• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /enm/images/dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /enm/images/dokumen"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar

Isi

23

Kondisi Perekonomian Indonesia

1

Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan upaya-upaya konkrit untuk mengatasi keadaan ini. Perkembangan harga minyak dunia cenderung terus melonjak bahkan sempat melampaui US$ 145 per barrel, sementara harga komoditi pangan juga terus meningkat. Hal ini menyebabkan ancaman stagfl asi – yaitu situasi dimana pertumbuhan ekonomi sangat lamban, tetapi diikuti oleh tingkat infl asi yang sangat tinggi – bisa menjadi kenyataan.

Perekonomian dunia diprediksi hanya akan tumbuh sekitar 1,8 persen pada tahun 2008, yang merupakan suatu penurunan yang cukup drastis dibandingkan dengan angka pertumbuhan sebesar 3,8 persen pada tahun 2007.

Sementara itu akibat krisis keuangan dan krisis perumahan di Amerika Serikat, berbagai faktor lain juga bermunculan mengiringi ketidakseimbangan global. Terus anjloknya kurs dollar Amerika Serikat dan memburuknya krisis kredit

di negara-negara industri semakin memperburuk keadaan dan menyebabkan perekonomian dunia berada dalam ketidakpastian yang mengkhawatirkan. Meskipun beberapa negara di Eropa dan Jepang, serta sejumlah negara berkembang bisa tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dunia, namun dampak penurunan perekonomian Amerika Serikat tetap cukup besar dalam mempengaruhi perekonomian global akibat contagion effect pada banyak negara di dunia.

2

Dalam hal perekonomian nasional, meskipun dampak sosial kenaikan harga BBM pada 24 Mei 2008 tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi negara secara keseluruhan, namun dampaknya terhadap perekonomian sangatlah besar. Tingkat infl asi diperkirakan akan mencapai double digit, yaitu sekitar12,5 persen, di saat daya beli masyarakat masih dalam kondisi sangat tertekan

akibat melonjaknya harga komoditi pangan akhir-akhir ini. Tingkat pertumbuhan ekonomi dipastikan tidak akan mencapai target APBN sebesar 6,4 persen, tetapi paling tinggi akan berada di sekitar 6 persen untuk tahun 2008.

Sedangkan APBN tetap belum bisa dikatakan aman, karena selain masih mengandung beban defi sit sebesar Rp 82,3 triliun

untuk tahun 2008, juga tetap dibayang-bayangi oleh kenaikan harga minyak dunia yang masih terus bergejolak hingga saat ini. Adanya kekhawatirkan bahwa harga minyak mentah dunia bisa menembus angka US$ 200 per barrel di akhir tahun 2008 bukanlah suatu hal yang berlebihan, melihat kondisi kondisi pasar uang dan pasar komoditi dunia yang semakin tidak terkendali akhir-akhir ini.

90 100 110 120 130 2-J a n-07 26-J a n-07 19-F eb-07 15-Mar -0 7 8-A p r-07 2-May -07 26-May -07 19-J u n-07 13-J u l-07 6-A ug-07 30-A ug-07 23-S ep-07 17-O c t-07 10-N ov -07 4-D ec -07 28-D ec -07 21-J a n-08 14-F eb-08 9 -M a r-0 8 2-A p r-08 26-A pr -08 20-May -08 13-J u n-08 7-J u l-08 0.5 0.6 0.7 0.8 Yen Euro

Kurs Yen dan Euro Terhadap Dollar AS

2 Januari 2007 - 19 Juli 2008

Berita

Kadin

Oleh: Tim Ekonomi Kadin Indonesia

BeritaKadin

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kadin Indonesia telah menandatangani MoU dengan BNN

MUPROV IV KADIN Jambi H.A.. Bakri HM, SE terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum

Meskipun kenaikan Tarif PPnBM masih dalam rencana, KADIN Indonesia telah meminta kepada Pemerintah dan DPR untuk mengkaji secara komprehensif

Strategi penguatan ketahanan pangan untuk mengantisipasi dan menjawab tantangan pangan di tingkat global

Hasil Rapat Koordinasi Nasional Perhubungan Kadin Indonesia

Mohanad S Hidayat: Pengusaha belum yakin, bahwa dengan kenaikan tarif listrik, tidak akan ada lagi pemadaman

Kebijakan dan Rekomendasi KADIN

KPPOD AWARD, Merupakan suatu ajang kompetisi sehat antar pemerintah daerah

Pemberitahuan awal mengenai penyelenggaraanMunas-V Kadin

Laporan Ekonomi Bulanan Juli 2008 1 9 11 13 15 4 5 6 12

Perkembangan Industri Plastik Pakistan, dan peluang Ekspor plastik dari Indonesia ke Pakistan

Perkembangan hubungan Ekonomi Indonesia dan Tanzania

Undangan untuk mengikuti Festival Kopi dan teh di Tashkent pada tanggal 19-21 November 2008

Informasi kepada para eksportir Furniture, bilamana akan mengekspor produknya ke Ceko

Market Intellegence produk keramik dan Batu Alam Indonesia pada Coverings 2008 di Orlando - Florida, disampaikan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia Houston

Hasil Seminar: "Economical and Financial Turmoil: What Lies Ahead"

Sebuah Kesempatan untuk memamerkan budaya Indonesia, serta berbisnis di San Francisco Amerika Serikat

(2)

Susunan Redaksi

Diterbitkan:

Sekretariat Kadin Indonesia.

Pelindung:

Ketua Umum Kadin Indonesia, MS Hidayat. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Keorganisasian dan Keanggotaan, Adi Putra Tahir

Penanggung Jawab:

Direktur Eksekutif Kadin Indonesia, Hariadi Saptadji Para Direktur dan Kepala Biro Kadin Indonesia.

Pemimpin Redaksi:

Sutrisno

Wakil Pemimpin Redaksi/ Pelaksana Teknis:

Hadi Widianto

Redaksi:

Yoyo Picaulima.

Kontributor:

Miftahul Hakim

Ruwiyati Sri Rahayu (Wiwik) Nursyamsi Gemawaty.

Menara Kadin Indonesia Lt.29 Jalan HR. Rasuna Said X-5 kav 2-3, Jakarta 12950 – Indonesia Telepon: (62-21) 5274484 (hunting) Fax: (62-21) 5274331, 5274332 E-mail: infokadin@kadin-indonesia.or.id

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA

3

Meskipun pada triwulan I 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,3% secara year on year, namun secara triwulanan hanya tumbuh sekitar 2,1 persen terhadap triwulan IV 2007. Pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bertumpu pada kegiatan ekspor, karena dari empat komponen pengguna Produk Domestik Bruto (PDB) hanya ekspor yang tercatat positif, yaitu sekitar 5,7 persen. Sedangkan investasi fi sik (Pembentukan Modal Tetap Bruto) mengalami kontraksi sekitar 0,6 persen, dan pengeluaran konsumsi masyarakat turun sekitar 0,4 persen akibat turunnya daya beli di awal tahun 2008 ini.

Pertumbuhan PDB Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan(%)

Pengeluaran

Trw IV 2007thd

Trw III 2007

Trw I 2008

thd

Trw IV 2007

Trw I 2008

thd

Trw I 2008

Sumber Pertumbuhan year on year

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Ekspor Barang dan Jasa

Dikurangi : Impor Barang dan Jasa

Produk Domestik Bruto

2,3

23,2

2,3

2,6

1,3

-2,1

-0,4

-30,5

-0,6

5,7

2,7

2,1

5,5

3,6

13,3

15,0

16,8

6,3

3,2

0,2

2,9

7,1

-6,3

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan PDB Harga Konstan 2000 Menurut Sektor (%)

Lapangan Usaha

Trw IV 2007thd

Trw III 2007

Trw I 2008

thd

Trw IV 2007

Trw I 2008

thd

Trw I 2008

Sumber Pertumbuhan year on year

Sumber: Badan Pusat Statistik

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. B A N G U N A N

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 9. JASA - JASA

-0,1 -0,2 2 3,8 0,5 6,8 3,1 2,9

-1,1 -0,1 1,2 -1,6 -0,2 0,6 1,8 0,4

-2,3 4,3 12,1 8,3 7,2 19,7 8,3 5,7

-0,2 1,2 0,1 0,5 1,2 1,4 0,8 0,5

-22,9 18 6 0,8

Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto Tanpa Migas

-2,1 -2,2

2,1 2,4

6,3 6,8

6,3

Sementara itu secara sektoral, pendukung utama pertumbuhan adalah sektor pertanian, yang tumbuh sebesar 18 persen pada triwulan I 2008 (terhadap triwulan IV 2007). Sedangkan sektor industri pengolahan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,1 persen, meskipun secara year on year (triwulan I 2008 terhadap triwulan I 2007) menunjukkan pertumbuhan sekitar 1,2 persen. Tingginya pertumbuhan pada sektor pertanian dimungkinkan tidak saja karena faktok musiman (terjadinya panen raya pada bulan Maret), tetapi juga didukung oleh kenaikan harga komoditas pertanian dan perkebunan yang melonjak secara sangat berarti.

4

Tekanan eksternal, kenaikan harga BBM, dan gangguan pasokan barang-barang kebutuhan pokok telah mengakibatkan kenaikan infl asi telah mencapai angka dua digit pada akhir bulan Juni lalu. Pada Juni 2008 angka infl asi mencapai 2,46 persen, sehingga secara kumulatif pada Januari-Juni 2008 telah mencapai 7,37 persen, dan infl asi year on year tercatat sebesar 11,03 persen. Laju infl asi yang tinggi terutama disumbang oleh kelompok pengeluaran Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan yang mencatat infl asi sebesar 8,72 persen pada bulan Juni 2008.
(3)

I nflasi Kumulat if ( % ) 2006 - 2008 7.37 6.59 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec

%

2008 2006 2007

Infl asi Bulanan, Tahun Kalender, Year on Year, Tahun 2006–2008

5

Meskipun mengalami sedikit tekanan akibat terjadinya gejolak pada pasar modal dalam dan luar negeri, secara keseluruhan kurs rupiah tidak berfl uktuasi secara berlebihan sampai pertengahan bulan Juli ini. Sebagai lembaga yang bertugas menjaga laju infl asi dan menjaga stabilitas kurs mata uang rupiah, Bank Indonesia

Kurs Tengah Rupiah t erhadap Dollar AS Januari 2008 - 10 Juli 2008

9,172 9,000 9,100 9,200 9,300 9,400 9,500 2 -J a n -0 8 1 5 -J a n -0 8 2 5 -J a n -0 8 7 -F e b -0 8 1 9 -F e b -0 8 2 9 -F e b -0 8 1 3 -M a r-0 8 2 7 -M a r-0 8 8 -A p r-0 8 1 8 -A p r-0 8 3 0 -A p r-0 8 1 3 -M a y -0 8 2 3 -M a y -0 8 4 -J u n -0 8 1 6 -J u n -0 8 2 6 -J u n -0 8 8 -J u l-0 8 R p / U S $

berhasil menjaga nilai rupiah pada level yang cukup kredibel dalam pandangan para pelaku ekonomi. Dalam menjaga rupiah, Bank Indonesia terus melakukan intervensi terhadap kurs rupiah demi kenyamanan para eksportir dan para importir melakukan kegiatan usahanya.

Selain itu Bank Indonesia juga telah mengantisipasi kemungkinan dampak dari naiknya infl asi akibat kenaikan harga BBM. Dalam menjaga kemungkinan melonjaknya infl asi tersebut, Bank Indonesia telah tiga kali menaikkan suku bunga acuan BI-rate sejak bulan Mei lalu, sehingga dewasa ini BI-rate kembali berada pada level 8,75 persen. Hal ini diharapkan dapat menahan keluarnya dana dari Indonesia, yang berpotensi menurunkan kurs rupiah jika suku bunga riil dalam negeri mengalami penurunan. Dengan suku bunga BI-rate sebesar 8,75 persen dan laju infl asi sebesar 11,03 persen, saat ini suku bunga riil di Indonesia memang sudah menjadi negatif.

Sempat melemahnya rupiah ke level Rp 9.376 per dollar AS pada 27 Mei lalu sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku ekonomi. Kekhawatiran terhadap terganggunya stabilitas moneter muncul bersamaan dengan meningkatnya angka infl asi pada bulan Mei lalu. Untungnya, Bank Indonesia kembali berhasil membawa kurs rupiah ke tingkat yang lebih aman. Intervensi pasar terhadap rupiah berkali-kali dilakukan demi terjaganya nilai rupiah yang realistis, meskipun kebijakan ini membawa konsekuensi pada menurunnya cadangan devisa. Posisi cadangan devisa yang pada 23 Mei 2008 tercatat sebesar US$ 58,8 miliar, turun hampir sebesar 2 miliar pada 6 Juni 2008 lalu, yaitu menjadi US$ 56,9 miliar. Untungnya kembali meningkat menjadi sekitar US$ 59,5 miliar pada akhir Juni 2008 lalu.

DOW Jones Index dan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI January 2007- 10 Juli 2008

11,000 11,500 12,000 12,500 13,000 13,500 2-Jan -08 9-Jan -08 18-Jan -08 28-Jan -08 14-F eb -08 22-F eb -08 29-F eb -08 10-Mar -08 17-Mar -08 25-Mar -08 1-A p r-08 8-A p r-08 15 -A pr -0 8 22 -A pr -0 8 29 -A pr -0 8 7- May-08 14- May-08 22- May-08 2-Ju n -08 9-Ju n -08 16-Ju n -08 23-Ju n -08 30-Ju n -08 8-Ju l-08 2000 2200 2400 2600 2800 DJIA IHSG DJIA IHSG

6

Sementara itu, terus menurunnya kinerja pasar modal Indonesia sejalan dengan menurunnya kinerja pasar modal global. Sejak 20 Juni 2008 indeks Dow Jones terus terkoreksi tajam, sehingga pada 9 Juli 2008 berada pada level 11,147.44, atau mengalami penurunan sebesar 11,8 persen terhadap level 12,638.32 pada akhir Mei 2008. Dalam kurun waktu yang sama indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 6,48 persen, yaitu dari 2,444.35 pada akhir Mei 2008 menjadi 2,286.03 pada 9 Juli 2008 lalu. Selain dipengaruhi oleh melemahnya bursa global, penurunan IHSG juga dipengaruhi oleh reaksi negatif pasar terhadap tingginya tingkat infl asi dalam dua bulan terakhir ini. Angka infl asi yang mencapai 1,41 persen pada bulan Mei dan sebesar 2,46 persen pada bulan Juni lalu telah menimbulkan kekhawatiran pada para pelaku pasar.

Selain itu, naiknya suku bunga SBI dan suku bunga deposito yang ditawarkan sektor perbankan, diperkirakan juga telah

merubah portolio investasi di kalangan para investor. Yaitu dengan mengalihkan sebagian dananya dari pasar modal ke deposito atau obligasi.

7

Terjadinya defi sit sebesar US$ 524,1 juta pada neraca perdagangan di bulan April 2008 lalu cukup memprihatinkan. Defi sit ini dipicu oleh turunnya kinerja ekspor nasional ditengah tingginya harga minyak dan beberapa harga komoditas dunia. Padahal pada bulan sebelumnya neraca perdagangan masih mencatat surplus sebesar US$ 1,89 miliar. Defi sit yang terjadi pada April 2008 disebabkan nilai total ekspor hanya mencapai US$ 10,97 miliar atau turun sekitar 7,8 persen dari nilai ekspor pada Maret 2008 sebesar US$ 11,9 miliar. Sementara nilai impor meningkat sebesar 14,9 persen

dibandingkan impor bulan Maret 2008, yaitu dari US$ 10,01 miliar menjadi US$ 11,50 miliar.

(4)

maka pada bulan Mei 2008 neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$ 1,23 miliar.

Surplus tersebut diperoleh dari surplus neraca perdagangan non migas yang mencapai US$ 1,283 miliar, karena neraca perdagangan migas mulai mencatat defi sit sebesar US$ 52,7 juta. Hal ini menunjukkan bahwa era migas telah menjadi masa lalu bagi perekonomian Indonesia. Dewasa ini kinerja ekspor Indonesia terselamatkan oleh lonjakan harga minyak sawit mentah (CPO), yang menyebabkan komoditi ini menjadi penyumbang utama ekspor non-migas Indonesia. Pada tahun 2007 nilai ekspor CPO dan produk turunannya mencapai US$ 10,23 miliar atau 11,13 persen dari total nilai ekspor non-migas. Dalam periode Januari-Mei 2008 nilai ekspor CPO dan produk turunannya sudah mencapai US$ 7,1 miliar atau 15,9 persen dari total nilai ekspor non-migas.

62.1 56.3 57.2 71.6

85.6

100.7

61.0

44.3

0 2 0 4 0 6 0 8 0 10 0 12 0

Ekspor Impor

Kadin Indonesia Telah Menandatangani MoU dengan BNN

(Badan Nasional Narkotika)

K

adin Indonesia dan BNN (Badan Nasional Narkotika) telah

menandatangani MoU kesepahaman pencegahan penggunaan narkotika

dikalangan dunia kerja.

Kesepahaman ini ditandatangani bersama oleh Ketua Umum Kadin Indonesia Mohamad S. Hidayat dan Ketua Badan Narkotika Nasional Jend. Pol. Drs. Sutanto,

di Kantor Kadin Indonesia, 3 Juli 2008 lalu.

Dalam sambutannya, Ketua BNN Jend. Pol. Drs. Sutanto menjelaskan bahwa maksud dilakukannya nota kesepahaman bersama ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta dunia usaha, dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui penyampaian pengetahuan, perubahan sikap, perilaku dan budaya

melalui upaya komunikasi, informasi dan edukasi.

Sedangkan Ketua Umum Kadin Indonesia menjelaskan bahwa jerat narkoba tidak hanya terhenti pada saat pemakaian dan bertobatnya pemakai, tapi terus menggurita hingga masa pemulihan serta efek domino yang dirasakan orang lain di luar korban. “Untuk itu dibutuhkan komitmen serta

(5)

penanganan yang terkoordinasi dan kontinyu dari berbagai pihak untuk bisa menekan turun angka-angka yang tidak sedikit tersebut sehingga tiap rupiah tidak lagi terbuang percuma.”

Data BNN menyebutkan, jumlah tindak pidana narkoba yang diungkap terus meningkat dari 17.355 kasus pada tahun 2006 menjadi 22.630 kasus. Jumlah pelaku tindak pidana narkoba juga meningkat dari 31.635 orang menjadi 36.169 orang. Biaya ekonomi yang terjadi karena penyalahgunaan narkoba diperkirakan sebesar Rp. 18,4 trilyun per tahun. Biaya itu terbagi atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari dua komponen, yaitu biaya pembelian narkoba, biaya penanganan over dosis (OD) dan rehabilitasi.

a. Diperkirakan total biaya konsumsi narkoba dalam satu tahun di kalangan pengguna mencapai 11,3 trilyun

b. Biaya penanganan over dosis dan rehabilitasi.Dalam setahun, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk over dosis adalah sebesar Rp. 314 milyar dan biaya rehabilitasi diperkirakan mencapai Rp. 410 milyar per tahun.

Kemudian Pengobatan sendiri. Jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk upaya pengobatan sendiri mencapai Rp. 263 milyar per tahun.

Berikutnya adalah Biaya Tidak Langsung yang terdiri dari tiga komponen yaitu : hilangnya waktu produktif, biaya kematian, dan biaya terkait penyakit tertentu.

a. Biaya waktu produktif yang hilang Diperkirakan biaya ini mencapai Rp. 1,4 trilyun per tahun.

b. Biaya kematian akibat narkoba (premature death)

Berdasarkan estimasi, biaya kerugian yang timbul sebesar Rp. 4,9 trilyun dalam setahun.

c. Biaya terkait penyakit tertentu

Diperkirakan biaya keseluruhan untuk

Nampak dalam gambar, ketika Jend Polisi Drs Sutanto mengenakan Jacket BNN kepada Ketua Umum Kadi Indonesia

MUPROV IV KADIN JAMBI H.A. BAKRI HM, SE TERPILIH

SECARA AKLAMASI SEBAGAI KETUA UMUM PERIODE 2008 - 2013

M

usyawarah Provinsi (Muprov) IV Kadin Jambi telah berlangsung di Gladio Room Abadi Suite Hotel Jambi pada 29 Juli 2008 lalu. Musprov

IV Kadin Jambi ini dilangsungkan setiap 5 tahun sekali sebagai sarana untuk memilih Ketua Kadin Provinsi yang baru dan membentuk kepengurusan Kadin Provinsi

yang baru.

Pembukaan Muprov IV Kadin Jambi dihadiri oleh Ketua Umum Kadin Indonesia dan Gubernur Jambi Drs. H. pengobatan penyakit tertentu (HIV/

AIDS, Hepatitis, TB) mencapai Rp 372 milyar.

Selanjutnya Biaya Sosial yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung, dan total biaya sosial mencapai angka Rp 5,5 trilyun.

a. Biaya langsung

Biaya langsung terdiri dari tiga komponen yaitu biaya

kriminalitas yang menelan kerugian biaya sebesar Rp 4,2 trilyun. Biaya kecelakaan menelan biaya sebesar Rp 787 milyar. Biaya biaya waktu produktif yang hilang dari keluarga penyalahguna narkoba yang menelan kerugian sebesar Rp 106 milyar dalam satu tahun. Angka itu didapat dari estimasi total hari produktif yang hilang

pada keluarga dikalikan dengan UMR per hari.

b. Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung yaitu biaya rehabilitasi di penjara khusus narkoba. Biaya ini mencapai Rp 38,3 milyar per tahunnya.

”Dengan penandatangan Kesepakatan Bersama ini diharapkan dapat

(6)

Zulkifl i Nurdin. Dalam sambutannya yang cukup singkat Gubernur menyampaikan agar kepada Ketua Umum terpilih untuk melaksanakan tugas sesuai program kerja yang ditetapkan Muprov dan siap bekerjasama dengan Pemerintah Daerah membangun perekonomian Provinsi Jambi. Sumber daya alam Provinsi Jambi batubara, gas, sawit, karet dan lain-lain harus diolah dalam bentuk fi nal product sehingga ada nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat Jambi.

Muprov ini dihadiri oleh peserta dan peninjau dari Kadin Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi, dan Asosiasi/Himpunan Anggota Luar Biasa Kadin Jambi serta 9 orang Pengurus Kadin Indonesia.

Setelah melalui Sidang Pleno I sampai dengan IV dan sidang, akhirnya peserta Muprov memutuskan dan menetapkan secara aklamasi H.A. Bakrie HM, SE menjadi Ketua Umum Kadin Jambi untuk periode 2008-2013 dan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan terpilih H. Zoerman Manap. Peserta Muprov juga telah menetapkan 5 orang tim formatur terdiri dari Ketua Umum terpilih dengan anggota S.Y Pasha dari Asosiasi dan 3 orang dari Kadin Kabupaten /Kota H. Mardinal, Syamsu Rizak, SE dan H. Syahruddin Z. Hasil Tim

Formatur menyusun kepengurusan Kadin Provinsi Jambi dan telah disahkan dengan Keputusan Dewan Pengurus Kadin

Indonesia No. Skep/065/DP/VII/2008 sebagai berikut : Ketua Umum H.A. Bakrie HM, SE dan Wakil-Wakil Ketua Umum : 1. SY Pasha, 2. Yos Sumarsono, 3. H. AS. Budianto, SE, MM, 4. Rudi Ardiansyah, SH, 5. Effendi Hatta, 6. Asep Soedrajat, 7. Ir. Cornelis Buston. Dewan Pertimbangan Ketua : H. Zoerman Manap dan Wakil Ketua : H. Hasrin Nurdin dan HR. Denmar. Anggota Dewan Pertimbangan, Bidang-Bidang Wakil Ketua Umum dan Komite Tetap akan disusun kembali oleh Formatur dalam jangka waktu satu bulan.

Acara Muprov ini ditutup dengan pelantikan terhadap Kepengurusan Kadin Provinsi Jambi yang baru oleh Ketua Umum Kadin Indonesia Mohamad S. Hidayat. (sp/hdw)

Meskipun Kenaikan Tarif PPnBM Masih Dalam Rencana, Kadin

Indonesia Telah Meminta Kepada Pemerintah dan DPR Untuk

Mengkaji Secara Komprehensif.

Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat: “ Wacana kenaikan tariff PPnBM sampai 200% itu, jangan sampai mengganggu kinerja industri.”

“Harus diterapkan secara berimbang, yang artinya dalam penerapannya jangan sampai mengganggu kinerja industrial yang masih potensial untuk dikembangkan.” lanjut Hidayat.

“Kadin bisa mengerti jika ada rencana seperti itu, namun kategorisasinya juga harus jelas, jangan sampai merusak industri

yang potensial, jadi harus dikaji secara hati-hati.” ujarnya.

Hal itu disampaikan Hidayat, setelah Ketua Panja RUU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) DPR Vera Febyanti mengatakan bahwa pemerintah dan DPR merencanakan kenaikan tariff PPnBM maksimum 200% dan minimum 10% dalam amandemen UU Perubahan Ketiga Atas UU No.6/1983 tentang PPN dan PPnBM. Undang-Undang sebelumnya telah menetapkan tariff tertinggi PPnBM 75% dan terendah 10%.

Pajak tersebut dikenakan pada produk otomotif, elektronik, minuman beralkohol, perhiasan, permadani, pesawat udara, senjata api, alat music, sampai kepada peralatan olah raga.

Dan apabila rencana kenaikan PPnBM tersebut tidak diterapkan secara adil dan berimbang, maka kalangan pengusaha mengkhawatirkan akan terjadinya suatu dampak negatif yang akan menekan daya beli masyarakat, sehingga dapat memangkas pertumbuhan industri nasional.

(yoyo sp)

STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN

PANGAN UNTUK MENGANTISIPASI DAN

MENJAWAB TANTANGAN PANGAN

DI TINGKAT GLOBAL

Oleh: Prof.Dr. Bustanul Arii n (Anggota Tim Ahli Bidang Ekonomi Kadin Indonesia)

K

etahanan pangan dan energi Indonesia pada tahun ini dan beberapa tahun ke depan mengalami tantangan yang semain kompleks, karena tidak dapat dipisahkan dari kondisi dan dinamika perekonomian
(7)

produktivitas dari perluasan areal panen, bukan dari perubahan teknologi produksi, yang tentunya mengandung dimensi peningkatan efi siensi ekonomi. Produksi harian minyak bumi Indonesia menurun drastis hampir setengah dari produksi harian pada tahun 2000, suatu proses dekadensi yang cukup mengkhawatirkan. Ketika harga minyak dunia sampai di atas US$ 135 per barel, maka Indonesia harus menanggung beban dari kenaikan harga sumber energi penting tersebut, yang sangat mengganggu keseimbangan anggran negara dan perekonomian masyarakat secara umum.

K

enaikan harga minyak bumi dunia turut berkontribusi pada lonjakan harga pangan secara dramatis, baik di tingkat global, maupun di tingkat domestik. Harga pangan strategis seperti gandum, beras, daging, dan susu, meningkat terutama karena fenomena penurunan produksi di beberapa negara penghasil pangan. Akibatnya volume perdagangan menjadi tipis karena permintaan pangan yang senantiasa meningkat. Fenomena kenaikan harga minyak bumi dunia telah berkontribusi pada peningkatan biaya produksi, transportasi dan distribusi, dan menjadi pemicu infl asi di beberapa negara, tidak terkecuali Indonesia. Disamping itu, sebagian besar negara yang memeliki sumberdaya alam agak berlimpah, saat ini sedang mengembangkan bahan bakar biologi (biofuels), yang juga mendorong permintaan terhadap minyak nabati dunia cukup pesat.

A

kibat berikutnya, harga dunia komoditas minyak dan lemak yang dapat digunakan untuk energi menjadi meningkat tajam. Harga dunia minyak sawit mentah (CPO), jagung, kedelai, tebu, rapeseed, dan lain-lain yang selama ini digunakan sebagai sumber pangan dan minyak nabati meningkat sangat signifi kan sepanjang dua tahun terakhir. Kenaikan harga pangan yang kemungkinan masih akan berlanjut tahun depan, tentu sangat berpengaruh pada perjalanan dan strategi kebijakan ketahanan pangan di Indonesia. Pada kesempatan lain (Arifi n, 2008), penulis telah mengidentifi kasi tiga faktor utama yang sering dianggap bertanggung jawab terhadap eskalasi harga pangan dan pertanian di tingkat global, yaitu: (1) fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi pangan strategis, (2) peningkatan permintaan komoditas pangan karena konversi terhadap biofuel, dan (3) aksi spekulasi yang dilakukan para investor (spekulan) tingkat global karena kondisi pasar

keuangan yang tidak menentu. Tanpa harus menguraikan lebih panjang lagi tentang determinan di atas, eskalasi harga pangan adalah tantangan (dan peluang) baru untuk

merumuskan strategi antisipasi dan mitigasi terhadap berbagai ancaman ketahanan pangan di Indonesia.

D

i dalam literatur, ketahanan pangan meliputi tiga dimensi penting: yaitu (1) ketersediaan pangan, (2) aksesibilitas masyarakat terhadap pangan, dan (3) stabilitas harga pangan. Salah satu dari dimensi tersebut tidak terpenuhi, maka ketahanan pangan dapat mengalami ancaman yang tidak sederhana. Misalnya, walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh.

Demikian pula, walaupun ketersediaan dan aksesibilitas masyarakat dapat dikatakan cukup, namun jika stabilitas harga pangan tidak mampu terjaga secara baik (dan tentunya berakibat pada ketersediaan dan aksesibilitas), maka ketahanan pangan tidak dapat dikatakan telah cukup kuat. Oleh karena itu, aspek distribusi pangan mulai dari sentra produksi di pedesaan sampai pada konsumen perkotaan dan konsumen di seluruh pelosok rumah tangga pedesaan juga tidak kalah pentingnya dalam upaya memperkuat strategi ketahanan pangan. Aspek distribusi pangan ini mencakup eksistensi dan perubahan fungsi tempat, fungsi ruang dan fungsi waktu dan melibatkan banyak pelaku di dalamnya.

P

erhatian dunia tertuju pada tiga komoditas pangan biji-bijian utama, seperti beras, gandum dan jagung, yang mengalami lonjakan di luar akal sehat. Harga gandum dunia per 11 Juni 2008 untuk kualitas sedang (hard red winter HRW) sekitar US$ 400 per ton (naik 96% dalam setahun), harga beras kualitas sedang (Thai 5% broken) juga di atas US$ 900 per ton (naik 203%), dan harga jagung kualitas sedang (number 2 yellow) di atas US$ 240 per ton (naik 94%). Bahkan, total neraca pangan dunia tahun 2008 ini juga diperkirakan defi sit karena jumlah pasokan yang lebih rendah dari permintaan, suatu pra-kondisi awal yang dapat mengarah pada krisis pangan yang lebih dahsyat. Pada Food Summit awal Juni 2008 di Roma, Organisasi Pangan Dunia (FAO) perlu menghimbau negara-negara maju dan besar yang mengalami surplus pangan untuk memberikan bantuan tanpa ikatan kepada negara-negara miskin dan kelompok negara berkembang. Sebagaimana

diperkirakan para analis, FAO ternyata tidak keluar dengan pernyataan lebih keras, misalnya tentang “moratorium konversi bahan pangan menjadi bioenergi”, karena dikhawatirkan “membunuh” inisiatif penelitian dan pengembangan energi alternatif tersebut. Apakah “himbauan” seperti itu akan membawa hasil bagi

mitigasi krisis pangan, waktulah yang akan menjawabnya.

L

aporan berkala bulanan “Commodity Market Review” yang dikeluarkan Bank Dunia tidak lagi mampu

mengumpulkan dan menampilkan data harga dunia beras kualitas medium (Thai 25% broken), tepatnya sejak Februari 2008, karena praktis tidak ada transaksi pada komoditas pangan yang sebenarnya sangat sensitif itu. Struktur pasar beras dunia beras menjadi agak kacau karena produsen beras dunia tidak memprioritas untuk “melempar” produksi berasnya ke pasar global, yang mengakibatkan stok beras dunia makin tipis. Strategi protektif negara-negara eksportir besar beras dunia, seperti Thailand, Vietnam, India, dan China, memang sempat menjadi ajang diskusi hebat pada Food Summit di Roma. Namun, sebagai negara yang berdaulat, negara produsen beras dunia itu lebih mengutamakan stok beras di dalam negerinya sendiri serta fl uktuasi harga pangan pokok yang sering memiliki dimensi politik yang lebih besar.

C

hina, misalnya. Walau berstatus sebagai produsen beras terbesar di dunia karena produksinya mencapai 129,5 juta ton, China benar-benar fokus pada kecukupan stok pangan domestiknya. China tidak gegabah melakukan ekspor karena perkiraan konsumsi domestiknya juga berkisar 129,1 juta ton. Surplus beras—tepatnya selisih produksi dan konsumsi—yang hanya artifi sial 400.000 ton tentu terlalu riskan jika terlalu outward looking. Cina telah bertekad mengamankan stok domestik dan nampaknya berupaya menjadi tuan rumah yang baik pada penyelenggarakan Olimpiade Beijing 2008.

P

roduksi beras di tingkat dunia memang sedang mengalami stagnansi atau pelandaian (leveling-off) karena peningkatan produksi lebih banyak hanya mengandalkan pertambahan areal panen. Produksi beras global diperkirakan sekitar 643 juta ton pada tahun 2007 atau equivalent 429 juta ton beras.
(8)

T

antangan (dan ancaman) ketahanan pangan di tingkat global bahkan lebih menakutkan, terutama karena pertambahan penduduk, pemanasan global dan ketidakpastian iklim serta ancaman ekologis karena keterlambatan adaptasi dan mitigasi peruabahan iklim. Menurut laporan Program Pangan Dunia (WFP), sebanyak 57 negara (29 di Afrika, 19 di Asia dan 9 di Amerika Latin) juga terkena terpaan banjir dan bencana ekologis yang menakutkan. Di pihak lain, bencana kekeringan dan gelombang panas juga melanda beberapa tempat di Asia, Eropa, Cina, Mozambik dan Uruguay. Di Australia, yang menjadi salah satu produsen gandum dunia, bencana kekeringan tahun 2007 lalu telah menurunkan produksi gandum sekitar 40 persen atau 4 juta ton! Tidak heran jika kondisi suplai gandum dunia agak terganggu dan melonjakkan harga gandum di pasar global.

Laporan WFP tersebut juga menyebutkan bahwa sekitar 854 juta jiwa di seluruh dunia terancam kelaparan. Kelompok rawan pangan ini bertambah sekitar 4 juta jiwa per tahun, sehingga kenaikan harga pangan dunia saat ini benar-benar di luar jangkauan mereka dari kelompok lapis paling bawah tersebut. Inilah tantangan paling besar bagi siapa pun yang peduli tentang ekonomi pangan dan pencapai Tujuan Pembangunan Milenium (MDG).

D

i Indonesia, menurut angka ramalan pertama Badan Pusat Statisti (BPS), produksi beras Indonesia pada tahun 2008 ini diramalkan mencapai 58,27 juta ton gabah kering giling (GKG) atau sektiar 34 juta ton beras, sehingga sering diklaim sebagai surplus beras 2-3 juta ton, jika konsumsi beras diperkirakan 32 juta ton atau kurang. Kesimpulan artifi cial inilah yang sering digunakan pemerintah untuk mengklaim telah terjadi surplus beras di Indonesia. Jika diperhatikan lebih seksama, laju peningkatan produktivitas (0,3 persen) jauh lebih kecil dibandingkan dengan laju pertambahan areal panen (1,4 persen). Dengan kata lain, kenaikan produksi tahun ini sebesar 2,13 persen, lebih banyak disebabkan karena pertambahan aeral panen, bukan berasal dari perbaikaan perubahan teknologi, yang mampu meningkatkan produktivitas per satuan lahan.

Ketika lembaga lain dalam lingkup Departemen Pertanian mengeluarkan angka simulasi produksi gabah yang lebih rendah (54 juta ton), maka kontroversi publik kembali bermunculan. Beberapa komponen dalam estimasi produksi beras di Indonesia memang masih harus disempurnakan secara akademis dan metodologis karena sangat sensitif terhadap perubahan koefi sien yang digunakan.

P

roses peningkatan produksi yang tidak bertumpu pada perubahan teknologi tidak akan dapat diandalkan untuk menjawab tantangan penyediaan pangan yang semakin kompleks. Beberapa faktor kunci (driver) dalam peningkatan produksi beras justru tampak tidak saling mendukung. Misalnya, perbaikan jaringan irigasi sangat lambat, gangguan banjir di sentra produksi, atau berita kelangkaan pupuk makin sering dijumpai. Dalam teori ekonomi pertanian, tingkat produksi pertanian ditentukan dari interaksi yang cukup kompleks antara faktor luas lahan, curahan tenaga kerja, manajemen air, alokasi pupuk, pestisida, dan teknologi pertanian lainnya. Kemudian titik optimal dari alokasi faktor-faktor produksi di atas masih ditentukan oleh kombinasi harga output dan harga input. Petani masih harus memperhitungkan sistem insentif (dan disinentif) yang tersedia di pasar (atau disediakan oleh pemerintah), misalnya pada kasus membaiknya ekspektasi harga jual saat ini (dan kesulitan memperoleh air karena peluang kekeringan atau karena harga BBM yang naik tajam). Apabila karena salah antisipasi lalu Indonesia harus kembali mengimpor beras pada masa-masa sulit tersebut, biaya ekonomi-sosial-politiknya pasti akan lebih besar. Bayangkan seperti apa jadinya jika stok pangan menipis, masyarakat harus membayar harga beras Rp 8.000 per kilogram, sementara musim kemarau mengganas.

P

roduksi bahan pangan penting menunjukkan kecenderungan peningkatan yang cukup tinggi, kecuali kedelai yang mengalami penurunan sejak dekade 1990an. Pada tahun 2008 ini, produksi jagung diramalkan 13,9 juta ton, terutama karena peningkatan luas panen di Propinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Lampung, dan Sumatera Utara. Angka tersebut memang masih belum mampu mencapai target swasembada jagung, yang seharusnya telah tercapai sejak tahun 2007, karena Indonesia masih harus memenuhi konsumsi jagung dari pasar impor. Hal yang agak positif adalah bahwa penggunaan benih unggul jagung hibrida, terutamabuah hasil bioteknologi pertanian. Bersamaan dengan itu, peningkatan produksi jagung hibrida juga sekaligus mampu mendukung sektor peternakan karena industri pakan ternak ikut tumbuh pasca stagnansi yang cukup serius pada puncak krisis ekonomi. Membaiknya produksi jagung domestik sedikit membantu mengurangi ketergantungan sektor peternakan kecil terhadap pakan impor, dan sempat memberikan ekspektasi pertumbuhan yang lebih tinggi. Akan tetapi, karena laju konsumsi jagung yang tumbuh lebih cepat,

Indonesia masih harus mengandalkan jagung impor dalam jumlah yang cukup signifi kan.

P

roduksi kedelai tahun 2008 diperkirakan mendekati 700 ribu ton biji kering, suatu peningkatan signifi kan dibandingkan angka produksi tahun 2007 yang hanya tercatat 600 tibu ton. Namun demikian, kinerja produksi beberapa tahun terakhir adalah penurunan permanen dari angka produksi di atas 1,5 juta ton pada awal 1990an. Saat ini agak sulit meyakinkan petani Indonesia untuk kembali menanam kedelai ketika tingkat permintaan terhadap kebutuhan pokok seperti beras dan komoditas bernilai timbah tinggi lain semain meningkat. Hal ini terlihat dari penurunan areal panen kedelai yang cukup signifi kan, yaitu 20 persen. Pada dekade 1980an, Indonesia melaksanakan suatu program sistematis untuk meningkatkan produksi dan produktivitas palawija, tidak hanya sebagai sumber tambahan pendapatan petani, tapi juga untuk meningkatkan kualitas dan kesuburan tanah. Secara agronomis, tanaman dari kelompok legum (kacang-kacangan) mampu mengikat Nitrogen dari udara, sehingga mengurangi biaya penggunaan pupuk kimia buatan. Namun demikian, peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara baik di Indonesia. Produktivitas kedelai di Indonesia hanya 1,28 ton/ha atau setengah dari produktivitas kedelai di luar negeri, seperti di Brazil, Argentina dan Amerika Serikat. Target swasembada kedelai tahun 2008 sulit tercapai, kecuali dengan perluasan areal tanam 2,02 juta hektar, meningkatkan produktivitas menjadi 3,68 ton/ha pada tahun 2008 nanti, dan insentif kebijakan memperbaiki harga kedelai lokal.
(9)

operasi pasar. Perum Bulog kini mengelola CBP dan stok penyangga, terutama untuk menjalankan program beras untuk keluarga miskin (raskin). Apabila saat ini Bulog hanya mampu melakukan pengadaan beras dalam negeri mencapat 2 juta ton atau lebih, hal itu adalah batas bawah tingkat aman untuk mengantisipasi gejolak peningkatan harga, terutama pada musim paceklik. Kapasitas gudang Bulog di seluruh Indonesia mencapai 4 juta ton lebih, sehingga strategi pengadaan pangan (dari) dalam negeri hampir perlu memperoleh perhatian memadai.

S

trategi kedua adalah memberdayakan masyarkat untuk meningkatkan cadangan pangan yang bersifat pokok, walau pun tidak terbatas pada romantisasi lumbung pangan seperti pada masa lalu. Apabila kekuatan Bulog hanya 7 persen dari total produksi beras di dalam negeri, berarti sebagian besar stok pangan di Indonesia itu dikelola masyarkat sendiri dan kalangan dunia usaha (Kamar Dagang dan Industri Indonesia=KADIN). Di satu sisi, secara administratif (dan legal formal) telah ditegaskan bahwa ketahanan pangan adalah “urusan wajib” bagi pemerintahan daearah (Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Pertanggungjawaban Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota). Dalam hal ini kata kuncinya adalah pemerintah dan pemerintah daerah (plus masyarakat) perlu bahu-membahu meningkatkan cadangan pangan, demi terciptanya ketahanan pangan, bahkan kemandirian pangan di Indonesia. Upaya pengelolaan cadangan pangan oleh pemerintah daerah dapat menjadi komplemen dari cadangan beras pemerintah (CBP) di tingkat pusat (yang umumnya

dikelola Perum Bulog). Prasyarat, kriteria, dan indikator untuk mewujudkan cadangan pangan regional ini memang perlu secara rinci dirumuskan, agar meminimalisir upaya perburuan rente dari para petualang. Di sisi lain, dengan tantangan di tingkat global yang berubah cukup cepat tersebut, komoditas pangan adalah primadona investasi dan seharusnya menjadi prioritas investasi bagi dunia usaha. Namun demikian, dunia usaha tetap harus memperhatikan bahwa komoditas pangan (dan pertanian) lainnya juga mengandung risiko usaha seperti faktor musim, jeda waktu (time-lag), perbedaan produktivitas dan kualitas produk yang cukup mencolok. Siapa pun perlu memperhatikan mekanisme lindung nilai (hedging) yang telah tersedia, serta mekanisme lain yang masih akan berkembang, karena di dalam komoditas pangan ini juga melibatkan petani sebagai stakeholders paling strategis dalam

investasi di sektor pangan. Instrumen pasar lelang dan resi gudang adalah langkah awal yang perlu dikuasai dan dikembangkan untuk masuk ke dalam pasar berjangka yang lebih menantang.

S

trategi ketiga adalah tidak berhenti untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pangan melalui aplikasi teknologi baru, yang dihasilkan melalui perjalanan panjang penelitian dan pengembangan (R and D), serta penelitian untuk pengembangan (R for D). Dunia usaha dan sektor swasta Indonesia secara umum perlu secara nyata melaksanakan kemitraaan strategis dengan peguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian pangan, yang sebenarnya tersebut di segenap pelosok Indonesia. Hanya dengan R-and-D dan R-for-D inilah, inovasi baru akan tercipta, sehingga daya saing Imdonesia akan meningkat berlipat-lipat. Dunia usaha dapat pula untuk menjadi aktor terdepan dalam mengembangkan

diversifi kasi pangan, terutama yang berbasis pemanfaatan teknologi dan industri pangan. Diversifi kasi pangan yang berbasis kearifan dan budaya lokal akan sangat kompatibel dengan strategi pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang sesuai dengan kondisi demografi Indonesia yang plural heterogen. Dalam hal ini, langkah engembangan teknologi dan industri pangan disesuaikan dengan kandungan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal.

S

trategi keempat adalah menjamin kelancaran manajeman distribusi pangan pokok, maka pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus mampu menjaga stabilitas harga pangan pokok, dengan cara memperbaiki manajemen kebijakan perdagangan dalam negeri dan luar negeri. Sebagaimana disinggung sebelumnya, dalam menghadapi kondisi darurat, pemerintah perlu memobilisasi cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat serta melakukan dan melibatkan industri pangan nasional.

Pada kondisi tidak normal tersebut, subsidi harga pangan [dalam format Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), Sistem Kepaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan lain-lain], mungkin masih diperlukan, karena mampu menjangkau ribuan titik distribusi di segenap pelosok tanah air. Lebih penting lagi, skema subsidi pangan tersebut perlu pula dilihat sebagai investasi negara untuk memperkuat jaringan distribusi program bahan pangan bersubsidi lainnya, bahkan menjadi cikal-bakal pelaksanaan food-stamp atau bantuan pangan dalam program pengentasan kemiskinan. Dari pembahasan di atas, maka semakin jelaslah bahwa strategi ketahanan pangan juga mengandung pembangunan sumberdaya manusia Indonesia yang lebih komprehensif.

HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHUBUNGAN

KADIN INDONESIA Jakarta, Senin 12 Mei 2008

PENDAHULUAN

Perhubungan -- baik sebagai infrastruktur maupun sebagai suatu sektor jasa (jasa transportasi) -- adalah suatu uratnadi utama kegiatan perekonomian yang pada giliran berikutnya akan menentukan tingkat keunggulan daya saing suatu perekonomian.

Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sekitar 18.108 pulau (2002, saat pasang naik, data dari LAPAN) yang tersebar luas, peran dan fungsi seluruh sektor jasa perhubungan menjadi sangat vital. Ketersediaan prasarana dan sarana yang mencukupi dan efektif, serta

(10)

Kondisi Dewasa Ini

Belum ada suatu kebijakan dasar strategis (grand strategy) pembangunan dan pengembangan industri jasa

perhubungan. Kebijakan yang ada masih tersegmentasi.

Penerapan pemisahan peran dan fungsi regulator, fasilitator serta operator terutama di pelabuhan dan bandar udara perlu ditata kembali untuk menghindari tumpang tindih.

Kondisi infrastruktur perhubungan Indonesia dewasa ini pada setiap sektor jasa transportasi tidak memadai untuk kelancaran arus transportasi penumpang dan barang.

Kapasitas dan kualitas prasarana-sarana

transportasi masih rendah, dan sementara itu praktik-praktik ekonomi biaya tinggi masih berlangsung di pelabuhan, bandar udara, dan jalan raya.

Jaringan multi-moda transportasi belum terkoneksi dengan baik dan optimal satu sama lain.

Ketersediaan infrastruktur antar-wilayah perhubungan belum merata, baik secara geografi s, potensi ekonomi maupun jumlah populasi.

Angkutan laut barang, terutama untuk ekspor-impor masih didominasi mutlak oleh perusahaan pelayaran berbendera asing. Kebijakan dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 yang

berhubungan dengan sektor perdagangan luar negeri belum efektif.

Kebijakan pengembangan industri jasa logistik belum diformulasikan dengan jelas, khususnya untuk pelaksanaan asas kabotase.

Tingkat keamanan dan keselamatan transportasi nasional belum memenuhi persyaratan atau standar internasional. Kecelakaan transportasi sering terjadi dalam sektiap sektor. Dunia internasional pun mengkhawatirkan tingkat keselamatan transportasi

Indonesia, sehingga, misalnya, Uni Eropa menerapkan larangan terbang terhadap maskapai penerbangan ke wilayahnya.

SAMBUTAN, PAPARAN DAN DIALOG

Pentingnya Transportasi

Dalam kalimat plastis dan ringkas, pakar perhubungan Giri Suseno, mengungkapkan, bahwa kehidupan akan berhenti jika transportasi tidak beroperasi. Transportasi membantu menghilangkan kesenjangan antara anggota masyarakat dalam hal ekonomi,

sosial-budaya, politik dan keamanan. Transportasi juga merupakan salah satu wahana untuk mempertahankan persatuan dan keutuhan nasional, wahana untuk mensejahterakan Bangsa. Karena itu kebijakan-kebijakan yang menyangkut transportasi tidak hanya didasarkan pada pertimbangan ekonomi/bisnis semata,

tetapi didasarkan pada pertimbangan kepentingan Bangsa secara utuh. Untuk itu, pendekatan pembangunan yang digunakan harus bersifat holistik.

Infrastruktur

Semua pembicaraan, mulai dari sambutan, pembukaan, pemaparan

Penyelenggaraan Rakornas

Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perhubungan Kadin 2008 diselenggarakan atas dasar latar belakang dan permasalahan di atas dengan tema “Menuju Transportasi

yang Efektif, Efi sien, dan Lancar dalam rangka Memacu Pertumbuhan Perekonomian Nasional” Para pembicara dan narasumber adalah unsur-unsur utama

dalam sektor perhubungan, baik

unsur-unsur regulator, operator,pengawas, pengguna, maupun unsur-unsur

berkepentingan (stakeholders) lainnya, yaitu:

Rakornas dibuka oleh Menko Perekonomian dan dengan sambutan kunci (keynote speech) dari Menteri Perhubungan, serta pembicara dan

narasumber terdiri atas semua unsur regulator, operator, pengawas dan pengguna. Dialog berupa tanya jawab berlangsung intensif. Dengan demikian,

Rakornas dapat menghasilkan kesimpulan yang berimbang dan objektif sekaligus memiliki perspektif yang lebih mendalam dan lebih jauh jangkauannya ke depan. a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h. i.

Menko Perekonomian, Dr. Budiono Menteri Perhubungan, dibacakan oleh Sekjen Dephub, Harijogi

Ketua Umum Kadin Indonesia, Mohamad S. Hidayat

Ketua Komisi VDPR-RI, HA Muqowam

Dirjen Otonomi Daerah Depdagri, Dr. Sodjuangon Situmorang Dirjen Binamarga, Dep. PU, Dr. Ir. A. Hermanto Dardak Pakar Perhubungan, Ir. Giri Suseno Hadihardjono Dirjen Perhubungan Laut Dephub, Dirjen Perhubungan Darat Dephub, Ir. Iskandar Abubakar, MSc

Dirjen Perhubungan Udara Dephub, Dirjen Perkereta-apian Dephub, Wendy Aritenang Yazid

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Depdag, disampaikan oleh Direktur Ekspor dan Impor, Harmen Sembiring Ketua Umum INSA, Oentoro Surya Ketua Umum Organda,

Ketua Umum Gapasdap,

Sekjen INACA, T. Burhanuddin, SE Sekjen Gafeksi, Parlagutan Silitonga WKU Perhubungan Kadin Sumatera Utara,

WKU Perhubungan Kadin Sulawesi Selatan, M. Basri Zain, SE

Masyarakat Transportasi Indonesia

- Koordinator Forum Transportasi Perkeretaapian, Djoko Setijowarno Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Kornelius Simanjuntak, SH, MH, AAIK

Asosiasi Broker Asuransi & Reasuransi Indonesia, Sri Hadiah Watie, BSc, SH, AAIK (Hon)

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, SH

Paparan Kadin Sumatera Barat (tidak disajikan); dan

Peserta Rakornas dari unsur-unsur berkepentingan (stakeholders): regulator, operator, pengawas dan pengguna

j. k.

l.

m. n. o. p. q. r.

s.

t.

u.

v.

w.

x.

(11)

narasumber sampai masukan peserta, menekankan pentingnya ketersediaan, pemerataan ketersediaan serta kualitas infrastruktur selaras dengan faktor-faktor ekonomi, penduduk dan geografi s wilayah serta keselamatan dan kenyamanan. Instansi teknis terkait merancang program pembangunan prasarana dan sarana berdasarkan faktor-faktor tersebut. Secara eksplisit ini dicerminkan dalam pembangunan prasarana jalan yang sekarang ini sebarannya belum merata di wilayah Indonesia.

Khusus pembangunan prasarana jalan, ada tiga kategori wilayah dalam program pembangunan infratsruktur jalan. Pertama, wilayah telah berkembang yang meliputi Sumatera, Jawa dan Bali. Ketersediaan jalan di wilayah ini berpotensi menjadi bagian dari jaringan jalan raya ASEAN dan Asian Highway. Kedua, wilayah sedang berkembang yang mencakup Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat. Pembangunan jalan di Kalimantan kelak akan menjadi bagian dari jaringan Pan Borneo Highway dan Asean Highway. Ketiga, wilayah pengembangan baru, yang meliputi Kepulauan maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur. Prioritas pengembangan prasarana di wilayah ini diarahkan untuk pengembangan jaringan jalan di pusat-pusat pelayanan wilayah dan jaringan

penghubung antar-pusat pelayanan serta intermoda dengan angkutan laut. Kondisi dan program pembangunan sarana dan prasarana sektor-sektor lainnya juga mengacu pada faktor-faktor tersebut.

Ketidak-cukupan dan rendahnya kinerja infrastruktur, khususnya dalam sektor perhubungan laut, telah menyebabkan banyak perusahaan pelayaran memilih negara ASEAN lainnya sebagai pangkalan utama (home base)-nya. Padahal, jika dilihat dari volume barang, seharusnya mereka berpangkalan di pelabuhan Indonesia.

Pada sisi lain, perencanaan pembangunan infrastruktur terkesan belum mengacu kepada pembangunan industri logistik yang berdaya saing tinggi.

Keselamatan dan Kenyamanan Transportasi

Kondisi sarana dan prasarana yang tidak memadai sehingga kinerjanya sangat rendah, beban biaya yang tinggi termasuk karena kenaikan BBM dan listrik, perizinan yang sangat banyak dan birokratis serta penerapannya yang tidak konsisten dan transparan, menyebabkan pelayanan dalam sektor transportasi tidak efi sien, kenyamanan minim, dan tingkat keselamatan rendah. Kecelakaan penerbangan, pelayaran,

angkutan jalan raya dan bahkan kereta api, mencerminkan rendahnya tingkat keselamatan dan kenyamanan transportasi di Indonesia.

Linkage antarmoda

Sering pembangunan infrastruktur tidak memperhatikan linkage antarmoda. Akibatnya keterkaitan antarmoda transportasi menjadi rendah, sehingga biaya distribusi menjadi tinggi; jasa logistik nasional tidak memiliki daya saing. Rendahnya linkage antarmoda juga disebabkan adanya ketimpangan ketersediaan infrastruktur antar-daerah.

Pembiayaan

Investasi untuk pengembangan jasa transportasi tidak didukung sektor perbankan, dan tingkat bunga saat ini berlaku tidak kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Dalam sektor pelayaran, hal tersebut menjadi kendala untuk mewujudkan asas kabotase.

Perpajakan,Retribusi dan Kenaikan Harga BBM dan Listrik

Perpajakan dan retribusi dalam sektor jasa transportasi, merupakan beban berat bagi berkembangnya industri transportasi nasional. Pajak kendaraan angkutan umum/massal selayaknya diturunkan untuk mengimbangi kenaikan harga BBM dan listrik.

Mohamad S Hidayat:

Pengusaha belum yakin, bahwa dengan

kenaikan tarif listrik, tidak akan ada lagi pemadaman

S

ampai saat ini, KADIN masih melakukan pengkajian masalah kenaikan tarif listrik untuk kawasan industri, karena industri besar mau menerima kenaikan tarif listrik, dengan jaminan tidak lagi ada istilah terkena giliran pemadaman. Namun bagi kalangan industri menengah kebawah, kanaikan tarif tersebut akan menjadikan beban yang sangat berat.

Dikatakan Hidayat, bahwa kenaikan tariff yang diberlakukan, belum dapat menjamin kepercayaan kalangan pengusaha , karena kondisi PLN sekarang ini mempunyai minus, tekor Rp26 triliun yang diakibatkan ada tambahan subsidi listrik karena kenaikan harga minyak. Dan….. PLN meminta kepada kalangan pengusaha, supaya seluruh kekurangan yang Rp 26 triliun itu dibebankan ke industri. Nah kalau dihitung, untuk menambal minus yang Rp 26 triliun itu, berarti kenaikannya 80%

untuk golongan 1-3, 1-4 dan B-3. Dan….. itu tidak mungkin. “ Terlalu tinggi.” ujar Hidayat.

“Mula-mula, dengan kenaikan PLN itu, kami tidak mau menerimanya. Akan tetapi setelah terjadi suatu pembicaraan antara KADIN dengan PLN, maka terungkap bahwa ada suatu kesulitan yang sedang dihadapi oleh dipihak PLN. Sehingga kami secara moderat mau mencari problem solving, untuk menjajaki kemungkinannya masing-masing. Kamipun telah memberi tahu kepada PLN, tentang beban yang ditanggung oleh kalangan pengusaha yang terdiri dari beban resmi dan beban tidak resmi.” kata Hidayat.

Dalam menanggapi keluarnya SKB 5 Menteri, Hidayat sebelumnya telah meminta agar dalam aturanya nanti disebutkan bahwa pergeseran dalam

mengganti waktu kerja pada hari Saptu dan Minggu itu sifatnya hanya sementara. Dan tidak mungkin pergeseran waktu kerja pada hari Saptu dan Minggu dapat dilakukan sampai bulan Desember 2009, saat proyek 10 ribu megawatt dimulai. Dan untuk pergeseran itu juga ada masalah-masalah teknis, yaitu akan menggeser kebiasaan para pekerja untuk bertemu dengan keluarganya, dan bagi kaum Nasrani yang beribadah pada hari Minggu ??.

(12)

KEBIJAKAN DAN REKOMENDASI KADIN

Dari paparan para narasumber serta dialog intensif yang berkembang, Kadin perlu mengembangkan berbagai langkah untuk mendorong tumbuhnya sekor perhubungan atau industri transportasi nasional yang berdaya saing dalam kerangka Indonesia Incorporated. Langkah-langkah tersebut diuraikan secara tabulasi singkat untuk memudahkan penjadwalan dan pengecekan pelaksanaannya.

SUBYEK

KETERANGAN

No.

Kebijakan pembangunan infrastruktur dan pembangunan sektor transportasi bukan sekadar pembangunan sektor ekonomi semata, tetapi lebih merupakan pembangunan wahana untuk mempertahankan persatuan dan keutuhan nasional dan wahana untuk mensejahterakan bangsa dengan menghilangkan kesenjangan ekonomi, sosial-budaya, politik dan keamanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seyogyanya fi losofi ini menjadi pijakan dasar holistik penetapan kebijakan pembangunan nasional dalam semua sektor ekonomi dan sosial budaya. 1.

Kadin harus aktif dan intensif memberikan masukan untuk perumusan peraturan pelaksanaan Undang-Undang 17/2008 tentang Pelayaran. 41 pasal dalam UU ini mengamanatkan Peraturan Pemerintah yang disepakati untuk menjadi 8 PP (dengan adanya penggabungan untuk hal-hal yang berkaitan) dan 8 Peraturan Menteri.

2. Setiap PP dan Permen dari UU ini perlu menampung

seluruh aspirasi dunia usaha nasional untuk berkembang dengan daya saing yang tinggi.

Strategi utama (grand strategy) pembangunan sarana-prasarana sektor perhubungan harus mengacu pada kelancaran arus logistik, baik dalam perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri (ekspor-impor)

3. Untuk mengantisipasi kondisi perdagangan

internasional, yakni:

Persaingan memasuki pasar dunia semakin ketat Pasar dalam negeri menjadi bagian pasar regional melalui FTA

Produsen harus mampu tepat harga; tepat kwalitas, tepat deliferi, tepat pasar 1.

2.

3.

Rancangan Peraturan Pemerintah dalam lingkup jasa logistik perlu segera diselesaikan dengan mengacu kepada undang-undang dalam bidang perhubungan serta kepada pewujudan layanan satu atap perdagangan luar negeri (National Single Window)

RPP ini dapat dijadikan blueprint logistik nasional sebelum adanya suatu undang-undang yang komprehensif dengan visi yang jauh kedepan dan mengutamakan daya saing nasional.

4.

Periizinan ekspor-impor perlu disederhanakan tanpa mengurangi aspek keamanan dan ketahanan ekonomi nasional

Dewasa ini, sesuai dengan data Tim NSW, terdapat 20 “pintu perizinan” dengan 178 dokumen perizinan. 5.

Dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor-sektor perhubungan, perlu diperhatikan linkage integrasi antarmoda transportasi

Kebijakan ini diperlukan agar jasa transportasi menjadi kompetitif menghadapi persaingan intrernasional

6.

Pemerintah harus segera secara konsekuen dan konsisten menerapkan asas kabotase sesuai amanat UU 17/2008 dan Inpres 5/2005

Inpres 5/2005 sudah berusia 3 tahun lebih, tapi langkah konkret pelaksanaannya belum ada 7.

Asas kabotase juga harus diterapkan dalam sektor penerbangan. Bandar udara yang dapat didarati

penerbangan asing harus sebanding dengan bandar udara negara mitra yang terbuka bagi penerbangan nasional Indonesia

Contoh: Jika Thailand hanya membuka 1 bandara bagi perusahaan penerbangan Indonesia, maka bagi penerbangan Thailand juga hanya satu bandara yang dapat didarati perusahaan penerbangannya

8.

Pemerintah seyogyanya membatasi jumlah pelabuhan internasional (ocean port), pelabuhan-pelabuhan lainnya dijadikan sebagai pelabuhan feeder.

Kebijakan ini perlu untuk mempercepat keterlaksanaan asas kabotase

9.

Untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, alokasi anggaran pembangunannya sudah harus dinaikkan, setidaknya 6-7% dari APBN

Saat ini anggaran infrastruktur hanya sekitar 3% APBN, yang berimplikasi rendahnya daya saing, inefi siensi tinggi dan kontribusinya pada PDB rendah.

(13)

SUBYEK

KETERANGAN

No.

Pembangunan dryport dengan dukungan transportasi angkutan barang massal yang efektif dan efi sien yaitu kereta api harus dikembangkan.

11.

Perlu dibentuk Komisi Keselamatan Transportasi untuk peningkatan keselamatan transportasi yang optimal

Masalah keselamatan perlu ditingkatkan karena belum menjadi perhatian yang sungguh-sungguh. 12.

Untuk menekan biaya transportasi karena kenaikan BBM, sekaligus untuk menambah dan meremajakan alat angkutan barang dan angkutan umum massal, sebaiknya pemerintah pemerintah menurunkan pajak balik nama alat angkutan umum menjadi 0%.

Sebagai angkutan massal yang dapat mengangkut barang dalam jumlah besar yang efektif dan efi sien, perlu dikembangkan prasarana dan sarana angkutan kereta api dari dryport sehingga masuk ke dermaga bongkar-muat pelabuhan.

Perlunya dibangun prasarana KA dari dryport hingga masuk dermaga bongkar-muat pelabuhan (tidak double handling lagi), sehingga barang bisa langsung dihandle menggunakan crane langsung ke kapal.

Perlunya dibangun prasarana KA (dibangun double track) dari dryport hingga dermaga bongkar-muat pelabuhan dan pengadaan sarana angkutan KA (lokomotif dan gerbong) yang handal untuk mempertinggi pelayanan pengiriman barang.

1.

2.

3.

Catatan:

Pembangunan transportasi kereta api baru dari kawasan industri ke pelabuhan ekspor-impor, khususnya pelabuhan Tanjung Priok perlu

pengkajian dengan matang**), karena pada saat ini kepadatan di areal pelabuhan tidak memungkinkan manuver kereta api lebih cepat.

13.

Dalam penentuan tarif penerbangan penumpang, Pemerintah seyogyanya cukup mengatur tarif bawah, sedangkan tarif atas sewajarnya dilepaskan penetapannya kepada setiap perusahaan

Tarif bawah harus diatur pemerintah untuk menjamin terlaksananya keselamatan penerbangan

14.

Untuk meningkatkan daya saing, sudah seharusnya dikembangkan pelayanan online

Umumnya pelayanan saat ini masih manual 15.

Penurunan pajak menjadi 0% lebih mudah dan lebih efektif daripada program smartcard BBM, sekaligus lebih merangsang investasi di sektor transportasi. Pendapatan negara dari pajak penjualan kendaraan relatif kecil terhadap pembentukan PDB

Efektif untuk meminimalkan beban biaya sosial (social costs)

1.

2.

KPPOD AWARD, Merupakan Suatu Ajang Kompetisi Sehat

Antar Pemerintah Daerah

KPPOD (Komite Pemantauan

Pelaksanaan Otonomi Daerah) kembali melakukan survey atas Tata Kelola Ekonomi di Daerah. Untuk Award tahun ini, jumlah responden yang di survey sebanyak 243 pemerintah daerah

setingkat kabupaten/kota. Pengumuman hasil survey telah dilakukan di Balai Kartini pada acara KPPOD Award tanggal 22 Juli 2008 lalu.

Daerah penelitian kali ini berbeda dengan

(14)

/kota di 15 provinsi tersebut. Untuk sisa seluruh kabupaten/kota dari 18 provinsi yang disurvei tahun 2007, akan dilakukan survei di tahun berikutnya.

Metodologi dan Fokus Penelitian: Fokus studi tahun 2007, berbeda dengan penelitian pada tahun-tahun sebelumnya.

Apabila studi tahun 2001 – 2005 menggabungkan indicator-indikator yang bersifat anugerah (endowment variables) seperti sumber daya alam dengan indikator-indikator yang bersifat kebijakan, maka studi pada tahun 2007 hanya meneliti indicator-indikator

kebijakan.

Hal ini dimaksudkan agar hasil studi dapat focus pada sejumlah rekomendasi untuk perbaikan tata kelola ekonomi daerah yang dapat dengan segera dapat dilaksanakan oleh tiap-tiap pemerintah daerah yang bersangkutan.

Ada 10 Kategori KPPOD Award, yaitu:

Tata Kelola Ekonomi Daerah diberikan kepada Pemda Kota. Blitar;

Akses Terhadap Lahan Usaha dan Kepastian Usaha diberikan kepada Pemda Kab. Timor Tengah Utara;

Perizinan Usaha diberikan kepada Pemda Kota Blitar;

Interaksi Pemda dengan Pelaku Usaha diberikan kepada Pemda Kab. Musi Rawas;

Program Pengembangan Usaha diberikan kepada Pemda Kab. Bantul;

Integritas Bupati / Walikota diberikan kepada Pemda Kab. Soppeng;

Biaya Transaksi di Daerah diberikan kepada Pemda Kab. Tabanan - Bali;

Pengelolaan Infrastruktur Fisik di Daerah diberikan kepada Pemda Kab. Tuban-Jawa Timur ;

Keamanan dan Resolusi Konfl ik diberikan kepada Pemda Kab. Pamekasan – Jawa Timur;

dan Peraturan Daerah diberikan kepada Pemda Kota. Prabumulih.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Penyerahan penghargaan dilakukan oleh Ketua Umum Kadin Indonesia Mohamad S. Hidayat didampingi oleh Sofyan Wanandi (Dewan Pembina KPPOD) dan Douglas E. Ramage (Country Rep. The

Asia Foundation).

Pemberian KPPOD Award, bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kinerja pemerintah daerah dibidang tata kelola ekonomi daerah, dan juga

dimaksudkan untuk menciptakan kompetisi yang positif antar kabupaten/ kota di Indonesia .

Ketua Umum Kadin Indonesia Mohamad S. Hidayat (kanan) memberikan selamat kepada perwakilan Pemda penerima penghargaan KPPOD Award

Ketua Umum Kadin Indonesia Mohamad S. Hidayat, (no 8 dari kiri), Sofjan Wanandi,(no 5 dari kiri), dan Douglas E. Ramage (paling kiri) berfoto bersama dengan perwakilan pemerintah daerah yang menerima penghargaan KPPOD Award.

Laporan Lengkap Hasil Penelitian

Tata Kelola Ekonomi Daerah di Indonesia Tahun 2007

Dapat diperoleh di Sekretariat KPPOD

Plaza Grat River, 15th fl oor, Jl. HR Rasuna Said Kav.X-2 No.1 Jakarta 12950

Tel: +62 (021) 5226018, Fax: +62 (021) 522 6027, Home Page:

http://www.kppod.org

(15)

Pemberitahuan awal mengenai penyelenggaraan Munas-V Kadin

S

ehubungan dengan akan berakhirnya masa jabatan Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengurus Kadin Indonesia tahun 2004 – 2009, maka dengan ini diberitahukan bahwa Dewan Pengurus Kadin Indonesia akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional Ke-V Kamar Dagang dan Industri (disingkat

Munas-V Kadin) untuk memilih dan mengangkat Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengurus Kadin Indonesia masa bakti 2009 – 2014 yang menurut rencana akan dilaksanakan pada tanggal 19 – 20 Desember 2008 di Jakarta.

Munas-V Kadin dihadiri oleh Peserta dan Peninjau, yaitu :

Peserta Munas-V Kadin terdiri atas :

a. Anggota Biasa yang diwakili oleh utusan Anggota, yaitu :

a.1. Para Ketua Umum Dewan Pengurus Kadin Provinsi secara ex-offi cio ;

a.2. Utusan Anggota Provinsi yang dipilih dalam Rapat Dewan Pengurus Lengkap Kadin Provinsi yang diagendakan khusus untuk itu menjelang Munas-V Kadin, sebanyak 2 (dua) orang ;

b. Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia c. Dewan Pengurus Lengkap Kadin Indonesia

d. Anggota Luar Biasa yang diwakili oleh utusan Organisasi Perusahaan dan Organisasi Pengusaha Tingkat Nasional yang dipilih melalui konvensi yang khusus diadakan untuk itu menjelang Munas-V Kadin.

1.

Peninjau Munas-V Kadin terdiri atas : a. Anggota Kehormatan Kadin Indonesia ;

b. Utusan Anggota Provinsi diluar Peserta dengan membawa Mandat dari Dewan Pengurus Kadin Provinsi masing-masing ; c. Utusan Anggota Kabupaten/Kota dengan membawa Mandat dari Dewan Pengurus Kadin Kabupaten/Kota dan Dewan Pengurus Kadin Provinsi masing-masing ;

d. Utusan Anggota Luar Biasa Tingkat Nasional diluar Peserta dengan membawa Mandat dari organisasi masing-masing ; e. Tokoh-tokoh pengusaha dan masyarakat Indonesia tingkat nasional ;

f. Pengusaha asing ; g. Pejabat Pemerintah. 2.

Peserta Munas-V Kadin sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf d tersebut diatas harus memenuhi seluruh kewajibannya sebagaimana dimaksud Anggaran Dasar Kadin Pasal 32, termasuk kewajiban keuangan pada organisasi sampai dengan tahun berjalan. Jumlah Peninjau Munas-V Kadin sebagaimana dimaksud huruf b sampai dengan huruf g tersebut diatas ditentukan oleh Dewan

Pengurus Kadin Indonesia.

Selanjutnya, dalam waktu dekat, Dewan Pengurus Kadin Indonesia akan menyampaikan undangan kepada seluruh Peserta dan Peninjau Munas-V Kadin disertai berbagai penjelasan dan ketentuan yang dianggap perlu untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. (sekretariat Kadin Indonesia).

Laporan Ekonomi Bulanan Juli 2008

Oleh Sekretariat KADIN Indonesia Erna Zetha Rusman

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Setelah mencapai rekor tertinggi di atas US$ 147 per barrel pada pertengahan Juli lalu, tren harga minyak dunia akhirnya mengalami penurunan sehingga kembali berada di bawah US$ 120 per barrel. Penurunan ini terutama terjadi setelah munculnya pengumuman mengenai cadangan minyak mentah Amerika Serikat yang ternyata lebih besar dari perkiraan pasar. Peningkatan cadangan minyak di Amerika Serikat tidak saja merupakan indikasi terjadinya penurunan permintaan minyak, tetapi juga sebagai dampak dari melemahnya perekonomian negara tersebut. Selain itu perkembangan krisis nuklir Iran yang melunak, seiring dengan perubahan kebijakan diplomasi AS, juga berpengaruh

besar terhadap penurunan harga minyak dunia.

Meskipun harga minyak mentah dunia yang menurun melegakan banyak pihak, namun kondisi perekonomian dunia belum dapat dikatakan terlepas dari ancaman resesi. Selain belum ada tanda-tanda bahwa krisis fi nansial – akibat krisis macet di AS -- akan segera berlalu, ancaman infl asi global juga semakin meningkat karena tingginya ekspektasi infl asi, yang semakin terpicu oleh ketidakstabilan sektor fi nansial. Indeks harga saham global terus mengalami penurunan, dan ini bisa berdampak luas karena dikhawatirkan dapat mengganggu proses rekapitalisasi

(16)

DOW Jones Index dan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI January 2007- 4 Agustus 2008

10,500 11,000 11,500 12,000 12,500 13,000 13,500 2-Jan -08 14-Jan -08 23-Jan -08 31-Jan -08 21-F eb -08 29-F eb -08 11-Mar -08 19-Mar -08 28-Mar -08 7-A p r-08 15 -A pr -0 8 23 -A pr -0 8 2- May-08 12- May-08 21- May-08 2-Jun-0 8 10 -J un-0 8 18 -J un-0 8 26 -J un-0 8 7-Ju l-08 15-Ju l-08 23-Ju l-08 1-A u g -08 2000 2200 2400 2600 2800 DJIA IHSG DJIA IHSG

perekonomian AS, tetapi juga karena peningkatan infl asi telah mendorong

kenaikan tingkat suku bunga di beberapa negara Asia.

Kendati demikian, Dana Moneter Internasional (IMF) melihat bahwa krisis kredit di Amerika Serikat tidak seburuk yang dikhawatirkan berbagai pihak. Meskipun juga memperkirakan kenaikan tingkat infl asi pada berbagai negara di dunia, lembaga ini menjelang akhir bulan Juli lalu, melakukan revisi ke atas terhadap terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2008, yaitu menjadi 4,1 persen dari sebelumnya sebesar 3,7 persen. Begitupun lembaga tersebut tetap memperingatkan bahwa perekonomian dunia masih berada pada kondisi yang sangat sulit. Hal ini tidak saja berkaitan dengan menurun tajamnya tingkat permintaan sektor-sektor ekonomi akibat tingginya tekanan infl asi, tetapi juga dipengaruhi oleh ketidak stabilan sektor keuangan dan kondisi pasar saham global.

Setelah sempat mengalami sedikit tekanan di bulan Mei 2008, sejak bulan Juni lalu kurs rupiah cenderung terus menguat hingga akhir bulan Juli lalu. Sebagai lembaga yang bertugas menjaga laju infl asi dan menjaga stabilitas kurs mata uang rupiah, Bank Indonesia dapat dikatakan berhasil menjaga nilai rupiah pada level yang relatif aman bagi perkembangan ekonomi Indonesia, kendati harus mengorbankan cadangan devisa.

Melemahnya rupiah ke level Rp 9.376 per dollar AS pada 27 Mei 2008 lalu sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku ekonomi. Kekhawatiran terhadap terganggunya stabilitas moneter muncul bersamaan dengan meningkatnya angka infl asi pada bulan Mei tersebut. Intervensi Bank Indonesia berhasil membawa kurs rupiah ke tingkat yang lebih aman, meskipun kebijakan ini membawa konsekuensi pada menurunnya cadangan devisa. Posisi cadangan devisa yang pada

Perkembangan Pasar Uang dan Pasar Modal

Kurs Tengah Rupiah t erhadap Dollar AS Januari 2008 - 4 Agust us 2008

9,103 9,000 9,100 9,200 9,300 9,400 9,500 2 -J a n -0 8 1 1 -J a n -0 8 2 1 -J a n -0 8 2 9 -J a n -0 8 7 -F e b -0 8 1 5 -F e b -0 8 2 5 -F e b -0 8 4 -M a r-0 8 1 3 -M a r-0 8 2 5 -M a r-0 8 2 -A p r-0 8 1 0 -A p r-0 8 1 8 -A p r-0 8 2 8 -A p r-0 8 7 -M a y -0 8 1 5 -M a y -0 8 2 3 -M a y -0 8 2 -J u n -0 8 1 0 -J u n -0 8 1 8 -J u n -0 8 2 6 -J u n -0 8 4 -J u l-0 8 1 4 -J u l-0 8 2 2 -J u l-0 8 3 0 -J u l-0 8 R p / U S $

23 Mei 2008 tercatat sebesar US$ 58,8 miliar, turun hampir sebesar 2 miliar pada 6 Juni 2008 lalu, yaitu menjadi US$ 56,9 miliar. Namun, kinerja ekspor yang sangat baik dalam dua bulan terakhir ini telah meningkatkan kembali cadangan devisa, dan bahkan mencapai angka US$ 60,6 miliar pada akhir Juli 2008 lalu. Cadangan devisa sebesar itu merupakan suatu prestasi tersendiri bagi perekonomian Indonesia, karena selain diperoleh dalam kondisi perekonomian dunia yang sedang melemah, cadangan yang sejumlah 5,5 bulan impor itu diharapkan mampu menjaga kelanjutan kegiatan perekonomian.

Selain menjaga stabilitas rupiah Bank Indonesia juga terus mengantisipasi kemungkinan dampak dari naiknya infl asi akibat kenaikan harga BBM. Dalam menjaga kemungkinan melonjaknya infl asi tersebut, Bank Indonesia sampai telah empat kali menaikkan suku bunga acuan BI-rate sejak bulan Mei lalu, sehingga sejak

5 Agustus 2008 lalu BI-rate kembali berada pada level 9 persen. Hal ini diharapkan dapat menahan keluarnya dana dari Indonesia, yang berpotensi menurunkan kurs rupiah jika suku bunga riil dalam negeri mengalami penurunan. Dengan suku bunga BI-rate sebesar 9 persen, diharapkan suku bunga riil di Indonesia tidak terlalu rendah dengan infl asi kumulatif (selama tujuh bulan) sebesar 8,85 persen hingga bulan Juli lalu. Melalui kebijakan-kebijakannya ini Bank ini terlihat sangat konsisten menjaga stabilitas moneter dalam negeri, baik dengan menjaga stabilitas nilai tukar maupun menjaga tingkat infl asi agar tidak mengalami overshooting.

Sementara itu, terus menurunnya kinerja pasar

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan komunikasi yang terdapat di dalam perancangan identitas dari Situs Taman Purbakala Cipari ini adalah menciptakan suatu identitas berupa logo yang memiliki ciri khas dan

berdasarkan hasil uji ANOVA dengan signifikansi 0.000 (p<0.01); (2) pembelajaran menggunakan model Problem-Based Learning berpengaruh terhadap penguasaan konsep

Sasaran yang dituju dalam proses komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang terpencar satu sama lain tidak saling mengenal, karena masing – masing berbeda

Walaupun patogenesis dan penyebab yang dicurigai telah ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.Urtikaria atau

tersebut, karena merupakan pesan atau solusi yang diperpendek menjadi sebuah kata-kata yang mudah dimengerti, serta dapat memotivasi pendengar, penyiar berusaha

Terapi obat dan tindakan pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau menghilangkan miom jika menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah..

sanggahan selama 3 (1iga) hari kerja dari langgal 16 Sid 18 Juni 2015, yang dilujukan kepada Uni1. Layanan Pengadaan Kementerian