• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARIA DI RUNGKUT SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARIA DI RUNGKUT SURABAYA."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARIA DI RUNGKUT

SURABAYA

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)

Oleh :

Tri Rahayu Ningsih NIM. B76213092

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Tri Rahayu Ningsih, B76213092, 2017. Komunikasi Interpersonal Waria Di Rungkut Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Waria, komunikasi verbal dan non verbal, hambatan

Permasalahan yang sering dialami oleh waria adalah masih banyaknya masyarakat yang mempunyai pandangan negatif terhadap waria. Sikap penolakan masyarakat inilah yang kadang membuat para waria mengalami kesulitan dalam melakukan sosialisasi di lingkungan masyarakat baik berkomunikasi dengan sesama wariapun juga menjadi suatu hal yang perlu diteliti. Adapun dua rumusan masalah, (1) Bagaimana komunikasi verbal dan non verbal waria dalam komunikasi interpersonal di Rungkut Surabaya?, (2) Apa hambatan proses komunikasi interpersonal waria di Rungkut Surabaya?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan interaksi simbolik dan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi berpartisipasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menyatakan bahwa komunikasi interpersonal waria dengan sesama menggunakan bahasa campuran, bahasa indonesia dan bahasa waria. Sedangkan ketika berkomunikasi dengan masyarakat, seorang waria akan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, dan tidak menuntut kemungkinan juga menggunakan bahasa waria jika mereka (nonwaria) memahami. Komunikasi non verbal yang digunakan waria ketika berkomunikasi interpersonal dengan sesama waria dan masyarakat diantaranya: 1) Berjabat tangan dan cium pipi kanan kiri, 2) Kedekatan hubungan, 3) Paralanguage ketika seorang waria menyampaikan komunikasi verbal seperti intonasi tinggi rendahnya suara, kecepatan pengucapannya. Pencapaian dan kepemilikan sesuatu seorang waria juga termasuk dalam komunikasi non verbal. 4) Body languange waria yang kemayu dan genit. 5) Sentuhan seperti mengelus-elus, ciuman dilakukan seorang waria ketika berkomunikasi interperosonal dengan pasangannya maupun pelanggan Booking online. 6) Uang atau pemberian hadiah untuk seorang laki-laki (pasangan waria) untuk menjalain hubungan selalu dengan waria. 7) Status waria dalam masyarakat seperti banci sebagai sampah masyarakat, atau waria yang sudah menjalankan haji dan umroh. Adapun Hambatan dalam komunikasina yaitu Perbedaan watak dari waria dan masyarakat; Perilaku buruk yang ditunjukkan waria; Berbedaan bahasa; Prasangka buruk dari seorang waria ataupun masyarakat dan persepsi yang salah; Lokasi tempat tinggal seorang waria.

(7)

2. Subjek Objek dan Lokasi Penelitian... 3. Jenis dan Sumber Data ... 4. Tahap – Tahap Penelitian... 5. Teknik Pengumpulan Data... 6. Teknik Analisis Data... 7. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data... I. Sistematika Pembahasan... BAB II : KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEHIDUPAN WARIA

(8)

e. Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Waria... B. Kajian Teori... Teori Interaksi Simbolik... BAB III : DATA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL

WARIA DI RUNGKUT SURABAYA

A. Deskripsi Objek dan Lokasi Penelitian... 1. Deskripsi Subjek Penelitian... 2. Objek Penelitian... 3. Deskripsi Lokasi Penelitian... B. Deskripsi Data Tentang Komunikasi Interpersonal Waria Di

Rungkut Surabaya... a. Waria dan Penampilan Diri... b. Komunikasi Waria dengan Sesama Waria... c. Komunikasi Waria dengan Pasangannya... d. Komunikasi Wari dengan Masyarakat... e. Kesulitan Waria Berinteraksi dengan Masyarakat... BAB IV : ANALISIS DATA TENTANG KOMUNIKASI

INTERPERSONAL WARIA DI RUNGKUT SURABAYA

A. Temuan Penelitian... 1. Penampilan Waria Sebagai Komunikasi Non

Verbal... 2. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Waria dengan

Sesama Waria... 3. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Waria dengan

Pasangannya... 4. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Waria dengan

Masyarakat... 5. Hambatan Komunikasi Interpersonal Waria dengan

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Subjek penelitian 19

(10)

iv

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Proses Komunikasi Interpersonal 38

(11)

DAFTAR BAGAN

No Judul Bagan Halaman

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Oleh sebab itu orang yang hidup dalam masyarakat sejak ia bangun tidur hingga tidur kembali, pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dengan sebuah tindak komunikasi.

Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.1 Jadi dengan demikian komunikasi adalah pembentukan nilai informasi yang dilakukan oleh setiap peserta komunikasi yang dimana pada akhirnya suatu informasi dapat dipahami oleh masing-masing peserta dan timbul juga pengertian pada masing-masing peserta komunikasi. Sikap saling pengertian atau saling mengerti diperlukan oleh setiap individu yang melakukan suatu komunikasi hal ini dikarenakan untuk menjalain keharmonisan dan kenyamanan dalam berkomunikasi yang nantinya dapat memberi keefektifan pada saat berkomunikasi dan komunikasi senantiasa akan berjalan dinamis.

Dalam lingkungan bermasyarakat seorang individu melakukan komunikasi dalam berbagai bentuk, mulai dari komunikasi individu hingga massa. Akan

1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi suatu pengantar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset,

(13)

2

tetapi dalam penelitian ini bentuk komunikasi yang dikaji komunikasi

interpersonal (komunikasi antar pribadi).

Komunikasi anatarpribadi adalah berkomunikasi dengan seorang secara informal dan tidak berstuktur, yang terjadi di antara dua atau tiga orang. Dalam kenyataannya, proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh dua atau tiga orang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal maupun kelompok.2

Dalam kehidupan bermasyarakat, melakukan komunikasi interpersonal

juga tidak lepas dari adanya konteks komunikasi antarbudaya, mengingat setiap individu yang tinggal disuatu lingkungan masyarakat pastinya memiliki perbedaan latar belakang pribadi maupun kelompok, termasuk latar belakang kebudayaan.

Individu bertingkah laku atau berinteraksi dengan lingkungan masyarakat pasti memiliki alasan karena setiap individu tidak lepas dari kegiatan tersebut. Tidak sedikit orang enggan mengetahui apa yang dilakukan orang lain. Manusia itu “KEPO”. Selalu ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh orang lain. Pada dirinya sendiripun seperti itu.

Seseorang melakukan komunikasi karena seseorang ingin mendapat pengakuan. Artinya yaitu setiap orang ingin dirinya diakui oleh orang lain. Selain itu seseorang berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas yang ada pada dirinya, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar dan mempengaruhi orang lain. Begitu juga dengan seorang waria. Waria ialah laki-laki yang lebih suka berperan dan berpenampilan

(14)

3

3

feminim sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh sebab itu waria termasuk dalam transeksual. Waria ialah seseorang yang menyukai laki-laki. Tetapi waria menolak untuk diidentifikasi sebagai homoseksual karena ia merasa dirinya adalah perempuan. oleh sebab itu ia berdandan layaknya perempuan. berbeda dengan seseorang yang homo atau gay. Mereka berjenis kelamin laki-laki dan menyukai laki-laki tetapi tidak mengubah penampilan mereka. Sedangkan waria dia seorang laki-laki dan menyukai laki-laki tetapi dia mengubah penampilan dia mulai dari cara berpakaian, berdandan dan perilakunya seperti wanita.

(15)

4

yang mayoritas kental dengan ajaran agamanya, khususnya Islam. Sebab dalam ajaran Islam mengajarkan bahwasannya seorang muslim tidak boleh merubah suatu hal yang menjadi ketetapan-Nya. Sikap penolakan yang dilakukan sebagian masyarakat ini yang menjadi masalah atau sulitnya waria melakukan komunikasi dengan lingkungan sekitar. Padahal kehadiran waria di tengah-tengah masyarakat tidak dapat di hilangkan atau di tolak begitu saja oleh masyarakat. Ketidak pedulian warga masyarakat (seorang yang normal) akan identitas diri mereka, menjadikan hal itu sebagai permasalahan dalam menjalin komunikasi.

Orang normal, pastinya mengalami kebingunan ataupun takut ketika melakukan interaksi dengan waria. Bingung mengenai bagaimana caranya untuk mengawali untuk berinteraksi dan komunikasi dengan waria.

Waria dalam hal ini dapat diposisikan sebagai komunikator dan dapat juga sebagai komunikan sebab dalam penelitian ini peneliti mengkaji mengenai komunikasi interpersonal yang memungkinkan peserta komunikasi dapat bertukar posisi sebagai komunikator dan komunikan. Komunikator menginginkan berkomunikasi dengan komunikan dengan maksud pesan yang disampaikan tersebut efektif, tetapi hal tersebut bisa saja tidak tersampaikan secara efektif dikarenakan si komunikan memiliki persepsi buruk pada si komunikator. Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan individu memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan individu tersebut.3 Adapun sifat-sifat persepsi, satu diantaranya yaitu pengalaman. Maksudnya yaitu seorang komunikan mempersepsi

3 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset,

(16)

5

5

komunikator sebab dia memiliki pengalaman sebelumnya entah dari masa lalu nya dengan si komunikator, objek atau peristiwa, atau dengan hal-hal yang menyerupai.

Waria merupakan fenomena transeksual, yang dimana sebagaian besar mereka menyukai seorang pria. Nah, hal ini menjadi sebuah fenomena yang di anggap tabu bagi masyarakat indonesia khususnya daerah-daerah yang berpegang teguh pada ajaran islam, bahwasannya hal tersebut “berhubungan sesama jenis adalah hal yang terlarang. Bahkan seorang pria normal enggan melakukan komunikasi dengan waria dengan berbagai alasan.

Waria juga memiliki sebuah bahasa yang unik ketika digunakan dalam berinteraksi. untuk berkomunikasi dengan sesama waria atau bahkan orang yang memahami bahasa waria. Tetapi banyak masyarakat yang tidak mengetahui atau mengerti bahasa yang diucapkan mereka.

Gaya hidup seorang waria dalam kehidupan sehari-hari mereka akan memberikan dampak di dalam masyarakat. perilaku yang dianggap sebagian orang tak lazim seperti berdandan dan berpakian feminim seperti wanita, dan menyukai seorang pria menimbulkan beberapa orang di masyarakat memiliki pandangan negatif terhadap waria.

(17)

6

memposisikan dirinya sebagai komunikator yang terbuka atau bahkan buta dan tersembunyi. Begitu juga dengan seorang individu yang hendak melakukan komunikasi dengan seorang individu yang memiliki pengalaman buruk seperti halnya waria. persepsi buruk yang sudah terkontruksi dalam pikiran seseorang pasti akan mengarahkan komunikasi yang dilakukan itu berjalan efektif atau bahkan sebaliknyan.

Menjalin komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) tidaklah semudah yang dipikirkan. Hal ini dapat dilihat dari permasalahan waria melakukan komunikasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu peneliti akan melakukan penelitian komunikikasi interpersonal

waria di Rungkut Surabaya. Komunikasi waria dengan keluarga, teman atau masyarakat di lingkungan seputar tempat tinggal mereka atau bahkan dengan teman warianya.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Adapun rumusan masalah penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi verbal dan non verbal waria dalam komunikasi

interpersonal di Rungkut Surabaya?

2. Apa hambatan proses komunikasi interpersonal waria di Rungkut Surabaya?

(18)

7

7 C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memahami komunikasi verbal dan non verbal waria dalam komunikasi interpersonal di Rungkut Surabaya.

2. Untuk mengetahui hambatan proses komunikasi interpersonal waria di Rungkut Surabaya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan teori atau keilmuan tentang komunikasi

interpersonal. Pemahaman dan menerapkan komunikasi interpersonal

dapat berguna dalam proses berinteraksi dalam lingkungan masyarakat. 2. Manfaat Secara Praktis

a. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat mengenai komunikasi, dan memiliki persepsi baik pada lawan komunikasi, ketika melakukan komuniasi interpersonal, sebab persepsi merupakan inti dalam komunikasi dapat menimbulkan komunikasi berjalan dinamis dan efektif.

b. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan pembelajaran, khususnya bagi mahasiswa komunikasi.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

(19)

8

Pertama adalah Skripsi berjudul “Budaya Komunikasi Verbal Waria (Studi Etnografi Komunikasi di Komunitas Waria “Teruni Bhineka Organisasi “ Purwokerto.”4 Karya dari Akas Yogatama, Universitas Jendral Soedirman, pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui budaya komunikasi komunitas Thebio Purwokerto. Persamaan dari penelitian ini ialah dalam hal metode penelitiannya komunikasi kualitatif. Sama-sama menjadikan waria sebagai subjek penelitian. Sedangkan yang menjadi pembeda terdapat pada objek penelitian. Penelitian terdahulu lebih menekankan pada kajian budaya dari komunikasi organisasi waria. Sedangkan peneliti menggunakan kajian komunikasi interpersonal yang dimana di dalam komunikasi interpersonal

juga mengkaji komunikasi verbal maupun nonverbal yang digunakan waria dalam masyarakat.

Kedua Skripsi berjudul “Fashion And Ransvestites Personal Identity (An Ethnology Study about Benefit of Fashion (Clothes, Make-up, and Accecories) to Build Personal Identity in Yogyakarta’s ransvestites Community).”5 Karya dari Amalia B, pada tahun 2010 Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat proses komunikasi yang terjadi dalam pembentukan identitas diri dan pesan apa yang hendak disampaikan waria melalui pemilihan fashionnya tersebut. Adapun persamaan penelitian ini ialah dalam hal sama-sama menjadikan waria sebagi subjek penelitian. Menggunakan

4 Dikutip pada skripsi Budaya Komunikasi Verbal Waria (Studi Etnografi Komunikasi di

Komunitas Waria “Teruni Bhineka Organisasi “ Purwokerto.” Oleh Akas Yogatama, Universitas Jenderal Soedirman, 2013 di akses pada http://fisip.unsoed.ac.id/content/budaya-komunikasi-verbal-waria-studi-etnografi-komunikasi-di-komunitas-waria-%E2%80%9Cteruni-bhineka pada tanggal 15 November 2016, 12:56

5 Dikutip pada skripsi fashion and ransvestites personal identity (An Ethnology Study about

(20)

9

9

jenis penelitian kualitatif. Sedangkan yang menjadi pembeda dalam penelitian ini yaitu pendekatan penelitian penelitian terdahulu menggunakan etnografi dan menggunakan teori hermeneutik sedangkan peneliti menggunakan pendekatan interaksi simbolik dan menggunakan teori interaksi simbolik.

Ketiga Jurnal Berjudul “Pola Komunikasi Antarpribadi Waria Di Taman Kesatuan Bangsa Kecamatan Wenang”6 karya Winie Wahyu Sumartini M, Deasy M. D. Warouw, Anton Boham pada tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi antarpribadi waria dengan sesama waria dan masyarakat non-waria di Taman Kesatuan Bangsa Kecamatan Wenang. Adapun persamaan penelitian ini ialah sama-sama menjadikan waria sebagai subjek penelitian dan objek penelitian komunikasi interpersonal. Sedangkan yang menjadi pembeda dalam penelitian ini yaitu lokasi penelitian dan fokus dari penelitian terdahulu adalah Bagaimana bentuk komunikasi antarpribadi waria dengan waria di Taman Kesatuan Bangsa Kecamatan Wenang?; Bagaimana bentuk komunikasi antarpribadi waria dan orang-orang non-waria di Taman Kesatuan Bangsa Kecamatan Wenang?; Bagaimana pola komunikasi antarpribadi waria?. Sedangkan peneliti memberikan fokus penelitian, Bagaimana komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan waria dalam komunikasi interpersonal di Rungkut Surabaya?; Apa hambat dalam proses komunikasi interpersonal waria di Rungkut Surabaya?

6 Winie Wahyu Sumartini M, Deasy M. D. Warouw,& Anton Boham, “pola komunikasi

(21)

10

F. Definisi Konsep

Konsep adalah cara memahami dan mengorganisasi ide atau gagasan dengan menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti dimana konsep ini di tentukan batasan masalah dan ruang lingkup dari penelitian agar menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dan ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa konsep yang terkandung dalam judul penelitian ini, antara lain:

1. Komunikasi Interpersonal

Carl I. Havland memberikan definisi komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain.7

Theodornoson and Theodornoson (1996) memberikan batasan lingkup komunikasi berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain terutama melakui simbol-simbol. Garbner (1967) mengatakan komunikasi dapat didefinisikan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan.8

Menurut peneliti komunikasi adalah sebuah interaksi yang dilakukan oleh seorang individu dengan individu lainnya, dengan maksud untuk menyampaikan informasi atau sekedar bertukar informasi untuk merubah perilaku individu lainnya, dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, menggunakan pesan verbal maupun nonverbal dan menghasilkan umpan balik dan efek dari interaksi dapat dirasakan oleh peserta komunikasi sesuai dengan yang diharapkan.

7 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantari (Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2008),

hal:68

(22)

11

11

Komunikasi Interpersonal juga dapat dikatakan sebagai komunikasi antar pribadi. Menurut Dedy Mulyana, komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.9

Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono memaparkan, komunikasi

interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antaraindividu di dalam kelompok kecil.10

Sehingga Komunikasi interpersonal dapat disimpulkan sebagai komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Timbal balik pun langsung di rasakan oleh peserta dalam komunikasi, karena komunikasi ini terjadi langsung. Dalam komunikasi interpersonal pun, komunikator bisa menjadi komunikan dan komunikan bisa menjadi komunikator.

Dalam fenomena yang diteliti ini memfokuskan pada komunikasi

interpersonal. Komunikasi interpersonal yang dimana dalam aspek komunikasi interpersonal peneliti melihat fenomena yang terjadi dalam komunikasi yang dilakukan waria dengan individu lain (masyarakat).

(23)

12

2. Komunikasi verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.11

Dari dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa tutur kata dalam komunikasi itu yang dinamakan komunikasi verbal. Dalam penelitian ini, komunikasi verbal itu meliputi bahasa atau kata yang digunakan waria dalam berkomunikasi interpersonal.

3. Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarakat bukan kata-kata.12 Jadi komunikasi non verbal adalah enurut Larry A. Smavor dan Ricard E Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (secuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai potensial bagi pengirim dan penerima.13 Jadi definisi ini mencakup perilaku komunikasi secara keseluruan (sengaja atau tidak sengaja), dan jika seseorang mengirim

11 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),

hal: 260

(24)

13

13

banyak pesan non verbal tanpa disadari bahwa pesan-oesan itu juga bermakna bagi orang lain.

Komunikasi yang keluar dari diri seseorang karena adanya rangsangan pada saat berkomunikasi. Komunikasi non verbal selalu diiringi komunikasi verbal (komunikasi yang menggunakan kata-kata) untuk penguat dan memberikan dukungan pada saat komunikasi.

Bentuk-bentuk dari komunikasi non verbal itu seperti gerakan tubuh dan ekspresi wajah, penampilan tubuh, jarak, sentuhan, paralanguage, dan performa (penampilan).

Dalam penelitian ini yaitu komunikasi non verbal meliputi segala sesuatu yang digunakan waria dalam komunikasi interpersonal selain bahasa (kata).

4. Hambatan Komunikasi

Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang mengartikan noise sebagai keadaan terentu dalam sistem kelistrikan yang mengakibatkan tidak lancarnya atau berkurangnya ketepatan peraturan.14 Hambatan komunikasi dapat dilihat dari proses komunikasi, hambatan psikologi, hambatan semantik mengenai bahasa yang digunakan komunikator ketika menyampaikan pesan kepada komunikan. Habatan dalam komunikasi dapat mempengaruhi kelancaran komunikasi, jika tidak dapat di perbaiki secepatnya.

(25)

14

5. Waria Rungkut Surabaya

Menurut Atmojo (1986) waria adalah laki– laki yang berdandan dan berperilaku sebagai wanita, istilah waria diberikan bagi penderita transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan jiwanya.15 Waria merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial di Indonesia, baik di tinjau dari segi psikologis, sosial, norma, maupun secara fisik. Kehidupan mereka cenderung hidup berglamour dan eksklusif atau membatasi diri pada komunitasnya saja. Mereka sering terjerumus pada dunia pelacuran dan hal-hal lain yang menurut agama, aturan, dan nilai masyarakat menyimpang. Secara fisik memang menggambarkan mereka adalah laki-laki tetapi sifat dan perilaku menggambarkan wanita.

Menurut Kemala Atmojo ada beberapa subtipe dari waria, yaitu: a. Transeksual yang aseksual, yaitu seorang transeksual yang tidak

berhasrat atau tidak memiliki gairah seksual yang kuat.

b. Transeksual homoseksual, yaitu transeksual yang memiliki kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang sama sebelum ia sampai ke tahap transeksual murni.

c. Transeksual yang heteroseksual, yaitu seorang transeksual yang pernah menjalani kehidupan heteroseksual sebelumnya seperti menikah.16

Waria Rungkut Surabaya dapat diartikan sebagai waria yang tinggal dan beraktifitas di Rungkut Surabaya.

15 Kemala Atmojo, Kami Bukan Lelaki - Sebuah Sketsa Kehidupan Kaum Waria.( Jakarta: PT.

Temprin. 1986), hal:2

(26)

15

15

Rungkut merupakan sebuah desa. Dalam pembagian wilayah Kota Surabaya. Rungkut terletak pada bagian Timur Surabaya, yang masuk dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar.

Kecamatan Rungkut memiliki beberapa kelurahan yaitu Kelurahan Kedungbaruk, Kelurahan Wonorejo, Kelurahan Medokanayu, Kelurahan Rungkut Kidul, Kelurahan Kali Rungkut, Kelurahan Penjaringansari.

Sedangkan kecamatan Gunung Anyar memiliki beberapa kelurahan yaitu Kelurahan Gunung Anyar, Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kelurahan Rungkut Menanggal, Kelurahan Rungkut Tengah.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Pada penelitian yang terjadi di lingkungan masyarakat, tidak sedikit dari waria memiliki masalah berkomunikasi dengan lingkungan masyaraktnya. Khususnya komunikasi interpersonal. Dalam kehidupan bermasyarakat seorang waria pastinya melakukan komunikasi sosial sebab komunikasi sosial itu bersifat umum. Tetapi permasalahan saat berkomunikasi yang dilakukan, permasalahannya lebih pada membangun komunikasi interpersonal. Seperti komunikasi dengan keluarga, kemudian dengan tetangga dan komunikasi dengan masyarakat. Dalam hal ini peneliti menggunakan teori interpersonal

(27)

16

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

Pada saat seorang waria melakukan komunikasi dengan masyarakat, seperti komunikasi dengan keluarga, waria, tetangga di sekitar tempat tinggal atau di tempat ia beraktivitas, maka terjadi proses komunikasi interpersonal.

Waria secara otomatis ketika berkomunikasi dengan masyarakat tidak hanya berkomunikasi dengan masyarakat saja, tetapi juga nilai dalam masyarakat. Seorang waria untuk bisa berkomunikasi dengan masyarakat dia memiliki media kultural seperti pengajian waria, arisan, perkumpulan waria. Hal itu dilakukan seorang waria untuk menunjukkan identitasnya sebagai waria dengan maksud dan tujuan. Sehingga dalam hal ini dapat digambarkan bagaimana interaksi itu terjadi untuk menghasilkan makna, manusia memaknai sesuatu berdasarkan interaksinya dengan orang lain, dengan nilai dalam lingkungan, dan sebagainya.

(28)

17

17

melakukan kegiatan komunikasi interpersonal pasti ada proses komunikasi

interpersonal yang dilakukan, adapun hambatan dalam komunikasi

interpersonal yang dapat memungkinkan terjadi ketika peserta komunikasi melakukan kegiatan komunikasi.

Dalam proses komunikasi interpersonal terjadi proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua orang otau lebih. Komunikasi

interpersonal ini bisa berupa komunikasi verbal maupun non verbal. Waria memberikan stimulus dan respon dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial di masyarakat.

Dalam komunikasi interpersonal terdapat aspek penting yang harus dikuasai peserta komunikasi yaitu pesan. Pesan dapat berbentuk lambang verbal maupun nonverbal. Dari proses komunikasi tersebut akan dapat diketahui kendala-kendala atau hambatan yang terjadi pada saat proses komunikasi interpersonal waria dengan masyarakat Rungkut Surabaya yang sedang berlangsung. Ketika kegiatan komunikasi berjalan, posisi seorang komunikator dan komunikan dapat bergantian. Mengingat dalam proses komunikasi interpersonal terjadi adanya timbal baik yang membuat peserta komunikasi saling berinteraksi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksi simbolik. Teori ini menjelaskan komunikasi yang dilakukan manusia terjadi melalui pertukaran simbol-simbol dan makna. Sehingga perilaku manusia dapat dimengerti dengan mempelajari bagaimana seseorang memberikan makna pada informasi simbolik yang ditukarkan.17

(29)

18

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Peneliti menggunakan teori interaksi simbolik, sebab peneliti memandang bahwa dalam kehidupan bermasyarakat,pastinya muncul interaksi atau komunikasi yang dilakukan seseorang. Seperti komunikasi yang dilakukan waria dengan masyarkat.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan Interaksi Simbolik, pendekatan ini mengkaji mengenai makna yang dihasilkan dari interaksi, melalui situasi dan kondisi misalnya.

b. Jenis Penelitian

(30)

19

19

pandang atau perspektif subjektif/ partisipan. Bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap realitas sosial dan fenomena sosial.18

2. Subjek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu waria Rungkut Surabaya,

Tabel 1.1 Subjek Penelitian

Nama Umur

Angel 27 tahun

Rika 30 tahun

Isnanik 65 tahun

Mayla 31 tahun

Mila 30 tahun

Bunga 32 tahun

Shemmy 25 tahun

Adapun obyek dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal. Sedangkan lokasi penelitian yang dipilih adalah di Lingkungan tempat tinggal waria di Kecamatan Rungkut, dan kecamatan Gununganyar Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

1) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggerakkan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subjek sebagai sumber informasi

18 Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif (Malang: Kelompok Intrans

(31)

20

yang dicari, seperti halnya observasi. Adapun sumber data primer yang dimaksud yaitu cara komunikasi waria dengan masayrakat. 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang telah

diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan subjek yang diteliti. Data ini merupakan sumber data pendukung dari data primer. Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai data sekunder bisa melalui lingkungan sekitar termasuk warga, keluarga, dokumentasi dan data lain yang dapat menunjang data penelitian. Data sekunder berupa hasil konfirmasi wawancara dengan teman waria, pacar waria, tetangga.

b. Sumber Data

Sumber data penelitian, menurut Lofland yaitu ”sumber data utama dalam penelitian kulitatif adalah kata-kata, tindakan, dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.”19 definisi lain sumber data merupakan asal informasi tentang fokus penelitian itu di dapat. Dalam hal ini sumber datanya adalah orang-orang yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian.

Teknik menentukan informan :

1) Informan adalah orang yang memberi informasi seputar fokus penelitian dan merupakan representasi terhadap realitas/ fenomena sosial. Adapun informan yang dimaksud ialah Waria.

(32)

21

21

2) Prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.

3) Pemilihan informan dilakukan secara sengaja atau bertujuan (purposive sampling). Dalam penelitian ini yang menjadi purposive sampling merupakan subjek dalam penelitian ini. Subjek tersebut ialah waria.

(33)

22

Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif ini teknik penentuan informan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu purposive sampling dan teknik snowball sampling.

4. Tahap- Tahap Penelitian

Menurut Laxy J. Moleong, tahap penelitian kualitatif terdiri dari tahap pra-lapangan, tahap lapangan, dan tahap penulisan laporan.

a. Tahap Pra-lapangan20

Pada tahap pra-lapangan ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, yang mana dalam tahap ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami. Yaitu etika penelitian lapangan. Berikut kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peneliti pada tahap pra-lapangan:

1) Menyusun rancangan penelitian

Pada tahap ini, peneliti membuat usulan penelitian atau proposal penelitian yang sebelumnya didiskusikan dengan dosen pembimbing dan beberapa dosen lain serta mahasiswa. Pembuatan proposal ini berlangsung sekitar satu bulan melalui diskusi yang terus-menerus dengan dosen pembimbing dan mahasiswa. Pada tanggal 10 November 2016, diawali peneliti mengajukan judul penelitian, dan judul peelitian yang diajukan peneliti diterima oleh dosen pembimbing. Langkah selanjutnya yaitu peneliti membuat kerangka proposal.

(34)

23

23 2) Memilih lokasi penelitian

Peneliti memilih Surabaya karena pada tempat ini peneliti yakin mampu melakukan penelitian dengan fenomena yang diajukan peneliti sebelumnya.

3) Mengurus perizinan penelitian

Pertama-tama yang perlu dilakukan oleh peneliti ialah siapa saja yang berwenang memberikan izin pelaksanaan penelitian. 4) Menjajaki dan menilai lokasi penelitian

Tahap ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang keadaan yang sesungguhnya (realitas) masyarakat. Agar peneliti lebih siap terjun ke lapangan serta untuk menilai keadaan, situasi, latar belakang dan konteksnya sehingga dapat ditemukan dengan apa yang dipikirkan oleh peneliti.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Tahap ini peneliti memilih seorang informan yang dimana informan utama dalam penelitian ini yaitu waria. Kemudian memanfaatkan informan tersebut untuk melancarkan penelitian. Adapaun informan yang sudah menjadi sasaran peneliti dapat dilihat pada ponint “jenis dan sumber data”, yang dimana peneliti menyebutkan siapa saja yang akan menjadi informan.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

(35)

24

Dalam tahap ini peneliti menyiapakan naskah untuk wawancara, data-data menganai siapa saja waria di Rungkut Surabaya, dan peneliti juga menyiapkan beberapa literatur untuk mendukung penelitian ini.

7) Persoalan etika penelitian

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu atau kebutuhan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Persoalan etika akan muncul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Oleh sebab itu dalam persoalan etika ini peneliti rasa, peneliti mampu memposisikan diri sebagai peneliti yang mampu menghormati suatu nilai, norma, dalam masyarakat yang menjadi tempat penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan21

Dalam tahap ini dibagi atas tiga bagian yaitu : 1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Tahap ini selain mempersiapkan diri, peneliti juga memahami latar penelitian agar dapat menentukan model pengumpulan datanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan latar tertutup (wawancara). Sebelum melakukan wawancara, peneliti dengan sengaja menjalin hubungan positif yang nantinya dapat menjadi jembatan dalam proses wawancara.

(36)

25

25 2) Memasuki Lapangan

Pada saat sudah masuk ke lapangan peneliti menjalin hubungan yang akrab dengan subyek penelitian dengan menggunakan tutur bahasa yang baik, akrab serta bergaul dengan mereka dan tetap menjaga etika pergulan dan norma-norma yang berlaku di dalam lapangan penelitian tersebut.

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang diperolehnya ke dalam field notes, baik data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan atau menyaksikan sendiri kejadian tersebut.

c. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga dalam tahap akhir ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil pemulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik karena menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitain kualitatif, sering kali menggunakan teknk pengumpulan data sebagai berikut:

(37)

26

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara myang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.22 Adapun dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara perorangan dengan waria, keluarga/saudara waria, teman waria, masyarakat. Hal demikian dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data secara luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.

b. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau tema yang diteliti. Observasi yang dilakukan penulis di sini adalah observasi partisipatoris, dimana peneliti harus siap membaur dengan waria untuk interview wawancara.

c. Dokumentasi, metode dokumentasi mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majaah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang relefan dengan penelitian ini, yakni untuk memperoleh data waria yang menjadi informan penelitian. Dalam penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi dengan mengambil gambar saat wawancara, maupun berkas-berkas tertulis yang dapat menambah informasi penelitian.

(38)

27

27 6. Teknik Analisis Data

Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada tiap tahap penelitian hingga tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.23

Data harus segera dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan. Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan: a) data apa yang masih perlu dicari, b) hipotesis apa yang perlu diuji, c) pertanyaan apa yang perlu dijawab, d) metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru, dan e) kesalahan apa yang harus segera diperbaiki.24 Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Reduksi data (data reduction)

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan data “kasar” yang muncul dalam catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data.

Dalam tahap ini, peneliti memulai dengan membuat ringakasan kecil menganai pertanyaan yang akan diajukan terhadap informan,

23 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung:Alfabeta,2012), hlm.91-99.

24 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi

(39)

28

kemudian penelitia mengumpulkan data dari lapangan berupa hasil wawancara dengan subjek penelitian dan informan-informan lain sebagai penguat data, peneliti juga mengambil dokumentasi saat wawancara dan peneliti melakukan observasi juga ketika sedang proses wawancara atau pengamatan aktivitas subjek penelitian. b. Penyajian data (data display)

Diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman tentang penyajian data.

c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)

Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan tetap terbuka sehingga kesimpulan yang semula belum jelas, kemudian akan meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan maksud-maksud menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.

7. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan krriteria kredibilitas. Untuk mendapatkan data relevan, maka peneliti melakukan pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara :

(40)

29

29

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data tersebut. Hal ini dapat berupa penggunaan sumber, metode penyidik dan teori.25 Dari berbagai teknik tersebut cenderung menggunakan sumber, sebagaimana disarankan oleh patton yang berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu data yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Untuk itu keabsahan data dengan cara sebagai berikut :26

1) Membandingkan hasil wawancara dan pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

Yang ingin diketahui dari perbandingan ini adalah mengetahui alasan- alasan apa yang melatar belakangi adanya perbedaan tersebut (jika ada perbedaan) bukan titik temu atau kesamaannya sehingga dapat sehingga dapat dimengerti dan dapat mendukung validitas data.

b. Diskusi teman sejawat, Teknik ini digunakan agar peneliti dapat mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran serta memberikan kesempatan awal yang baik untuk memulai menjejaki dan

(41)

30

mendiskusikan hasil penelitian dengan teman sejawat.27 teknik ini dilakukan dengan cara mendiskusikan data-data yang telah terkumpul dan analisisnya dengan orang-orang yang dianggap memahami fokus penelitian yang dikaji (bisa 5 sampai 10 orang). Hal ini dilakukan peneliti sejak judul penelitian yang diajukan peneliti diterima, dan dari situ peneliti sering melakukan diskusi mengenai alur penelitian dari apa yang diteliti ini.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mengetahui gambaran singkat tentang keseluruhan pembahasan laporan penelitian ini, maka dapat dirumuskan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, metode penelitian, dan dalam metode penelitian ini juga membahasa; pendekatan dan jenis penelitian, Subjek, Obyek, dan Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap- Tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data, Selanjutnya yaitu sistematika pembahasan.

BAB II. Kajian teoritis yang tersusun berdasarkan bahan pustaka dan literatur mencakup di dalamnya tentang kajian pustaka dan kajian teori.

BAB III. Penyajian data pada bagian ini berisi sekumpulan data yang sudah diperoleh dari berbagai sumber. Data yang disajikan dalam bab ini merupakan bahan yang akan dianalisis dalam bab selanjutnya(bab IV). Pada bab ini

(42)

31

31

terdiri atas deskripsi subjek dan lokasi penelitian, serta deskripsi data penelitian.

BAB IV. Analisis data yang di dalamnya menjelaskan mengenai analisis tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Pada bagian ini terdiri atas temuan penelitian, dan konfirmasi temuan dengan teori.

BAB V. Merupakan penutup yang terdiri atas simpulan dan rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA. Daftar bahan yang menjadi sumber dan dasar penulisan laporan penelitian. bahan tersebut dapat berupa buku teks, artikel dalam jurnal, makalah, skripsi dan sebagainya.

(43)

BAB II

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEHIDUPAN WARIA A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antar pribadi, interpersonal communication merupakan bagian dari sebuah komunikasi sosial. Dimana komunikasi antar pribadi yaitu sebuah komunikasi yang dilakukan oleh satu individu dengan individu lainnya. Nah dalam konteks sosial ataupun masyarakat komunikasi antar pribadi sangatlah erat kaitannya dengan kegiatan manusia pada umumnya.

Para pakar komunikasi, mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda. Menurut Bittner, komunikasi antarpribadi berlangsung apabila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima, dengan menggunakan medium suatu manusia.1

Sedangkan menurut Dedy Mulyana, komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatapmuka, yang memungkinkan setiappesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.2

Trenholm & Jensen mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang atau berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik).3

1 Wiryanto,

pengantar ilmu komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), hal: 32

(44)

33

Menurut R Wayne Pace komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang atau Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.4

Menurut Agus M. Hardjana komunikasi interpersonal (interpersonal communication) atau komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima dapat menanggapi secara langsung pula.5

Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai komunikasi antar dua orang individu atau lebih. Komunikasi ini dapat berlangsung secara tatap muka (face to face communication). Tetapi juga bisa berlangsung dengan menggunakan alat bantu seperti telephone, surat, telegram dan lain-lain. Edward Sapir menyebut hal ini sebagai komunikasi antar individu beralat, sedang komunikasi individu tatap muka disebut komunikasi individu sederhana.6 Meskipun berkomunikasi menggunakan media tetap efisien, namun lebih dianjurkan untuk melakukan komunikasi interpersonal secara langsung, karena jika komunikas itu dilakukan secara langsung, maka kedua belah pihak lebih memahami informasi yang diberikan, selain

4 Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010). hal: 32

5 Agus M. Hardjana,

Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003).

hlm: 84

(45)

34

itu lebih mengenal karakteristik lawan bicara, sehingga resiko salah faham dapat diminimalisir.

Konsep tatap muka dalam komunikasi interpersonal, adalah sebuah konsep yang fleksible tidak saja tatap muka dalam arti langsung saling melihat satu dengan lainnya, namun tatap muka yang dimaksud adalah sebuah hubungan interpersonal yang memungkinkan kedua belah pihak mengembangkan theater of the mind pada saat berkomunikais melalui media berdasarkan pengalaman melihat di antara mereka sebelumnya.7

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan.8

Dari beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat di simpulkan bahwa komunikasi interpersonal, merupakan sebuah pertemuan yang terdiri dari komunikator dan komunikan (peserta bisa lebih dari dua orang), komunikator menyampaikan pesan (verbal maupun nonverbal) kepada komunikan secara langsung (bertatap muka) sehingga efek dan timbal balik di sampaikan langsung oleh komunikan ke komunikator.

Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomuniasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal, seperti sentuhan,tatapan muka yang ekspresif dan jarak fisik yang sangat

7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kenana, 2006),hal : 71

(46)

35

dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi interpersonal bebas mengubah topik pembicaraan, kenyataannya komunikasi interpersonal bisa saja didominasi oleh satu pihak.

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif. Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima pesan, begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulusrespon, akan tetapi serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka seseorang perlu bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai, dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak.

b. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal, merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dengan komunikasi lainnya, maka dapat ditemukan ciri-ciri komunikasi antarpribadi9, antara lain:

(47)

36

1) Arus pesan dua arah. Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat. Seorang sumber pesan dapat berubah peran sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.

2) Suasana nonformal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. seperti percakapan intim dan lobi, bukan forum formal seperti rapat.

3) Umpan balik segera. Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya secara bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal.

4) Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik mapun psikologis. Jarak yang dekat dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada pada satu lokasi tempat tertentu. Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukkan keintiman hubungna antarindividu.

(48)

37

verbal maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi. Sementara itu ada enam karakteristik komunikasi interpersonal yang disebutkan oleh Judy C. Pearson,10 yaitu:

1) Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi, artinya bahwa segala sesuatu bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain, berangkat dari diri sendiri. 2) Komunikasi interpersonal bersifat transaksional. Ciri

komunikasi seperti ini melihat dari kenyataan bahwa komunikasi interpersonal bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan.

3) Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya keadaan fisik antara pihak-ihak yang berkomunikasi. Dengan kata lain,komunikasi interpersonal akan lebih efektif manakalah anatara pihak-pihak yang berkomunikasi saling bertatap muka. 4) Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak

yang berkomunikasi saling tergantung satu sama lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal melibatkan ranah emosi, sehingga terdapat saling ketergantungan emosional di antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

(49)

38

5) Komunikasi interpersonal tidak dapat diulang. Artinya ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau diulang, karena sudaj terlanjur diterima oleh komunikan.

c. Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi merupakan sebuah langkah-langkah yang terjadi ketika kegiatan komunikasi. Menurut Suranto A.w dalam bukunya Komunikasi Interpersonal, menyebutkan proses komunikasi interpersonal terdiri dari enam langkah,11 seperti yang tertuang dalam gambar.

Gambar 2.1 Proses Komunikasi Interpersonal

Berikut penjelasan dari proses komunikasi interpersonal diatas: Langkah pertama, yaitu seorang komunikator harus memiliki keinginan berkomunikasi, untuk berbagi gagasan dengan orang lain.

Langkah kedua yaitu encoding oleh komunikator. Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga

(50)

39

komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.

Langkah ketiga pengiriman pesan. Artinya, untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasi seperti telepon, sms, email, ataupun secara tatap muka. Pilihan atau saluran yang akan digunakan tersebut tergantung karakteristik pesan, lokasi penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatan penyampaian pesan, karakteristik komunikan.

Langkah keempat yaitu penerimaan pesan. Pesan yang di kirimkan komunikator telah di terima komunikan.

Langkah kelima yaitu decoding oleh komunikan. Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna.

Langkah keenam yaitu umpan balik, setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik, dengan umpan balik ini, seorang komunikator dapat mengevaluasi komunikasi. Umpan balik biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklus proses komunikasi baru, sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.

(51)

40

umpan balik yang diberikan komunika, pada saat itu juga seorang komunikator merancang pesan berikutnya yang akan di sampaikan. d. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tuuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal itu macam-macam, beberapa di antaranya dipaparkan sebagai berikut12:

1) Mengungkapkan perhatian kepada orang lain, Perhatian kepada orang lain dapat diungkapkan dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya, dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukkan adana perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin, dan cuek. Apabila diamati lebih serius, orang yang berkomunikasi dengan tujuan sekedar mengungkapkan perhatian kepada orang lain ini, bahkan terkesan “hanya basa-basi”. Meskipun bertanya, tetapi sebenarnya tidak terlalu berharap akan jawaban atas pertanyaan itu. 2) Menemukan diri sendiri, Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka terjadi proses belajar banyak sekali mengenai diri maupun orang lain.

(52)

41

Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenai jati diri, atau dengan kata lain menemukan diri sendiri. 3) Menemukan dunia luar, Melalui komunikasi interpersonal

diperoleh kesempatan untuk dapat berbagi informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual. Komunikasi merupakan “jendela dunia” karena dengan berkomunikasi dapat mengetahui berbagai kejadian di dunia luar.

4) Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Semakin banyak teman yang dapat diajak bekerja sama, maka semakin lancarlah pelaksanaan kegiatan dalam hidup sehari-hari. Sebaliknya apabila ada seorang saja sebagai usuh, kemungkinan akan menjadi kendala. Oleh karena itulah setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk berkomunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.

(53)

42

pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap.

6) Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu. Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Bertukar cerita-cerita lucu adalah merupakan pembiaraan untuk mengisi dan menghabiskan waktu. Di samping itu juga mendapat kesenangan, karena komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasana rileks, ringan, dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari.

7) Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi. Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (miss communication) dan salah interpretasi yang terjadi antara sumber dan penerima pesan. Sebab dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi.

(54)

43

interpersonal dapat dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi orang lain yang memerlukan. Tanpa disadari setiap orang ternyata sering bertindak sebagai konselr maupun konseli dalam interaksi interpersonal sehari-hari. Misalnya remaja “curhat” dengan teman sebayanya mengenai masalah, pada kegiatan tersebut pasti dia mendapatkan bantuan pemikiran mengenai solusi yang baik.

e. Sifat-Sifat Komunikasi Interpersonal

Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi dapat dbedakan atas dua macam yaitu :13

1) Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orag dalam situasi tatap muka. Komunikasi Diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam 3 bentuk yakni :

Percakapan : berlgsung dalam suasana yang bersahabat dan informal.

Dialog : berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal.

Wawancara : sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan lainnya berada pada posisi menjawab.

2) Komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication) ialah proses komunikasi yang berlangsung tiga orang atau lebih secara

(55)

44

tatap mua, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Komunikasi kecil ini banyak dinilai dari sebagai type komunikasi antar pribadi karena :

Anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka.

Pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua pesertabisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicaraan tunggal yang mendominasi.

Sumber penerima sulit di identifikasi. Dalam situasi seperti saat ini, semua anggota bisa brperan sebagai sumber dan juga sebagai penerima. Karena itu, pengaruhnya bisa bermacam-macam. Misalanya : si A isa terpengaruh dari si B, dan si C bisa mempengaruhi si B. Proses komunikasi seperti ini biasanya banyak ditemukan dalam kelompok studi dan kelompok diskusi.

(56)

45

f. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal dapat dikatakan sebagai komunikasi yang paling efektif. Melalui komunikasi interpersonal seorang dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Pada dasarnya kegiatan komunikasi interpersonal dilakukan secara dialog, yang mana dapat menjadikan peserta komunikasi aktiv dalam kegaiatan ini.

Menurut Kamar (2000:121-122) efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut14:

1) Keterbukaan (Openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi;

2) Empati (Empathy). Merasa apa yang dirasakan orang lain; 3) Dukungan (Supportiveness). Stuasi yang terbuka untuk

,mendukung komunikasi berlangsung efektif;

4) Rasa positif (Positiveness). Seseorang harus memiliki perasan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif;

5) Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak mengahargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangakan.

Komunikasi antar pribadi memiliki peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses

(57)

46

penggunaan informasi secara bersama. Proses komunikasi memperoleh kerangka pengalaman yang sma menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut. kernagka pengalaman yang sama diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, niali-nilai, kepercayaan, dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang. Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman eserta komunikasi tumpang tindih, yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi dan menginat sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkungannya. Tingkat hubungan antarpribadi turut mempengaruhi keluasan dari informasi yang dikomunikasikan dan kedalaman hubungan psikologis seseorang. g. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal

Kegiatan komunikasi tidak seluruhya berjalan secara efektif. Sebab dalam kegiatan ini, pasti ada aja penghambat yang mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal. Berikut faktor-faktor yang menghambat efektivitas komunikasi interpersonal15 :

1) Kredibilitas komunikator rendah

Komunikator yang tidak berwibawa di hadapan komunikan, menyebabkan berkurangnya perhatian komunikasi terhadap komunikator.

2) Kurang pemahami latar belakang sosial dan budaya

Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di suatu komunitas atau di masyarakat harus diperhatikan, sehingga komuniator dapat

(58)

47

menyampaikan pesan dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku. Sebaliknya, anatar pihak-pihak yang berkomunikasi perlu menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang berlaku.

3) Kurang memahami karakteristik komunikasi

Karakteristik komunikasi meliputi tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan sebagainya perlu dipahami oleh komunikator. Apabila komunikator kurang memahami cara komunikasi yang dipilih mungkin tidak sesuai dengan karakteristik komunikan dan hal ini dapat menghambat komunikasi lkarena dapat menimbulkan kesalah pahaman. 4) Prasangka buruk

Prasangka negatif antara pihak-pihak yang terlibat komunikasi harus dihindari, karena dapat mendorong ke arah sikap apatis dan penolakan.

5) Verbalistis

Komunikasi yang hanya berupa penjelasan verbal berupa kata-kata saja akan embosankan dan mengaburkan komunikan dalam memahami makna pesan.

6) Komunikasi satu arah

(59)

48

komunikan tidak dapat meminta penjelasan mengenai suatu hal yang belum dimengerti.

7) Tidak digunakan media yang tepat

Kesalahan pemilihan media untuk menyampaikan pesan dapat mengakibatkan komunikan sukar memahami pesanyang disampaikan. Atau bahkan pesan tidak dapat diterima komunikan.

8) Perbedaan bahasa

Perbedaan bahasa menjadikan perbedaan penafsiran terhadap simbol-simbol tertentu. Bahasa yang digunakan dapat menjadi penghambat jika peserta komunikasi mendefinisakan kata, atau kalimat secara berbeda.

9) Perbedaan persepsi

Apabila pesan yang disampaikan komunikator dipersepsi sama oleh komunikan, maka keberhasilan komunikasi menjadi lebih baik. Namun perbedaan latar belakang sosial budaya, sering kali mengakibatkan perbedaan persepsi, karena semakin besar perbedaan latar belakang budaya, semakin besar pula pengalaman bersama.

h. Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal

(60)

49

komunikan menjadi rusak. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi:

1) Percaya (trust)

Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut:

a) Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.

b) Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.

c) Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.

2) Perilaku suportif

Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:

a) Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, seseorang tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya. b) Orientasi maslah: mengkomunikasikan keinginan untuk

Gambar

Tabel 3.1
Peta Kota Surabaya- Kecamatan Rungkut & Gambar 3.1 Gunung Anyar 86
Tabel 1.1 Subjek Penelitian
gambar saat wawancara, maupun berkas-berkas tertulis yang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku komunikasi merupakan penggunaan simbol-simbol atau lambang- lambang komunikasi yaitu baik penggunaan dalam bentuk verbal dan nonverbal yang dimaknai oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara ibu dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di Surabaya.. Teori

Waria merupakan suatu subjek komunikasi yang menjadi suatu fenomena komunikasi tersendiri karena mereka berhasil memanfaatkan fashion (pakaian, make up dan

Menyatakan bahwa apa yang saya tulis dalam skripsi berjudul: KOMUNIKASI NONVERBAL ANTAR LESBIAN (Komunikasi Nonverbal Anggota Kelompok Lesbian di Surabaya) adalah benar adanya

perbedaan bahasa, kebiasaan pola hidup, ketika memecahkan masalah dan lainnya Waria dengan masyarakat memiliki latar belakang diri yang berbeda tetapi mampu menjalin dan

Menyatakan bahwa apa yang saya tulis dalam skripsi berjudul: KOMUNIKASI NONVERBAL ANTAR LESBIAN (Komunikasi Nonverbal Anggota Kelompok Lesbian di Surabaya) adalah benar adanya

Identitas masyarakat Batak Toba yang dibentuk oleh pola komunikasi pada marhata sinamot dapat ditunjukkan dengan penggunaan komunikasi verbal maupun nonverbal (yang merupakan

Identitas masyarakat Batak Toba yang dibentuk oleh pola komunikasi pada marhata sinamot dapat ditunjukkan dengan penggunaan komunikasi verbal maupun nonverbal (yang merupakan