OPTIMISME HIDUP SEHATPADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)
Psikologi (S.Psi)
Erisa Wahyuningtyas B77213061
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
INTISARI
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran optimisme hidup sehat pada wanita penderita kanker payudara, serta mengetahui proses optimisme hidup sehat pada wanita penderita kanker payudara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara yang dilakukan subjek dan significant other dan didukung oleh dokumentasi. Subjek penelitian yaitu 2 orang wanita penderita kanker payudara, masing-masing berumur 35 tahun dan 40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan gambaran perilaku optimisme hidup sehat yang dimiliki kedua subjek yakni memiliki ciri-ciri mampu mencari pemecahan sebagian permasalahan, memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur, menghentikan pemikiran negatif, meningkatkan kekuatan apresiasi, menggunakan imajinasi untuk melatih sukses, selalu gembira meskipun sedang tidak bahagia, merasa yakin bahwa memiliki kemampuan yang hampir tidak terbatas untuk diukur, suka bertukar berita baik, membina cinta dalam kehidupan, dan menerima apa yang tidak bisa diubah. Kedua subjek memiliki 3 aspek gaya penjelasan optimisme yang sesuai dalam menanggapi peristiwa buruk, yakni temporer, spesifik, dan eksternal. Proses optimisme hidup sehat pada wanita penderita kanker payudara berlangsung dari awal kondisi subjek tidak mampu menemukan pemecahan masalah, hingga subjek mampu menemukan pemecahan masalah. Dari awal kondisi subjek berpikir negatif akan penyakit yang derita, hingga menjadi berpikir positif atas penyakit yang diderita. Dari kondisi awal tidak mampu menerima kenyataan menderita kanker payudara, menjadi mampu menerima kenyataan menderita kanker payudara. Terjadi perubahan pola pikir pesimisme menjadi optimisme pada subjek.
ABSTRACT
The aim of this research is to understand the portrayed healthy life optimism of the women with breast cancer and to understand the process of the healthy life optimism of the women with breast cancer. This research uses qualitative method and case study approach. The data collection of this research uses observation method and interview that has been done between the subject and significant order
and supported by the documentation. The subjects of research are 2 women with breast cancer, each aged 35 years old and 40 years old. The result of the research shows the description of the healthy life optimism behavior of the two subjects that has the characteristics of being able to solve some problems, allowing regular renewal, stopping negative thinking, increasing the power of appreciation, using imagination to train success, always being happy even when unhappy, convinced that it has an almost unlimited ability to measure, love to exchange good news, build love in life, and accept what cannot be changed. Both subjects have 3 aspects of an optimist explanatory style in respons bad events; temporary, specific, and external. The process of the healthy life optimism of the women with breast cancer take place
from the beginning of the subject’s condition that is not able to find the solution of
the problem, until the subjects are able to find the solution of the problem. From the beginning, the subjects have been thinking of her condition negatively until subject thinks of the disease positively. From the beginning the subjects are not able to accept the reality of breast cancer. There is a change of mindset of pessimism into optimism in the subjects.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
INTISARI ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Keaslian Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA...16
A.Kanker Payudara ... 16
1. Definisi Kanker Payudara ... 16
2. Faktor Resiko Kanker Payudara... 18
3. Gejala Kanker Payudara ... 20
4. Pengobatan Kanker Payudara ... 22
5. Masalah Psikologis Penderita Kanker Paayudara ... 25
B. Optimisme Hidup sehat ... 27
1. Pengertian Optimisme ... 27
2. Pengertian Hidup Sehat ... 30
3. Optimisme Hidup Sehat ... 31
4. Perbedaan Optimisme dan Pesimisme ... 33
5. Ciri-ciri Optimisme ... 34
6. Aspek-aspek Optimisme ... 38
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Optimisme ... 41
8. Optimisme Hidup Sehat pada Wanita Penderita Kanker Payudara………..42
BAB III METODE PENELITIAN...44
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Lokasi Penelitian ... 46
C. Sumber Data ... 46
D. Cara Pengumpulan Data ... 51
1. Observasi ... 51
3. Dokumentasi ... 53
E. Prosedur Analisis dan Interpretasi ... 53
F. Keabsahan Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...59
A. Deskripsi Subjek ... 59
B. Hasil Penelitian ... 71
1. Deskripsi Hasil Temuan ... 71
2. Analisis Temuan Penelitian... 108
C. Pembahasan ... 125
BAB V PENUTUP ... 148
A. Kesimpulan ... 148
B. Saran ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 153
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dan
penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker adalah penyakit yang
timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal sebagai tumor, padahal tidak
semua tumor adalah kanker. Ada dua jenis tumor, yakni tumor jinak dan
tumor ganas. Tumor ganas yang digolongkan ke dalam penyakit kanker
memiliki sel yang tumbuh dengan cepat. Sel tumor ganas tumbuh dengan
menyusup ke jaringan sehat pada organ tubuh lain. Hal tersebut dapat
merusak organ tubuh tersebut sehingga fungsi organ dapat terganggu.
(Setiati, 2009)
Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker diseluruh dunia.
Pada wanita, kanker payudara menempati urutan pertama kasus baru dan
kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%. Kanker payudara
(carcinoma mammae) merupakan kanker yang menyerang jaringan payudara dan paling umum diderita oleh kaum wanita. Namun kanker
payudara juga dapat menyerang pria, setidaknya 1 dari 100 kasus yang
2
Meskipun pria tidak memiliki payudara seperti wanita, namun pria
memiliki sejumlah kecil jaringan payudara yang memungkinkan pria
mendapatkan jenis kanker payudara yang sama dengan wanita. Kanker
payudara merupakan penyakit dengan kasus kanker terbanyak kedua setelah
kanker serviks di Indonesia. Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta
mencatat pada tahun 2012 terdapat 809 kasus baru dengan jumlah kematian
sebanyak 130 orang. Kemudian pada tahun 2013 tercatat 819 kasus baru
dengan jumlah kematian 217 orang. Berdasarkan data tersebut jumlah kasus
baru dan jumlah kematian pada penderita kanker payudara setiap tahun terus
meningkat. Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang kelenjar
payudara (Setiati, 2009).
Kanker payudara terjadi bila pada payudara terdapat pertumbuhan
sel-sel yang berlebihan maka akan terjadi suatu benjolan atau tumor. Tumor
ini dapat bersifat jinak maupun ganas, tumor yang ganas yang terdapat pada
payudara inilah yang disebut dengan kanker payudara (Diananda, 2008).
Menurut American Cancer Society (2012), kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus menerus
tumbuh berlipat ganda. Kemudian, sel-sel itu membentuk benjolan pada
payudara. Apabila sel-sel kanker ini tidak terkontrol atau tidak di buang,
maka sel-sel ini dapat menyebar (metastase) ke bagian-bagian tubuh yang lain dan nantinya dapat mengakibatkan kematian. Beberapa faktor dapat
dihubungkan dengan meningkatnya resiko terkena kanker payudara, yaitu
3
Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi
perempuan beresiko mengidap kanker payudara, meliputi: (a) usia diatas 30
tahun; (b) riwayat kehamilan atau melahirkan; (c) riwayat pernikahan; (d)
faktor genetik; (e) riwayat masa haid pertama (Menarche) dan berakhir (Manopause); (f) menderita kanker payudara dan riwayat operasi. (Hawari, 2004)
Ditambahkan pula oleh Notari (dalam Francis, S., & Satiadarma,
M.P, 2004) bahwa semua faktor tersebut saling berkaitan sehingga dapat
memacu individu mengidap kanker payudara. Diananda (2008)
mengungkapkan gejala kanker payudara meliputi: (a) adanya gumpalan
benjolan dibawah ketiak; (b) jaringan buah dada yang menebal dan terasa
sakit; (c) puting susu terasa sakit dan keluar darah; (d) perubahan kulit pada
daerah puting susu. Pengobatan pada kanker payudara dapat dilakukan
dalam beberapa cara, misalnya operasi dan berbagai macam terapi yakni
kemoterapi, radiasi, terapi target dan terapi hormon (Pennery, Speechley &
Rosenfield, 2009).
Kanker merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi aspek hidup
wanita karena dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini tidak hanya
mempengaruhi fungsi biologis, namun juga fungsi psikologis dan
psikososial. Seorang wanita akan mengalami berbagai macam perasaan atau
emosi ketika mendengar dirinya menderita kanker payudara. Payudara
4
payudara merupakan daya tarik seksual sekaligus daerah erogen yang
sensitif untuk membangkitkan sensasi-sensasi sensual (Hawari, 2004).
Payudara adalah salah satu organ yang menjadi identitas
kesempurnaan wanita. Sehingga, jika payudara wanita terserang oleh
kanker maka dampak yang akan muncul ialah stress berat, takut, marah, dan
merasa tidak berguna (Andysz, 2015).
Berdasarkan wawancara awal terhadap kedua subjek pada tanggal
19 April 2017, keduanya mengatakan merasa terkejut dan takut, bahkan
merasa stress saat pertama kali didiagnosa mengidap kanker payudara.
Kedua subjek saat itu hanya bisa menangisi keadannya. Nafsu makan kedua
subjek menurun serta sulit tidur. Kedua subjek juga mengalami perubahan
emosi. Subjek menjadi sering marah-marah. Subjek pertama membanting
barang-barang dirumah dan sering melamun. Subjek pertama pada awalnya
merasa takut apabila penyakit kanker payudara pada dirinya tidak mampu
disembuhkan dan merenggut usianya sebelum subjek sempat menyaksikan
kesukesan dan pernikahan anak semata wayangnya. Serta subjek pertama
juga belum sempat beribadah haji.
Pada subjek kedua, ketika didiagnosa kanker payudara, subjek
merasa takut apabila subjek tidak mampu lagi mengurus anak-anaknya yang
masih kecil, terutama anak keempatnya yang baru berusia beberapa bulan
akibat kanker payudara yang derita.
Subjek telah mengalami serangkaian proses pengobatan yakni
5
kemoterapi. Subjek pertama mengatakan sejak awal takut dengan proses
pengobatan kemoterapi, karena ketika didagnosa mengidap kanker
payudara, subjek mulai mencari tahu apa saja proses pengobatan yang harus
dijalani. Kemoterapi merupakan proses pengobatan yang memberikan
dampak perubahan fisik ekstrim pada diri penderita. Selain itu dalam
menjalankan kemoterapi, penderita harus dalam kondisi fisik yang baik.
Ketika melakukan kemoterapi pertama, selama tiga hari penderita
kanker payudara harus menjalani rawat inap guna melakukan serangkaian
proses kemoterapi tersebut. Terdapat beberapa obat kimia dalam bentuk
cairan yang di masukan kedalam tubuh pasien melalui infus. Ketika subjek
kedua menjalani kemoterapi, subjek memiliki kekhawatiran akan keadaan
anak-anaknya dirumah. Subjek khawatir anak-anak tidak mampu mengurus
diri mereka sendiri dengan baik. Subjek kedua juga pernah mengalami
pengalaman buruk ketika melakukan proses kemoterapi, subjek mendapati
penderita lain yang meninggal dunia dalam satu lokasi kemoterapi
dengannya. Peristiwa tersebut membuat subjek kedua merasa takut serta
tertekan selama menjalani proses kemoterapi.
Kedua subjek mengatakan ketika proses kemoterapi berlangsung
tidak merasakan sakit, Namun setelah proses kemoterapi selesai, tubuh
penderita menjadi lemah, sering mual dan muntah, rambut rontok,
kehilangan nafsu makan, sulit tidur, serta kulit menjadi sangat kering. Tidak
semua penderita kanker payudara mampu menahan rasa sakit serta efek
6
menolak operasi, kemoterapi, atau radiasi sehingga dapat memperparah
keadaanya. Kenyataannya penelitian menunjukkan bahwa tidak menjalani
kemoterapi sebanyak 15% mengakibatkan kualitas hasil yang sangat kurang
(Chang, A.F., & Heber, S.B., 2007).
Kedua subjek telah mengalami operasi pengangkatan payudara
(mastektomi). Mastektomi adalah pengangkatan jaringan payudara
sebagian atau total untuk mengobati kanker. Namun subjek pertama telah
melakukan implan payudara yang diambil dari bagian tubuhnya yang lain.
Kedua subjek mengatakan pada awal akan dilakukan operasi mereka merasa
takut karena akan kehilangan anggota tubuh yang penting bagi seorang
wanita. Setelah melakukan mastektomi, subjek kedua menyatakan pada
awalnya kurang percaya diri dalam berpenampilan, subjek sangat
memperhatikan pakaian yang akan digunakan agar tidak menonjolkan
bagian payudara yang telah diangkat. Terkadang subjek kedua menyumpal
bra yang digunakan dengan kaos kaki. Pengobatan jenis ini paling
berdampak traumatis dan menakutkan pada wanita (Galgut, 2010, dalam
Mahleda dan Hartini, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arroyo dan Lopez (2011),
menyatakan bahwa wanita yang telah mengalami mastektomi mengalami
permasalahan mengenai pandangan tentang dirinya sendiri dan kepuasan
seksual. Hilangnya payudara yang mereka banggakan, membuat mereka
kehilangan kepercayaan diri dan merasa malu, serta sulit untuk melakukan
7
mungkin mereka menutupi tubuhnya agar bentuk payudaranya yang tidak
sempurna tersebut tidak terlihat. Selain itu, mereka juga merasa tidak
menjadi wanita seutuhnya karena kehilangan payudara.
Berdasarkan hasil penelitian Janet M. de Groot (2002) menunjukkan
bahwa kanker berpengaruh terhadap kondisi psikologis pasien yang
mengalami kondisi tertekan atau distress. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi psikologis pasien-pasien kanker dengan
kondisi distress yang senantiasa memperoleh dukungan sosial ternyata berhubungan positif dengan berkurangnya depresi.
Penelitian Saheen et all (2011) yang berjudul Effect of Breast Cancer on Physiological and Psychological Health of Patients memberikan hasil bahwa kanker payudara memberikan dampak besar pada kesehatan
fisik dan psikologis dari penderita. Hasilnya menunjukkan bahwa 80%
penderita kanker payudara mengalami stress tingkat tinggi pada saat
mendapat diagnosis atas penyakitnya dan saat menjalani perawatan. Stress
yang dialami penderita kanker payudara dapat memperburuk kondisi
penyakitnya. Emosi negatif yang muncul pada penderita akibat stress dapat
menyebabkan penderita berhenti melakukan hal baik dan memulai
hal-hal yang buruk yang cukup mengkhawatirkan bagi seseorang yang
menderita penyakit serius.
Perubahan fisik yang dialami oleh penderita kanker payudara akibat
dari gejala-gejala penyakit kanker payudara, serta dampak dari pengobatan
8
mastektomi mempengaruhi kesehatan psikologis penderita. Kesehatan
psikologis merupakan hal yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kesehatan fisik, (Nevid, Rathus, & Greene, 2005).
Seligman (2006) mengemukakan bahwa optimisme dan pesimisme
mempengaruhi kesehatan. Optimisme dapat membantu meningkatkan
kesehatan secara psikologis, sehingga diharapkan akan mempengaruhi
perilaku individu kearah positif. Seligman (dalam Ghufron dan Risnawati,
2010) menyataan bahwa optimisme adalah suatu pandangan secara
menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan
makna bagi diri. Penderita kanker payudara harus menghindari pemikiran
negatif dan mengembangkan pemikiran dan sikap positif. Hal tersebut
penting bagi penderita kanker payudara karena berperan meningkatkan
harapan positif terhadap hidup sehat. Hal tersebut menjadikan optimisme
hidup sehat diperlukan dalam meningkatkan kesehatan psikologis penderita
kanker payudara.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 19 April 2017, dalam menghadapi penyakit kanker payudara yang
sedang diderita, subjek rela melakukan mastektomi dan melakukan
kemoterapi demi hidup sehatnya. Meskipun kedua pengobatan tersebut
menimbulkan efek perubahan terhadap kondisi fisik maupun psikologis
subjek. Selain itu kedua subjek tetap bersemangat menjalankan aktifitas
sehari-hari tanpa terhalang oleh penyakit kanker payudara yang dideritanya.
9
(SMP) dan Sekolah menengah atas (SMA) tetap bersemangat mengajar
muridnya, bahkan subjek sering menceritakan pengalamannya berjuang
melawan penyakit kanker payudara kepada orang disekitarnya agar dapat
dijadikan motivasi dalam menjalani kehidupan.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap optimisme yang dimiliki kedua subjek dalam
menghadapi penyakit kanker payudara yang diderita. Ketika individu
memiliki sikap positif berupa semangat dalam melawan penyakit kanker
payudara yang diderita, maka hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan
psikologisnya, sehingga tetap berusaha untuk melakukan hal-hal positif
untuk mencapai hidup sehat, tidak putus asa, serta memiliki kepastian untuk
memandang masa depan.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penelitian ini
disusun untuk menjawab pernyataan-pernyataan berikut:
1. Bagaimanakah gambaran optimisme hidup sehat pada wanita
penderita kanker payudara?
2. Bagaimanakah proses optimisme hidup sehat pada wanita
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran optimisme hidup sehat pada wanita
penderita kanker payudara.
2. Untuk mengetahui proses optimisme hidup sehat pada wanita
penderita kanker payudara.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi
klinis, psikologi perkembangan, dan psikologi sosial, terutama untuk
pemahaman mengenai optimisme hidup sehat pada wanita penderita
kanker payudara.
2. Manfaat Praktis
a. Subjek penelitian dan Penderita Kanker Payudara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
masukan kepada subjek penelitian maupun penderita lain yang
memiliki karakteristik serta kondisi yang hampir serupa dalam
menghadapi proses pengobatan kanker payudara yang sedang
dihadapi, sehingga diharapkan penderita mampu menghadapi situasi
yang tidak menyenangkan maupun tidak diharapkan dalam proses
11
b. Keluarga atau Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahanam akan
pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat di sekeliling
penderita kanker payudara agar dapat mengembangkan ptimisme
terhadap hidup sehat penderita dalam menjalani pengobatan.
c. Yayasan Kanker Payudara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang kebutuhan yang diperlukan oleh penderita kanker payudara
dalam mengembangkan optimisme yang dimiliki serta memberikan
motivasi bagi penderita kanker payudara sehingga dapat
mempercepat hidup sehatnya.
d. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
peneliti terutama mengenai bagaimana optimisme hidup sehat yang
dimiliki oleh seorang wanita penderita kanker payudara dalam
menjalani proses pengobatan.
E. Keaslian Penelitian
Untuk membedakan dan mendukung dalam penelitian ini, peneliti telah
menemukan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan tema
dengan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan A.M. Setyana Mega Cahyasari dan Histaning
Sakti (2014) yang berjudul Optimisme Kesembuhan Pada Penderita Mioma
12
fenomenologis. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa penderita
mioma uteri mengalami fluktuasi psikologis antara optimisme dan
pesimisme. Optimisme Kesembuhan muncul setelah subjek mengalami
peristiwa tertentu yang menyebabkan perubahan pola pikir. Optimisme
Kesembuhan menyebabkan subjek memiliki kekuatan dan keyakinan untuk
mengatasi mioma uteri.
Penelitian yang dilakukan oleh meilisa Lidya (2013) berjudul Hubungan
Optimisme dan Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara, Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan antara optimisme dan
kualitas hidup pada penderita kanker payudara. Semakin besar penderita
kanker payudara mempercayai hal-hal positif akan terjadi pada
kehidupannya maka ia akan semakin merasa puas terhadap kehidupan nya
terkait dengan penyakit kanker payudara yang diderita. Selain itu hubungan
yang sama juga terdapat antara optimisme dengan 4 domain kualitas hidup
yaitu kesehatan fisik, psikologi, hubungan sosial, dan lingkungan.
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
semakin besar penderita kanker payudara mempercayai hal positif akan
terjadi pada kehidupannya maka penilaian dan persepsi mereka mengenai
kondisi kesehatan fisik, psikologi, relasi sosial, dan lingkungan yang
mereka miliki terkait dengan penyakit kanker payudara yang diceritakan
semakin baik pula.
Penelitian yang dilakukan Aryanti Wardiah (2014) berjudul Faktor yang
13
hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi secara
signifikan terhadap optimisme kesembuhan respondennya adalah dukungan
sosial dan tingkat stress. Semakin tinggi stress semakin menurun skor
optimisme kesembuhan responden.
Penelitian yang dilakukan Albertin Winda R dan Y. Sudiantara (2014)
dengan judul Hardinness pada Wanita Penderita Kanker Payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hardiness pada wanita penderita kanker payudara. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa hardiness
berkembang karena pola asuh orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Rati Nuraini (2015) dengan judul
Ketahanan Psychologist pada Perempuan Penderita Kanker Payudara,
menyatakan bahwa ketahanan psikologis dengan melakukan keterampilan
transformational coping dan sel-sel dalam menjalani peristiwa penuh stres yang dialami, dengan secara aktif melakukan adaptasi dengan kondisi nya
dan lebih bersyukur dan memasrahkan permasalahan hidupnya pada Tuhan,
serta sosial, dari keluarga, tetangga dan para medis.
Penelitian terpublikasi di luar negeri diantaranya; Nighat Shaheen
(2011) yang berjudul Effect of Optimism on Psychological Stress in Breast Cancer Women. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa optimisme mempengaruhi pengalaman psikologis seorang wanita yang sebelum
maupun sesudah di diagnosis menderita kanker payudara dalam
14
Penelitian yang dilakukan oleh Charles s. Carver (1994) yang berjudul
Optimism Versus Pessimism Predict The Quality of Women’s Adjustment to
Early Stage Breast Cancer. Diperoleh hasil penelitian yakni sifat kepribadian opitimisme versus pesimisme sebagai prediktor penyesuaian selama tahun pertama pasca operasi hasilnya 70 wanita dengan kanker
payudara stadium awal menyatakan pada awal diagnosis mengalami
pesimisme mereka juga menilai hubungan seks mereka, serta mengalami
ketidaknyamanan fisik yang terjadi dengan aktivitas sehari-hari mereka dan
mengatakan adanya gangguan pikiran hasilnya menunjukan pesimisme
memiliki penyesuaian yang lebih buruk pada setiap waktu.
Penelitian yang dilakukan Karademas EC, Karvelis S (2007) Stress-Related Predictors of Optimism in Breast Cancer Survivors. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah optimisme diprediksi oleh
variabel terkait stress yang mewakili informasi tentang diri dan lingkungan
(yaitu stress yang berhubungan dengan penyakit self-efficacy) pada sample penderita kanker payudara. Penelitian ini menunjukan hasil bahwa stress
yang berhubungan dengan optimisme melalui penanganan, sedangkan
self-efficacy berpengaruh baik secara langsung maupun melalui penanganan
temuan ini mengkonfirmasi hipotesis bahwa pengetahuan tentang
kemampuan pribadi serta kesulitan lingkungan dapat memprediksi cara
seseorang mengevaluasi hasil dimasa depan.
Penelitian yang dilakukan oleh Bruce E. Compas and Linda Luecken
15
memberikan gambaran dampak emosional dan sosial dari kanker payudara
pada kehidupan pasien dan faktor yang terkait dengan penyesuaian yang
lebih baik dan lebih buruk. Intervensi psikososial telah bermanfaat dalam
mengurangi kesusahan pasien dan kualiatas hidup mereka.
Melihat beberapa hasil penelitian terpublikasi baik diluar negeri maupun
di Indonesia, persamaan yang muncul adalah pertama tentang optimisme
dan kedua dari sisi pendekatan atau metode penelitian yakni kualitatif.
Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya. Fokus penelitian kali ini adalah gambaran optimisme hidup
sehat pada wanita penderita kanker payudara dan proses optimisme hidup
sehat pada wanita penderita kanker payudara. Sementara penelitian lain
lebih fokus pada faktor yang mempengaruhi optimisme dan fokus pada
hubungan antara optimisme dengan variabel psikologis lain seperti halnya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kanker Payudara
1. Definisi Kanker Payudara
Semua kanker adalah penyakit sel. Sel adalah bangunan terkecil
dalam tubuh yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Kelompok
sel membentuk jaringan dalam organ tubuh dan memiliki fungsinya
masing-masing. Sel-sel normal memperbanyak diri yang menyebabkan
jaringan tubuh dapat memperbaiki diri dari kerusakan. Jika fungsi
normal terganggu, dapat menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak
terkontrol dan akhirnya membentuk benjolan yang disebut tumor. Ada
dua jenis tumor, yakni tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas inilah
yang disebut kanker (Pennery, Speechley dan Rosenfield, 2009).
Sel-sel kanker dapat menyebar dan mengembangkan diri ke seluruh
tempat didalam tubuh, termasuk tumbuh di payudara. Tumor ganas yang
berisi sel-sel kanker yang menyerang kelenjar payudara disebut dengan
kanker payudara (Setiati, 2009).
Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada
payudara yang terus menerus tumbuh berlipat ganda. Kemudian, sel-sel
itu membentuk benjolan pada payudara. Apabila sel-sel kanker ini tidak
terkontrol atau tidak di buang, maka sel-sel ini dapat menyebar
17
meningkatnya resiko terkena kanker payudara, yaitu faktor keturunan
atau genetik dan faktor hormonal (American Cancer Society, 2012). Dixon, MR. J. Michael., & Leonard, MR. Robert C. F (2002)
menyatakan bahwa kanker payudara merupakan penyakit di organ
payudara yang disebabkan oleh adanya sel-sel yang tumbuh dan
membelah diri lebih cepat dari pada sel-sel yang mati. Sehingga sel-sel
membentuk benjolan menjadi lebih besar dan terus membesar. Saat
benjolan berkembang ukurannya, beberapa sel akan mengembangkan
kemampuannya untuk menyingkir dari benjolan tersebut dan pindah ke
bagian tubuh lain melalui aliran darah. Ini disebut penyebaran
(metastasis) kanker dan mulai membentuk benjolan baru di tempat lain
dalam tubuh.
Sukardja (2000) menyatakan bahwa kanker payudara adalah
kelainan pada payudara yang terjadi karena adanya kerusakan gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Hampir tidak ada kanker
yang dapat sembuh dengan spontan dan bila kanker itu dibiarkan terus
tumbuh cepat dan lambat akhirnya akan menimbulkan kematian
penderitanya.
Diananda (2008) kanker payudara terjadi bila pada payudara
terdapat pertumbuhan sel-sel yang berlebihan maka akan terjadi suatu
benjolan atau tumor. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas,
tumor yang ganas yang terdapat pada payudara Inilah yang disebut
18
Dari definisi-definisi yang dijelaskan maka dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan kanker payudara adalah tumor ganas yang terdapat
pada payudara yang terjadi karena kerusakan gen yang mengatur
pertumbuhan dan diferensiasi sel yang dapat mengakibatkan kematian
pada penderita jika tidak cepat ditangani.
2. Faktor Resiko Kanker Payudara
Etiologi kanker payudara belum diketahui secara pasti karena
bersifat multifaktorial. Tjindarbumi (Hawari, 2004) menemukan
beberapa faktor risiko yang diduga berhubungan dengan kanker
payudara, yaitu:
a. Usia
Wanita yang berusia lebih dari 30 tahun mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara
dan risiko ini akan bertambah sampai usia 50 tahun dan setelah
menopause.
b. Riwayat kehamilan atau melahirkan
Wanita yang hamil diatas usia 30 tahun atau melahirkan anak
pertama pada usia diatas 35 tahun memiliki risiko dua kali lebih
besar menderita kanker payudara.
c. Riwayat pernikahan
Wanita yang tidak atau belum pernah kawin risikonya 2-4 kali
19
d. Faktor genetik
Riwayat Keluarga menderita kanker payudara, misalnya ibu,
saudara kandung (saudara perempuan) atau saudara perempuan
ibu memiliki resiko 2-3 kali lebih besar untuk menderita kanker
payudara.
e. Riwayat masa haid pertama (Menarche) dan berakhir (Manopause)
Wanita yang mengalami masa haid pertama lebih awal kurang
dari 12 tahun dan masa haid berakhirnya terlambat lebih dari
diatas 55 tahun akan meningkatkan risiko terkena kanker
payudara.
f. Riwayat menderita kanker payudara dan riwayat operasi
Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma, atau tumor jinak
payudara, pernah mengalami operasi mastektomi akan memiliki
risiko munculnya kanker payudara pada payudara yang sehat
atau, pernah mengalami operasi tumor ovarium.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa faktor
risiko penyebab kanker payudara berasal dari berbagai macam faktor
yang tidak kita sadari secara langsung. Sehingga diperlukan
pengetahuan mengenai faktor risiko penyebab kanker payudara sejak
20
3. Gejala Kanker Payudara
Payudara selalu berubah dalam kehidupan seorang wanita seiring
dengan meningkatnya usia. Pada tahap awal kanker payudara, biasanya
penderita tidak merasakan sakit atau tidak ada tanda-tandanya sama
sekali. Namun, sel kanker semakin lama semakin membesar dan adapun
gejala kanker payudara yang diungkapkan oleh Diananda (2008), yaitu:
a. Adanya gumpalan benjolan dibawah ketiak.
b. Jaringan buah dada yang menebal dan terasa sakit.
c. Puting susu terasa sakit dan keluar darah.
d. Perubahan kulit pada daerah puting susu.
Dinyatakan oleh Sukardja (2000) bahwa riwayat penyakit kanker
payudara dapat dibagi menjadi dua stadium, yaitu:
a. Stadium Praklinik
Stadium praklinik yaitu stadium pada saat kanker itu belum
dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik yang ada
sampai batas tertentu. mungkin masih dapat diketahui dengan
pemeriksaan penunjang klinik pada saat tumor ini yang lebih
kecil dari 1/2 cm hampir tidak dapat diketahui adanya dengan
pemeriksaan klinik maupun penunjang klinik. Diperkirakan
lama stadium praklinik itu kurang lebih 2/3 dari lama perjalanan
hidup kanker dan hanya kurang lebih 1/3 dari lama hidupnya
21
b. Stadium Klinik
Ialah stadium pada saat kanker itu telah cukup besar atau
telah memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya
dengan pemeriksaan klinik atau penunjang klinik. Selanjutnya
stadium klinik itu dibagi lagi menjadi 3 atau 4 stadium
tergantung dari jenis kanker itu.
Keparahan kanker payudara dapat dilihat dari setiap stadium.
Stadium kanker payudara menurut Ramli (2000), yaitu:
a. Stadium I
Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya,
tidak ada fiksasi, ke kulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor
1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba.
b. Stadium II
Besar tumor menjadi 2,5-5 cm dan sudah ada salah satu atau
beberapa kelenjar getah bening yang masih bebas dengan
diameter kurang dari 2 cm.
c. Stadium IIIa
Tumor sudah meluas dalam payudara, dengan ukuran 5-10 cm
tapimasih bebas dijaringan sekitarnya.
d. Stadium IIIb
Tumor sudah meluas dengan ukuran 5-10 cm, fiksasi pada kulit
atau dinding dada, kulit merah dan ada oederma, ulserasi, dan
22
lain, atau melekat dengan jaringan sekitarnya. Diameter lebih
dari 2,5 cm belum ada metastasis jauh.
e. Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain, Tetapi sudah disertai dengan
kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh
lainnya.
4. Pengobatan Kanker Payudara
Pengobatan kanker payudara dapat dilakukan dalam berbagai
cara tergantung dari kanker itu sendiri, misalnya operasi dan berbagai
macam terapi kemoterapi, radiasi, terapi target dan terapi hormon.
Berikut adalah cara-cara pengobatan kanker payudara (Pennery,
Speechly dan Rosenfield, 2009), yaitu:
1. Operasi
Pengobatan ini lebih banyak ditawarkan sebagai pengobatan
pertama. Tujuannya adalah untuk mengangkat dan
menghilangkan kanker sepenuhnya dari payudara. Ada dua
jenis operasi kanker payudara, yakni operasi konservasi
payudara dan mastektomi. Operasi konservasi payudara
merupakan operasi kecil yang hanya menghilangkan
sebagian kecil dari jaringan di payudara. Mastektomi
merupakan pengangkatan seluruh jaringan payudara
23
2. Kemoterapi
Pengobatan kanker payudara jenis ini menggunakan
obat-obatan guna membunuh sel-sel abnormal. Tujuan dari terapi
ini adalah untuk menghancurkan sel-sel racun dan sel-sel
kanker yang telah menyebar dari payudara ke bagian tubuh
yang lain. Pemberian terapi bisa dilakukan sebelum dan
sesudah pembedahan.
3. Radioterapi
Radioterapi adalah pengobatan yang menggunakan sinar x
energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker yang
mungkin menyebar setelah operasi. Sel-sel kanker
membelah lebih cepat dari sel normal, sehingga perlu
bantuan radioterapi untuk memudahkan sel normal untuk
memperbaiki diri. Pengobatan ini dilakukan setelah operasi
payudara.
4. Terapi Target
Terapi ini termsuk dalam jenis pengobatan yang baru
berkembang beberapa tahun terakhir. Pengobatan ini juga
menggunakan obat-obatan yang bekerja menghalangi
protein yang merangsang tumbuhnya sel-sel kanker
payudara. Pengobatan ini dilakukan dengan cara pemberian
cairan infus ke pembuluh dara di tangan atau lengan. Terapi
24
5. Terapi Hormon
Terapi Hormon adalah terapi obat yang mencegah hormone
estrogen yang bertugas merangsal tumbuhnya kanker
payudara. Pemberian terapi hormon sama dengan
kemoterapi, yakni diberikan pada sebelum dan sedsudah
operasi payudara.
Pemberian pengobatan dilakukan pada setiap stadium kanker
payudara (Manjoer, 2008), yaitu:
1. Pada stadium I dan II dilakukan mastektomi radikal atau
modifikasi mastektomi radikal. Dapat juga dilanjutkan dengan
radiasi regional dan kemoterapi adjuvan
2. Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah
kemoterapi adjuvan. Dapat juga dilakukan mastektomi simpleks
ditambah radioterapi pada tumorbed dan KGB regional 3. Pada stadium lebih lanjut dilakukan tindakan paliatif
Menurut Sukardja (2000) terapi yang diberikan pada penderita
kanker memiliki dua macam tujuan yaitu:
a. Terapi kuratif bertujuan untuk menyembuhkan
Terapi kuratif adalah tindakan untuk menyembuhkan penderita
yaitu membebaskan penderita dari kanker yang dideritanya
untuk selama lamanya penyembuhan umumnya hanya mungkin
25
b. Terapi paliatif bertujuan untuk meringankan
Terapi paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan
beban penderita kanker terutama bagi yang tidak mungkin
disembuhkan lagi tujuan paliatif adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup dua mengatasi komplikasi yang terjadi dan 3
mengurangi atau meringankan keluhan.
Terapi yang diberikan pada penderita kanker pada umumnya
adalah cara consequence yaitu setelah selesai dengan cara terapi yang satu terapi yang lain akan mulai diberikan pemberian bermacam-macam
cara terapi sekaligus yang diberikan dalam waktu yang bersamaan.
Penderita umumnya tidak mampu menahan pemberian terapi sekaligus.
Pemberian terapi berupa operasi radioterapi atau kemoterapi akan
menurunkan imunitas penderita usaha menjaga imunitas penderita
untuk tidak turun terlalu banyak sangat diperlukan agar tidak
mengakibatkan bahaya infeksi yang memungkinkan fatal.
5. Masalah Psikologis Penderita Kanker Payudara
Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi payudara
kemungkinan mempengaruhi wanita secara kejiwaan maupun
emosional. Karena bentuk dan ukuran payudara adalah aspek seksualitas
yang penting bagi setiap wanita. Seorang wanita akan mengalami
berbagai macam perasaan atau emosi ketika mendengar dirinya
menderita kanker payudara. Payudara sangat berarti bagi seorang
26
daya tarik seksual sekaligus daerah erogen yang sensitive untuk
membangkitkan sensasi-sensasi sensual. (Hawari, 2004)
Penelitian Saheen dkk (2011) yang berjudul Effect of Breast Cancer on Physiological and Psychological Health of Patients memberikan hasil bahwa kanker payudara memberikan dampak besar pada kesehatan
fisik dan psikologis dari penderita. Hasilnya menunjukkan bahwa 80%
penderita kanker payudara mengalami stress tingkat tinggi pada saat
mendapat diagnosis atas penyakitnya dan saat menjalani perawatan.
Stress yang dialami penderita kanker payudara dapat memperburuk
kondisi penyakitnya. Emosi negatif yang muncul pada penderita akibat
stress dapat menyebabkan penderita berhenti melakukan hal-hal baik
dan memulai hal-hal yang buruk yang cukup mengkhawatirkan bagi
seseorang yang menderita penyakit serius.
Hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi para penderita
kanker payudara dan juga orang disekitarnya adalah adanya mental
psikologis penderita yang bisa saja akan mengalami penurunan secara
drastis akibatnya penderita mengalami depresi dan bahkan bisa
melakukan bunuh diri. Wanita yang pernah menderita kanker payudara
memiliki resiko bunuh diri 37% lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang tidak pernah menderita kanker payudara dan meningkatkan
resiko tersebut terus berlangsung setidaknya hingga 25 tahun setelah
27
Resiko bunuh diri juga makin besar dengan peningkatan stadium
kanker. Peran serta keluarga dan orang di sekitarnya untuk memberikan
dukungan hidup untuk penderita akan sangat besar artinya sehingga
keluarga harus merawat penderita agar tidak mengalami stress atau
depresi.
B. Optimisme Hidup Sehat 1. Pengertian Optimisme
Seligman (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010) menyatakan bahwa
optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang
baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Menurut
Segerestrom (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010) optimisme adalah
cara berpikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.
Kassin (1995) mendefinisikan optimisme sebagai suatu kecenderungan
untuk mengharapkan hasil yang positif. Bishop (1994) menambahkan
bahwa seseorang yang optimis adalah orang yang selalu melihat sisi
baik dari segala sesuatu.
Carver dan Scheier (dalam Snyder dan Lopez, 2002) mendefinisikan
optimisme sebagai sikap individu yang selalu memiliki harapan-harapan
positif walaupun sedang dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Individu yang memiliki optimisme merupakan individu yang
mengharapkan hal-hal baik terjadi pada mereka, sedangkan individu
pesimis adalah individu yang mengharapkan hal buruk terjadi atas
28
Optimisme merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk
menginterpretasi secara positif kejadian dan pengalaman dalam
kehidupannya. Optimisme membuat individu untuk tetap percaya
bahwa individu dapat mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan
pesimisme ragu akan kemampuannya (Baumgardner & Crothes, 2010).
McGinnis (1995) menyatakan bahwa individu yang optimis adalah
individu yang bertindak karena mereka yakin bahwa mereka
mempunyai pengendalian yang besar sekali atas masa depan mereka.
Sedangkan menurut segerstrom (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010)
optimisme adalah cara berpikir positif dan realistis dalam memandang
suatu masalah.
Compton (2005) menyatakan bahwa optimisme dapat digambarkan
dalam beberapa cara, yakni: (1) Optimisme dapat digambarkan sebagai
sebuah pengharapan bahwa sesuatu akan membaik di masa yang akan
datang, (2) Optimisme dapat digambarkan sebagai sebuah harapan atau
keyakinan bahwa sebuah tindakan dan ketekunan akan mengiring kita
pada tujuan yang ingin kita raih, (3) Optimisme juga dapat digambarkan
sebagai sebuah gaya penjelasan atau cara dimana seseorang
menjelaskan sebab dari sebuah kejadian kepada diri mereka sendiri.
Optimisme dalam pandangan islam adalah wujud keyakinan hamba
kepada RobbNya, sebagai hamba Allah seseorang tidak boleh merasa
29
lagi Maha Pemberi. Seperti yang dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat
139, Allah SWT berfirman:
ينمؤم متنك نإ نولعْٱ متنأو
۟اون َو ۟اونه َو
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.”
Al-Quran mengingatkan manusia terutama orang-orang yang
beriman dan beramal saleh untuk optimis dalam kehidupan. Sebab,
Allah SWT tidak pernah mengingkari janjinya. Dalam surat al-Fushilat
ayat 30 dan 31, Allah SWT berfirman:
إ
َو ۟اوفا َأ ةكئٰ ٰٰلملٱ مهيلع ل نت ۟اومٰ ٰٰقتسٱ م ََٱ انبر ۟اولاق ني
لٱ ن
َ
ن لٱب ۟او ِ
شبأو ۟اون
نو عو متنك ِت
لٱ ة
َ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut
dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
مك فنأ ِت ت ام اهيف مكلو ۖ ة خاءلٱ فو اين لٱ ة وي لٱ ف مكؤايلوأ ن ن
30
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat;
di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.”
Optimisme merupakan bagian dari akhlak yang mulia. Sikap itu juga
akan memberi dorongan untuk mengatasi setiap kesulitan. Kegagalan
merupakan keberhasilan yang tertunda. Hal tersebut dijelaskan dalam
surat Al-Insyiroh ayat 4 dan 5, Allah SWT berfirman:
ك كذ كل انعفرو
“Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu,”
عم نإف
اًشي شعلٱ
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,”
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
optimisme adalah suatu pola berpikir yang positif dalam melihat suatu
permasalahan dan dengan adanya keyakinan ini, akan menimbulkan
harapan bahwa hasil yang baik akan mudah datang dari pada hasil yang
buruk.
2. Pengertian Hidup Sehat
Menurut kementrian kesehatan (2012) mendefinisikan hidup sehat
adalah hidup tanpa gangguan masalah kesehatan baik berupa
penyakit-penyakit fisik (kondisi tubuh) maupun non fisik (kondisi jiwa, hati, dan
pikiran). Perilaku sehat merupakan tindakan yang dilakukan individu
31
pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran
melalui olahraga, serta makan makanan bergizi.
Praktik perilaku hidup sehat dilakukan sebagai upaya untuk
mendapatkan hidup sehat, atau secara sederhana dapat dikatakan
sebagai hidup dengan cara yang sehat, untuk mendapatkan
kesejahteraan badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial maupun ekonomi. Perilaku hidup sehat sebagai
perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Menurut pandangan World Health Organization (WHO) Hidup sehat adalah suatu keadaan mental, fisik maupun kesejahteraan sosial,
dan bukan hanya pada ketiadaan penyakit pada seluruh manusia.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hidup sehat
merupakan kondisi dimana seseorang berupaya untuk mendapatkan
kesehatan, atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai hidup dengan
cara yang sehat, untuk mendapatkan kesejahteraan badan, jiwa dan
sosial.
3. Optimisme Hidup Sehat
Optimisme adalah salah satu faktor dalam psikologi positif yang
terbukti dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Optimisme sangat
berhubungan dengan hasil-hasil positif yang diinginkan seseorang
32
kesehatan yang bagus, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang
muncul (Chang, L dan McBride, 1996).
Carver dan Scheier (dalam Snyder dan Lopez, 2002) mendefinisikan
optimisme sebagai sikap individu yang selalu memiliki harapan-harapan
positif walaupun sedang dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Individu yang memiliki optimisme merupakan individu yang
mengharapkan hal-hal baik terjadi pada mereka, sedangkan individu
pesimis adalah individu yang mengharapkan hal buruk terjadi atas
mereka.
Dalam penelitian ini, variabel psikologis yang digunakan
merupakan optimisme. Optimisme seseorang yang sedang dalam
kondisi yang tidak menyenangkan seperti halnya menderita sakit, adalah
mereka berharap mendapatkan hasil yang positif yakni mencapai hidup
sehat.
Seligman (2006) mengemukakan bahwa optimisme dan pesimisme
mempengaruhi kesehatan. Optimisme dapat membantu meningkatan
kesehatan psikologis, sehingga diharapkan akan mempengaruhi
perilaku individu ke arah yang lebih positif. Optimisme dapat
mempengaruhi kesehatan individu selama masa kehidupan dengan
mencegah ketidakberdayaan, sehingga membuat sistem kekebalan
tubuh dapat berfungsi lebih baik (Seligman, 2008).
Optimisme membuat individu memiliki kesehatan yang lebih baik,
33
tinggi, apabila dibandingkan dengan individu yang cenderung
pesimisme. Berdasarkan penjelasan diatas, optimisme hidup sehat dapat
diartikan sebagai harapan positif individu yang menghasilkan sikap
positif dalam mendapatkan kesehatan, atau secara sederhana dapat
dikatakan sebagai hidup dengan cara yang sehat, untuk mendapatkan
kesejahteraan fisik dan psikis.
4. Perbedaan antara Optimisme dan Pesimisme
Carver & Scheier (dalam Synder & Lopez, 2005) menyatakan
bahwa individu yang optimis dan individu yang pesimis memiliki
perbedaan dalam beberapa cara yang berpengaruh besar dalam hidup
mereka. Perbedaan mereka terletak pada cara pendekatan dalam
menghadapi masalah dan tantangan yang mereka alami, dan mereka
berbeda dalam tata cara serta kesuksesan dalam mengatasi
permasalahan hidup. Individu yang optimis memiliki kecenderungan
untuk menganggap bahwa seluruh Masalah dapat terselesaikan, baik
dengan satu cara maupun cara lainnya. Mereka juga memiliki keyakinan
dan kegigihan dalam menghadapi suatu masalah.
Dilain pihak individu yang pesimis memiliki kecenderungan untuk
mengantisipasi kemungkinan bertambah buruknya masalah, dan mereka
juga cenderung ragu-ragu dalam menghadapi masalah yang mereka
alami.
McClean (dalam Lestari dan Lestari, 2005) berpendapat bahwa
34
1. Time Factor, yaitu menerangkan hal yang ber hitungan dengan waktu.
2. Space Factor, yaitu menerangkan pengaruhnya terhadap situasi yang berbeda.
3. Cause Factor, yaitu menerangkan Siapa yang menjadi penyebab terhadap peristiwa yang dialami.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa individu
yang memiliki optimisme adalah individu yang mengharapkan akan terjadi
hal-hal baik dimasa yang mendatang, sedangkan pesimis adalah sikap
individu yang mengharapkan akan terjadi hal-hal yang buruk dimasa yang
akan datang.
5. Ciri-ciri Optimisme
Menurut McGinnis (1995) ciri-ciri optimisme diantaranya meliputi:
1. Jarang merasa terkejut oleh kesulitan. Hal ini dikarenkan orang yang
optimis berani menerima kenyataan dan mempunyai penghargaan
yang besar pada hari esok.
2. Mencari pemecahan sebagian permasalahan. Orang optimis
berpandangan bahwa tugas apa saja, tidak peduli sebesar apapun
masalahnya bisa ditangani kalau kita memecahkan bagian-bagian
dari yang cukup kecil. Mereka membagi pekerjaan menjadi
35
3. Merasa yakin bahwa mampu mengendalikan atas masa depan
mereka. Individu merasa yakin bahwa dirinya mempunyai
kekuasaan yang besar sekali terhadap keadaan yang
mengelilinginya. Keyakinan bahwa individu menguasai keadaan ini
membantu mereka bertahan lebih lama setelah lain-lainnya
menyerah.
4. Memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur. Orang yang
menjaga optimisnya dan merawat antusiasmenya dalam waktu
bertahun-tahun adalah individu yang mengambil tindakan secara
sadar dan tidak sadar untuk melawan entropy (dorongan atau keinginan) pribadi, untuk memastikan bahwa sistem tidak
meninggalkan mereka.
5. Menghentikan pemikiran yang negatif. Optimis bukan hanya
menyela arus pemikirannya yang negatif dan menggantikannya
dengan pemikiran yang lebih logis, mereka juga berusaha melihat
banyak hal sedapat mungkin dari segi pandangan yang
menguntungkan.
6. Meningkatkan kekuatan apresiasi, yang kita ketahui bahwa dunia
ini, dengan semua kesalahannya adalah dunia besar yang penuh
dengan hal-hal baik untuk dirasakan dan dinikmati.
7. Menggunakan imajinasi untuk melatih sukses. Optimis akan
36
imajinasinya. Mereka belajar mengubah kekhawatiran menjadi
bayangan yang positif.
8. Selalu gembira meskipun sedang tidak merasa bahagia. Optimis
berpendampingan bahwa dengan perilaku ceria akan lebih merasa
optimis.
9. Merasa yakin bahwa memiliki kemampuan yang hampir tidak
terbatas untuk diukur. Optimis tidak peduli berapapun umurnya,
individu mempunyai keyakinan yang sangat kokoh karena apa yang
terbaik dari dirinya belum tercapai.
10.Suka bertukar berita baik. Optimis berpandangan, apa yang kita
bicarakan dengan orang lain mempunyai pengaruh yang penting
terhadap suasana hati kita.
11.Membina cinta dalam kehidupan. Optimis saling mencintai sesama
mereka. Individu mempunyai hubungan yang sangat erat. Individu
memperhatikan orang-orang yang sedang berada dalam kesulitan,
dan menyentuh banyak arti kemampuan. Kemampuan untuk
mengagumi dan menikmati banyak hal pada diri orang lain
merupakan daya yang sangat kuat yang membantu mereka
memperoleh optimisme.
12.Menerima apa yang tidak bisa diubah. Optimis berpandangan orang
yang paling bahagia dan paling sukses adalah yang ringan kaki, yang
berhasrat mempelajari cara baru, yang menyesuaikan diri dengan
37
membuat frustasi dan mereka melihat orang-orang ini tidak akan
berubah, mereka menerima orang-orang itu apa adanya dan bersikap
santai. Mereka berprinsip “Ubahlah apa yang bisa anda ubah dan
terimalah apa yang tidak bisa anda ubah”.
Robinson (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010) menyatakan bahwa
individu yang memiliki sikap optimis jarang menderita depresi dan lebih
muda menggapai kesuksesan dalam hidup, memiliki kepercayaan, dapat
berubah ke arah yang lebih baik, adanya pemikiran dan kepercayaan
mencapai sesuatu yang lebih dan selalu berjuang dengan kesadaran penuh.
Scheiver dan Cartier (dalam Synder & Lopez, 2005) menegaskan
bahwa individu yang optimis akan berusaha menggapai penghargaan
dengan pemikiran positif, yakin akan kelebihan yang dimiliki. Individu
optimis biasa bekerja keras menghadapi stress dan tantangan sehari-hari
secara efektif, berdoa dan mengakui adanya faktor keberuntungan dan
faktor lain yang turut mendukung keberhasilan nya.
Individu yang memiliki optimisme memiliki impian untuk mencapai
tujuan berjuang dengan sekuat tenaga dan tidak ingin duduk berdiam diri
menanti keberhasilan yang akan diberikan oleh orang lain. Individu optimis
ingin melakukan sendiri segala sesuatu dan tidak ingin memikirkan
ketidakberhasilan sebelum mencoba. Individu yang optimis berpikir yang
terbaik tetapi juga memahami untuk memilih bahagian mana yang memang
38
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang
yang memiliki optimisme yaitu orang yang merasa mampu mengatasi setiap
masalah fisik maupun psikologis yang menimpanya berdasarkan
pandangannya yang selalu positif terhadap suatu masalah.
6. Aspek- Aspek Optimisme
Seligman (2002) menunjukkan dua karakteristik respon terhadap
kejadian-kejadian buruk yang dihadapi oleh individu. Dua karakteristik
respon tersebut yaitu pessimistic explanatory style dan optimistic explanatory style. Terdapat 3 macam gaya penjelasan (explanatory style)
yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization. Aspek-aspek tersebut menjelaskan gaya individu dalam menanggapi peristiwa baik dan
peristiwa buruk.
Aspek permanence menjelaskan hal yang berkaitan dengan waktu, yaitu permanen/tetap dan temporer/sementara. Individu yang memiliki
optimisme menganggap peristiwa baik memiliki penyebab yang permanen.
Individu yang menyerah mudah percaya bahwa penyebab kejadian buruk
yang terjadi pada individu adalah hal yang bersifat tetap/permanen. Individu
yang percaya bahwa kejadian baik mempunya penyebab yang permanen,
akan berusaha lebih keras setelah mengalami keberhasilan.
Aspek pervasiveness memaparkan tentang gaya penjelasan individu yang berkaitan dengan ruang lingkup. Individu yang membuat penjelasan
39
menimpa individu, sedangkan individu yang membuat penjelasan yang
spesifik dapat menjadi lemah di salah satu bagian dari hidup, namun tetap
bertahan pada bagian yang lain. orang yang optimis memiliki penjelasan
spesifik terhadap suatu permasalan sehingga hanya menciptakan
ketidakberdayaan pada daerah yang tertimpa masalah saja.
Aspek personalization berkaitan dengan sumber penyebab suatu peristiwa yang meniimpa individu. Ketika hal buruk terjadi, individu dapat
menyalahkan diri sendiri, atau menyalahkan orang lain atau keadaan.
Individu yang menyalahkan diri sendiri ketika gagal, memiliki harga diri
yang rendah sebagai konsekuensinya. Individu yang optimis cenderung
menyalahkan peristiwa buruk yang menimpanya pada lingkungan eksternal.
Individu yang menyalakan pada kejadian eksternal tidak kehilangan rasa
penghargaan terhadap dirinya sendiri saat kejadian buruk menimpanya
(Seligman, 2008).
Seligman (2008) menggambarkan tipe pesimis sebagai seseorang yang
menunjukkan:
1. Kegagalan sebagai sesuatu yang :
a. Internal, yaitu menganggap bahwa kegagalan yang terjadi
adalah akibat kesalahannya.
b. Permanen, menganggap bahwa dirinya telah gagal untuk
40
c. Global, merasa bahwa dirinya tidak mampu atau buruk pada
segala hal, atau tidak mempunyai kelebihan sedikitpun.
2. Kesuksesan sebagai sesuatu yang :
a. Eksternal, menganggap bahwa keberhasilan yang diperoleh
berasal dari faktor keberuntungaan semata.
b. Temporer, menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai
hanya karena tugas yang dilakukan tidak sulit.
c. Spesifik, merasa bahwa keberhasilan yang diperolehnya
hanya dapat dicapai pada salah satu bidang saja, dan tidak
mungkin bisa mendapat keberhasilan dibidang yang lain.
Sebaliknya, orang yang optimis mempunyai penilaian yang
bertolak belakang dengan orang pesimis, tentang keberhasilan
dan kegagalan. Berikut ini tabel untuk mempermudah
[image:49.595.100.517.112.655.2]membedakan antara sifat optimis dengan sifat pesimis.
Tabel 1
Perbedaan antara Optimistime dan Pesimisme
Optimist Pesimist Good Event Internal, Permanent,
Global
External, Temporary, Spesific
Bad Event External, Temporary, Spesific
Internal, Permanent, Global
41
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat kita simpulkan bahwa orang
yang optimis akan memandang suatu kejadian positif sebagai suatu hal yang
akan terus terjadi ( permanent ) meski dalam kondisi apapun (universal), hal ini diakibatkan karena mereka percaya bahwa kejadian Positif itu
muncul akibat faktor dari dalam dirinya ( internal). Sementara bila mereka berhadapan dengan kejadian negatif mereka akan memandangnya sebagai
suatu hal yang sementara dan spesifik atau hanya pada saat tertentu saja.
Hal ini diakibatkan karena mereka percaya bahwa hal yang negatif muncul
diakibatkan faktor dari luar dirinya (external).
7. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Optimisme
Menurut para ahli ada beberapa faktor yang mempengaruhi
optimisme, yaitu (Idham, 2011):
1. Pesimis, banyak orang yang menyatakan mereka ingin bisa lebih
positif tetapi mereka berpikir tepuruk dengan sifat pesimistik, dan
untuk dapat mengubah dirinya dari pesimis menjadi optimis dapat
melalui rencana tindakan yang ditetapkan sendiri (McGinnis, 1995).
2. Pengalaman bergaul dengan orang lain, kemampuan untuk
mengagumi dan menikmati hal pada diri orang lain merupakan daya
yang sangat kuat, sehingga dapat membantu mereka memperoleh
optimisme (Clark, dalam McGinnis, 1995).
3. Prasangka, prasangkaan hanyalah prasangkaan, bisa merupakan
42
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi optimisme seseorang
adalah mereka yang memiliki kepercayaan diri yang rendah,
lingkungan pergaulan yang tidak baik, selalu memiliki prasangka
yang tidak baik untuk dirinya maupun dengan orang lain.
8. Optimisme Hidup Sehat pada Wanita Penderita Kanker Payudara Dari serangkaian penjelasan tentang optimisme di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa optimisme adalah suatu pola berpikir yang
positif dalam melihat suatu permasalahan dan dengan adanya keyakinan
ini, akan menimbulkan harapan bahwa hasil yang baik akan mudah
datang daripada hasil yang buruk.
Seligman (2006) mengemukakan bahwa optimisme dan pesimisme
mempengaruhi kesehatan. Optimisme dapat membantu meningkatan
kesehatan psikologis, sehingga diharapkan akan mempengaruhi
perilaku individu ke arah yang lebih positif. Optimisme dapat
mempengaruhi kesehatan individu selama masa kehidupan dengan
mencegah ketidakberdayaan, sehingga membuat sistem kekebalan
tubuh dapat berfungsi lebih baik (Seligman, 2008).
Optimisme membuat individu memiliki kesehatan yang lebih baik,
jarang mengalami depresi, serta memiliki produktivitas kerja yang
tinggi, apabila dibandingkan dengan individu yang cenderung
43
Berdasarkan penjelasan diatas, optimisme hidup sehat pada wanita
penderita kanker payudara dapat diartikan sebagai harapan positif yang
menghasilkan sikap positif dalam menjalani kehidupan dengan cara
yang sehat, untuk mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis pada
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal yang terpenting dari
suatu barang atau jasa. Hal terpenting tersebut bisa berupa kejadian,
fenomena, dan gejala sosial. Dari beberapa hal tersebut akan memiliki
makna yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep
teori peneliti. (Ghony & Almansyur, 2012)
Tujuan utama pada penelitian ini adalah ingin menggambarkan
bagaimana optimisme hidup sehat pada wanita penderita kanker payudara,
dan bagaimana proses optimisme hidup sehat pada wanita penderita kanker
payudara. Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Sesuai dengan pendapat Ghony (2012) yang menyatakan bahwa tujuan
terpenting dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang
dialami subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain sebagainya. Selain itu juga mendapatkan pemahaman yang mendalam
mengenai masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis studi kasus. Menurut Poerwandari (2005) studi kasus digunakan untuk
memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai interrelasi
45
menghasilkan konsep-konsep atau teori-teori tanpa upaya
menggeneralisasikan.
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang wanita berusia 35
tahun dan 40 tahun yang telah didiagnosa menderita kanker payudara.
Kedua subjek telah menjalani proses pengobatan berupa kemoterapi. Kedua
subjek telah menjalani operasi pengangkatan payudara (mastektomi).
Subjek pertama berprofesi sebagai guru, sementara subjek kedua berprofesi
sebagai ibu rumah tangga yang juga berdagang.
Subjek pertama hingga saat ini masih aktif dalam kegiatan mengajar
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Selain itu subjek sering menceritakan pengalamannya berjuang melawan
penyakit kanker payudara kepada orang disekitarnya agar orang lain lebih
waspada terhadap kanker payudara dan memberikan motivasi dalam
menjalani kehidupan.
Subjek kedua berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang juga
berdagang makanan didekat rumahnya. Meskipun terhalang masalah
ekonomi, subjek tetap berjuang untuk penyembuhan kanker yang diderita.
Keunikan kedua subjek dalam penelitian ini adalah meskipun kedua subjek
menderita kanker payudara stadium lanjut, dan menjalani proses kemoterapi
yang tidak mudah, serta telah melakukan operasi pengangkatan payudara
(mastektomi), Subjek tetap bersemangat dalam manjalani kehidupan dan
46
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan
penelitian seperti wawancara dan dokumentasi. Lokasi pengambilan data
pada subjek pertama dan subjek kedua adalah dirumah masing-masing
subjek. Pengambilan data pada subjek pertama, wawancara dilakukan
dirumah subjek yang terletak di desa tawangsari, kecamatan taman,
Kabupaten Sidoarjo. Untuk significant other subjek pertama adalah anak kandung subjek dan keponakan terdekat subjek. Sedangkan pada subjek
kedua, wawancara dilakukan dirumah yang terletak di desa tawangsari,
kecamatan taman, Kota Sidoarjo. Untuk significant other subjek kedua adalah dua anak kandung subjek yang bertempat tinggal yang sama dengan
subjek.
C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2008), sumberdata
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya. Penelitian ini