• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

25

ASPEK RELIGIUS

DALAM

GEGURITAN

IRUL S BUDIANTO

(TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE) Oleh:

DESSI APRILIYA NINGRUM C0109007

Pembimbing1: Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum. Pembimbing 2: Siti Muslifah, S.S., M.Hum.

Abstract

The problem that are discussed in this research as follows (1) How is structure geguritan of the geguritan work by Irul S Budianto based of strata norms the poetry? (2) How is religious aspects contained of the geguritan by Irul S.Budianto based of semiotic analysis by Michael Riffattere (3) What is the meaning of the geguritan by Irul S Budianto for the development of people's spirituality? The purpose : (1) Describe the structural geguritan of the geguritan by Irul S Budianto based of strata norms the poetry (2) Describe of the religious aspects containde in the geguritan by Irul S Budianto based of semiotic analysis by Michael Riffaterre (3) Describe of the meaning in the geguritan by Irul S Budianto for the development of people’s spirituality. The research belonged to a literary by descriptive of qualitative. Object of research is twenty-six geguritan to create Irul S Budianto.

The conclussion : (1) structure of norm the poetry includes the sound stratum, units of meaning, stratum of third (object, background and subject), stratum of world and stratum of metaphysis. (2) the reading aspect of religious includes the displacing of meaning (personifications and metaphor), distorting of meaning (ambiguity, contradiction and nonsense), creating of meaning, the reading of heuristics, hermeneutics, matrix and mode. (3) The meaning of religious for the spiritual development of the people in geguritan with language that is easily understood and applied in society.

Keyword : Semiotics, Religious, Geguritan

1. PENDAHULUAN

Salah satu bentuk karya sastra adalah puisi. Menurut Mulyana (melalui Semi, 1993:93) puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam satu bentuk.

Puisi Jawa modern atau geguritan yang menggunakan bahasa Jawa memiliki kekayaan mitologi dan juga makna simbolis. Kata-kata dalam puisi Jawa

(2)

26

modern menyimpan suatu misteri yang merupakan suatu hal yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Misteri ini dapat terpecahkan apabila pembaca dapat menyelami pikiran penyair. Faktor perasaan sangat berperan di dalam geguritan , sehingga tidak mustahil bila geguritan seringkali menjadi media penyair Jawa untuk menumpahkan pengalaman batinnya.

Beberapa alasan dan pertimbangan peneliti tertarik meneliti geguritan Irul S Budianto, yakni : (1) Irul S. Budianto memiliki cerita hidup yang unik, kegemaran mengarangnya baru muncul saat menginjakkan kaki di bangku perkuliahan. (2) Penelitian ini sengaja memilih dua puluh enam yang memiliki tema yang sama, yaitu religius. Penetapan tema yang sama ini bertujuan untuk membatasi kajian agar lebih fokus dan mendalam. (3) Penelitian ini akan mendeskripsikan struktur

geguritan dalam perspektif Semiotika Riffattere, aspek religius yang terdapat dalam geguritan dan makna dari geguritan karya Irul S Budianto bagi pembangunan spiritualitas masyarakat. Penelitian akan mengupas detail terhadap karya sastra secara mendalam agar bisa lebih dipahami, dengan begitu akan timbul kecintaan terhadap sastra daerah.(4) Irul S.Budianto termasuk salah satu penulis yang sangat produktif hingga saat ini.

2. METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian ini adalah penelitian sastra yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian sastra adalah usaha pencarian pengetahuan dan pemberi makna dengan hati-hati dan kritis secara terus menerus terhadap masalah sastra ( Atar Semi, 1993:18). Sumber data adalah hal-hal yang dapat dijadikan data dan mampu menghasilkan data yang lengkap, benar, dan sahih (Sudaryanto, 1993:35). Sumber data adalah dua puluh enam teks geguritan dalam berbagai surat kabar dan tahun yang berbeda dalam 2 bendel buku kumpulan geguritan koleksi pribadi Irul S Budianto dengan cover buku warna orange kode G-1 dan kode bendel buku G-2 yaitu dalam dua puluh enam geguritan karya Irul S.Budianto yang berjudul

Amsal Adohing Laku, Ana Ing Urip, Ana Ngendi Slira-Mu, Dalan 1, Dalan 2,

Grenjeting Kapercayan, Gurit Wengi, Ing Antarane, Ing Pucuking, Layang 1,

Layang 2, Marang Angin lan Ombak ,Meditasi, Ngungak Koroning Wengi, Ritus Sedina-dina, Sepi, Silhuet, Suling, Tali-tali ayat-Mu, Tembang Pamungkas,

(3)

27

Terminal, Tlaga lan Rembulan, Vertikal, Wengi Iku, Wis Daktemu, Wit pari. Data adalah bahan suatu penelitan (Sudaryanto, 1993:5). Data dalam penelitian ini merupakan data pokok yang dalam penelitian ini yaitu unsur struktural serta aspek religius pada dua puluh enam geguritan karya Irul S Budianto.

Teknik sampling atau cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, artinya sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan objek formal penelitian yang dilakukan (Sangidu, 2004 : 3). Peneliti menggunakan teknik ini untuk memilih dari Dua bendel buku kumpulan geguritan koleksi pribadi Irul S Budianto dengan cover buku warna orange kode G-1 tebal 109 halaman memuat 115 judul geguritan dan kode G-2 tebal 112 halaman memuat 218 judul geguritan menjadi 26 geguritan,

dengan asumsi ke 26 geguritan tersebut memiliki muatan religius yang lebih dari keseluruhan geguritan tersebut.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik content analysis

merupakan metodelogi penelitian yang memanfaatkan prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen (Lexy J. Moleong, 2010:163). Pengumpulan data perlu mencantumkan data hasil wawancara maupun pengamatan. Harus mampu membedakan antara data sebenarnya dengan hasil pemikiran sendiri sebagai seorang peneliti, karena dalam penelitian seorang peneliti tidak dapat mempertahankan subjektivitas dalam pengelolaan data.

3. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, maka dalam analisis dan pembahasan diuraikan mengenai struktur strata norma puisi, aspek religius dalam geguritan Irul S.Budianto dengan analisis semiotika Michael Riffaterre dan makna geguritan bagi pembangunan spiritual masyarakat Jawa. A.Struktur Geguritan karya Irul S Budianto

1. Lapis pertama adalah Lapis Bunyi (Sound Stratum)

Lapis Bunyi dalam sajak adalah semua satuan bunyi yang didasarkan atas konvensi bahasa tertentu. Lapis bunyi dalam puisi mempunyai tujuan untuk menciptakan efek puitis dan nilai seni.

(4)

28

Lapis bunyi terdapat pada baris kedua yaitu daktemu cuwilan gurit panguripan „kutemukan serpihan puisi kehidupan‟ terdapat asonansi perulangan bunyi vokal i, pada baris ketiga dan keempat lintang rembulanMu sanggup mbabar „bintang rembulanMu bisa menjabarkan‟ dan ghaib nyupatani geret-geret panandhang „ghaib memberikan sumpah sarapah garis-garis kesengsaraan‟ terdapat asonansi perulangan bunyi vokal a. Pada baris ketujuh njilma kembang jiwa „menjelma bunga jiwa‟ terdapat asonansi perulangan bunyi vokal i. Pada baris terakhir angluh-panggresah ing ulengane kahanan „dari keresahan dalam lingkup permasalahan‟ terdapat aliterasi perulangan bunyi konsonan n.

2. Lapis kedua adalah Lapis Arti ( units of meaning )

Lapis arti (units of meaning) ialah satuan terkecil berupa fonem. Satuan fonem berupa suku kata dan kata.

1) Ing Pucuke Sepi “Di Puncak Sepi”

Pada bait pertama dari baris pertama sampai kesembilan saka peteng lan pucuke sepi „dari kegelapan dan puncaknya kesepian‟ menggambarkan asal muasal dari suatu sebab. Daktemu cuwilan gurit panguripan „kutemukan serpihan puisi kehidupan‟ yang artinya sebab ditemukannya secuil kisah kehidupan yang tanpa disadari pernah menghilang. Lintang lan rembulanMu sanggup mbabar „bintang dan rembulanMu bisa menguraikan‟ artinya alam semesta adalah saksi cerita yang terkait dengan Tuhan yang Maha Tahu.

Pepadhang ing antarane tembang-tembang „pencerahan di antara lagu-lagu‟ yaitu seseorang mendapatkan pencerahan di antara keindahan. Ghaib nyupatani geret-geret panandhang „ghaib memberikan sumpah sarapah garis-garis kesengsaraan‟ artinya dzat yang memberikan garis-garis dan takdir maut seseorang. : umbul alifbata „timbul alifbata‟ artinya memberikan jalan pada kebenaran untuk dapat tegar dalam menghadapi cobaan hidup dengan berpegang pada kitab suci.

Njilma kembang jiwa „menjelma bunga jiwa‟ artinya memberikan ketenangan di hati yang rapuh. (ing pucuke sepi dudu pratelan „dipuncaknya

sepi bukan bagian, angluh-panggresah ing ulengane kahanan) „dari

(5)

29

terpojok oleh masalah kehidupan yang melanda dapat menenangkan diri dan menghadapinya dengan kepercayaan pada Tuhan.

3. Lapis ketiga (Objek, Latar dan Pelaku)

Lapis satuan arti menimbulkan lapis yang ketiga, berupa objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku.

a. Objek

Objek dari geguritan-geguritan tersebut adalah manusia, Tuhan, kehidupan, Alam Semesta, Dunia dan Akhirat. Keseluruhan objek tersebut saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan karena objek-objek inilah yang menyusun roda perputaran jagad raya.

1. Ing Pucuke Sepi “Di Puncak Sepi”

Kutipan :

daktemu cuwilan gurit panguripan (Ing Pucuke Sepi bait 1 baris 2) lintang rembulanMu sanggup mbabar (bait 1 baris 3)

Terjemahan :

„kutemukan serpihan puisi kehidupan‟ „bintang rembulanMu bisa menjabarkan‟

Objek yang terdapat pada geguritan di atas yaitu gurit panguripan “puisi kehidupan” dan lintang rembulan-Mu “bintang rembulan-Mu” merupakan cerita kehidupan manusia dan benda tata surya ciptaan Tuhan yang menghiasi malam. b. Latar

Aspek latar atau setting meliputi aspek ruang dan waktu, terjadinya peristiwa-peristiwa.

2. Ing Antarane “Di Antara”

Kutipan :

padhang tetrawangan iki ati (Ing Antarane bait 1 baris 3) aku pasrah sumarah : o, Gusti (bait 3 baris 2)

Terjemahan :

„terang menerawang hati ini‟ „aku berserah diri : o, Tuhan‟

(6)

30

Latar pada geguritan di atas ditunjukkan pada kata padhang tetrawangan

“terang menerawang” dan pasrah sumarah “berserah diri” merupakan suasana hati mendapatkan pencerahan dan berpasrah pada Tuhan.

c. Pelaku

Pelaku dalam geguritan Irul S Budianto adalah “Si Aku” penyair atau

pengarang itu sendiri.

Ing Pucuke Sepi “Di Puncak Sepi”

Kutipan :

daktemu cuwilan gurit panguripan (Ing Pucuke Sepi bait 1 baris 2)

Terjemahan :

„ku temukan serpihan puisi kehidupan‟

Pelaku terdapat pada geguritan di atas dengan kata daktemu “kutemukan”

yang menunjuk pada kata aku atau penyair. 4. Lapis Dunia

Lapis dunia merupakan sesuatu yang tidak dinyatakan tetapi sudah implisit dari gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukakan, latar pelaku serta struktur ceritanya.

Irul S. Budianto mampu mengungkap esensi kehidupan manusia di dunia dengan segala hal yang melingkupinya tentang kesalahan maupun kebenaran. Beliau menuliskan dalam kutipan geguritan Vertikal:

Kun fayakun : aku janma kang ora sampurna janma kang “jadilah maka jadilah : aku manusia yang tidak sempurna manusia yang” (bait 1 baris 11)

isih panggah ginubel dosa-dosa lan endah gebyar donya “masih penuh dosa-dosa dan keindahan gebyar dunia” (bait 1 baris 12)

aku kang ising duwe alusing rasa-pangrasa lan bisa rumangsa “aku masih

punya kehalusan rasa dan bisa merasa” (bait 1 baris 13)

nedya ngudi kautaman, dimen mulya ing alam kana sedia mencari keutamaan,supaya mulia di alam sana. La Ilaha Ilallah---Syahadat----Muhammad Rosullah. (bait 1 baris 14)

(7)

31 5. Lapis Metafisis

Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca atau pendengar lebih mendalam dan memahami makna apa yang disampaikan oleh penyair.

Irul S. Budianto ini berupa gambaran hubungan antara manusia dengan Tuhan secara langsung lewat ibadah, berserah diri ataupun dengan doa-doa yang dilantunkan dari kitab suci. Beliau menuliskan dalam kutipan geguritan Tali-Tali Ayat-Mu :

embuh sing kaping pira “entah yang keberapa kali” (bait 1 baris 1)

bengi iki aku mbaleni ngeja “malam ini aku kembali mengeja” (bait 1 baris 2) kepengin njimpiti makna-makna “keinginan memunguti makna-makna” (bait 1

baris 3)

ukara-ukaraMu “kalimat-kalimat-Mu” (bait 1 baris 4) (Tali-Tali Ayat-Mu bait 1 baris 1-4)

B.Analisis Aspek religiositas dalam Geguritan karya Irul S. Budianto

Analisis semiotika merupakan analisis puisi dengan tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti. Dengan melihat variasi di dalam struktur dalam atau hubungan didalamnya, maka akan dihasilkan macam-macam arti.

1. Penggantian Arti (Displacing of Meaning) a. Personifikasi

Personifikasi merupakan kiasan yang menghidupkan kesan bahwa benda mati dapat melakukan perilaku selayaknya manusia.

Ing Antarane “Di Antara”

Kutipan :

ing antarane wektu sing lumaku (Ing Antarane bait 2 baris 1)

Terjemahan :

diantara waktu yang berjalan

Pada geguritan Ing Antarane, waktu yang dijabarkan dapat berjalan layaknya manusia.

(8)

32 b. Metonimi

Metonimi merupakan kiasan yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain.

Ing Antarane “Di Antara”

Kutipan :

aku sangu sapletik sunarMu (Ing Antarane bait 1 baris 2)

Terjemahan :

Aku berbekal sedikit sinarMu

Kata sunarMu mengacu pada Tuhan yang memberi petunjuk kebenaran yang ditunjukkan dengan kata sinar yang berarti terang atau benar.

2. Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) a. Ambiguitas

Ambiguitas merupakan kata yang memiliki makna ganda atau multi tafsir sehingga menyebabkan keraguan pada pembaca dalam memaknai kata tersebut.

Ana ing Urip “Ada dalam Hidup”

Kutipan :

Lintang lan rembulan ing awang-awang (Ana Ing Urip bait 2 baris 2)

Terjemahan :

Bintang dan rembulan di langit

Kata awang-awang pada geguritan Ana Ing Urip memiliki makna multi tafsir atau ambigu awang-awang dapat diartikan dengan langit yang berada di atas bumi, akan tetapi dapat diartikan pula dengan bayangan yang jauh atau cita-cita.

b. Kontradiksi

Kontradiksi merupakan salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan menggunakan pertentangan atau sesuatu yang berlawanan.

Terminal “Terminal”

Kutipan :

bis-bis teka lunga (Terminal bait1 baris 3)

Terjemahan :

bus-bus datang dan pergi

Pada geguritan Terminal, datang dan pergi adalah dua hal yang berlawanan namun dua hal tersebut dipersatukan untuk saling melengkapi.

(9)

33

Menurunkan dan menaikkan adalah hal yang berlawanan namun dipersatukan sebagai pelengkap.

c. Nonsense

Nonsense merupakan bentuk-bentuk yang secara linguistik tidak mempunyai arti, sebab tidak terdapat pada kosa kata, karena hanya berupa rangkaian bunyi yang terdapat dalam kamus.

Ing Antarane “Di Antara”

Kutipan :

aku pasrah sumarah : o, Gusti (Ing Antarane bait 3 baris 2)

Terjemahan :

aku sungguh berpasrah : o, Tuhan

Pada geguritan Ing Antarane, kata o, Gusti merupakan bentuk kata yang tidak memiliki arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata.

3. Penciptaan Arti (Creating of Meaning) a. Rima

Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk musikalitas atau orkestrasi. Rima dalam kedua puluh enam geguritan Irul S Budianto bersifat bebas, tidak terkait dengan metrum rima seperti rima terus (aaaa), rima berpasang (aabb),rima bersilang (abab),rima berpeluk (abba), dan rima putus (aaab atau abac).

1. Rima Bait

Rima bait merupakan pengulangan bunyi yang terdapat pada bait puisi.

Ing Pucuke Sepi “Di Puncak Sepi”

Kutipan :

: umbul alifbata (Ing Pucuke Sepi bait 1 baris 6) njilma kembang jiwa (bait 1 baris 7)

Terjemahan : : timbul alifbata menjelma bunga jiwa

Kata alifbata dan jiwa memiliki kesamaan bunyi “a” pada baris akhir. Hal ini yang menimbulkan keindahan bunyi pada geguritan.

(10)

34 2. Rima Antar Bait

Rima antar bait adalah pengulangan bunyi antar bait satu dengan lainnya.

Ing Antarane “Di Antara”

padhang tetrawangan iki ati „terang menerawang hati ini‟(Ing Antarane bait 1 baris 3)

kenceng dalan sing dakliwati „jalan lurus yang kulewati‟ (bait 1 baris 4) ing antarane wektu sing lumaku„diantara waktu yang berjalan‟(bait 2 baris 1) ora lali tansah daksebut asmaMu „tidak lupa selalu kusebut namaMu‟ (bait 2 baris 2)

mawa reroncen kembang-kembang donga „dengan rangkaian bunga-bunga doa‟(bait 2 baris 3)

saka punjering ayat-ayat tali jiwa „dari inti ayat-ayat tali jiwa‟(bait 2 baris 4) aku pasrah sumarah : o, Gusti „aku sungguh berpasrah : o, Gusti‟(bait 3 baris 2)

mung firmanMu sing tansah dakugemi „hanya firmanMu yang selalu kupercaya‟(bait 3 baris 3)

Rima antar bait di atas ditunjukkan oleh kata ati, dakliwati pada bait pertama. Pada bait kedua terdapat kata lumaku, asmaMu, donga, jiwa.

Sedangkan pada bait ketiga dapat terlihat dari kata Gusti, dakugemi.

Keselarasan bunyi vokal i, u dan a menimbulkan kesan harmonisasi yang indah.

b. Homolog

Homolog merupakan kesejajaran arti atau persamaan posisi dalam bait maupun antar bait.

Ing Antarane “Di Antara”

Kutipan :

ing antarane sujud-istiqarah (Ing Antarane bait 3 baris 1) aku pasrah sumarah : o, Tuhan (bait 3 baris 2)

mung firmanMu sing tansah dakugemi (bait 3 baris 3)

Terjemahan :

(11)

35 „aku sungguh berpasrah : o, Gusti‟ „hanya firmanMu yang selalu kupercaya‟

Bait geguritan di atas menceritakan saat sujud-istiqarah yang merupakan salah satu tata cara sholat yakni sujud yang berarti menempelkan dahi kelantai dalam istiqarah merupakan sholat sunah yang dilaksanakan ketika seseorang ingin memilih pilihan yang terbaik untuk memutuskan segera pilihan itu. Bait kedua memperjelas bahwa kita benar-benar meminta jalan pada Tuhan untuk memberikan petunjuk mana yang harus dipilih. Bait ketiga menguraikan tentang kebenaran firman segala petunjuk dari Tuhan yang selalu dipercaya kebenarannya. Ketiga bait tersebut terkait dan saling mengikat maknanya.

c. Enjambemen

Enjambemen pemutusan kalimat untuk diletakkan pada baris berikutnya.

Marang Angin Lan Ombak “Kepada Angin dan Ombak”

Kutipan :

ah, ora. Awit ing kana isih ana (Marang Angin Lan Ombak bait 1 baris 7) dhewek-E kanthi esem ngujiwati setya (bait 1 baris 8)

Terjemahan :

„ah, tidak. Karena di sana masih ada‟ „DIA dengan senyum menguji kesetiaan‟

Kata isih ana yang dipenggal kemudian disusul kata dhewek-E

menjelaskan bahwa Tuhan itu selalu ada dalam setiap langkah yang kita lalui. d. Tipografi

Tipografi merupakan tata wajah pada puisi. a) Judul

Penulisan judul pada geguritan-geguritan dalam buku koleksi pribadi Irul S Budianto menggunakan huruf kapital semua. Diketik dengan mesin ketik manual dengan ukuran huruf yang lebih besar daripada huruf dalam bait dan baris

geguritan.

b) Pembaitan

Irul S Budianto memperlihatkan kebebasan dalam berekspresi dengan membuat geguritan dengan jumlah bait yang tak menentu, bebas dan tidak terikat dengan metrum.

(12)

36 c) Jumlah baris

Pada keseluruhan geguritan karya Irul S Budianto rata-rata memiliki jumlah baris yang cukup panjang pada geguritan yang tidak berbait dan pada

geguritan yang berbaitpun juga sama. Sehingga dengan tampilan visual yang menarik dengan demikian akan membuat pembaca tertarik dengan geguritan

tersebut.

d)Pemakaian Huruf

Dilihat dari keseluruhan geguritan dapat diketahui bahwa gaya penulisan Irul S. Budianto bersifat bebas. Tidak terikat oleh atauran dalam pemakaian huruf kapital dan sebagainya.

e) Pemakaian tanda baca

Pada keseluruhan geguritan Irul S Budianto terdapat tanda baca yang hampir sama yaitu dengan tanda hubung untuk penyebutan nama Tuhan, tanda hubung untuk reduplikasi, pengaturan nafas dan jeda, dan memberikan penekanan pada makna tertentu. Tanda titik dua menunjukkan pada sesuatu yang sedang terpikir. Tanda seru mengacu pada penekanan yang lebih tinggi dan tanda tanya mengacu pada penekanan pencarian Tuhan.

4. Pembacaan heuristik

Ing Pucuke Sepi “Di Puncak Sepi”

Dari (kegelapan) dan puncak (kesepian). Kutemukan serpihan puisi kehidupan. Bintang rembulanMu sanggup menjabarkan. Pencerahan (diantara) lagu-lagu. Ghaib memberikan sumpah sarapah garis-garis kesengsaraan.

(:) Menciptakan alifbata. Menjelma bunga jiwa.(()di puncak (kesepian) bukan bagian. Dari keresahan dalam lingkup permasalahan())

5. Pembacaan Hermeneutik

Ing Pucuke Sepi “Di Puncak Sepi”

Judul

Pada judul di atas mengacu pada sebuah keadaan seseorang benar-benar merasa kesepian. Puncak merupakan tempat tertinggi. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa puncak kesepian merupakan klimaks pada rasa sepi yang sangat dalam.

(13)

37

Keadaan seseorang yang merasa sangat kesepian, kesepian yang sangat dalam terhaadap Tuhan. Mengingat kembali kisah-kisah kehidupan yang telah ia lalui tanpa disadari perlahan-lahan telah ia lupakan, perbuatan yang kurang baik dan ia tahu apa yang harus ia lakukan dengan benar. Alam semesta mengiringi langkah hidupnya dan telah menjadi saksi cerita kehidupannya, Tuhan yang menciptakan segala-Nya, alam semesta dan manusia. Suatu saat yang tepat seseorang mendapatkan pencerahan dalam hidupnya karena ia dekat dengan Tuhan. Dzat yang telah menggariskan jalan hidup manusia dan mentakdirkan maut seseorang. Tuhan memberikan jalan pada kebenaran untuk dapat tegar dalam menghadapi cobaan hidup dengan berpegang pada kitab suci yang telah ia turunkan bagi umat-Nya. Untuk memberikan ketenangan di hati yang rapuh. Pada keadaan yang begitu terpojok oleh masalah kehidupan yang melanda serta dapat menenangkan diri dan menghadapi dengan kepercayaan pada Tuhan.

6. Matriks, Model dan Varian

Matriks, Model dan Varian adalah kata kunci penafsiran sajak yang dikonkretisasikan.

Ing Pucuke Sepi “Di Puncak Sepi”

Kutipan dan Terjemahan :

saka peteng lan pucuke sepi “dari kegelapan dan puncak kesepian” (Ing Pucuke Sepi bait 1 baris 1)

daktemu cuwilan gurit panguripan “kutemukan serpihan puisi kehidupan” (bait 1 baris 2)

lintang rembulanMu sanggup mbabar “bintang rembulanMu bisa menguraikan” (bait 1 baris 3)

pepadhang ing antarane tembang-tembang “pencerahan di antara lagu-lagu” (bait 1 baris 4)

ghaib nyupatani geret-geret “ghaib memberikan sumpah sarapah garis-garis

kesengsaraan” (bait 1 baris 5)

: umbul alifbata “: menimbulkan alifbata” (bait 1 baris 6) njilma kembang jiwa “menjelma bunga jiwa” (bait 1 baris 7)

( ing pucuke sepi dudu pratelan “( di puncak kesepian bukan bagian” (bait 1 baris 8)

(14)

38

angluh-panggresah ing ulengane kahanan)” “dari keresahan dalam lingkup permasalahan)” (bait 1 baris 9)

Matriks dalam geguritan Ing Pucuke Sepi ditandai dengan kata gurit panguripan yang berarti cerita kehidupan. Varian-variannya yaitu (1) ditemukan serpihan cerita kehidupan (2) disaksikan oleh alam semesta dan Tuhan, dan (3) berpegang pada keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan. Penyair mengungkapkan bahwa dalam perjalanan hidup selalu berpegang pada kitab suci untuk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semakin mengerti dan memahami makna dan arti dari ayat-ayat tersebut semakin membuat kenyamanan dan ketentraman menjalani kehidupan kedepannya.

C.Makna Geguritan Irul S Budianto Bagi Pembangunan Spiritualitas Masyarakat

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis beliau menuturkan bahwa segala yang dilihat dan dirasakan serta dilakukan olehnya semua berlandaskan pada keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya Tuhan dan wujud bakti pada Tuhan. Tema-tema religius yang mewarnai geguritan-geguritan

karyanya. Karya geguritan bertema religius ini terlahir tidak lepas dari latar belakang penyairnya yang percaya pada Tuhan dan sebagai pemeluk agama Islam serta pada kondisi lingkungan di sekitarnya.

Ing Pucuke Sepi “Di Puncak Sepi”

Pada hubungan dalam spiritual masyarakat Jawa dapat dilihat bahwa perenungan dan instrospeksi diri terhadap Tuhan dan mengetahui seluk beluk alam semesta adalah hal yang penting dan dapat dilakukan setiap saat. Tuhan akan selalu berada di sekitar kehidupan manusia. Membantu dalam setiap masalah yang ada. Tuhan Yang Maha Tahu segalanya.

Sepi adalah langkah awal untuk hijrah dari kehidupan maksiat menjadi kehidupan yang berkah, dari jiwa yang gelisah menjadi jiwa yang tenang, dari rasa putus asa menjadi hidup penuh harapan menyongsong masa depan bersama dengan-Nya. Bersama Sepi manusia mendalalami makna yang terdapat dalam Al Quran merupakan segala sesuatu yang memberikan kesaksian ini disebut "tanda-tanda", yang berarti "bukti yang teruji kebenarannya, pengetahuan mutlak, dan

(15)

39

pernyataan kebenaran." Jadi, tanda-tanda kebesaran Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta ini yang memperlihatkan dan menyampaikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Orang-orang yang dapat mengamati dan senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagat raya tersusun hanya dari tanda-tanda kebesaran Allah.

4. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan

1. Pada analisis struktur geguritan dengan menggunakan analisis strata norma puisi dapat ditemukan :

a. Lapis bunyi (sound stratum) meliputi bunyi asonansi dan aliterasi. Asonansi pada geguritan cenderung menggunakan asonansi bunyi vokal a dan u yang merupakan bentuk bunyi efoni untuk menggambarkan perasaan religius terhadap Tuhan. Kedua vokal tersebut dapat menimbulkan keindahan bunyi yang selaras dan menciptakan suasana khusus sesuai dengan tema terkait yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan secara khusus. Aliterasi terlihat pula pada beberapa geguritan namun hanya sedikit saja dalam pemakaiannya. b. Lapis arti (units of meaning) dengan menggunakan lapis ini arti dalam tiap

diksi bisa semakin dekat dengan keobjektifan, tentu dengan dihubungkan dengan lapis-lapis lainnya. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Keempat aspek tersebut membentuk makna terkait dengan tema secara menyeluruh yaitu tentang manusia dan Tuhan berupa hubungan religius. Keseluruhan dari arti dan makna adalah bersifat religus merupakan sistem symbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan – persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang maknawi.

c. Objek dari geguritan-geguritan tersebut adalah manusia, Tuhan, kehidupan, Alam Semesta, Dunia dan Akhirat. Latar yang banyak digunkan adalah gambaran di dunia dan akhirat. Latar tidak hanya berpusat pada tempat dan waktu saja tetapi latar juga bisa berbentuk keadaan, suasana atau situasi, seperti suasana hati seseorang yang sedang mengalami kesenangan berupa kepuasan

(16)

40

batin maupun kesedihan berupa perenungan dosa dan kesalahan ataupun kepasrahan diri. Waktu yang banyak digunakan adalah pada malam hari. Suasana malam yang sepi terkait dengan tema religi karena dalam sepi manusia dapat merasakan kehadiran Tuhan yang lebih nyata.

d. Pada Lapis dunia merupakan keseluruhan makna terkait tema religius yang memiliki tujuan sama yaitu mengenai kehidupan manusia di dunia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah di bumi, tentang kesalahan manusia dengan melanggar ketentuan dari Allah ataupun berbuat dosa maupun kebenaran manusia untuk menjalani ibadah yang telah ditentukan dan berbuat kebaikan di dunia untuk bekal di akhirat kelak. Cara manusia untuk beribadah kepada Tuhan yaitu dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah. Ibadah mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir).

e. Lapis Metafisis yang menyebabkan pembaca atau pendengar lebih mendalam memahami isi apa yang disampaikan oleh pengarang. Renungan yang dapat diambil dari tema pada geguritan terkait unsur religius yang memberikan pembelajaran tentang 5 hal yang selalu ada dalam kehidupan yaitu ibadah, dosa-dosa, surga dan neraka, masa lalu dan masa depan dan keridloan Allah atas semua tindakan kita.

2. Aspek religius yang ditemukan pada geguritan Irul S. Budianto berkaitan dengan diciptakannya manusia, adanya Tuhan, terciptanya Alam Semesta, adanya kehidupan dunia dan kepercayaan pada kehidupan di akhirat setelah kematian. Aspek-aspek ini dapat dilihat dari analisis semiotika Riffaterre secara menyeluruh, dapat ditemukan dalam beberapa bagian.

3. Makna geguritan Irul .S Budianto bagi pembangunan spiritulitas masyarakat Jawa yang diungkapkan pada kedua puluh enam geguritan mudah dipahami karena pengungkapannya yang bebas, sederhana dan lugas serta tidak bersifat menggurui. Penyair memberikan pembelajaran kepada pembaca mengenai semangat berketuhanan, berserah diri, serta senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga memberikan pencerahan batin pada pembaca dalam pembangunan spiritual masyarakat Jawa.

(17)

41

Pemahaman makna geguritan dengan menggunakan gabungan analisis yakni analisis struktural strata norma puisi dan analisis semiotika ini dapat mendukung pencapaian pemahaman makna geguritan.

b. Saran

Penelitian mengenai geguritan dengan menggunakan analisis semiotika perlu dikembangkan lebih dalam karena di balik simbol dan lambang yang tersembunyi di dalam kata terdapat kedalaman makna. Geguritan merupakan karya sastra yang menarik untuk dikaji karena di dalamnya terdapat banyak filosofi makna dan arti di balik indahnya rangkaian kata dan harmonisasi bunyi rima.

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H.1981. A Glossary of Literary ter. New York : Holt, Rinehart and Winston.

Atar Semi.1993. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya.

Barthes, Roland.1980. New Critical Essay. New York : Hill and Wang. Burhan Nurgiyantoro. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.

Dojosantosa.1986. Unsur Religius dalam Sastra Jawa. Semarang : Aneka Ilmu. Gorys Keraf.2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Herman J.Waluyo.2003. Apresiasi Puisi. Jakarta : PT.Gramedia.

Lexy J Moleong.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Maryono Dwiraharjo dkk.2005. Pedoman Penulisan dan Pembimbingan Skripsi/Tugas Akhir. Surakarta : Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Dana alokasi khusus (DAK) merupakan salah satu mekanisme transfer keuangan Pemerintah Pusat ke daerah yang bertujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan

Pendidikan Anak Usia dini atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan hasil belajar apresiasi FHUSHQ ³WXUPDLGD´ NDU\D +DVDQ $O %DQQD EHUGDVDUNDQ MHQLV NHODPLQ GHQJDQ menggunakan teknik kelompok

Pada proses cleaning adalah proses pencucian spesimen dengan menggunakan natrium karbonat (Na₂CO₃) yaitu sebuah bahan utama dalam pembuatan detergen yang berfungsi

Kualitas Produk Lokal menjadi Produk Unggulan daerah UKM 50 orang 0 Pendapatan Asli Daerah (P A D) Usulan OPD 0 0 82.00 % 82.00 % Persentase Koperasi yang mampu mengakses

Pada lapisan sel di atasnys terdiri atas sel-sel yang berbentuk polihedral sedang lapisan di atasnya terdiri atas sel-sel yang berbentuk sebagai buah labu atau bola ampu dengan

ya ?”atau “kenapa dorongan ini sangat besar dalam diri saya?” Hal-hal seperti ini bisa dan mungkin saja akan Anda alami, karena dalam Dzikir Nafas kita berusaha

Biranul Anas dkk, Indonesia Indah: Batik, p.61 Bedrich Forman, Indonesian Batik & Ikat,p.59 Jhon Gillow, Traditional Indonesian Textiles, p.52 Bedrich Forman, Indonesian Batik