
berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Maka manajemen masjid menyewakan fasilitas gedung-gedung yang ada di masjid al akbar untuk akad nikah, resepsi
pernikahan, seminar, manasik haji, tabligh akbar.
36Wikipedia bahasa indonesi,”
Masjid Al-akhbar Surabaya”, Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses
pada 9 April 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Al-Akbar.
37
47
2. Letak geogarafis
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya berdiri di sebuah area yang
terletak antara dua wilayah yaitu Kecamatan Jambangan dan Kecamatan Gayungsari Surabaya tepatnya di jl. Masjid Al-Akbar
Timur No.I Pagesangan Surabaya . Posisi masjid ini berada di wilayah pinggir kota Surabaya samping jalan tol surabaya-sidoarjo, sehingga sangat mudah diakses oleh warga Surabaya maupun masyarakat
sidoarjo dan masyarakat luar kota juga banyak yang tertarik untuk berkunjung di Masjid Al Akbar.
3. Tujuan Penyewahan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.
Untuk memenuhi kebutuhan umat muslim akan kebutuhan gedung pertemuan di surabaya dan sekitarnya yang representif, maka
manajemen masjid al akbar surabaya menawarkan ruang As Shofa, Al Marwah, Muzdhalifah serta beberapa ruangan yang ada di lingkungan
masjid al akbar surabaya untuk kegiatan akad nikah, resepsi pernikahan, manasik haji, tabligh akbar yang bersifat umum. Namun dengan tetap memperhatikan dan selalu menjaga citra masjid.38
4. Visi ,Misi Dan Motto, Nilai a. Visi
Masjid nasional terdepan dalam penyelenggaraan peribadatan, dakwah dan syiar Islam, pendidikan, sosial budaya,
38
48
dan manajemen, menuju masyarakat yang berakhlak mulia sesuai ajaran Islam.
b. Misi
1) Penyelenggaraan ibadah dakwah dan syiar Islam.
2) Pengembangan pendidikan Islam. 3) Pengembangan sosial budaya Islam.
4) Mewujudkan manajemen masjid yang handal.
5) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia. c. Motto
1) Motto"Ikhlas Profesional",Motto ini mengandung arti bahwa: Pengelolaan MAS berorientasi pada ibadah semata-mata mencari ridha Allah SWT, ditangani oleh tenaga-tenaga yang
ahli di bidang masing-masing. d. Nilai
1) Nilai Nilai yang dipedomai manajemen dan karyawan MAS adalah Amanah, Istiqomah, Uswah, Masiuliah dan Lijami il-Unmmah Amanah berarti dipercaya dalam mengemban visi
dan misi MAS Istiqamah berarti konsisten dalam mengemban visi dan misi yang telah ditetapkan, dengan terus mengadakan
inovasi. Uswah berarti menjadi teladan masjid-masjid lain dalam berbagai aspek. Masuliah berarti dalam setiap langkah dan keputusan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan
49
ibadah dapat diterima oleh semua umat berarti Islam, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
5. Struktur Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.
Gambar 4.1. Struktur Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya
6. Susunan Pengurus Manajemen Masjid
Direktur Utama : Drs. H. Endro Siswantoro, Msi. Wakil Direktur Utama : Ir. H. Moch. Djaelani, MM.
Direktur Idarah : Drs. H. Kasno Sudaryanto.
50
Direktur Imaroh/ijtimaiyyah : Prof. DR. H. Ahmad Zahro, MA. Direktur Shiyanah : Ir. H. Rinto Harno.
Kabag pemeliharaan : Ir. H. Soewono.
Kabag administrasi dan Umum : Dra. Hj. Siti Mardikaningsih.
Kabag Perencanaan : Ir. H. Moerhanniono, MD. Kabag Keuangan : Drs. Ec. H. Tjahja Gunawan. Kabag PAM : H. Achmad Nasikun, SIP.
Kabag Humas : Drs. H. Helmy M Noor.
Bagian Muslimah : Dr. Hj. Hasniah Hasan, Msi.
Bagian Sosial & ZIS : Drs. H. Ghufron Ihsan, Mpdi. Bagian Ibadah & Dakwah : H. Wahno Sucipto S. Ag.
7. Job Deskripsi dan Fungsi Badan Pengelola Masjid Nasional Al Akbar Surabaya
a. Dewan Pendiri :
1) Merencanakan pengembangan masjid.
2) Memberikan bimbingan dan pengarahan secara rutin kepada dewan redaksi
b. Dewan Pembina:
1) Menetapkan kebijakan umum pengelola Masjid Nasional
Al-Akbar Surabaya.
2) Mengangkat dan memberhentikan anggota dewan direksi. 3) Mengesahkan program kerja 4 tahun di Masjid
51
c. Dewan Penasehat:
1) Memberikan pertimbangan tentang pengembangan fisik dan
sarana Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.
2) Memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan administrasi dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.
d. Dewan pengarah:
1) Memberikan arahan kepada dewan direksi tentang pengembangan fisik dan sarana Masjid Nasional Al-Akbar
Surabaya.
2) Memberikan arahan kepada dewan direksi dalam pelaksanaan kegiatan administrasi, dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan pengelolaan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. e. Dewan Pengawas
Melakukan kepada dewan direksi dalam menjalankan kegiatan, baik yang terkait dengan asministrasi keuangan, pengembangan fisik maupun tata laksanaya.
f. Imam Besar
Menyusun dan memberikan tutunan cara-cara pelaksanaan
ibadah, baik ibadah wajib, sunnah, maupun kegiatan-kegiatan lain sesuai ajaran agama islam. g. Dewan Direksi