• Tidak ada hasil yang ditemukan

18519 22567 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " 18519 22567 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE IMPROVE DAN METODE KONVENSIONAL PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU

VARIABEL DI KELAS VII SMP NEGERI 5 SIDOARJO Dita Nilamsari

Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : ditanilamsari@mhs.unesa.ac.id

Ika Kurniasari

Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : ikakurniasari@unesa.ac.id

Abstrak

IMPROVE merupakan akronim yang mempresentasikan semua tahap dalam metode tersebut, yaitu Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik daripada metode konvensional.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo. Dalam penelitian ini memilih dua sampel yang dipilih secara acak menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel yang terpilih yaitu kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-8 sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini yaitu lembar tes pemecahan masalah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes di akhir pembelajaran.

Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen sebesar 66 dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol sebesar 50,22. Dari perhitungan dengan menggunakan uji t satu pihak diperoleh

t

hitung

≥ t

tabel yaitu

7,46

≥1,67

sehingga

H

0 ditolak atau

H

1 diterima. Maka peneliti mengambil simpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada metode konvensional.

Kata kunci: Metode IMPROVE, Metode Konvensional, Kemampuan Pemecahan Masalah.

Abstract

IMPROVE is an acronym that represents every stage of the method, namely Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment. The purpose of this research is to figure out students’ improvement in problem solving skill after being taught by using IMPROVE method in compared to conventional methods.

This research belongs to an experimental research. In this research, there were two samples randomly selected using Cluster Random Sampling technique. The selected samples were Class 7th-4 was used as the experimental group and 7th-8 was used as a control group. Instruments used in this research were problem-solving test sheets. Data were collected by using test method at the end of the lesson.

Based on the results and discussion, gained an average of experimental class problem-solving abilities by 66 and the average problem-problem-solving ability control class is 50.22. It need t variable to determine

t

counting

≥ t

table which resulted

7,46

≥1,67

, it means

H

0 was not or

H

1 was accepted. Then the researchers to conclude that the problem solving ability of students who are taught by the IMPROVE method is better than the conventional method of content one variable linear inequality.

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Salah satu yang menjadi peranan penting dalam masyarakat adalah pendidikan. Jika pendidikan dalam negara kualitasnya baik, maka negara tersebut akan menjadi negara yang maju. Dengan mengenyam pendidikan yang layak, seseorang dapat mengembangkan pengetahuan atau intelektual serta membentuk watak dan sikap ke arah yang positif. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan selalu mengalami pembaharuan untuk mencapai suatu keberhasilan.

Keberhasilan suatu pendidikan tak luput dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya guru sebagai pendidik, siswa, serta kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Guru sebagai pendidik sangat memegang peranan penting bagi keberhasilan peserta didik dalam menerima pendidikan di sekolah. Guru mempunyai kewajiban untuk menumbuhkan semangat dan antusias belajar siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Untuk itu, guru harus merencanakan dengan baik metode, strategi maupun model pembelajaran yang cocok untuk digunakan sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.

Pembelajaran menurut Uno (2006: 6) adalah kegiatan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu pembelajaran yang sulit menurut siswa adalah pembelajaran matematika. Sejauh ini siswa selalu berfikir bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Mereka menyebut itu atas dasar bahwa matematika selalu berhubungan dengan

berbagai macam rumus yang membuat siswa merasa sulit ketika memahaminya.

Matematika adalah ilmu yang berhubungan dengan ide, konsep abstrak, dan penalaran deduktif yang tersusun secara hierarki (Hudojo, 1990). Matematika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan ilmu tentang prosedur operasional yang digunakan dalam pemecahan masalah. Melalui pembelajaran matematika, siswa dapat melatih kemampuan yang dimiliki secara terus-menerus sehingga semakin lama semakin

berkembang. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 yang diamanatkan oleh kurikulum (Depdiknas, 2013), pembelajaran matematika bertujuan agar siswa dapat memiliki beberapa kemampuan, yakni kemampuan untuk mengolah dan menjelaskan keterkaitan antar bilangan-bilangan, bernalar, pemecahan masalah, dan mengkomunikasikan informasi secara matematis sehingga siswa dapat menguasai atau memahami konsep-konsep matematika dengan baik. Salah satu kemampuan yang tercakup dalam tujuan pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah tidak hanya diperlukan untuk menyelesaikan masalah dalam matematika, akan tetapi juga diperlukan siswa untuk menyelesaikan masalah yang mereka alami dalam kehidupan sehari- hari. matematika dengan benar, maka seharusnya siswa menerapkan empat langkah mudah dalam memecahkan masalah matematika yang dimulai dengan memahami masalah, merencanakan pemecahannya, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Begitu pula dengan kesuksesan seseorang dalam memecahkaan masalah sangat tergantung pada kesadarannya tentang apa yang mereka ketahui dan bagaimana dia melakukannya.

(4)

Volume 3 No. 5 Tahun 2016

belajar siswa menjadi terbatas pada mengingat informasi, mengungkap kembali apa yang telah dikuasainya, dan bertanya kepada guru tentang bahan pelajaran yang belum dipahami. Pembelajaran seperti ini terkesan kurang bermakna dan membatasi pemikiran siswa. Siswa tidak bisa mengeksplorasi ide-idenya karena telah terpaku pada pola pengerjaan jawaban guru dan menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban yang benar. Pada akhirnya, siswa akan sangat tergantung pada guru, lebih-lebih dalam memecahkan masalah yang kompleks.

Dengan demikian maka peneliti memilih suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan teori kontruktivis dan pembelajaran berpusat pada siswa, siswa aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri suatu konsep serta menekankan aktivitas metakognisi pada siswa. Sehingga siswa dapat melatih kemampuan yang dimiliki khususnya kemampuan pemecahan masalah adalah metode IMPROVE.

Kramarski dan Mevarech menyatakan bahwa IMPROVE merupakan akronim yang mempresentasikan semua tahap dalam metode tersebut, yaitu Introducing the new concenpts, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment (Huda, 2013). Pada pembelajaran dengan metode IMPROVE, siswa disituasikan untuk belajar kelompok dengan menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang heterogen. Situasi belajar berkelompok yang heterogen dapat menonjolkan interaksi antar siswa, seperti tanya jawab, tukar pendapat, dan debat antar siswa. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Pada saat siswa menyelesaikan masalah, guru membimbing siswa melakukan aktivitas metakognisi. Aktivitas metakognisi yang dilakukan siswa dibimbing oleh guru dengan memberikan

sebuah pertanyaan metakognisi, dimana pertanyaan metakognisi berguna untuk mendorong siswa menentukan langkah-langkah dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Pertanyaan metakognisi meliputi: pertanyaan pemahaman, pertanyaan strategi, pertanyaan koneksi, dan pertanyaan refleksi. Melalui pertanyaan metakognisi tersebut siswa dapat menemukan sendiri suatu konsep, dan siswa akan menyelesaikan permasalahan secara mandiri tanpa menerima bantuan dari guru. Sehingga siswa dapat melatih kemampuan pemecahan masalah yang mereka miliki dan dapat memecahkan masalah dengan mudah.

Pada materi pertidaksamaan linier satu variabel terdapat pada permasalahan di kehidupan sehari-hari misalnya pada masalah kontruksi bangunan. Untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan pertidaksamaan tidak hanya dengan mengakulasi suatu pertidaksamaan saja, sebelumnya siswa diminta untuk menyajikan permasalahan tersebut ke dalam model matematika terlebih dahulu. Untuk menentukan himpunan penyelesaiannya siswa perlu memahami sifat-sifat pertidaksamaan serta karakteristik bentuk-bentuk pada pertidaksamaan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja aktif dari siswa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada pertidaksamaan guna membangun pengetahuan mereka sendiri ketika menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga sesuai dengan menggunakan pembelajaran dengan metode IMPROVE.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajar dengan Metode IMPROVE dan Metode Konvensional Pada Materi Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo”

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik daripada metode konvensional pada materi pertidaksamaan linier satu variabel.

(5)

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yang diberikan perlakuan terhadap populasi tertentu. Penelitian eksperimen bertujuan untuk melakukan perbandingan suatu akibat perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain yang berbeda atau dengan yang tanpa perlakuan (Siswono, 2010).Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Dalam penelitian ini random yang dilakukan oleh peneliti adalah random kelas. Terpilih dua kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini antara lain kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan metode IMPROVE dan kelas VII-8 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan metode konvensional.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Perbandingan Kelompok Statik (the static group comparation desain) (Siswono, 2010:56). Variabel yang digunakan dalam pemecahan masalah yang dibuat berupa soal berbentuk uraian terdiri dari empat soal tentang materi pertidaksamaan linier satu variabel.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Uji normalitas digunakan untuk mengetahi apakah sampel berasal dari populasi 2) Menentukan Rentangan (R) yaitu:

R

=

Y

maks

Y

min 3) Menentukan banyak kelas (BK)

BK

=

1

+

3,3 log

n

, dengan n banyak siswa

4) Menentukan panjang kelas (P)

P

=

R

BK

5) Membuat daftar distribusi frekuensi untuk masing-masing kelas.

Menghitung simpangan baku (s) dengan rumus

a) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5

(6)

Volume 3 No. 5 Tahun

E

i = frekuensi yang diharapkan

L

= luas tian kelas interval n= banyak data

8) Menentukan nilai

2 dengan teknik analisis uji Chi-Kuadrat dengan rumus:

2

=

9) Menentukan taraf signifikan

α

=

0,05

10) Mencari nilai

2

(

α

) (

k

1

)

dari daftar Chi-Kuadrat

11) Menentukan kriteria pengujian hipotesis:

H

0 diterima jika

2hitung

<

2

(

α

)(

k

1

)

, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut

2. Menentukan taraf signifikan

α

=

0,1

3. Mencari varians dari nilai tes pemecahan masalah masing-masing kelas

4. mencari derajat kebebasan pembilang dan penyebut dengan rumus sebagai berikut.

V

1

=n

1

1

dan V

2

=

n

2

1

Keterangan:

V

1 : derajat kebebasan pembilang

V

2 : derajat kebebasan penyebut

n

1 : banyak data dari kelas eksperimen

n

2 : banyak data dari kelas kontrol 5. Mencari F dengan menggunakan

rumus

F

hitung

=

varians terbesar

variansterkecil

6. Membandingkan nilai

F

hitung dengan

F

1

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Hipotesis statistik yang diuji adalah:

H

0

:

μ

1

=

μ

2

H

1

:

μ

1

>

μ

2

a) Jika kedua kelas berdistribusi normal dengan varians homogen, rumus yang digunakan

Dengan rumus varians gabungan

(7)

b) Jika kedua kelas berdistribusi normal dengan varians tidak homogen, rumus yang digunakan

x

1 =skor rata-rata siswa pada kelas eksperimen

´

x

2 = skor rata-rata siswa pada kelas kontrol

n

1 = banyak siswa pada kelas eksperimen

n

2 = banyak siswa pada kelas kontrol

S= simpangan baku gabungan antara kelas eksperimen dan kontrol

s

1 = simpangan baku pada kelas eksperimen

s

2 = simpangan baku pada kelas kontrol.

c) Menentukan kriteria

H

0

1. Jika

σ

1

=

σ

2

dan σ tidak diketahui

kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE dan metode konvensional pada materi pertidaksaman linier satu variabel dilakukan di SMP Negeri 5 Sidoarjo pada semester genap tahun ajaran

2015/2016 yaitu pada tanggal 21 maret 2016 sampai 29 maret 2016.

Data Hasil Tes Pemecahan Masalah. Data Tes Pemecahan Masalah dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu berupa skor tes pemecahan masalah yang diperoleh siswa dari kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan metode IMPROVE dan kelas VII-8 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan metode konvensional. Berikut disajikan hasil skor tes pemecahan masalah pada materi pertidaksamaan linier satu variabel dari kelas VII-4 dan kelas VII-8.

Tabel 1. Skor Tes Pemecahan Masalah Kelas VII-4

siswa Skor Kodesiswa Skor

S1 57 S11 56 S21 70

Tabel 2. Skor Tes Pemecahan Masalah Kelas VII-8 selanjutnya dilakukan analisis pembahasan sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Tes Pemecahan Masalah

(8)

Volume 3 No. 5 Tahun eksperimen diperoleh rata-rata nilai seluruh siswa sebesar 66. Sedangkan dari data skor tes pemecahan masalah siswa kelas VII-8 sebagai kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai seluruh siswa sebesar 50,22. Jika dilihat besar rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata kelas kontrol. Untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dari hasil tes pemecahan masalah antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara statistik dapat digunakan dengan uji t satu pihak. populasi berdistribusi normal atau tidak.

Tabel 4. Data Uji Normalitas Chi-Kuadrat

Kelas

eksperimen Kelaskontrol Nilai

Maksimum 83 64

Nilai Minimum 54 35

Rata-rata (

2tabel 11,070 11,070

Kesimpulan Berdistribu

si Normal usi NormalBerdistrib

Berdasarkan perhitungan yang telah dirangkum dalam Tabel 4. Diperoleh rata-rata kelas eksperimen sebesar 66, sedangkan kelas kontrol sebesar 50,22. Dari nilai maskimum, nilai minimum,

rata-rata dan simpangan baku yang telah diperoleh. Maka selanjutnya dapat dihitung

2hitung untuk dapat membandingkan dengan

2tabel .

Dengan menentukan

α

sebesar 0,05 maka untuk kelas eksperimen,

2hitung yang diperoleh sebesar

8,186

dan

2tabel diperoleh sebesar 11,070. maka berarti

2hitung

<

2

(

α

)(

k−

1

)

, yaitu

8,186

<

11,070

. Sehingga

H

0 diterima. Jika

H

0 diterima, maka sampel dari kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol

2hitung diperoleh sebesar 4,04 dan

2tabel diperoleh sebesar 11,070. Maka berarti

2hitung

<

2

(

α

)(

k−

1

)

, yaitu

4,04

<

11,070

. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa

H

0 diterima. Jika

H

0 diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

Tabel 5. Data Uji Homogenitas

Kelas

Kesimpulan:

F

hitung

<

F

tabel yaitu

1,070

<

1,85

. Sehingga varians kedua sampel homogen.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dirangkum dalam Tabel 5, diperoleh Varians (

s

2

¿

pada kelas eksperimen sebesar 74,13, sedangkan Varians (

s

2

(9)

F

hitung dan menentukan

F

tabel pada

tabel distribusi F dengan

1

2

α

=

0,05

, dan dapat dihitung dengan rumus

F

tabel

=

F

1

2α(n1−1,n2−1)

=

F

0,05(29,30) . Selanjutnya

menentukan kriteria pengujian hipotesis yaitu bahwa

H

0 diterima jika

F

hitung

<

F

tabel

yang berarti varians kedua sampel homogen. Sedangkan

H

0 ditolak jika

F

hitung

≥ F

tabel yang berarti varians kedua sampel tidak homogen. Dari hasil perhitungan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa

F

hitung

=

1,070

sedangkan

F

tabel

=

1,85

. Dapat dikatakan bahwa

F

hitung

<

F

tabel yaitu

1,070

<

1,85

. Sehingga berdasarkan kriteria pengujian hipotesis menyatakan bahwa

H

0 diterima, yang berarti varians kedua sampel homogen.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, kedua sampel yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Begitu juga kedua sampel mempunyai varians yang homogen. Maka langkah selanjutnya untuk melihat perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji perbandingan dua rata-rata sebagai berikut.

Tabel 6. Data Perhitungan Uji-t

Kelas

maka terdapat perbedaan yang signifikan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dirangkum dalam Tabel 6, diperoleh rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 66 dan Varians (

s

2

¿

sebesar 74,13. Sedangkan pada kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 50,22 dan Varians (

s

2

¿

sebesar 69,24. Untuk menghitung perbandingan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diajar dengan metode IMPROVE dan metode konvensional, maka perlu dianalisis menggunakan uji statistika yaitu analisis menggunakan uji-t atau bisa disebut uji kesamaan dua rata-rata melalui uji satu pihak. Sebelum itu perlu menentukan terlebih dahulu varians gabungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil perhitungan diperoleh varians gabungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 8,46.

Selanjutnya menentukan kriteria

H

0 , signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menentukan kriteria

H

0 , maka terlebih dahulu menghitung

t

hitung selanjutnya membandingkan dengan

t

tabel . Untuk perhitungan

t

hitung sebagai berikut:

(10)

Volume 3 No. 5 Tahun Sehingga nilai

t

tabel diperoleh

t

(1−α)dk

=

t

(0,95)(59)

=

1,67

. Berdasarkan hasil

perhitungan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

t

hitung

=

7,46

, sedangkan

t

tabel

=

1,67

. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

t ≥ t

(1α)dk yaitu

7,46

1,67

dengan kesimpulan

H

0 ditolak. Jika

H

0 ditolak, maka

H

1 diterima. Berdasarkan hasil hipotesis statistik yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dibanding dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode masalah dari kedua sampel kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal dan keduanya mempunyai varians yang.Untuk melihat perbandingan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE dan metode konvensional dapat dianalisis dengan menggunakan uji t satu pihak yang diperoleh

t

hitung sebesar 7,46, sedangkan untuk

t

tabel sebesar 1,67. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

t

hitung

>

t

tabel yaitu

7,46

>

1,67

sehingga

H

0 ditolak atau

H

1 diterima. Maka, peneliti dapat mengambil simpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan metode

konvensional pada materi pertidaksamaan linier satu variabel.

Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan metode konvensional. Maka berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut peneliti menyarankan hendaknya guru matematika dapat menggunakan metode IMPROVE selama proses belajar matematika di kelas khususnya pada materi pertidaksamaan linier satu variabel.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gulo , W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: IKIP Malang. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

2002.Departemen Pendidikan Nasional Ed.3 Cet.2.jakarta: Balai Pustaka. M.B.A, Riduwan. 2006. Dasar-dasar Statistika.

Bandung: Alfabeta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP-MTS. 2013. ____________

Polya , G. 1973. How to Solve it: A New Aspect of Mathematical Method (2end ed). Princenton, NJ: Princenton University Press

Riduwan, M.B.A. 2010. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

(11)

Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press

Siswono , Tatag Yuli Eko. 2010. Penelitian Pendidikan Matematika. Surabaya: Unesa University Press

Sudjana . 1996. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung: Tarsito.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta Suherman , Erman, dkk. 2003. Strategi

Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI dan IMSTEP JICA.

Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gambar

Tabel 1. Skor Tes Pemecahan
tabel distribusi F dengan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

DVH menggunakan wedge 60 o Pada grafik DVH menggunakan wedge 60 o , seiring terjadinya penurunan volume antara GTV, PTV, dan organ mata maka akan diiringi terjadinya

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1) hasil audit energi listrik pada RSU Haji Surabaya, termasuk dalam klasifikasi cukup efisien

Sampel Makrozoobentos diidentifikasi di laboratorium Ekologi dan Optik Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. Adapun kegiatan yang dilakukan di luar kelas ialah: 1) Dosen menyiapkan video pembelajaran yang akan digunakan mahasiswa

Untuk keperluan analisa kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian rupa yang

Hasil uji lanjut Duncan pada kerapatan kayu kelapa menunjukkan perbedaan yang nyata dari semua perlakuan mengenai konsentrasi ekstrak tanin kulit kayu akasia

Ibu Nunung Nurhasanah, S.T., M .Si , Selaku Koordinator M ata Kuliah Program Ganda Sistem Informasi – Teknik Industri Universitas Bina Nusantara dan selaku dosen pembimbing yang

Penambahan fraksi volume serat menunjukkan serat penguat semakin banyak dalam komposit sehingga gaya yang diterima oleh matrik akan diteruskan kepada serat