• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disampaikan oleh : Prof. WILA CHANDRA WILA SUPRIADI Anggota Nomor : AA - 320

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disampaikan oleh : Prof. WILA CHANDRA WILA SUPRIADI Anggota Nomor : AA - 320"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Disampaikan oleh : Prof. WILA CHANDRA WILA SUPRIADI Anggota Nomor : AA - 320

Assalamualaikum wr.wb.

Salam sejahtera untuk kita semua. Om Swastiastu

MERDEKA !

Yang terhormat saudara Pimpinan dan anggota Pansus,

Saudara-Saudara para Menteri yang mewakili Presiden beserta jajaran pemerintah,

Serta hadirin sekalian termasuk kalangan pers/media massa.

Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang memungkinkan kita bersidang pada hari ini, dengan agenda Pengantar Fraksi-Fraksi terhadap Penyampaian Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) atas Rancangan Undang-Undang Tentang Partai Politik.

Hadirin yang kami hormati,

Sebagai kilas balik sejarah sistem kepartaian kita, selama kurun waktu 62 tahun Indonesia Merdeka, setidaknya pernah diberlakukan berbagai instrumen hukum yang

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

(2)

mengatur Partai Politik. Beberapa diantaranya dapat disebutkan: Pertama. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 bahwa Indonesia menganut sistem multi partai; Kedua. Penetapan Presiden No. 7/1959 dan Peraturan Presiden No. 13/1960 yang mengatur pengakuan, pengawasan, dan pembubaran partai politik; Ketiga. UU No. 3 Tahun 1975 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya; Keempat. UU No. 3 Tahun 1985 Tentang Perubahan atas UU No. 3 Tahun 1975 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya;

Kelima. UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik; dan terakhir UU No. 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik yang berlaku hingga saat ini. Pengaturan yang senantiasa berubah, menunjukkan bahwa ketentuan dalam berbagai perundangan tersebut, belum mampu menyelesaikan persoalan sistem kepartaian secara signifikan. Lantas, Apanya yang salah? Terapinya yang belum tepat atau dosisnya yang belum cocok, atau implementasinya yang tidak berjalan dengan baik? Banyak UU yang sudah dibuat di era reformasi ini, tetapi masih sedikit yang dilaksanakan secara memuaskan. Adanya UU memang penting sebagai instrumen legal dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tetapi UU tanpa implementasi tidak akan menyelesaikan masalah. UU hendaknya jangan hanya, berisi rangkaian kalimat simbolis politis, tetapi juga harus bisa dilaksanakan secara bermakna. Hanya UU yang dapat dilaksanakan yang dapat menjadi instrumen perubahan kearah yang diinginkan. UU yang berisi formulasi simbolis politis semta, hanya akan melambungkan harapan dan solusi sementara, tetapi akan segera diikuti kekecewaan besar, karena tidak dapat dilaksanakan.

Dengan melihat kembali jejak pengaturan tentang Partai Politik sebagaimana tersebut di atas, Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI bermaksud mengingatkan kepada kita semua, bahwa sudah saatnya dipikirkan membuat UU tentang Partai Politik yang mampu menjangkau masa depan, sehinggga dapat menyesuaikan berbagai tuntutan masyarakat dan dinamika jaman. Perubahan tidak hanya sekedar instan hanya untuk menjawab persoalan sesaat, khususnya setiap menjelang Pemilihan Umum.

Oleh karena itu, untuk mencapainya, Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI melihat bahwa penyempurnaan terhadap RUU Partai Politik sudah saatnya diletakkan pada upaya:

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

(3)

Pertama. Memberikan dasar hukum yang kuat dan berdimensi jangka panjang bagi Partai Politik. Dan itu, menurut Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI, hanya bisa diperoleh ketika cakupan materi di dalamnya, sepenuhnya mengacu kaidah demokrasi , modern yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, transparansi, keadilan aspirasi tanggungjawab kemandirian dan perlakuan yang tidak diskriminatif dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Kedua. Memperkukuh kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat, sehingga melahirkan kehidupan dan sistem kepartaian yang sehat dan dewasa, menjamin terwujudnya kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan dengan wawasan kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka bersatu berdaulat,demokkratis dan berdasarkan hukum, menuju sinergi nasional yang efektif dan efisien;

Ketiga. Mengatur ketentuan-ketentuan hukum mengenai perwujudan pelaksanaan

demokrasi yang menghasilkan Partai Politik yang kuat, yakni Partai Politik yang mampu mempertahankan kapasitasnya mewakili rakyat dan memperjuangkan visi dan misi partai dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Partai Politik sebagai komponen yang sangat penting dalam demokrasi perlu diperkokoh eksistensinya guna mengimplementasikan prinsip kebebasan, kesetaraan, dan kebersamaan dalam perilaku perpolitikan nasional. Beberapa ketentuan dalam RUU Partai Politik, yang akan mengembalikan cara-cara berpolitik yang menjauhkan rakyat dari kehidupan politik harus dihindari. Oleh karena itu, menurut Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI, harapan rakyat untuk mendapatkan perlindungan hak asasi manusia, tegaknya supremasi hukum, pemberantasan KKN, penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, keseluruhannya harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan UU ini.

Rapat Pansus yang terhormat,

Mendasarkan pada hal-hal tersebut di atas, dalam pembahasan RUU Partai Politik, Fraksi PDI Perjuangan DPR RI menggunakan tiga tolok ukur ( parameter) sebagai berikut :

Pertama: Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni UUD Negara Republik

Indonesia tahun 1945. Semua Undang-Undang tentu harus mengacu pada UUD sebagai hukum dasar penyelenggaraan negara. Fraksi PDI Perjuangan selalu

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

(4)

mengingatkan diri bahwa salah satu faktor utama pembusukan suatu negara adalah ketika peraturan perundang-undangan di bawah UUD dibuat dan dirumuskan secara menyimpang dan mendangkalkan makna dari isi UUD.

Kedua: Tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI akan kehilangan

makna dan tujuan, apabila hanya disebut sebagai nama simbolik, tetapi tatanan pokoknya diciderai. Fraksi PDI Perjuangan selalu mengingatkan diri bahwa NKRI hanya akan tinggal nama, kalau secara struktural dan fungsionai didegradasi.

Ketiga: RUU ini harus mempunyai kontribusi signifikan bagi penguatan sistem

kepartaian. Bagi Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI, Partai politik merupakan wujud partisipasi masyarakat yang penting dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi kebebasan, kesetaraan, kebersamaan, dan kejujuran. Melalui Partai Politik, atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita, warga negara Indonesia dapat memperjuangkan kepentingan politiknya serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Rapat Pansus yang terhormat,

Berdasar tolak ukur seperti tersebut diatas, maka ada dua kelompok besar yang secara kategoris akan disoroti Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI:

Pertama: Kami akan berupaya sekuat-kuatnya untuk mengeliminasi hal-hal yang

potensial, eksplisit maupun implisit, dapat mengarah,atau memberi peluang terhadap upaya-upaya menciderai makna Konstitusi dan NKRI. Salah satu di antaranya adalah dalam kaitan tujuan dan asas partai politik dengan Alinea IV Pembukaan UUD 1945 sebagai rumusan tujuan nasional dibentuknya suatu Pemerintahan Negara Indonesia dan rumusan Dasar Negara yakni Pancasila. Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI memandang bahwa partai politik bukan hanya sekedar 'suplemen' tetapi telah menjadi subsistem absolut dari sistem kenegaraan. Karenanya, tujuan nasional sebagaimana dimaksud dalam Alinea IV UUD 1945 kiranya tepat dituangkan ke dalam rumusan tujuan partai politik. Demikian pula asas partai politik, harus tegas, sebab terkait fondasi kehidupan bernegara, disamping perumusan norma dalam UU mempergunakan kalimat yang bertentangan adalah sesuatu yang tidak lazim. Karena

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

(5)

tujuan partai politik identik dengan tujuan nasional maka asas lebih tepat memakai asas nasional, yakni dengan menjadikan Pancasila sebagai asas bersama partai politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI merasa perlu mengutip Pidato Presiden RI di DPR-RI tanggal 16 Agustus 2007: ~F

Saya ingin menyegarkan ingatan kita akan kerangka dasar dalam kehidupan bernegara. Ada empat pilar utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia tercinta, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Sepanjang perjalanan sejarah bangsa kita, selalu ada saja ujian terhadap pllar--pilar utama kehidupan bernegara. Dalam era globalisasi dan era transformasi nasional dewasa ini, kembali kita menghadapl tantangan terhadap empat pilar utama ltu. Terhadap rongrongan itu, pertama-tama kita harus menegaskan bahwa Pancasila sebagai dasar negara, sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa, sudah final.

Pancasila adalah ideologi nasional bangsa kita, dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila adalah falsafah bangsa; welthanchaung, pandangan hidup bangsa (way of life), serta perekat dan pemersatu bangsa kita. Kita masih ingat, pada tahun 1998 di awal reformasi, awal perubahan besar negeri kita, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ketlka itu, telah mengeluarkan TAP MPR RI Nomor XVIII/MPR/1998 yang mencabut TAP MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang sekaligus, secara eksplisit, menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada kesempatan yang baik ini, saya mengajak kepada seluruh komponen bangsa, marilah kita hldupkan, kita amalkan, dan kita pegang teguh Pancasila sebagai dasar negara kita. '

Kedua: Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI juga akan berupaya sekuat-kuatnya untuk

mendorong secara optimal hal-hal mempunyai kaitan signifikan dengan upaya mewujudkan sistem kepartaian modern yang mandiri, menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, transparansi, keadilan, aspirasi, tanggungjawab, dan perlakuan yang tidak diskriminatif dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa diantara:

1. Persyaratan pendirian partai politik;

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

(6)

Sebagai hak politik rakyat yang dijamin oleh konstitusi, maka Fraksi PDI

Perjuangan DPR-RI tidak bisa menerima berbagai alasan yang cenderung mempersulit pendirian partai politik.

Lingkup partai politik harus nasional, baik dalam artian struktural maupun fungsional harus dipertahankan. Karena, partai politik merupakan isntrumen pemersatu dan integrasi nasional dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perumusan dalam ketentuan ini perlu prinsip kehatian-hatian sebab berhubungan langsung dengan eksistensi dan tatanan NKRI.

2. Pengesahan partai politik;

Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI memandang bahwa pengesahan partai politik yang diawali dengan pendaftaran dan verifikasi partai politik harus dapat membatasi intervensi birokrasi. Oleh karena itu harus ada ketegasan pengaturan bahwa Departemen hanya berwenang melakukan verifikasi hal-hal yang bersifat administratif sebelum dilakukan pengesahan menjadi badan hukum. Selain itu perlu pengaturan mekanisme verifikasi dan gugatan dalam hal partai politik dirugikan dengan memberikan hak kepada partai politik untuk menggugat melalui PTUN dengan keputusan yang bersifat final dan mengikat.

Pengesahan partai politik oleh Departemen dipahami karena dalam prakteknya partai politik menyentuh hal-hal privat dan publik, yang dalam hukum perikatan diatur dalam statuta pendirian. Konsekuensinya, pengesahan partai politik sebagai ranah ekskutif. Karena, pemerintah adalah personifikasi negara yang mewakili wilayah publik.

3.Kemandirian dan kedaulatan partai politik;

Partai politik sebagai perwujudan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi kebebasan, kesetaraan, kebersamaan, dan kejujuran harus dijamin kemandirian dan kedaulatannya. Sebagai badan privat, pengaturan yang bersifat internal partai politik sepenuhnya diatur dalam AD/ART. Dalam hal ini, AD/ART ditempatkan sebagai konstitusi partai politik. Namun demikian, karena partai politik dalam hal tertentu interaksinya juga melintas secara eksternal, maka partai politik diposisikan bukan saja bergerak pada ruang privat tetapi melintas ke ruang publik yang sepenuhnya dapat diatur dalam UU ini. Selain itu, kevakuman dalam AD/ART dapat diisi oleh ketentuan UU. Oleh karena itu, Fraksi PDI Perjuangan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

(7)

DPR-RI perlu menegaskan bahwa dalam UU perlu mengatur prinsip dasar kemandirian AD, operasionalisasi prinsip dasar diatur dalam ART, dan jika dalam AD/ART tidak mengatur maka berlaku ketentuan UU, sehingga terhindar dari kekosongan pengaturan yang memberi peluang intervensi.

Beberapa ketentuan terkait kemandirian dan kedaulatan partai politik, yang menjadi perhatian Fraksi PDI` Perjuangan DPR RI adalah sebagai berikut:

a. Dana partai politik;

Pembatasan penerimaan perseorangan dan/atau badan usaha dimungkinkan dengan memperhitungkan indeks kesejahteraan masyarakat. Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI cenderung tidak membatasi jumlah penerimaan, sebab sebagai 'concern' atas pilihan politik pihak terkait. Yang seharusnya dibatasi adalah penggunaan dana partai politik untuk kampanye.

Selain itu, dalam upaya menjamin partai politik, sebagai organisasi agar dapat memenuhi tujuan organisasi dan kebutuhan anggota, maka sudah saatnya diberi hak mendirikan badan usaha. Dengan demikian diharapkan partai politik memiliki kemandirian keuangan untuk mengurangi ketergantungan kepada pemerintah dan masyarakat.

Berkenaan dengan laporan keuangan partai politik, pengaturannya dalam RUU belum memadai. Fraksi PDI Perjuangan DPR berpandangan bahwa, perlu dibedakan

Laporan keuangan berdasar sumber penerimaan yang terdiri dari alokasi APBN/APBD dan pendapatan yang sah menurut hukum dengan iuran anggota dan sumbangan yang tidak mengikat. Berikutnya adalah laporan keuangan berdasar fungsi yang dibiayai yakni fungsi internal sebagai bagian kedaulatan partai politik dan fungsi eksternal sebagai bagian tugas negara. Demikian halnya dengan

pertanggungjawaban, aparat negara hanya boleh memeriksa dana partai dari kas negara, tapi dari iuran anggota dibutuhkan pemeriksaan eksternal, cukup oleh komisi internal partai dan diumumkan ke publik.

Dana partai politik yang bersumber dari kas negara tetap dibutuhkan yang pengalokasiannya dikaitkan dengan perolehan suara yang mendapat kursi di legislatif. Alokasi keuangan dari APBN/APBD diberikan secara proporsional berdasarkan perolehan suara dalam pemilu legislatif.

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

(8)

b. Pengawasan partai politik;

Pengaturan pengawasan partai politik sebagaimana dalam RUU tidak diperlukan, °'

4. Keterwakilan perempuan.

Ragam aspirasi dari berbagai kelompok masyarakat khususnya perempuan sebagian menghendaki agar posisi kuantitatif keterwakilan perempuan dapat diakomodasi dalam syarat pendirian partai politik, pengurus pada semua tingkatan, dan porsinya dalam pendidikan politik dengan menyebutkan angka prosentase tertentu.

Disatu sisi, keterwakilan perempuan lebih dipahami sebagai kuota sehingga mensyaratkan penyebutan angka tertentu, namun disisi lain dimaksudkan agar kebijakan partai politik mendorong keterlibatan perempuan untuk berpartai. Menurut Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, sepanjang itu dapat meningkatkan keterwakilan perempuan secara signifikan dan keadilan di depan publik, maka sistem kuota atau sistem kebijakan partai politik bukanlah pilihan yang perlu dipertentangkan.

Rapat Pansus yang terhormat, Hadirin yang kami muliakan,

Dengan demikian maka hasil akhir yang diharapkan Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI dari pembahasan RUU Partai Politik ini adalah :

Pertama. Konvergensi sistem kepartaian yang akan dibangun dengan tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya ada pertautan strategis dan managerial dalam mengintegrasikan usaha memperkokoh kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran sebagai bagian dari hak asasi manusia melalui pembentukan partai, dalam keutuhan makna Pembukaan UUD 1945 dan tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Partai Politik sebagai organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan politik anggota, masyarakat, dan bangsa harus sejalan dengan upaya memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Kedua. Pemberdayaan partai politik untuk mewujudkan sistem kepartaian modern yang mandiri, menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, transparansi, keadilan, aspirasi,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

(9)

tanggungjawab, dan perlakuan yang tidak diskriminatif dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pimpinan, Anggota dan Rapat Pansus yang mulia,

Dengan pandangan dan posisi seperti telah disebutkan tadi, Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya dalam memasuki pembahasan RUU Tentang Partai Politik pada tahapan-tahapan selanjutnya.

Adapun pendapat dan saran secara Iebih terinci akan disampaikan dalam bentuk Daftar Inventarisasi Masalah ( DIM ). Sekian dan terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb. Om Santi Santi Santi Om MERDEKA!

Jakarta, 12 September 2007

PIMPINAN POKSI

PANSUS RUU PARTAI POLITIK FRAKSI PDI PERJUANGAN DPR-RI

Ketua,

Ganjar Pranowo A - 352

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net

Referensi

Dokumen terkait

Fontos volt számunkra, hogy az egyes feladatokhoz milyen tényezők alapján vá- lasztja ki a megfelelő személyeket, valamint a projektek során véleményeztük, hogy mely

Meskipun demikian, penggunaan metformin pada lansia dibatasi oleh adanya efek samping gastrointestinal berupa anoreksia, mual, dan perasaan tidak nyaman pada perut

Jalan ketujuh, yang lebih buruk dari semua jalan yang telah disebutkan, karena mereka akan benar-benar merana di dalam kebingungan dan dimakan dengan rasa malu, dan akan layu

Penurunan produksi padi diperkirakan terjadi karena tingkat produktivitas mengalami penurunan sebesar 2,46 kuintal/hektar (-3,98 persen), meskipun terjadi kenaikan pada luas panennya

faktor yang mempengaruhi itu terutama kepada masyarakat. Pemahaman terhadap retribusi bagi masyarakat itu masih rendah, bahkan ada yang tidak tahu bagaimana itu

Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi mengabaikan prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia.. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat

Setelah buku diolah dalam system digital, maka buku akan dipublikasikan dengan menggunakan komputer kemudian bisa diakses oleh semua pengguna, hal inilah yang

Selain itu konsumen yang ingin menjaga kesehatan mata dan otak dan memiliki masalah buang air besar juga dapat mengkonsumsi obat herbal dari bubuk daun kelor dan teh