• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah perkembangan PAC IPNU-IPPNU di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban pada tahun 1982-1998 M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah perkembangan PAC IPNU-IPPNU di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban pada tahun 1982-1998 M."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERKEMBANGAN PAC IPNU-IPPNU DI KECAMATAN

PLUMPANG KABUPATEN TUBAN PADA TAHUN 1982- 1998 M

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh:

NUR ALFU KHOIRIAH

NIM: A7.22.13.140

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Sejarah perkembangan PAC IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang kebupaten Tuban pada tahun 1982-1998 M”. Yang memfokuskan

pada rumusan masalah yaitu “1. Bagaimana sejarah munculnya IPNU-IPPNU

Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban?, 2. Bagaimana dinamika perkembangan PAC IPNU-PPNU di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban pada tahun 1982-1998 M?, 3. Bagaimana konstribusi PAC IPNU-IPPNU Plumpang terhadap pemuda, negara dan masyarakat sekitar?”.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Historis, karena tema peneitian berupa sejarah awal munculnya organisasi IPNU-IPPNU di Pumpang, serta perkembangannya pada tahun 1982-1998. Serta pendekatan Sosiologis yang menyatakan bahwa objek sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia dan proses sosial. Sedangkan teori yang digunakan penelitian ini adalah teori Gemeinscaft yang merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah dan kekal, hal ini yang menyatakan sebuah ikatan dalam hubungan sosial. Selain itu menggunakan teori perubahan sosial yaitu sebuah gerakan yang bersifat mengembangkan sebuah kehidupan yang bermula sesuatu yang tidak sempurna menuju yang sempurna.

(7)

ABSTRACT

This research entitled ‘Sejarah Perkembangan PAC IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpung kabupaten Tuban pada tahun 1982-1998M’. This research focuses on three problems, they are; (1) How does the history of IPNU-IPPNU at Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban appear, (2) How is the development of PAC IPNU-IPPNU at Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban, (3) How is the contribution of PAC IPNU-IPPNU Plumpang toward young people and society.

This research uses historical approach since this research is about a history of the establishment of an organization, IPNU-IPPNU at Plumpang, and its development in 1982-1998. This research also uses sociological approach which is a research about people interaction and social process. Whereas, this research uses

Gemeinscaft’s theory which is a form of life and the members are tied up with

spirit and eternally and it is stated that there is a connection in social interaction. This research also uses social change theory which is an imperfection changes into perfection.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 11

G. Metode Penelitian ... 13

(9)

BAB II SEJARAH BERDIRINYA PAC IPNU-IPPNU DI KECAMATAN

PLUMPANG KABUPATEN TUBAN

A. Kondisi masyarakat NU di kecamatan Plumpang sebelum

terbentuknya PAC IPNU-PPNU ... 18 B. Latar Belakang Berdirinya IPNU-IPPNU di Kecamatan Plumpang

Kabupaten Tuban ... 20 1. Pentingnya Organisasi Masyarakat (Ormas) ... 20 2. Sejarah IPNU-IPPNU ... 22 3. Pembentukan PAC IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang

kabupaten Tuban ... 26 C. Faktor pendukung dan penghambat munculnya IPNU-IPPNU di

Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban ... 28 1. Faktor pendukung munculnya IPNU-IPPNU Plumpang ... 28 2. Faktor penghambat munculnya IPNU-IPPNU Plumpang ... 30

BAB III DINAMIKA PERKEMBANGAN PAC IPNU-IPPNU DI

KECAMATAN PLUMPANG KABUPATEN TUBAN TAHUN

1982-1998 M

(10)

1. Strategi pengembangan ... 34

2. Program kerja ... 35

3. Rutinitas organisasi ... 37

B. Perkembangan PAC IPNU-IPPNU pada periode 5- 6 (1989- 1992 M) ... 41

1. Program kerja dan rutinitas sehari-hari ... 42

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam program kerja ... 44

C. Perkembangan PAC IPNU-IPPNU pada periode 7- 10 (1992-1998 M) ... 47

1. Program kerja baru dengan menerapkan Pancasila sebagai asas tunggal dalam PAC IPNU-IPPNU Plumpang ... 48

2. Kerjasama dengan pemerintah ... 51

3. Sarana pendidikan ... 52

4. Program kerja sosial ... 53

5. Rutinitas organisasi ... 53

BAB IV KONSTRIBUSI PAC IPNU-IPPNU DI KECAMATAN PLUMPANG KABUPATEN TUBAN TERHADAP NEGARA, PEMUDA DAN MASYARAKAT SEKITAR A. Makna lambang IPNU-IPPNU ... 56

B. Struktur organisasi IPNU-IPPNU ... 58

(11)

1. Konstribusi IPNU-IPPNU untuk Negara ... 59 2. Konstribusi IPNU-IPPNU Plumpang bagi para pemuda ... 66 3. Konstribusi IPNU-IPPNU Plumpang bagi masyarakat luas . 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPNU-IPPNU sebagai organsasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan kemasyarakatan, kebangsaan dan keagaman yang berhaluan Islam Ahlussnuah Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi. Oleh karenanya menjadi kewajiban setiap warga IPNU-IPPNU untuk terus mempelajari perubahan itu, mengkajinya kemudian mencoba untuk mengantisipasinya. Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila warganya juga senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang melatar belakangi kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini dari masa ke masa. Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk menentukan langkah dan alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan saran untuk terus menyebarluaskan IPNU-IPPNU sekaligus wadah generasi muda NU untuk menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.

(13)

2

santri di berbagai pelosok negeri. Pada tahun 1936 di Surabaya berdiri

Tsamrotul Mustafidin dan PERSANO (Perstuan Nahdlatul Oelama’) di

Malang dan masih banyak lagi organsasi yang bermuatan lokal.

Pergerakan tumbuhnya organisasi tersebut menggeliat pada tahun 50-an deng50-an berdirinya beberapa org50-anisasi pelajar tingkat lokal seperti IKSIMNO (Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlatul Oelama) tahun 1952 di Semarang. PERPENO (Persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama) tahun 1953 di Kediri. IPINO (Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Oelama) tahun 1953 di Surakarta dan lain-lain. Meskipun pendirian berbagai organisasi local tersebut atas inisiatif dan kreatif sendiri namun pada dasarnya mereka berpijak pada satu keyakinan untuk menegakkan Din Ahlussunah Wal Jama’ah. Kesamaan itulah yang mendorong didirikannya organsasi pelajar dan santri di tingkat nasional.1 Titik awal yang merupakan sumber inspirasi dari para perintis pendiri IPNU-IPPNU untuk menyatukan langkah dalam membentuk sebuah perkumpulan.

IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’) yang didirikan pada tanggal

20 Jumadil Akhir 1373 H yang bertepatan pada tanggal 24 Februari 1954 M

ketika diselenggarakan Kongres LP Ma’arif NU di Semarang. Sejak

berdirinya IPNU menjadi bagian dari LP Ma’arif dan baru pada tahun 1966 M, ketika diselenggarakan kongres IPNU di Surabaya, IPNU resmi melepaskan

diri dari LP Ma’arif dan menjadi badan otonom NU. Yang didirikan oleh

1

(14)

beberapa tokoh NU yakni M. Tolhah Mansur (Yogyakarta) sebagai ketua umum, M. Sofyan Kholil (Yogyakarta), Abdul Hadi (Kediri), Abdul Aziz (Jombang), H. Musthafa, dan Ghani Farida.2

Sedangkan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) didirikan pada tanggal 8 Rajab 1374 H bertepatan pada tanggal 2 Maret 1955 M d Malang Jawa Timur. IPPNU lahir didasarkan atas keinginan sebagai wadah aktifitas sosial dan program remaja yang mencirikan amaliah keagamaan serta pengkaderan remaja-remaja NU agar berjalan pada arah yang sesungguhnya dengan nilai-nilai NU yang berazaskan ahlussunah wal jama’ah. Dimulai dari perbincangan oleh beberapa kalangan remaja putri yang sedang menuntut ilmu di sekolah Agama di Surakarta. Pada hasil keputusan Muktamar NU ke 20 di Surakarta, maka perlu juga adanya organisasi pelajar dikalangan Nahdliyah atau pelajar putri. Dari perbincangan tersebut, selanjutnya disampaikan kepada kalangan Banom NU seperti Muslimat, Fatayat, GP Anshor dan banom-banom lainnya untuk membentuk tim resolusi pelajar putri pada kongres I IPNU yang diadakan di Malang pada tanggal 28 Februari-5 Maret.3

Dalam hal ini organisasi IPNU-IPPNU berkembang sampai ke berbagai kota lainnya. Bahkan di kecamatan-kecamatan setiap kota dan kelurahan-kelurahan. Disini saya akan fokus memaparkan sejarah perkembangan IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang pada tahun 1982-1998 M. Sebelum membahas sejarah munculnya, saya akan sedikit memaparkan

2

Soeleiman Fadeli dan Muhammad Subhan, Antologi NU (Surabaya: Khalista, 2012), 52.

3

(15)

4

kondisi keagamaan masyarakat Plumpang sebelum munculnya organisasi ini, mereka hanyalah melakukan rutinitas kewajiban dan kebutuhan mereka, seperti belajar membaca Al-qur’an dan jamaah sholat fardhu yang dilakukan di Mushola-mushola. Mereka hanya menyandang nama NU namun belum mengenal apa yang dinamakan NU. Mereka berfikir yang penting Islam dan sudah menjalankan kewajibannya. Belum mengenal tradisi-tradisi NU sendiri, seperti tahlilan, istighosah, diba’ (sholawatan) dan lain-lain, bahkan pemudanya juga seperti itu. Oleh karena itu mereka tidak ada niat untuk memperjuangkan agar NU maju ke depan dengan lebih baik.

Akhirnya pada tahun 1982 seorang pemuda yang bernama Sutrisno memelopori untuk mendirikan organisasi IPNU-IPPNU atas dukungan masyarakat terutama bapak KH. Abdul Fatah Al-Manshur sebagai pendiri yayasan pendidikan Salafiyah, waktu itu beliau menjadi pengurus NU di kabupaten Tuban yang berasal dari kecamatan Plumpang.4 Karena pada dasarnya pembentukan IPNU-IPPNU tidak hanya sekedar membentuk sebagai formalitas, tapi juga mempunyai tujuan yang jelas. Dalam menentukan tujuannya sebelum memperoleh informasi mengenai lingkungan memprosesnya, melakukan identifikasi dengan langganan yang potensial dan melakukan integrasi yang cukup dengan organisasi lain untuk memperjelas tujuannya. Informasi yang berasal dari semua interaksi ini kemudian dapat

4

(16)

digunakan untuk menentukan tujuan organisasi. Tujuan adalah tempat yang diinginkan organisasi sesudah diberikan periode waktu tertentu.5

Awal mula Sutrisno mendirikan organisasi ini, yakni ketika beliau

sedang belajar agama di ponpes “Mamba’ul Huda” yang terletak di kec. Jenu,

kab. Tuban. Selama itu beliau sering mengikuti beberapa pelatihan mengenai kepemimpinan di pondoknya dan keorganisasian pemuda NU (IPNU-IPPNU). Sejak itu ia menyadari bahwa di halaman rumahnya sendiri belum pernah ada yang dinamakan organisasi IPNU maupun IPPNU, beliau berfikir panjang mengenai itu. IPNU dan IPPNU beliau bentuk lebih dulu secara bersamaan. Kemudian mengusulkan kepada cabang Tuban untuk membentuk MWCNU di kecamatan Plumpang.

Cara Sutrisno mengembangkan organisasi tersebut melalui perbincangan-perbincangan yang ia lakukan saat perkumpulan Karangtaruna tingkat kecamatan Plumpang, karena sebelumnya beliau memang menjadi pengurus Karangtaruna. Dari situ ia dapat merangkul beberapa pemuda untuk gabung dalam organisasi yang bersifat ke-NU-an. Dan IPPNU juga didirikan bersamaan dengan IPNU. Selain sebagai pelopor pertama IPNU dan IPPNU di kecamatan Plumpang, beliau juga menjadi ketua pertama dan diwakili oleh Abdul Malik. Sedangkan ketua pertama IPPNU adalah Karlin dan diwakili oleh Siti Maimunah, dan sudah terbentuk ranting IPNU-IPPNU saat itu.

5

(17)

6

Untuk kegiatan atau rutinitas IPNU-IPPNU sendiri pada adalah membiasakan membentuk kelompok dibaiyah maupun sholawat yang dilakukan satu bulan sekali untuk PAC IPNU-IPPNU dan dua minggu sekali untuk PR IPNU-IPPNU, bertempat di mushola-mushola. Dalam rutintas tersebut beliau membimbing anggotanya dalam membaca sholawat dengan

benar “gunakan lagu yang menyesuaikan tajwid, jangan tajwid yang

menyesuaikan lagu”, demikian adalah prinsip beliau. Selain itu juga mengadakan istighosah, sholawat nariyah-an, rapat anggota untuk IPNU-IPPNU ke depannya. Salah dua program kerja yang telah terlaksana antara lain menghidupkan kembali ranting-ranting yang vacum, mental training (melatih menjadi pemimpin) dan membuat kekuatan dengan mempersatukan pemuda santri.6

Sejak IPNU-IPPNU berdiri di Plumpang, dari situ NU Plumpang juga ikut bangkit. Bisa dibilang beliau juga pembangkit NU di kecamatan Plumpang. Pada tanggal 13 Nopember1986 beliau mengadakan konferensi pertama IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang. Seiring berjalannnya waktu, organisasi ini semakin berkembang dengan baik sehingga mencapai ratusan anggota dan kegiatannya bertambah aktif. Sering mengikutkan grup grak jalan di setiap peringatan 17 Agustus-an dan event lainnya.

Prinsip beliau terhadap NU hanyalah mengiginkan masa depan yang seperti ini, melalui peranan para pemuda IPNU-IPPNU dan ingin

menunjukkan bahwa NU sebenarmya adalah seperti ini. “Man jadda wa jadda”

6

(18)

adalah slogan beliau dalam memperjuangkan IPNU dan IPPNU di Plumpang. Beliau memimpin selama 4 periode yaitu mulai tahun 1982-1989 M. Setelah beliau selesai menjadi ketua IPNU, beliau ditarik menjadi pengurus PC di Tuban. 7 Kemudian ketua PAC IPNU digantikan oleh Ali Mudzakir dan PAC IPPNU oleh Siti Sholihah yang memimpin mulai tahun 1989-1992. Namun pada masa beliau program kerjanya hanya meneruskan dari sebelumnya, tidak membuat program baru hanya lebih mengabdi kepada masyarakat artinya, Karena menurut beliau pengembangan organisasi membutuhkan dana yang lumayan mahal, sedangkan beliau hanya orang biasa yang pas-pasan. Begitu juga dengan rutinitas sehari-hari yang tetap mempertahankan seperti sebelumnya. Pada tahun 1992 diadakan konferensi di Plumpang yang ke-2.8 Periode setelah inilah mulai muncul program kerja baru sejak PAC IPNU dipimpin oleh Suparji dan IPPNU dipimpin oleh Luthoifah pada tahun 1992-1998 yaitu dengan menerapkan azaz pancasila kepada organisasi IPNU-IPPNU dan mulai bekerja sama dengan pemerintah dan juga organisasi masyarakat lainnya. Namun tidak ada perubahan kalau dilihat dari segi rutinitas atau kegiatan sehari-harinya.9

Dengan terbentuknya organisasi ini, pemuda sendiri bahkan masyarakat dapat merasakan keuntungan yang dihasilkan. Konstribusi terhadap pemuda sendiri yang lebih mencolok yakni sebagai ranah pemberayaan generasi muda, wadah meningkatkan pendidikan bagi para

7

Ibid.

8

Mudzakir, Wawancara, Tuban, 02 Januari 2017.

9

(19)

8

pemuda, penerus perjuangan NU. Sedangkan konstribusi terhadap masyarakat, tentunya sebagai wadah peningkatan tali silaturrahim. Dengan merasakan perjuangan dan perkembangan yang begitu luar biasa, sehingga saya tertarik untuk mengangkat judul ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah munculnya organisasi IPNU-IPPNU Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban?

2. Bagaimana dinamika perkembangan PAC IPNU-PPNU di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban pada tahun 1982-1998 M?

3. Bagaimana konstribusi PAC IPNU-IPPNU Plumpang terhadap pemuda, negara dan masyarakat sekitar?

C. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai penulis berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah munculnya organisasi yang bersifat pemuda, IPNU-IPPNU di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban.

2. Untuk mengetahui perkembangan PAC IPNU-IPPNU di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban dari tahun 1982-1998 M.

(20)

D. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang hendak dicapai dari penulsan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis; menambah wawasan bagi warga UIN Sunan Ampel Surabaya maupun kampus lainnya dalam kajian ke-NU-an yang telah membangkitkan pemuda-pemudi NU sehingga membentuk organisasi IPNU dan IPPNU.

2. Secara praktis; sebagai pengetahuan dan pedoman bagi para pemuda-pemudi NU khususnya di kecamatan Plumpang, kab. Tuban. Bahwa perlunya kita mengetahui sejarah terbentuknya organisasi IPNU dan IPPNU dan masuknya organisasi tersebut sampai ke kecamatan Plumpang, kab. Tuban. Dan perlunya membangkitkan sekaligus menyebarkan Islam Nahdlatul Ulama melalui kekuatan para pemuda-pemudi sebagai penerusnya.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan uraian singkat mengenai hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain sebelumnya yang berkaitan dengan tema proposal yang saya angkat, yakni mengenai organisasi IPNU dan IPPNU. Disini saya telah melacak beberapa hasil penelitian mengenai hal tersebut, antara lain:

Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Nur Wachidah dengan judul

(21)

10

solidaritas kader NU” (Jurusan Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2016). Dalam skripsi tersebut membahas tentang upaya membangun solidaritas kader NU melalui organisasi PC IPPNU di Kota Surabaya. Hal ini juga berhubungan dengan tema yang saya tulis, yakni strategi dalam mengembangkan PAC IPNU-IPPNU agar tetap berdiri dengan melalui komunikasi antar pemuda dan masyarakat.

Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Ikrimatuz Zaidah dengan judul

“Motivasi pemuda dan pemudi untuk bergabung di IPNU-IPPNU Ranting

Dukuh Tengah (studi kasus IPNU-IPPNU Dukuh Tengah Buduran Sidoarjo)”, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2016. Hal ini menguraikan tentang motivasi atau tujuan yang diambil oleh pemuda-pemudi Dukuh Tengah dalam mengikuti organisasi IPNU-IPPNU.

Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Moh. Anas Rasyidi dengan judul

“Peran IPNU-IPPNU dalam pembinaan etika remaja (Studi deskriptif tentang

(22)

F. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Historis, karena penelitian ini akan memaparkan sejarah awal munculnya organisasi IPNU dan IPPNU di kec. Plumpang, kab. Tuban serta perkembanganya pada tahun 1982-1998 M. Devinisi pendekatan Historis sendiri adalah memandang suatu peristiwa masa lampau secara diakronis, memanjang dalam waktu tetapi menyempit dalam ruang. Selain pendekatan Historis, penelitan ini juga menggunakan pendekatan Sosiologi yang berarti ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil. Seperti yang dikemukakan oleh Leopold Van Wiese yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, menganggap bahwa sosiologi sebagai ilmu pengetahuan empiris yang berdiri sendiri. Objek sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antarmanusia yang merupakan kenyataan sosial. Jadi menurutnya, objek khusus ilmu sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial.10 Dengan mengguunakan pendekatan tersebut, maka ada kesesuaian penulisan skripsi ini.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Gemeinschaft yang menyerupai perkembangan kelompok sosial yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonies yang dikutip oleh Soerjono Soekanto. Gemeinschaft (paguyupan) adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang juga

10

(23)

12

bersifat organis sebagaimana dapat diumpamakan pada peralatan hidup tubuh manusia atau hewan.11

Setiap organisasi memiliki perbedaan dalam hal jangkauan dan ukuran yang dimilikinya dan organisasi juga memiliki sejumlah tindakan atau kebiasaan yang unik atau khas bagi organisasi bersangkutan. Esensi kehidupan organisasi dapat ditemukan pada budaya yang dimiliki organisasi bersangkutan. Dalam hal ini, kata budaya sendiri tidak mengacu pada hal-hal seperti suku, etnis atau latar belakang budaya seseorang, namun menurut Pacanowsky dan Trujilo, budaya adalah cara hidup dalam organisasi. Termasuk dalam budaya organisasi adalah iklim atau atmosfer emosi dan psikologi yang mencakup moral, sikap dan tingkatan produktivitas karyawan atau anggota organisasi bersangkutan. Budaya organsasi juga mencakup seluruh simbol yang ada (tindakan, rutinitas, percakapan dan lain-lainnya) serta makna yang diberikan anggota organisasi kepada simbol tersebut. Makna dan pengertian budaya organisasi dicapai melalui interaksi antara pimpinan dan karyawan.12

Teori perubahan sosial melaui idealisme, menurut Hegel yang dikutip oleh Agus Salim, gerakan kehidupan bermula dari sesuatu yang tidak sempurna menuju yang sempurna melalui kontradiksi. Setiap orang bisa mengkritisi suatu pernyataan dengan pemikiran lain berdasarkan temuan, pengamatan dan landasan rasional yang berbeda. Kontradiksi ini perlu

11

Ibid., 355.

12

(24)

disikapi, dalam masyarakat modern justru dinamika sosial ini yang bisa membimbing banyak orang mencapai pencerahan atau kesempurnaan pikiran dan perbaikan tindakan yang terjadi secara sistematis dan transparan.13

G. Metode Penelitian

Dalam menentukan penelitian sejarah mulai dari penelitian sumber sampai dengan penulisan kita harus menggunakan metode penelitian sejarah, yang mencakup empat tahap kegiatan, yakni:

1. Mencari dan menemukan sumber (heuristik), untuk dapat melengkapi tulisan hasil penelitian ini dapat kita lakukan dengan menggunakan sumber yang ada, seperti:

a. Sumber kepustakan

Dalam hal ini yang menjadi sumber kepustakaan antara lain adalah berupa buku-buku, majalah, dokumen dan artikel yang berhubungan dengan penulian skripsi. Misalnya seperti arsip lampiran hasil konferensi pertama PAC IPNU-IPPNU pada tahun 1986, buku

yang berjudul “NU vis-à-vis Negara”, artikel Zaenal Muztaba, Sekilas

tentang IPNU IPPNU. PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Mijen (masa

khidmah 2010-1012 M), dalam

http://ipnuippnumijendemak.blogspot.co.id/2012/01/sekilas-tentang-ipnu-ippnu.html (09 Januari 2012).

13

(25)

14

b. Sumber lisan

Yaitu mengumpulkan data melalui informasi-informasi yang diperoleh dengan cara wawancara kepada orang-orang yang terlibat daam organisasi PAC IPNU-IPPNU Plumpang. Misalnya, wawancara kepada Bapak Sutrisno (ketua PAC IPNU Plumpang tahun 1982-1989), Bapak Mudzakir (ketua tahun PAC IPNU tahun 1989-1992), Bapak Suparji (ketua PAC IPNU tahun 1992-1998). Dalam hal ini informasi yang didapatkan adalah berupa sejarah lisan, metode sejarah lisan ini digunakan sebagai metode pelengkap terhadap bahan documenter. c. Sumber lapangan

Untuk melengkapi data dokumenter juga akan dilakukan pengamatan lapangan, terutama mengenai lokasi pusat kegiatan yang berupa kantor MWCNU di Plumpang dan rutinitas keseharian yang bersifat kontinuitas dalam sejarah PAC IPNU-IPPNU Plumpang.14

2. Kritik sumber (verifikasi)

Teknik ini jua disebut juga kritik memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang harus diuji adalah keabsahan tentang keaslian sumber (otentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern, dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern. a. Keaslian sumber (otentisitas)

Keaslian sumber bisa dilihat dengan peniliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber berart menyeleksi segi-segi fisik dari sumber

14

(26)

yang ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis, maka yang harus diteliti adalah kertas, tinta, gaya tulisan, bahasa, kalimat, ungkapan, kata-kata, huruf dan segi penampilan luarnya.

b. Kesahihan sumber (kredibilitas)

Kesaksian dalam sejarah merupakan faktor paling menentukan sahih dan tidaknya bukti atau fakta sejarah itu sendiri.15

3. Mengolah data (interpretasi)

Dilakukan penafsiran terhadap fakta sejarah dan perkembangan yang diperoleh dari arsip, buku-buku, maupun majalah yang membahas tentang IPNU-IPPNU, ataupun hasil penelitian langsung lapangan. Tahapan-tahapan ini menuntut kehati-hatian dan integritas penulis untuk menghindari inteprtasi yang subjektif terhadap fakta yang satu dengan fakta lainnya, agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejarah maupun perkembangan yang ilmiah.

4. Penulisan sejarah (historiografi)

Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi disini merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Berdasarkan penulisan sejarah akan dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai prosedur yang digunakan tepat atau tidak, apakah sumber atau data yang mendukung penarikn kesimpulannya memiliki validitas dan reliabilitas memadai atau tidak. Jadi

15

(27)

16

dengan penulisan sejarah itu akan ditentukan mutu penelitian sejarah itu sendiri.16

Menurut Abdullah dkk (1985) historiografi dijelaskan sebagai berikut: penulisan sejarah merupakan puncak dari segalanya, sebab apa yang dituliskan itulah sejarah yang historice recite, sejarah sebagaimana yang terjadi dan hasil penulisan inilah yang disebut dengan historiografi.17 Pada tahap ini, fakta-fakta yang telah dirumuskan atau diinterpretasikan itu selanjutnya dirangkaikan untuk mengungkapkan kisah sejarah yang menjadi topik dalam penulisan proposal ini secara kronologis dan menjelaskan maknanya. Adapun tujuan dari penulisan yang telah dilakukan yaitu menciptakan kembali totalitas daripada fakta sejarah dengan suatu cara yang tidak mengungkap masa lampau yang sesungguhnya.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan ini, mka penulis membagi dalam lima bab yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan yang akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, pendekatan dan kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

16

Ibid., 67.

17

Motivator Pendidikan Online,“Contoh Metode Penelitian Skripsi Sejarah”,dalam

(28)

Bab II akan membahas sejarah munculnya PAC IPNU-IPPNU di Plumpang yang terdiri dari kondisi masyarakat NU di kecamatan Plumpang sebelum berdirinya PAC IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang, latar belakang berdiri dan juga faktor pendukung dan penghambat berdirinya PAC IPNU-IPPNU di Plumpang.

Bab III akan membahas mengenai dinamika perkembangan PAC IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang mulai dari periode pertama (1982) sampai periode ke-10 (1998) yang mengalami tiga masa kepemimpinan. Perkembangan dari segi pengkaderan, program kerja maupun perpolitikannya.

Bab IV akan membahas tentang konstribusi IPNU-IPPNU di Plumpang baik bagi para pemuda sendiri mupun masyarakat luas. Konstribusi IPNU-IPPNU Plumpang bagi para pemuda meliputi sebagai ranah pemberdayaan generasi muda, sebagai penerus perjuangan Nahdlatul ulama, dan sebagai wadah pengembangan pendidikan. Sedangkan konstribusi IPNU-IPPNU Plumpang bagi masyarakat luas meliputi sebagai wadah peningkatan tali silaturrahim, pelestarian dan pengembangan budaya NU.

Bab V Merupakan penutup yang akan memuat kesimpulan dari semua pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya. Diharapkan dapat menjelaskan permasalahan dan memberikan saran dengan bertitik tolak pada kesimpulan.

(29)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA PAC IPNU-IPPNU DI KECAMATAN

PLUMPANG KABUPATEN TUBAN

A. Kondisi masyarakat NU di kecamatan Plumpang sebelum

terbentuknya PAC IPNU-IPPNU

Apabila membahas tentang NU di Indonesia sangat tidaklah asing, karena NU merupakan gerakan muslim terbesar di Indonesia. Pentingnya NU tidak bisa dibantah karena, pertama, Nahḍatul ‘Ulama’ merupakan faktor kunci panggung politik sejak kemerdekaan tahun 1945 karena partai pertama Masyumi yang anggotanya terdiri dari kalangan “modernis”. Semenjak kaum tradisionalis dengan kaum modernis memutuskan hubungan, karena sudah beberapa kali kaum pembaru (modernis) menunjukkan sikap merendahkan para Ulama’. Akhirnya NU memisahkn diri dari Masyumi dan mendirikan partai politik sendiri pada muktamarnya di Palembang akhir April 1952. Asas dan tujuan partai ini adalah untuk

menegakkan syari’at Islam, dengan berhaluan pada salah satu dari empat

madzab: Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hambali, serta melaksanakan

berlakunya hukum-hukum Islam dalam masyarakat.1

Alasan kedua, reorientasi tahun 1984 disertai dengan penerimaan secara definitif terhadap negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila.2 Karena dinyatakan bahwa Pancasila dan Islam sebagai satu kesatuan yang

1

Andre Feillard, Nu vis-a vis Negara (Yogyakarta: LKiS, 1999), 44-46.

2

(30)

terpisah namun tidak saling bertentangan, Pancasila adalah ideologi

sedangkan Islam adalah agama. Dapat dikemukakan “ Dasar Negara

(Pancasila) dan agama Islam adalah dua hal yang dapat sejalan dan saling menunjang, keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Keduanya tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang yang lain.3

Pada masa tahun 1950-an ketika Kiai Wahab Hasbullah dipilih sebagai Rais Am. Pada pidato pertamanya, meyakinkan NU akan

kekuatannya yang sebenarnya, “kekuatan NU itu ibarat senjata adalah

meriam, betul-betul meriam”. Nahḍatul ‘Ulama’ merupakan sebuah organisasi yang diatur oleh sejumlah kecil ulama dan aktivis yang mempunyai karisma. Kekuatannya tampak lebih bertumpu pada pengaruhnya terhadap umat dan ulama di tingkat yang lebih rendah ketimbang pada pengorganisasian yang rapi. Cabang-cabang daerah sebagian besar tersebar di Jawa dan dipimpin oleh para aktivis non-ulama. Kebanyakan santri pedesaan merasa dekat dengan NU karena cara mereka mempertahankan upacara-upacara tradisional, terutama kepercayaan terhadap wali dan kebiasaan ziarah yang dikecam oleh kaum modernis (pembaru).4

Begitu juga dengan NU di kecamatan Plumpang, kalau dilihat dari segi kondisinya sebelum muncul IPNU-IPPNU, kita perlu menengok ke

3

Ibid., 242-243.

4

(31)

20

belakang sebelum tahun 1982. Sebenarnya organisasi IPNU-IPPNU sudah ada sejak tahun 1960-an, mereka sudah sangat aktif dalam organisasi tersebut. Bahkan organisasi-organisasi ke-NU-an lain sudah dilahirkan disitu, seperti Fatayat, Muslimat NU. Sering sekali diadakan pengajian-pengajian agama di masjid-masjid atau mushola-mushola maupun di rumah-rumah yang diadakan oleh aktivis NU, sehingga masyarakat mengatakan setiap diadakan sebuah pengajian, itu adalah pengajian milik NU. Disini sudah jelas bahwa NU di kecamatan Plumpang sangat besar dan kuat. NU mudah diterima oleh masyarakat Islam di kawasan Plumpang, karena seperti yang dibahas di atas bahwa NU dibawa oleh non- ulama dengan tidak menghilangkan tradisi-tradisi ke-Islam-an mereka sebelumnya. Seperti halnya Islam yang dibawa oleh para wali songo, mereka tidak menghilangkan tradisi-tradisi agama sebelumnya, hanya mengganti lafadznya yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Seiring berjalannya waktu NU di Plumpang berjalan dengan lancar hingga tahun 1970-an. Namun, keaktifan NU tidak berlangsung lama, setelah tahun 70-an sedikit demi sedikit mengendor dan akhirnya fakum, tidak meninggalkan sisa satu pun. Hal tersebut berlangsung selama dua belas tahun, yakni tahun 1970 sampai tahun 1982. Mulai tahun inilah dibangkitkan kembali oleh seorang pemuda cerdas yang bernama Sutrisno.5 Selama kefakuman, masyarakat hanyalah melakukan rutinitas kewajiban dan kebutuhan mereka, seperti belajar membaca Al-Qur’an dan

5

(32)

jamaah sholat fardhu yang dilakukan di Mushola-mushola. Mereka hanya menyandang nama NU namun tidak lagi mengenal apa yang dinamakan NU. Mereka berfikir yang penting Islam dan sudah menjalankan kewajibannya. Oleh karena itu mereka tidak ada niat untuk memperjuangkan agar NU maju ke depan dengan lebih baik.6

B. Latar belakang berdirinya IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang

kabupaten Tuban

1. Pentingnya Organisasi Masyarakat (Ormas)

Dalam hidup bermasyarakat memang perlu adanya kerja sama, karena dengan kerja sama masyarakat akan merasakan beban yang sangat ringan, meskipun dalam bentuk apapun, seperti kerja sama dalam bentuk organisasi. Organisasi juga dapat diartikan dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.7 Apabila beberapa kelompok saling berhubungan, maka terjadi perkembangan organisasi sosial, walaupun tidak semua kolektivisasi menjadi organisasi formal. Kriteria rumusan organisasi formal merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengkoordinasikan usaha-usaha, yang mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi.8

6

Sutrisno, Wawancara, Tuban, 20 November 2016.

7

PKPT, Modul Latihan Kader Muda, 26.

8

(33)

22

Apabila diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat memang sangat penting, karena manusia hidup pasti ada tujuan dan untuk mencapai tujuan tidak akan sempurna tanpa adanya kerja sama, oleh karena itu perlunya dibentuk organisasi, apalagi organisasi pemuda yang berfungsi sebagai generasi penerus. Untuk mencapai tujuan tersebut juga ada ketentuannya, dari semua kegiatan organisasi secara makro artinya pendekatan makro dalam organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk memenuhi hal tersebut memerlukan komunikasi yang sangat penting adalah menentukan tujuan organisasi. Organisasi seharusnya tidaklah menentukan tujuannya sebelum memperoleh informasi mengenai lingkungan memprosesnya, melakukan identifikasi dengan langganan yang potensial dan melakukan integrasi yang cukup dengan organisasi lain untuk memperjelas tujuannya. Informasi yang berasal dari semua interaksi ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan tujuan organisasi. Tujuan adalah tempat yang diinginkan organisasi sesudah diberikan periode waktu tertentu. Untuk menetukan tujuan, organisasi harus mengembangkan informasi kekuatan internal dan eksternal organisasi. Kekuatan eksternal organisasi mencakup sikap langganan tersedianya bahan mentah, status pengaturan menurut pemerintah, dan tingkah laku dari saingan.9

2. Sejarah IPNU-IPPNU

9

(34)

Selain perlunya sebuah organisasi dalam hidup bermasyarakat, kita juga perlu mengetahui sejarah dari sebuah ikatan yang mencolok dalam masyarakat tersebut. Sedangkan organisasi yang terlihat

mencolok adalah Nahdlatul Ulama’, untuk bisa mempertahankan

organisasi itu, perlu adanya perjuangan dari generasi ke generasi melalui peran para pemuda. IPNU-IPPNU merupakan salah satu organisasi yang menjadi ciri perluasan dan peningkatan jaringan perjuangan organisasi yang semula dengan nama santri. Dengan kata lain, pembentukan organisi pelajar atau mahasiswa, hakikatnya sebagai perkembangan lanjut gerakan santri dari masa penjajahan dan masa kebangkitan kesadaran nasional.10

Sekilas membicarakan sejarah terbentuknya IPNU pertama di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara kepada wakil ketua PWNU Jawa Timur saat ini, yang pada tahun 1972 beliau pernah menjabat menjadi ketua PW IPNU Jawa Timur, adalah sebagai berikut:

Sejarah dibentuknya IPNU pertama kali, karena adanya suatu

alasan dan tujuan. Sebelum terbentuknya IPNU dulu antara pelajar

santri dan pelajar non-santri terpisah karena dipisahkan oleh PKI dan

menekankan agar jangan sampai bertemu, karena PKI

mengkhawatirkan apabila mereka bersatu akan terjadi penguatan

Islam dan NU”.11

10

Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2 (Bandung: PT. G rafindo Media Pratama), 453.

11

(35)

24

Karena dari segi keagamaan, PKI beraliran komunis tidak meyakini dengan adanya Tuhan, berpaham materialisme dan menghilangkan sistem kelas dalam tatanan masyarakat. Sedangkan PKI mengetahui bahwa santri merupakan kekuatan strategis dalam mempertahankan NKRI, terbukti ketika perang 10 November pesantren digerakkan untuk menghadapi agresi militer Belanda.12

Selain itu NU juga memikirkan siapa yang akan menjadi penerus

perjuangan NU untuk masa depan. Kemudian muncul inisiatif

membentuk organisasi yang berbasis pelajar, dengan tujuan agar

dapat memahami Ahlu As-Sunnah wa al-Jama’ah, memahami

perjuangan dan persiapan kader NU ke depan, selain itu juga sebagai

wadah mempersatukan antara santri dan non-santri. Untuk itu

pemuda berinisiatif membentuk ikatan yang berbasis perjuangan

NU”.13

Melalui sebuah perkumpulan dari berbagai ikatan yang berbasis sama, yakni basis pemuda dan Ahlu As-Sunnah wa al-Jama’ah. Baik dari Madura, Bangil, Kediri dan berbagai kota lainnya.

Gagasan untuk menyatukan langkah dan nama organisasi tersebut diusulkan dalam Muktamar Ma’arif pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H yang bertepatan pada tanggal 24 Februari 1954 M di Semarang. Usulan ini dipelopori oleh pelajar-pelajar dari Yogyakarta,

12Abdul Mun’in DZ, Benturan NU-PKI 1948-1965

(Depok: Langgar Swadaya, 2013),55.

13

(36)

Solo dan Semarang yang diwakili oleh Sofwan Cholil, Abdul Hadi, Abdul Aziz, H. Musthafa, Abdul Ghani, Farida Ahmad, Maskup dan M.Tolkhah Mansyur. Dengan suara bulat dan mufakat dilahirkan suatu organisasi yang bernama IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dengan ketua pertama M. Tolkhah Mansyur, serta pada tanggal itulah ditetapkan sebagai hari lahir IPNU.

Lahirnya IPNU merupakan organisasi termuda dilingkungan NU sebagai langkah awal untuk memasyarakatkan IPNU, maka pada tanggal 20 April -1 Mei 1954 diadakan pertemuan di Surakarta yang dikenal dengan KOLIDA (Konferensi Lima Daerah) yang meliputi Yogyakarta, Semarang, Kediri, Surakarta, dan Jombang yang menetapkan M. Tolhah Mansyur sebagai pucuk pimpinan (sekarang pimpinan pusat).14 Hingga tahun 1988 disebut Ikatan Pelajar NU, telah memperluas bidang rekrutmen semenjak tahun itu. IPNU tidak hanya mengurusi para pelajar, tetapi juga para pemuda yang tidak tamat sekolah dan para mahasiswa. Pada tahun 1991, IPNU tidak memiliki data statistik apapun, namun diperkirakan para aktivis NU sering merupakan anggota IPNU. Program pengkaderan IPNU sangat maju.15

Sedangkan sejarah IPPNU berawal dari tahun 1954 di Surakarta beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di

14

PKPT IPNU IPPNU IAIN Sunan Ampel Surabaya, MODUL LATIHAN KADER MUDA (Surabaya: Panitia LAKMUD 2013, 2013), 41-42.

15

Dicky, “Sejarah Berdirinya IPNU-IPPNU”, dalam

(37)

26

Sekolah Guru Agama (SGA) mencoba merespon keputusan Muktamar NU ke-20 di Surabaya tentang perlunya organisasi pelajar di kalangan nahḍiyat. Diskusi-diskusi ringan dilakukan oleh Umroh Machfudzoh, Atikah Murtadlo, Lathifah Hasyim, Romlah dan Basyiroh Saimuri. Dengan panduan ketua Fatayat cabang Surakarta (Nihayah), mereka berbicara tentang absennya pelajar putri dalam tubuh organisasi NU.

(38)

Ghozali (PB. Ma’arif) dan Ny. Hj. Mahmudah Mawardi (PP.

Muslimat).16

Kemudian diputuskan IPPNU berdiri pada tanggal 8 Rajab 1374 H bertepatan pada tanggal 2 Maret 1955 M di Malang Jawa Timur. Atas dasar keinginan sebagai wadah aktifitas sosial dan program remaja yang mencirikan amaliah keagamaan serta pengkaderan remaja-remaja NU agar berjalan pada arah yang sesungguhnya dengan nilai-nilai NU yang berazaskan Ahlu As-Sunnah wa Al-Jama’ah. Pada waktu kelahirannya, IPPNU merupakan wadah bagi pelajar puteri NU yang jumlahya memang sangat besar dan tersebar di sekolah-sekolah NU maupun di pesantren.17

3. Pembentukan PAC IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang

kabupaten Tuban

Karena melihat NU di kecamatan Plumpang yang sedang mengalami kondisi seperti yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Dan para pemuda Plumpang yang kurang aktif dalam hal organisasi, karena kebanyakan mereka sibuk dengan sekolahnya saja, namun juga kebanyakan setelah lulus dari sekolah mereka bekerja di luar kota atau menikah. Oleh karena itu pada tahun 1982 seorang pemuda yang bernama Sutrisno membangkitkan kembali atau bisa dikatakan

16

PKPT, Modul Latihan Kader Muda, 50.

17

(39)

28

melahirkan kembali organisasi IPNU-IPPNU atas dukungan masyarakat terutama bapak KH. Abdul Fatah Al-Manshur sebagai pendiri yayasan pendidikan Salafiyah, waktu itu beliau menjadi pengurus NU di kabupaten Tuban yang berasal dari kecamatan Plumpang. Dengan keberanian Sutrisno, membuat beliau senang karena ada pemuda yang mau memelopori atau membangkutkan organisasi IPNU-IPPNU di kecamatan Plumpang.

Adapun dibentuknya kembali organisasi IPNU-IPPNU di Plumpang karena memiliki tujuan, antara lain:

1. Melatih kader kepemimpinan, karena seorang pemimpin bisa dibedakan antara yang pernah berorganisasi dengan yang tidak pernah berorganisasi, dilihat ketika memimpin rapat ataupun diskusi.

2. Menghidupkan kembali ranting-ranting yang fakum. 3. Mengembangkan pendidikan, khususnya generasi muda. 4. Sebagai kekuatan untuk mempersatukan pemuda santri.18 5. Sebagai penerus perjuangan Nahḍatul ‘Ulama’.

Sehingga PAC IPNU-IPPNU Plumpang mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

18

(40)

Visi: Mencerdaskan pemuda, memperluas persatuan dan

memasyarakatkan Ahlusunnah Wal Jama’ah.

Misi: Mewujudkan kader NU yang benar-benar menanamkan keimanan.

Awal mula Sutrisno mendirikan organisasi ini, yakni ketika beliau sedang belajar agama di ponpes “Al-Ma’sumah” yang sekarang diganti nama menjadi “Mamba’ul Huda” yang terletak di kecamatan Jenu kabupaten Tuban, waktu itu masih diasuh oleh Kiai Sholeh. Selama itu beliau sering mengikuti beberapa pelatihan mengenai kepemimpinan di pondoknya dan organisasi kepemudaan NU, baik didalam pondok maupun di luar pondok. Bahkan beliau aktif melakukannya sehingga munul pemikiran seperti itu. Beliau berfikir bahwa “Di wilayah tetangga para pemudanya sangat aktif dalam menjalankan organisasi, kenapa di halaman rumah sendiri tidak ada keaktifan sama sekali dalam berorganisasi, padahal mayoritas masyarakat Plumpang menganut paham NU”.

(41)

30

sebenarnya seperti ini, dengan slogan beliau “Man jadda wa jadda”, artinya barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Sejak IPNU-IPPNU ada dan berkembang dengan baik, disitu NU sedikit demi sedikit mulai terlihat dan mulai bangkit, jadi bisa dikatakan bahwa Sutrisno selain sebagai pembangkit IPNU-IPPNU, beliau juga sebagai pembangkit NU. Dengan latar belakang seperti itulah, IPNU-IPPNU di Plumpang terbentuk dan berkembang hingga sekarang.19

C. Faktor pendukung dan penghambat munculnya IPNU-IPPNU di

Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban.

Dalam membentuk sebuah kelompok sosial memang ada kesulitan dan kemudahannya apalagi dalam kelompok social tersebut membuat sebuah gerakan. Letak kemudahan akan bisa dilihat karena adanya pendukung, sedangkan letak kesulitan akan dilihat karena adanya penghambat.

1. Faktor pendukung munculnya IPNU-IPPNU Plumpang

Lahirnya sebuah organisasi di tengah-tengah masyarakat merupakan sebuah gerakan yang akan membawa perubahan terhadap masyarakat itu sendiri. Dimana terjadi suatu prosses perubahan, terdapat beberapa faktor yang mendorong jalannya perubahan pada IPNU-IPPNU di Plumpang.

Pertama, seperti yang sudah dicuplik pada pembahasan diatas, bahwa keberhasilan mendirikan organisasi IPNU-IPPNU karena adanya

19

(42)

pendukung. Dukungan tersebut pasti karena terdapat alasan yang logis. Salah satunya tokoh masyarakat yang telah mendukung lahirnya IPNU-IPPNU bapak KH. Abdul Fatah Al-Manshur sebagai pendiri Yayasan Pendidikan Salafiyah Plumpang. Beliau merupakan seorang NU tulen dan menjadi senter mayoritas umat NU di Plumpang, oleh karena itu beliau sangat mendukung dan sangat bangga akhirnya ada pemuda yang membangkitkan organisasi IPNU-IPPNU. Waktu itu beliau menjadi pengurus NU di kabupaten Tuban yang berasal dari kecamatan Plumpang.20

Kedua, dari masyarakat luas yang memberikan faktor dari jalannya perubahan, faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Kontak dengan kebudayaan lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion, yang merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas dan dapat menikmati kegunaannya. b. Sistem pendidikan formal yang maju

Pendidikan megajarkan aneka macam kemampuan kepada individu. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir secara objektif

20

(43)

32

yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.

c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.

Masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan organisasi baru yang muncul (IPNU-IPPNU).

d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang

e. Sistem terbuka lapisan masyarakat

Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak social vertikal yang luas atau memberi keempatan kepada para individu untuk maju atas kemampuan sendiri.

f. Penduduk yang heterogen

Masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda, mudah terjadi pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.

(44)

i. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.21

2. Faktor penghambat munculnya IPNU-IPPNU Plumpang

Dalam sebuah perubahan sosial, selain adanya pendukung pasti ada penghambat baik dari pemerintahan maupun masyarakat sendiri. Diantaranya factor-faktor yang menghambat terbentukya IPNU-IPPNU di Plumpang.

Pertama, dari pemerintah desa Plumpang sendiri karena pada zaman Orde Baru saat masih diperintah oleh Suharto. Partai politik Golkar memang berkuasa dan mempunyai power yang sangat besar, sehingga ketika terbentuk gerakan lain ia merasa akan tersaingi, untuk itu Golkar tidak pernah mendukung itu.22 Karena Golkar merupakan kekuatan Orde Baru bertekad melaksanakan, mengamalkan dan melestarikan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan melaksanakan pembagunan di segala bidang menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Perkembangan Golkar dalam orde baru sebagai kekuatan social politik yang merupakan aset bangsa yang selalu komit dengan cita-cita pembangunan nasional. Dalam rel politik Orde Baru Golkar merupakan kekuatan politik terbesar dengan lima kali menang dalam pemilihan umum yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1992.

21

Surjono, Sosiologi Suatu Pengantar, 283-286.

22

(45)

34

Asal nama Golkar dalam Munas II Golongan Karya adalah segolongan orang dalam masyarakat Indonesia yang menyatukan diri dalam satu organisasi atas dasar persamaan kehendak untuk ikut serta memperjuangkan pembaruan dan pembangunan sebagai pelaksanaan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945 melalui pengabdian kekaryaan yang didasarkan atas jenis kerja dan lingkungan kerja, dengan menjunjung tinggi budi pekerti yang luhur dan ketajaman rasio keseimbangan antara kehidupan rohaniah dan jasmaniah.23 Kedua, hambatan dari masyarakat atau penduduk setempat, yang menganggap bahwa tidak pentingnya organisasi IPNU-IPPNU. Karena mereka hanya melihat sisi luar yang hanya mereka ketahui bolak-balik kesana-sini dan tidak mendapatkan apa-apa.

Faktor-faktor yang menyebabkan adanya hambatan demikian, antara lain:

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Hal itu akan menyebabkan masyarakat terkukung pola pemikirannya oleh tradisi.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

23

(46)

Hal ini disebabkan kehidupan masyarakat akan tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh masyarakat lain.

c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Sikap yang masih mengagungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya proses perubahan.

d. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi (penyatuan) kebudayaan

Tidak mungkin integrasi semua unsur kebudayaan bersifat sempurna. Untuk itu unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perusahaan pada aspek tertentu.

e. Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing

Prasangka tersebut biasanya terjadi pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa Barat, karena mereka trauma dengan yang dilakukan barat terhadap mereka. Oleh karena itu khawatir hal baru yang datang tersebut berasal dari Barat, karena kebanyakan unsur berasal dari Barat. Sehingga prasangka kian besar dan khawatir melalui unsur-unsur tersebut penjajahan bisa masuk lagi.24

24

(47)

BAB III

DINAMIKA PERKEMBANGAN PAC IPNU-IPPNU DI KECAMATAN

PLUMPANG KABUPATEN TUBAN TAHUN 1982-1998 M

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa perkembangan dapat dikemukakan dalam teori Gemeinschaft yang menyerupai perkembangan kelompok sosial yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonies yang dikutip oleh Soerjono Soekanto. Gemeinschaft (paguyupan) adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang juga bersifat organis sebagaimana dapat diumpamakan pada peralatan hidup tubuh manusia atau hewan.1

Dalam hal ini akan menguraikan perjalanan PAC IPNU-IPPNU Plumpang yang berkembang melalui beberapa periode kepemimpinan. Dalam satu periode melampaui dua tahun lamanya yang berjalan bersama dengan satu kekuatan. Apabila diuraikan pengertian kepemimpinan (Leadership) yang dikutip dalam bukunya Surjono Soekanto, kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimna dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu suatu proses, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang

1

(48)

dilakukan seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.2

A. Perkembangan PAC IPNU-IPPNU Plumpang pada periode 1- 4

(1982-1989 M)

Dalam pembahasan mengenai perkembangan PAC IPNU-IPPNU di Plumpang, kita dapat menggabungkan antara keduanya, karena antara kepemimpinan IPNU maupun IPPNU saat itu berjalan bersama bahkan sampai sekarang, karena memang IPNU-IPPNU di Plumpang didirikan bersama. Jadi untuk pergantian kepemimpinannya juga bersama-sama. Dimulai tahun inilah, PAC IPNU-IPPNU dibangkitkan kembali oleh pemuda yang bernama Sutrisno, sehingga mencapai perkembangan yang bisa dikatakan zaman kemajuan organisasi PAC IPNU-IPPNU di Plumpang.

1. Strategi pengembangan

Cara Sutrisno mengembangkan organisasi tersebut melalui perbincangan-perbincangan yang ia lakukan saat perkumpulan dalam organisasi kepemudaan lainnya seperti Karangtaruna tingkat kecamatan Plumpang. Dari situ ia dapat merangkul beberapa pemuda untuk gabung dalam organisasi yang bersifat ke-NU-an. Seiring dengan berjalannya waktu, IPNU-IPPNU sudah menjadi organisasi aktif di Plumpang. Dari situ aparat kecamatan Plumpang mulai mempercayai dengan organisasi tersebut, sehingga setiap ada kegiatan

2

(49)

35

di kecamatan selalu diserahkan kepada IPNU-IPPNU. Karena kalau dilihat, IPNU-IPPNU paling sering dan aktif dalam membuat kegiatan baik rutinitasnya sendiri maupun programkerjanya.

Setelah beliau memelopori IPNU dan IPPNU di kecamatan Plumpang, beliau juga menjadi ketua pertama IPNU dan diwakili oleh Abdul Malik. Sedangkan ketua pertama IPPNU adalah Karlin dan diwakili oleh Siti Maimunah. Lambat laun, organisasi tersebut berkembang dengan baik, hingga mencapai ratusan anggota baik IPNU maupun IPPNU. Sehingga pada tahun 1986 diadakan konferensi pertamanya selama kebangkitan kembali IPNU-IPPNU di Plumpang pada tanggal 13-14 November 1986.3

2. Program kerja

Berdasarkan hasil konferensi pertama PAC IPNU-IPPNU yang diadakan di kecamatan Plumpang pada tanggal 13-14 Nopember 1986. Program kerja yang dijadikan pedoman organisasi selama periode ini adalah sebagian besar mengambil dari program Pimpinan Cabang (PC). Hasil konferensi cabang IPNU-IPPNU Tuban pada tanggal 15-16 Nopember 1984 dengan mngambil kebijaksanaan dan menyesuaikan keadaan.

Berikut adalah hasil laporan secara singkat kegiatan-kegiatan yang dilakukan:

3

(50)

a. Kartu Tanda Anggota (KTA)

Kegiatan ini dikoordinir oleh PC IPNU-IPPNU Tuban, pada awal periode agak mengalami kesulitan. Karena pada awal periode masih ada dari pimpinan maupun anggota yang kurang menyadari atau mengerti tentang IPNU-IPPNU.

b. Menghidupkan kembali ranting-ranting yang vacum

Pada awal periode, Ranting yang masih aktif adalah Ranting Klotok, sedangkan yang lainnya masih dalam keadaan vacum. Selanjutnya dengan berbagai upaya telah diusahakan untuk menghidupkan Ranting yang non aktif, diantaranya yang dapat terjangkau adalah Ranting Plumpang, Plandirejo. Kemudian bekerjasama dengan pengurus MWC NU sehingga terbentuk lagi Ranting Bandungrowo, Bandungrejo, Kebomelati, Jatimulyo, Magersari dan Kedungrejo. Sedangkan yang belum dibentuk ialah ranting Kepoh Agung, Cangkring, dan Sumber Agung. Yang sulit ditempuh adalah Kesamben, Sumurjalak, Ngrayung dan Penidon. Sedang yang sudah dibentuk baru-baru ini adalah Ranting Kunir. c. Mental Training

(51)

37

Pondok Salafiyah Plumpang dengan peserta sebanyak 47 orang terdiri dari anggota PC dan utusan dari Ranting-Ranting se-anak cabang Plumpang.

d. Hal pendidikan 1) Kursus Al-Qur’an

Untuk memenuhi kebutuhan pelajar, PAC mengadakan kursus

Tilawati Qur’an yang diadakan mulai tanggal 5-20 Oktober

1985 dengan peserta 113 orang. Peserta terdiri dari Ranting Plumpang dan Ranting terdekat.4

2) Terjun ke lembaga pendidikan

Masuk ke beberapa lembaga pendidikan yang ada di kecamatan Plumpang untuk meminta izin “apakah IPNU-IPPNU bisa

diterima di lembaga tersebut” dan mengajarkan beberapa

pengalaman yang dimiliki dalam berorganisasi IPNU-IPPNU.5

3. Rutinitas organisasi

a. Silaturrahim

Kegiatan ini dilakukan setiap menghadiri undangan Ranting. Tujuan adalah untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah, mejalin kerjasama antara PC dengan PR. Adapun Ranting yang sudah ditempuh dalam kegiatan ini adalah Ranting Klotok tiga kali

4

PAC IPNU-IPPNU Plumpang, Konferensi Anak Cabang Plumpang IPNU-IPPNU ke-6, (Hasil konferensi, 13 November 1986), 08.

5

(52)

kunjungan, Plandirejo dua kali kunungan, Bandungrowo satu kali kunjungan, Plumpang delapan kali kunjungan, dan Kunir satu kali kunjungan.

b. Halal-bihalal

Kegiatan ini dilakukan setiap tahun secara bergilir dari Ranting ke Rantig yang lain. Adapun Ranting yang sudah terlampaui adalah Ranting Plumpang, Cangkring, Plandirejo, dan Klotok.

c. Mengedarkan kalender

Dalam rangka untuk menggali dana, PAC mencoba mengedarkan kalender kenang-kenangan Muktamar 27. Pada pengedaran tersebut ternyata tidak berjalan dengan baik, hal itu disebabkan kurang terkontrol dan karena situasi.6

d. Diba’iyah,

Membiasakan membentuk kelompok dibaiyah maupun sholawat yang dilakukan satu bulan sekali untuk PAC IPNU-IPPNU dan dua minggu sekali untuk PR IPNU-IPPNU, bertempat di mushola-mushola. Dalam rutintas tersebut beliau membimbing anggotanya

dalam membaca sholawat dengan benar “gunakan lagu yang

menyesuaikan tajwid, jangan tajwid yang menyesuaikan lagu”, demikian adalah prinsip beliau.7

e. Mengadakan istighotsah

6

PAC IPNU-IPPNU Plumpang, Konferensi, 8-9

7

(53)

39

Rutinitas ini diadakan karena memang sudah menjadi tradisi NU.

Kata “istighotsah” berasal dari “al-ghouts” yang berarti

pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti

wazan “istaf’ala” yang menunjukkan arti permintaan atau

permohonan. Maka istighotsah berarti meminta pertolongan, dalam surat Al- Anfal ayat 9 dijelaskan:

ِ إِ ذ

ِِ ت

ِ سِ ت

ِ غِ ي

ِ ثِ و

ِ نِ

ِ رِ ب

ِ ك

ِ مِ

ِ ف

ِ سا

ِ تِ ج

ِ با

ِِ ل

ِ ك

ِ مِِ أ

ِ ّن

ِ ُِ

ِ دِ ك

ِ مِ

ِ بِ ل

ِ ف

ِِ ّم

ِ نِ

ِ ئۤلما

ِ ك

ِ ةِ

ِ مِ ر

ِ دِ ف

ِ ي

۹

Artinya: (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut".8

f. Sholawat nariyah-an,

Yang dibaca 4.444 kali secara bersamaan setiap satu minggu sekali. Hal ini disebutkan dalam kitab “ KhozinatulAsror” yang menyatakan bahwa sholawat nariyah adalah salah satu sholawat atau doa yang mustajab untuk meminta sesuatu dan baiknya dibaca sebanyak 4.444 kali. Sholawat Nariyah tersebut dibaca sebanyak 4.444 karena mengikuti ajaran syekh Nariyah. Dalam sejarah beliau adalah seorang yang menyusun sholawat ini dan hidup pada masa Nabi Muhammad, beliau selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi.

8

(54)

Kemudian di suatu malam Syekh Nariyah membaca sholawatnya sebanya 4.444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapatkan karomah dari Allah. Dalam suatu majelis beliau medekati Nabi Muhammad dan minta dimasukkan surga pertma kali bersama nabi, nabi Muhammad pun mengiyakan.9 Tujuan utama membeca Sholawat ini hanyalah untuk memuji Rasulullah SAW atas segala upayanya menyebarkan ajaran agama Islam serta menegakkan tauhid saat itu.10 Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 56:

ِ إِ ن

ِ

ِ ل

ِِ وِ م

آ

ِ ءِ ك

ِ تِ هِ

ِ ي

ِ ص

ِ ل

ِ نو

ِِ ع

ِ ل

ِ نلاِى

ِ ّ بِ

ِ ۚ

ِآ

ِ ءِ ي

ِ ه

ِ لاِا

ِ ذِ ي

ِ نِ

ِ ءِ ما

ِ نِ او

ِ

ِ ص

ِ ل

ِ اوِ

ِ عِ ل

ِ يِ هِ

ِ وِ س

ِ ّلِ م

ِ اوِ

ِ تِ س

ِ لِ ي

ِ ماِ

٥٦

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.11

g. Rapat anggota

Rapat anggota diadakan dengan tujuan memusyawarahkan agenda maupun program kerja sesuai dengan rencana dan persetujuan dari kelompok. Karena rapat merupakan satu cara kehidupan organisasi yang umum. Dalam rapat juga digunakan untuk menyampaikan keputusan penting dimana orang saling berdebat satu sama lain sebelum memilih satu tindakan tertentu.

9

Aulia Fitriana, “Penjelasan Hukum Sholawat Nariyah" dalam

http://bersholawatlah.blogspot.co.id/2012/09/keutamaan-sholawat-nariyah.html, (Sepetember 2012).

10

Anggi Rosalia, “Empat Manfaat Sholawat Nariyah Bagi Umat Islam”, dalam http://dalamislam.com/doa-dan-dzikir/manfaat-shalawat-nariyah, (14 November 2016).

11

(55)

41

Anggota dalam organisasi harus membuat suatu usulan atau program baru mengenai aktivitas yang akan dilakukan.12

h. Pertemuan rutin setiap bulan dengan Ranting

Tujuan diadakan pertemuan antara PAC dengan Ranting IPNU-IPPNU adalah selain untuk menyambung tali silaturrahim sesama ikatan organisasi, PAC juga mempunyai tanggung jawab mengkoordinasi kepada semua Ranting yang ada di kecamatan Plumpan. Karena PAC menduduki tingkatan lebih tinggi dari ranting, jadi keduanya harus saling berkaitan sehingga anggota PAC juga menjadi anggota Ranting.13

Sejak PAC IPNU-IPPNU dibangkit di Plumpang, dari situ NU Plumpang juga ikut bangkit. Bisa dibilang beliau juga pembangkit NU di kecamatan Plumpang. Seiring berjalannnya waktu, organisasi ini semakin berkembang dengan baik sehingga mencapai ratusan anggota dan kegiatannya bertambah aktif. Sering mengikutkan grup grak jalan di setiap peringatan 17 Agustus-an dan event lainnya.

Selain berperan di dalam organisasi, IPNU IPPNU juga berperan di luar orgnisasi yakni terhadap masyarakat guna untuk berbaur dengan masyarakat luas, antara lain:

1. Mengadakan kerja bakti. 2. Mengadakan pengajian. 12

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: BUMI AKSARA, 2000), 80-81.

13Ja’far, Wawancara

(56)

3. Peringatan hari besar

Dengan program kerja yang sudah beliau bentuk, melalui pemikiran, semangat, kekuatan dan pengorbanan, sehingga dapat menjadikan organisasi ini menjadi sangat maju. Karena beliau mempunyai prinsip bahwa NU hanyalah mengiginkan masa depan yang seperti ini, melalui peranan para pemuda IPNU-IPPNU dan ingin menunjukkan

bahwa NU sebenarmya adalah seperti ini. “Man jadda wa jadda” adalah

slogan beliau dalam memperjuangkan IPNU dan IPPNU di Plumpang. Setelah masa kepemimpinan Sutrisno sebagai ketua IPNU dan Mas’udah sebagai ketua IPPNU telah selesai selama empat periode, kemudian Sutrisno diangkat menjadi pengurus PC IPNU Tuban dan ketuan PAC IPNU Plumpang digantikan oleh Mudzakir sedangkan ketua PAC IPPNU digantikan oleh Siti Sholihah.14

B. Perkembangan PAC IPNU-IPPNU pada periode 5- 6 (1989- 1992 M)

Setelah periode pertama sampai periode ke-4 dipegang oleh Sutrisno, mulai periode ini PAC IPNU digantikan oleh Mudzakir, sedangkan PAC IPPNU diketuai oleh Siti Sholihah. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa IPNU-IPPNU berjalan bersama, tidak ada perbedaan dalam segi program maupun rutinitas kegiatannya. yang memimpin mulai tahun 1989-1992.15 Sebelum menjadi ketua PAC IPNU, mudzakir menjadi ketua Ranting IPNU Plumpang kemudian naik ke PAC. Beliau dipilih menjadi

14

Sutrisno, Wawancara, Tuban, 01 Januari 2017

15

(57)

43

ketua karena atas dasar keaktifannya dalam berorganisasi dan punya semangat yang tinggi untuk menggerakkan organisasi agar tidak sepi dalam kegiatan terutama di Ranting IPNU Plumpang.

1. Program kerja dan rutinitas sehari-hari

a. Program kerja anggota

Kalau membahas tentang program kerja di dalam organisasi, pada periode ini tidak membuat program kerja baru yang mencolok, tapi banyak yang meneruskan dari sebelumnya. Karena menurut beliau untuk membuat program kerja juga membutuhkan dana yang lumayan besar, sedangkan beliau hanya orang biasa yang kurang mampu. Karena juga pada masa kepemimpinan Sutrisno berani berkorban harta demi mengembangkan program kerja yang sudah tertera diatas. Jadi setiap mengadakan kegiatan maupun acara organisasi selalu mengandalkan iuran dari anggota dan sumbangan masyarakat.

(58)

pendidikan dan pelatihan. Makesta disini yang pada periode sebelumnya masih disebut Mental Training yang mempunyai makna sama, yakni merupakan pelatihan pengkaderan yang diberikan kepada anggota PAC IPNU-IPPNU Plumpang. Yang dimaksud pengkaderan adalah strategi IPNU-IPPNU dalam merekrut anggota baru.

b. Program kerja terhadap masyarakat

Walaupun di dalam organisasi sendiri tidak ada program kerja baru. Namun, di mata masyarakat PAC IPNU IPPNU tetap eksis dengan membuat program kerja yang bergerak dalam bidang partisipasi terhadap masyarakat setempat, seperti: memberikan bantuan kepada korban Banjir, membantu kebersihan (kerja bakti) dll. Namun itu hanya sebagian kecil saja yang dilakukan terhadap masyarakat, karena tujuan utama dari IPNU-IPPNU adalah mencari jati diri melalui pendidikan dalam pengkaderan agar bisa patriot dalam berorganisasi dan sebagai pelatihan sebagai bekal di masa depan.

Selain itu, program yang dilakukan untuk masyarakat, yakni merubah kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan Islam menjadi subtansi yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya:

(59)

45

laki baik muda maupun tua, disitu anak IPNU-IPPNU mengantikan kebiasaan itu dengan kegiatan Khataman

Al-Qur’an.

2) Kebiasaan sedekah bumi di makam-makam desa yang ritualnya menggunakan perjudian dan minum minuman keras, IPNU-IPPNU mengemas kebiasaan tersebut dengan acara pengajian dan tidak memberikan waktu yang terlalu lama, karena kalau diberikan waktu lama khawatir akan dimanfaatnkan kembali dengan bermain judi.

3) Membangun silaturrahim kepada masyarakat, karena tanpa adanya silaturrahim, organisasi tidak akan bisa berinteraksi dan terhubung dengan masyarakat. Karena masyarakat juga sebagai object dalam dakwah IPNU-IPPNU.16

c. Rutinitas organisasi

Seperti yang sudah dibahas di atas, bahwa rutinitas sehari-hari organisasi tidak ada perubahan. Karena secara umum kegiatan IPNU-IPPNU memang sepeti itu, yaitu dengan menjalankan tradisi-tradisi NU dan kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam sebuah organisasi. Diantaranya rutinitas tetap, adalah:

1). Silaturrahim

2). Mengedarkan kalender

16

(60)

3). Halal bihalal

4). Mengadakan istighosah

5). Sholawat Nariyah-an

6). Diba’iyah

7). Rapat anggota

8). Pertemuan rutin setiap bulan dengan Ranting

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam program kerja

Dalam perkembangan suatu organisasi pasti pernah mengalami kemajuan dan kemunduran. Kemajuan menurut Nisbet dapat didevinisikan sebagai:

“Peningkatan yang dialami manusia secara lambat, bertahap dan

berkelanjutan dari kondisi awal kultural yang lemah, kebodohan dan kondisi tak aman ke tingkat peradaaban lebih tinggi, dan kemajuan ini akan terus berlanjut hingg

Gambar

Gambar 1.1  Lambang IPNU
Gambar 1.2 Lambang IPPNU
Tabel perbedaan antara paham Komunis, Pancasila dan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan secara desk riptif analitis dan diharapk an mampu menggambark an berbagai hal terk ait dengan tinjauan yuridis mengenai ujaran k ebencian (hate speech)

Based on research results, it can be concluded that there are significant effect between implementation of Tata of Classroom toward learning effectiveness of eighth

7 Trditve diplomske naloge: ¾ za uspešnost poslovanja je pomembna dobra organiziranost ter medsebojno sodelovanje in delovanje zaposlenih; ¾ le zadovoljen, sproščen in svoboden

Untuk memfokuskan dan memperkecil batasan masalah sehingga tidak menyimpang dari yang diinginkan, dan mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka dalam penelitian ini

Penambahan probiotik Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Pseudomonas putida dengan dosis 10 6 CFU/mL,10 7 CFU/mL,10 8 CFU/mL pada pakan berpengaruh nyata

Analisis Performansi Kontroler JST online Pada pelatihan online ini dilakukan dengan meng- gabungkan hasil pelatihan sebelumnya yaitu pelatihan JST plant dan JST kontroller

Jika server tersebut tidak memiliki FTP server akan tetapi menjalankan Web server, masih ada cara untuk mengetahui OS yang digunakan dengan menggunakan program netcat ( nc )

Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi