• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN

5.1 KEBIJAKAN UMUM

Kebijakan umum yang ditempuh dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah:

(1) Membangun kembali sosial budaya masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kehidupan sosial baik sebagai individu maupun anggota masyarakat;

(2) Membangun kembali perekonomian sehingga memungkinkan masyarakat

untuk dapat berusaha lebih baik dari sebelumnya;

(3) Membangun kembali infrastruktur kelembagaan dan infrastruktur fisik dengan memperhatikan aspek kerawanan gempa;

(4) Meningkatkan fungsi pemerintahan sebagai sarana pelayanan masyakarat; (5) Menata kembali ruang wilayah Kabupaten Alor dengan memperhatikan

jalur gempa dan tsunami, serta mengupayakan perlindungan alami maupun buatan;

(6) Sosialisasi penanggulangan dampak gempa bumi dan tsunami;

(7) Membangun dan menata Alor tidak terbatas pada sarana dan lokasi yang

terkena dampak gempa secara langsung, tetapi juga pada lokasi lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Alor secara keseluruhan.

Kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam kegiatan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dengan mempertimbangkan arah penataan ruang Kabupaten Alor yang berasaskan pembangunan berkelanjutan dan mengutamakan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, sumber daya alam dan lingkungan. Selain itu juga dipertimbangkan aspek pendukung lainnya seperti penggunaan teknologi terkini, tepat guna, dan ramah lingkungan serta mempertimbangkan aspek-aspek kemungkinan bencana yang akan datang.

Hal ini perlu dilakukan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan bagi kegiatan pembangunan berbagai sektor yang membutuhkan ruang. Penataan ruang adalah salah satu bentuk kebijakan pemerintah dalam bidang pengembangan wilayah yang mencakup tiga proses utama yang saling terkait, yaitu perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga hal tersebut berjalan sebagai suatu siklus kontinu dalam suatu manajemen penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusia.

(2)

5.2 PRINSIP-PRINSIP DASAR REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(1) Berorientasi pada masyarakat dan partisipatif.

(2) Pembangunan berkelanjutan, yang mengutamakan keseimbangan aspek kelayakan ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan sesuai dengan lingkungan (environmentally sound).

(3) Holistik, yaitu kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi harus mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan dan berdasarkan pada strategi yang komprehensif.

(4) Terpadu melalui koordinasi dan strategi yang efektif untuk menjamin konsistensi dan efektifitas antara program sektoral dan daerah di tingkat provinsi dan kabupaten.

(5) Efisien, transparan, dan akuntabel.

(6) Adanya monitoring dan evaluasi yang efektif.

(7) Sesuai dengan Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

(8) Prioritas diberikan untuk melindungi dan membantu anggota masyarakat korban bencana yang paling rentan, khususnya anak-anak dan perempuan, penyandang cacat, mereka yang telah kehilangan rumah dan harta-benda, masyarakat miskin, dan mereka yang telah kehilangan pencari nafkah utama dalam keluarga.

(9) Rencana rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat diprioritaskan pada daerah-daerah yang terkena bencana.

(10) Kabupaten Alor merupakan wilayah rawan gempa bumi, maka untuk membangun bangunan vital, strategi dan bangunan lainnya yang akan mengundang konsentrasi banyak orang harus dibangun dengan mengikuti kaidah-kaidah bangunan tahan gempa bumi. Wilayah yang mempunyai skala intensitas MMI VIII hingga IX merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap goncangan gempa bumi. Wilayah yang mempunyai skala intensitas MMI hingga VII merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan menengah terhadap goncangan gempa bumi.

Rehabilitasi dan rekonstruksi Kabupaten Alor dilaksanakan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan dengan pertimbangan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Rencana rehabilitasi dan rekonstruksi harus menjangkau perspektif jangka

panjang melebihi satu-dua tahun, sehingga kegiatan pembangunan perlu memperhitungkan dampak jangka panjang.

(2) Rencana rehabilitasi dan rekonstruksi perlu memperhatikan hubungan keterkaitan (interdependency) antara pelaku alam, sosial dan buatan manusia.

(3) Rencana rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan lingkungan, kebutuhan sosial-budaya-politik dan

(3)

kebutuhan ekonomi yang perlu dipenuhi sekaligus dalam dimensi kebutuhan hidup manusia dan masyarakat.

Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi juga harus memperhatikan prinsip keberlanjutan daya dukung lingkungan, yaitu:

(1) Pemanfaatan sumberdaya alam terbaharukan yang dapat dipergunakan kembali (resource recovery) dan didaur ulang dengan pola efisiensi yang tinggi;

(2) Pemanfaatan sumberdaya alam tak terbaharukan yang mengindahkan ambang batas (threshold) pembaharuan dirinya (daya dukung lingkungan);

(3) Melakukan kegiatan yang menghasilkan tingkat pencemaran yang serendah

mungkin di bawah ambang batas kesehatan makhluk hidup;

(4) Meminimalkan alokasi ruang, khususnya penghematan tanah yang semakin terbatas ketersediaannya;

(5) Pemanfaatan energi terbarukan seoptimal mungkin dan energi tak terbarukan dengan cara penggunaan seminimal dan sebersih mungkin dengan mempertimbangkan daya dukung dan keseimbangan lingkungan.

5.3 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG DAN MITIGASI BENCANA

Penataan ruang kembali wilayah Kabupaten Alor berprinsip mitigasi bencana, dan mengantisipasi dampak bencana. Untuk itu, tata ruang yang baru memuat arahan yang jelas dan terarah dalam menetapkan kawasan rawan bencana, kawasan budidaya berbasis bencana gempa (kawasan permukiman, perdagangan, pusat pemerintahan, kelautan dan perikanan, pertanian dan perkebunan, kehutanan, pariwisata dan pertambangan).

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Alor pasca bencana gempa bumi ini adalah untuk membangun kembali wilayah, kawasan dan lingkungan permukiman yang rusak akibat bencana gempa sehingga masyarakat dapat segera melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana yang kemungkinan akan terulang lagi. Kabupaten Alor yang terletak pada wilayah jalur gempa tektonik, serta kondisi geologi dan morfologinya yang rentan terhadap goncangan gempa bumi yang dapat memicu terjadinya longsoran, oleh karenanya diperlukan arahan rencana tata ruang baru yang lebih mempertimbangkan aspek kerawanan bencana. Kebijakan dan strategi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mewujudkan kondisi penghidupan masyarakat yang lebih baik dan yang sadar akan kebencanaan

Untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik di wilayah rawan bencana, diperlukan zonasi yang tanggap akan kerawanan bencana. Berdasarkan atas kajian terhadap data-data yang madai, penetapan zona

(4)

tersebut misalnya: zona dengan potensi tingkat kerawanan bencana tinggi, zona dengan potensi tingkat kerawanan bencana sedang, zona dengan potensi tingkat kerawanan bencana rendah dan zona aman. Pada masing-masing zona perlu dibangun fasilitas perlindungan dan penyelamatan yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap zona.

Strategi:

(1) Mewujudkan lingkungan hidup yang lebih berkualitas bagi masyarakat. Kegiatan pokok meliputi: pembangunan kembali prasarana dan sarana sosial ekonomi (fasilitas umum) sehingga masyarakat yang terkena bencana dapat segera melakukan kegiatan secara normal.

(2) Memfasilitasi Pemda merevisi Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Kegiatan pokok meliputi: pendampingan kepada pemerintah daerah dalam menyusun/revisi Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang dan peraturan pelaksanaannya (termasuk building code). Pemberdayaan peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam mekanisme penanganan bencana.

(3) Membangun prasarana dan sarana sistem peringatan dini serta berbagai fasilitas untuk perlindungan dan penyelamatan apabila terjadi bencana alam.

2. Revitalisasi kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis sumber daya alam dan ekonomi lokal

Bencana gempa di Kabupaten Alor dengan pusat gempa berada di wilayah perdesaan telah menyebabkan rusaknya berbagai kegiatan perekonomian masyarakat, khususnya di sektor pertanian, yang menjadi mata pencaharian utama mereka. Untuk itu, diperlukan upaya pengaktifan dan pemulihkan kembali keadaan perekonomian masyarakat yang terkena dampak gempa dengan mengembangkan perekonomian yang berbasis sumber daya alam dan ekonomi lokal (unggulan daerah).

Strategi:

(1) Memulihan dan meningkatkan kegiatan pertanian

Kegiatan pokok meliputi: (i) rehabilitasi/pembangunan jaringan irigasi (termasuk tersier dan kuarter); (ii) rehabilitasi jalan usaha tani; (iii) pembangunan unit perbibitan/perbenihan; (iv) pembangunan fasilitas pemasaran hasil pertanian; (v) penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna; (vi) pengembangan pertanian terpadu; (vii) bantuan sarana pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

(2) Memulihkan dan meningkatkan kegiatan perikanan

Kegiatan pokok meliputi: fasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat pesisir.

(3) Mengembangkan perekonomian berdasarkan potensi wilayah dan

(5)

Kegiatan pokok meliputi: (i) pengembangan pariwisata dan budaya; (ii) pengembangan ekonomi lokal komoditas industri seperti perkebunan dan kehutanan (kenari, vanili, kemiri dll), perikanan dan hasil laut, pertanian dan peternakan (rusa), kerajinan tenun dll.

3. Memulihkan dan membangun kembali daya dukung lingkungan dengan antisipasi kemungkinan terjadinya bencana tsunami.

Apabila pusat gempa berada di laut, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya besar tsunami. Kondisi geologi dan morfologi Pulau Alor juga rentan terhadap kelongsoran, sehingga gempa skala kecil pun dapat menimbulkan kerusakan. Karena itu dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi diperlukan kebijakan untuk memulihkan kembali daya dukung lingkungan yang juga mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana tsunami dan longsor.

Strategi:

(1) Membangun daerah penyangga (green belt) sesuai dengan karakter pantai Kegiatan pokok meliputi: (i) penelitian kualitas tanah dan uji coba tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah di kawasan pantai Pulau Alor; (ii) penanaman terumbu karang; (iii) rehabilitasi mangrove dan vegetasi perintis kawasan pantai.

(2) Melakukan pembenahan wilayah bencana

Kegiatan pokok meliputi: (i) penataan kembali sumber air minum, dan (ii) menata ulang sistem irigasi persawahan.

(3) Merehabilitasi tanah yang longsor

Kegiatan pokok meliputi: (i) penelitian kualitas tanah, termasuk kegiatan survei; (ii) pengklasifikasian status tanah; (iii) evaluasi dan rekomendasi penanganan seperti pembangunan tanggul dengan sistem bronjong.

(4) Mengamankan fungsi kawasan hutan

Kegiatan pokok meliputi: pengamanan fungsi kawasan hutan, baik hutan lindung maupun hutan produksi yang berada di Alor maupun kawasan lainnya yang berdekatan.

(5) Rehabilitasi Sumber Air

Kegiatan pokok meliputi: (i) pengelolaan lahan melalui Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL); (ii) melindungi dan mengembangkan sumber-sumber air; (iii) pengelolaan vegetasi untuk perlindungan tanah dan tata air; dan (iv) pembinaan kesadaran dan kemampuan sumber daya manusia.

(6)

4. Melibatkan masyarakat dan menggunakan pranata sosial dan budaya dalam menghadapi bencana dan kegiatan pembangunan

Dalam melaksanakan pembangunan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, peran serta masyarakat lokal merupakan unsur utama dalam proses penanganan bencana dan maupun tahapan pembangunan. Diharapkan juga dengan peran serta yang tinggi, masyarakat tidak mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan pemerintah.

Strategi:

(1) Membangun Sistem Peringatan Dini secara terintegrasi

Kegiatan pokok meliputi: (i) menyusun Standar, Operasi dan Prosedur (SOP) untuk respon darurat bencana; (ii) melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan institusi pemerintah; dan (iii) membangun prasarana dan sarana sistem peringatan dini.

(2) Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mengantisipasi bencana Kegiatan pokok meliputi: (i) memanfaatkan nilai kearifan lokal sebagai bagian yang melengkapi sistem peringatan dini; (ii) memberdayakan peran masyarakat dalam mekanisme penanganan bencana melalui pengembangan kurikulum pendidikan tentang kebencanaan dan pelatihan secara terus menerus mengenai upaya penyelamatan dari bencana.

(3) Melibatkan masyarakat dalam pembangunan bidang SDA dan LH

Kegiatan pokok meliputi: (i) memberdayakan pranata sosial dan lembaga adat yang ada dalam proses perencanaan dan pelaksanaan; serta (ii) membangun mekanisme pengawasan sesuai dengan nilai sosial, budaya dan aspirasi masyarakat setempat.

5.4 KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG SOSIAL BUDAYA

Fokus dalam pembangunan sosial budaya adalah pemulihan kehidupan beragama, pemulihan kesehatan masyarakat, pemulihan pendidikan, dan aktivitas sosial budaya lainnya.

5.4.1 Kebijakan dan Strategi Sub Bidang Agama Permasalahan Pokok:

1. Terganggunya ketenteraman rohani warga masyarakat akibat kehilangan keluarga, sanak saudara, dan handai taulan karena meninggal dunia atau menderita sakit dan cacat.

2. Rusaknya simbol-simbol keagamaan yang merekatkan individu di dalam

satu unit sosial dan masyarakat seperti gereja, kapel, masjid, dan pura.

3. Terganggunya kesempatan anak-anak untuk memperoleh pengasuhan orang

(7)

4. Terganggunya hubungan kekerabatan antarwarga masyarakat dan memudarnya ikatan sosial karena mereka tinggal di tempat-tempat pengungsian yang tersebar di berbagai lokasi.

5. Perlunya memenuhi kebutuhan pelayanan konseling bagi anggota masyarakat yang mengalami trauma kejiwaan.

Kebijakan dan Strategi. Kebijakan dan strategi yang akan ditempuh adalah pemulihan ketentraman rohani dengan cara :

1. Memberikan bimbingan dan konseling keagamaan; dan

2. Pemulihan simbol-simbol agama dengan merehabilitasi dan membangun

sarana dan prasarana peribadatan.

5.4.2 Kebijakan dan Srategi Sub Bidang Kesehatan Permasalahan Pokok:

1. Adanya korban yang meninggal, mengalami luka-luka baik ringan dan berat,

maupun yang mengalami depresi memerlukan pertolongan kesehatan dengan segera.

2. Sistem kesehatan kurang berjalan sempurna disebabkan rusaknya sarana dan

prasarana pelayanan.

3. Terbatasnya air bersih dan terganggunya sanitasi lingkungan.

4. Kemungkinan timbulnya penyakit menular. Kondisi lingkungan yang buruk

diikuti dengan kekurangan gizi dapat menyebabkan berjangkitnya berbagai penyakit menular, misalnya campak, diare, malaria dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Kebijakan dan strategi:

1. Penyelamatan korban bencana yang masih hidup, melalui strategi pelayanan

kesehatan darurat dan pelayanan kesehatan bagi korban yang mengalami trauma.

2. Pemulihan sistem kesehatan, dengan strategi: merehabilitasi dan membangun prasarana dan sarana pelayanan kesehatan yang rusak dan memulihkan fungsi fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Pencegahan terjadinya wabah penyakit, melalui strategi penilaian kebutuhan cepat (rapid health assessment); melakukan imunisasi, vector control, disinfeksi, penyediaan air minum; serta memperkuat survailans epidemiologi.

4. Pencegahan kekurangan gizi, melalui strategi memberikan bantuan makanan

bagi bayi, balita dan ibu hamil; memberikan paket pertolongan gizi seperti vitamin A, tablet besi, syrup besi; memberikan penyuluhan gizi; dan memperkuat survailans gizi.

(8)

5.4.3 Kebijakan dan Strategi Sub Bidang Pendidikan Permasalahan Pokok:

1. Banyaknya sarana dan prasarana fasilitas pelayanan pendidikan yang rusak sehingga mengganggu proses belajar mengajar.

2. Rusaknya materi bahan ajar dan peralatan pendidikan seperti buku pelajaran, buku perpustakaan, dan alat peraga pendidikan menyebabkan menurunnya kualitas proses belajar mengajar.

3. Masih rendahnya partisipasi pendidikan. Dengan terjadinya bencana, kondisi tersebut dikhawatirkan akan memburuk sehingga diperlukan langkah kebijakan dan strategi yang tepat untuk tidak hanya mengembalikan keadaan seperti sebelum bencana tetapi menjadi lebih baik sejalan dengan pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah.

Kebijakan dan Strategi:

1. Memperluas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan pendidikan bagi

semua penduduk usia sekolah terutama untuk wajib belajar pendidikan 9 tahun melalui:

(1) Rehabilitasi dan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan;

(2) Pengembangan pendidikan alternatif untuk menjamin ketersediaan layanan pendidikan dasar bagi penduduk yang tidak dapat mengikuti proses pendidikan reguler;

(3) Pembangunan baru sarana dan prasarana pendidikan khususnya untuk

jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA untuk meningkatkan partisipasi pendidikan untuk semua jenjang pendidikan, sesuai dengan kebutuhan daerah. Karena sampai tahun 2005 belum semua kecamatan memiliki sekolah jenjang pendidikan menengah, program pendidikan menengah akan menyediakan paling tidak 1 (satu) lembaga di setiap kecamatan;

(4) Penyediaan biaya operasional pendidikan untuk membantu sekolah

menyelenggarakan proses belajar mengajar yang berkualitas;

(5) Membebaskan siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar dari seluruh

biaya pendidikan;

(6) Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin jenjang pendidikan menengah. 2. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan melalui

(1) Peningkatan jumlah, kualitas dan profesionalisme pendidik;

(2) Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan hukum pendidik dan tenaga

kependidikan.

(3) Peningkatan ketersediaan sarana penunjang peningkatan mutu pendidikan

termasuk perpustakaan dengan buku-bukunya, serta laboratorium;

(4) Pengembangan kurikulum yang relevan disesuaikan dengan kebutuhan

lokal;

3. Memperkuat manajemen pelayanan pendidikan melalui:

(1) Pengembangan sistem pendidikan termasuk pendidikan keluarga dan

(9)

(2) Peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha;

(3) Pelaksanaan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan sebagai hak asasi, investasi, dan aset kepada seluruh kelompok masyarakat

(4) Penataan dan peningkatan kinerja penyelenggaraan pendidikan termasuk

penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi pendidikan.

5.5 KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG EKONOMI

Permasalahan Pokok. Permasalahan pada bidang ekonomi pasca bencana adalah rusaknya beberapa sarana dan prasarana kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan seperti pasar dan pertokoan, yang menyebabkan terganggunya kegiatan berusaha masyarakat dan menambahnya tingkat pengangguran.

Kebijakan dan Strategi. Kebijakan dan strategi yang akan ditempuh adalah:

1. Memulihkan pendapatan masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja

yang berkaitan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi dan memberikan kegiatan perluasan kesempatan kerja, padat karya, terutama bagi tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan.

2. Memulihkan fasilitas pelayanan masyarakat yang berkaitan langsung dengan

kegiatan ekonomi masyarakat seperti pasar dan pusat-pusat perdagangan lainnya. Pemulihan diutamakan kepada sarana pelayanan masyarakat yang berkaitan langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat seperti pertanian, sarana irigasi dan drainase dan pusat-pusat pemasaran produksi.

3. Memberikan dukungan kepada masyarakat, terutama usaha kecil dan menengah untuk dapat memperoleh akses kepada sumber daya produktif. 4. Memberikan bantuan kepada masyarakat dalam memulihkan sarana

produksinya.

5.6 KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG INFRASTRUKTUR

Permasalahan Pokok. Permasalahan pokok pada bidang ini adalah kerusakan infrastruktur dan perumahan, yang menimbulkan dampak sebagai berikut:

1. Rusaknya perumahan serta prasarana dan sarana pemukiman yang

mengakibatkan ratusan penduduk kehilangan tempat tinggal.

2. Rusaknya beberapa jaringan jalan dan jembatan yang mengakibatkan terganggunya roda perekonomian.

3. Rusaknya beberapa tanggul penahan abrasi pantai, jaringan irigasi, dan bangunan-bangunan penampung air yang mengakibatkan terganggunya pelayanan air irigasi dan pasokan air baku untuk keperluan lainnya.

Kebijakan dan Strategi:

1. Memprioritaskan penyediaan prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar serta prasarana untuk memperlancar logistik melalui: (i) rehabilitasi

(10)

akses jalan masuk dan jaringan jalan pendukungnya serta (ii) pembangunan kembali perumahan, air minum, sanitasi, irigasi dan drainase.

2. Membantu dan melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan beserta prasarana dan sarana dasar pendukungnya bagi para korban bencana. Selain itu juga untuk menyelesaikan bantuan dan penyediaan perumahan bagi korban bencana secepat mungkin.

3. Membangun kembali sistem transportasi dan komunikasi yang memadai untuk mendukung kelancaran hubungan antar wilayah di dalam dan antar kabupaten disertai dengan pembukaan jalur transportasi yang terintegrasi untuk memperlancar distribusi logistik yang efisien dan pengembangan wilayah. 4. Menjaga ketersediaan pangan dengan memprioritaskan rehabilitasi jaringan

irigasi dan drainase yang rusak pada wilayah dimana petani penggarapnya telah siap. Prioritas diutamakan pada wilayah-wilayah pusat kegiatan ekonomi dan pemukiman, serta pengembalian fungsi sumber-sumber penyedia air baku. 5. Membangun kembali tanggul pengaman pantai dan tebing untuk pengamanan

pusat-pusat kegiatan masyarakat.

6. Memulihkan rasa aman bagi penduduk terkena bencana melalui peningkatan penyiapan fasilitas infrastruktur untuk mendukung upaya penyelamatan terhadap ancaman bencana, melalui: (i) membangun sistem peringatan dini, (ii) mensosialisikan bangunan tahan gempa serta meningkatkan pengawasan pembangunan gedung-gedung dan perumahan, serta (iii) membangkitkan partisipasi masyarakat dengan mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah, (iv) menerapkan peraturan yang mengatur perijinan untuk bangunan tahan gempa.

7. Menerapkan secara konsisten prinsip-prinsip investasi yang didasarkan pada kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, sosial dan budaya yaitu sebagai berikut :

a. melakukan studi kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, sosial, budaya

untuk setiap kegiatan peningkatan dan pembangunan fasilitas baru sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melakukan investasi.

b. memprioritaskan optimalisasi prasarana dan sarana yang telah dibangun,

sebelum menetapkan pembangunan fasilitas baru.

c. menerapkan keterpaduan intermoda prasarana dan sarana dalam

menetapkan prioritas pelaksanaan kegiatan.

d. keputusan jadwal pelaksanaan perlu selalu memperhatikan tingkat

kepentingan (urgency) dan tingkat kesiapan (readiness).

e. menerapkan metoda pelaksanaan dan sistem logistik yang efisien.

f. melakukan konsultasi publik, antara lain ditujukan untuk menggali dan

mengakomodasikan nilai budaya lokal.

g. mempertimbangkan pemberian perlakuan terhadap masyarakat yang

rumahnya rusak berat, sedang, ringan, serta rumah yang ada di daerah bencana sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial.

(11)

5.7 KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PEMERINTAHAN Permasalahan Pokok.

Permasalahan pokok yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah adanya sarana dan prasarana pemerintahan yang tidak berfungsi dan rusak, baik pada tingkat kabupaten, kecamatan dan desa yang menyebabkan menurunnya pelayanan pemerintahan dan pelayanan umum kepada masyarakat. Selain itu, pada saat ini belum ada sistem dan prosedur yang memadai di dalam mengarahkan aparatur dalam menghadapi bencana, serta pelatihan-pelatihan rutin dalam menghadapi bencana.

Kebijakan dan Strategi.

Dasar pemikiran perumusan kebijakan ini adalah bahwa proses rehabilitasi dan rekonstruksi untuk perbaikan penyelenggaraan pemerintahan, dilakukan dengan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparan, partisipatif dan dilakukan dalam upaya memperkuat pemerintah daerah dalam pelaksanaan pelayanan publik yang efektif dan efisien; serta dengan mengefektifkan konsultasi publik yang dinamis dan melibatkan semua stakeholder dalam proses perencanaan, formulasi kebijakan, pembuatan keputusan, monitoring dan evaluasi.

Kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi bidang pemerintahan adalah:

1. Meningkatkan kinerja pemerintah daerah untuk pelayanan umum.

2. Meningkatkan kapasitas pemerintah di daerah.

3. Mempercepat penyediaan sarana dan prasarana lembaga pemerintahan yang

permanen.

Sedangkan, strategi rehabilitasi dan rekonstruksi bidang perbaikan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah:

1. Mengembalikan kinerja pemerintah daerah untuk pelayanan umum dengan

melakukan perbaikan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pemerintahan yang masih dapat dipergunakan.

2. Meningkatkan kapasitas pemerintahan di daerah dengan:

a. Meningkatkan kemampuan aparatur Pemda dalam penyusunan rencana

daerah dalam menghadapi ancaman bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, melalui pelatihan-pelatihan fungsional dan teknis manajerial serta pengembangan sistem deteksi dini (early warning system).

b. Memperbaiki sistem administrasi pemerintahan daerah sehingga

responsif terhadap perubahan-perubahan yang tidak diduga (bencana alam dan bencana akibat ulah manusia seperti: terjadinya konflik, dll)

c. Meningkatkan kemampuan aparatur Pemda dan anggota legislatif dalam

proses penyusunan keuangan daerah yang mengacu kepada rencana daerah yang telah dibuat, terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan yang tidak diduga (bencana alam dan bencana akibat ulah manusia seperti konflik).

(12)

d. Memfasilitasi kegiatan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam penyusunan rencana pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten melalui penerapan tata pemerintahan yang baik.

3. Mempercepat penyediaan sarana dan prasarana lembaga pemerintahan yang

permanen dengan:

a. Merehabilitasi prasarana pemerintah daerah berdasarkan masterplan dan rencana teknis.

b. Menyediakan sarana kerja pemerintah daerah dan peralatan mitigasi

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, RPJMD juga merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah sehingga RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 disusun dengan

Hewan kelompok Sarcophyton termasuk ke dalam Kelas Anthozoa dan hanya memiliki bentuk polip (menempel pada substrat dan tidak dapat bergerak bebas) yang membentuk berkoloni

Dari Gambar 3.3 tersebut dapat diketahui bahwa biomassa bulu ayam teraktivasi dengan ukuran 30 mesh memiliki kemampuan menyerap krom maupun tembaga lebih tinggi

18) Seluruh pegawai memfokuskan diri pada pemberdayaan Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang

memilih tema di antara tema fikih seperti thaharah, kemudian mengum- pulkan setiap ayat Alquran yang terkait dengan tema tersebut, dan menjelaskan setiap ayat sesuai

Apa saja sarana dan prasarana yang disiapkan divisi Pengkajian Tafsir di LPPQ (Lembaga Pengajian dan Pengkajian Al-Qur’an) IAIN Antasari Banjarmasin

Penelitian ini menganalisis poligami yang direpresentasikan oleh film Ayat-Ayat Cinta. Fenomena poligami yang semakin marak di masyarakat membuat poligami menjadi suatu hal