• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Perkawinan pada Pasangan Pernikahan Dua Karir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kualitas Perkawinan pada Pasangan Pernikahan Dua Karir"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

KUALITAS PERKAWINAN

PADA PASANGAN PERNIKAHAN DUA KARIR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

RANI INDRIYARTI F.100140213

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

KUALITAS PERKAWINAN

PADA PASANGAN PERNIKAHAN DUA KARIR Abstrak

Kualitas perkawinan adalah sebuah evaluasi subjektif yang dilakukan oleh pasangan suami istri tentang pernikahan yang telah dijalani. Pernikahan dua karir merupakan pasangan suami istri yang tinggal di dua geografis yang berbeda dengan masing-masing memiliki komitmen untuk menjaga karir masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika kualitas perkawinan pada pasangan pernikahan dua karir dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perkawinan pada pasangan pernikahan dua karir. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 pasangan suami istri yang menjalani pernikahan dua karir. Pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui dinamika psikologis bahwa pasangan suami istri yang menjalani pernikahan dua karir karena beberapa alasan yaitu tuntutan pekerjaan, faktor ekonomi, dan keluarga. Dengan adanya hal tersebut, menyebabkan pasangan suami istri memilih untuk menjalani pernikahan dua karir yang nantinya dapat mempengaruhi komunikasi, keterbukaan antar pasangan, kebersamaan, saling mendukung, saling memahami, pembagian peran, pengasuhan anak, dukungan keluarga dan kesejahteraan psikologis masing-masing pasangan.

Kata kunci : kualitas perkawinan, pasangan pernikahan dua karir Abstract

Marital satisfaction is a subjective evaluation conducted by married couples about their marriage. This study aims to determine the dynamics of the marital satisfaction in a couple commuter marriage and factors that affect the marital satisfaction. Subjects in this study amounted to 4 couples of commuter marriage. Data collection using semi structured interviews. Data analysis techniques using interactive analysis techniques. Based on the results of the analysis can be concluded psychological dynamics that a husband and wife who undergo commuter marriage for several reasons, namely the demands of work, economic factors, and family. With the existence of this cause the husband and wife choose to undergo a commuter marriage which can later influence communication,. Openness between partners, togetherness, mutual support, mutual understanding, role sharing, childcare, family support, and psychological well-being of each partner.

Keyword : Marital Satisfaction, Commuter Marriage

1. PENDAHULUAN

Pernikahan jarak jauh atau biasa disebut dengan Long Distance Marriage

(6)

2

adalah commuter marriage. Di Indonesia, istilah commuter marriage sering disebut dengan pernikahan dua karir. Rhodes (2002) menjelaskan bahwa pernikahan dua karir adalah pria dan wanita dalam pernikahan yang mempunyai dua karir, dimana masing-masing mempunyai keinginan untuk mempertahankan pernikahan namun secara sukarela juga memilih untuk menjaga karir sehingga pasangan tersebut merasakan adanya komitmen yang kuat. Dengan adanya hubungan pernikahan seperti ini, tentu akan menimbulkan berbagai masalah. Meskipun begitu, pernikahan dua karir juga memiliki beberapa kelebihan. Menurut Liza & Julinda (2016) kehidupan pada pasangan pernikahan jarak jauh memberikan kepuasan pernikahan tersendiri dengan banyaknya keuntungan dan kerugian serta masalah-masalah yang muncul. Kepuasan pernikahan merupakan sebuah penilaian subjektif yang dilakukan oleh pasangan suami istri mengenai kehidupan pernikahan mereka. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liza & Julinda (2016) dari tiga subjek yang ada, semua subjek merasakan kepuasan pada pernikahannya yang tergolong pernikahan dua karir. Dari beberapa aspek kepuasan pernikahan, ketiga subjek merasa puas dengan pernikahannya meskipun dalam aspek yang berbeda-beda.Istilah lain dalam pernikahan jarak jauh

(Long Distance Marriage) adalah commuter marriage. Di Indonesia, istilah

commuter marriage sering disebut dengan pernikahan dua karir. Rhodes (2002)

menjelaskan bahwa pernikahan dua kariradalah pria dan wanita dalam pernikahan yang mempunyai dua karir, dimana masing-masing mempunyai keinginan untuk mempertahankan pernikahan namun secara sukarela juga memilih untuk menjaga karir sehingga pasangan tersebut merasakan adanya komitmen yang kuat. Dengan adanya hubungan pernikahan seperti ini, tentu akan menimbulkan berbagai masalah.

Pernikahan dua karir kadang-kadang menjadi masalah bagi para istri, karena keadaan pernikahan dua karir ini nantinya membuat para istri harus memahami keadaan pernikahan dan segala resiko yang dihadapinya, misalnya adanya kehadiran anak. Kehidupan istri yang menjalani pernikahan dua karirberbeda-beda, istri yang menjalani pernikahan dua karir biasanya merasakan peran sebagai orang tua tunggal dan akan mengalami konflik peran dengan pasangannya.

(7)

3

Masalah-masalah yang dihadapi setiap istri pada pasangan pernikahan dua karir berbeda-beda, bagaimana perasaan individu dalam menghadapi masalah-masalah tersebut dan pengaruh perbedaan latar belakang serta pengalaman masing-masing individu memberikan tingkat kepuasan yang berbeda terhadap pernikahannya. Spainer menjelaskan kepuasan perkawinan adalah komponen dari penyesuaian perkawinan dan asumsinya, jika seseorang dengan penyesuaian perkawinan yang baik akan menggambarkan kepuasan yang baik, kebalikannya dapat menggambarkan ketidakpuasan dalam perkawinan (dalam Rachmawati, 2013).

Secara konseptual, kualitas perkawinan didefinisikan dan dijelaskan dalam banyak istilah. Istilah yang biasa dikaitkan dengan kualitas perkawinan adalah kepuasan perkawinan, kebahagiaan perkawinan, kesuksesan perkawinan, stabilitas perkawinan, persahabatan, dan penyesuaian perkawinan, serta beberapa sinonim yang menunjukkan kualitas suatu hubungan (Fincham & Rogge, 2010). Menurut Bernanda(2017) menyatakan bahwa kualitas perkawinan adalah sebuah evaluasi subjektif yang dilakukan oleh pasangan suami istri dimana kualitas perkawinan yang tinggi nantinya akan berkaitan dengan penyesuaian yang baik antar pasangan, komunikasi antar pasangan yang baik dan lancar, seberapa besar tingkat kebahagiaan dalam perkawinan, serta tingkat kepuasan perkawinan yang telah dijalani dalam hubungan suami-istri. Berdasarkan penelitian Sunarti dkk (2005) kualitas perkawinan meliputi kebahagiaan dan kepuasan perkawinan. Kedua hal tersebut mengukur kehidupan perkawinan berdasarkan aspek ekonomi, kehidupan dengan pasangan, komitmen perkawinan, pengasuhan anak, dan hubungan intim. Istilah-istilah tersebut sering dipertukarkan untuk menggambarkan kualitas perkawinan (Fincham & Rogge, 2010).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kehidupan berumah tangga membutuhkan adanya kebersamaan antara suami dan istri sehingga dapat mewujudkan kualitas yang baik dalam perkawinannya. Maka dari itu, dalam penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan dinamika kualitas perkawinan pasangan pernikahan dua karir dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perkawinan pasangan pernikahan dua karir. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

(8)

4

melakukan penelitian dengan judul “Kualitas perkawinan pada pasangan pernikahan dua karir”

2. METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Menurut Bogdan & Bilklen (dalam Rahmad, 2009) adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur.

Penentuan informan penelitian dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu informan penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan, kriteria atau cirri-ciri yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Sehingga dalam penelitian ini, karakteristik bagi informan adalah : Pasangan suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh, dan didasarkan atas kesepakatan bersama, Pasangan lebih banyak menghabiskan waktu ditempat yang berbeda (salah satu dirumah utama dan pasangan yang lain dirumah lain ditempat yang lain), Pasangan biasanya melakukan pertemuan dengan periode waktu tertentu, Pasangan memiliki anak dalam pernikahannya.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut : Tabel 1

Data Demografi Informan Subje k Inisi al Alamat Asal Alamat Sekarang Pendidik an Pekerjaan Lama Pernik ahan Lam a LD R Pasut ri 1 Istri 1 AR Boyola li

Boyolali SMA Pedagang ±13 tahun ±7 tahu n Sua mi 1 R Boyola li Banyuwang i SMA Marketin g

(9)

5 Pasut ri 2 Istri 2 P Boyola li Surakarta SMP Asisten rumah tangga ±21 tahun ±2 tahu n Sua mi 2 S Boyola li Kalimantan SMP Montir Pasut ri 3 Istri 3 TN Boyola li Boyolali SMP Pegawai pabrik ±5 tahun ±4 tahu n Sua mi 3 AP Boyola li Kalimantan Selatan SMP Pekerja kebun sawit Pasut ri 4 Istri 4 AZ Boyola li Boyolali SMP Produsen online shop ±5 tahun ±4 tahu n Sua mi 4 AH Boyola li Tangerang SMP Pekerja PT (lapangan )

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa dari empat pasangan suami istri yang menjadi informan penelitian masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pernikahan yang dijalaninya. Berdasarkan data hasil wawancara, diketahui bahwa pasangan AR dan R memiliki komunikasi yang terjalin secara rutin, dimana informan AR selalu menceritakan setiap hal kepada pasangan, meskipun informan R menyatakan terdapat beberapa hal yang disembunyikan. Pasangan ini memiliki waktu untuk bertemu, saling mendukung dan saling memahami antar pasangan. Meskipun menjalani pernikahan dua karir, pasangan ini dapat membagi peran dan saling membantu pekerjaan satu sama lain. Dalam pengasuhan anak, pasangan ini membagi sesuai keadaan yang sedang dijalani. Dengan keadaan tersebut, pasangan ini kurang memiliki dukungan dari keluarga. Sehingga, seperti yang dinyatakan informan AR bahwa informan belum merasa bahagia dengan pernikahannya tetapi informan R sangat merasa bahagia.

“…Jadi saya selalu memberikan pengertian, dibimbing, dididik aja jadi baiknya gini buruknya gini gitu biar dia mikir sendiri gitu biar nggak

ada pemikiran negative, terus biar bisa mikir sendiri gitu”

(W1,R/208-217).

(10)

6

Pasangan kedua adalah pasangan P dan S. Pasangan ini melakukan komunikasi secara rutin terhadap pasangannya. Meskipun demikian, pasangan ini tidak terbuka satu sama lain. Selain itu, pasangan P dan S belum memiliki waktu untuk bertemu dengan pasangan selama dua tahun terakhir. Ketika menghadapi masalah, pasangan ini cenderung diam daripada menyelesaikannya. Pasangan ini kurang memiliki pembagian peran yang jelas dan kurang memiliki fleksibilitas dalam membagi tanggung jawab. Meskipun demikian, pasangan ini saling mendukung dalam setiap harinya. Dalam pengasuhan anak, pasangan ini cenderung memberikan tanggung jawab mendidik anak kepada istri. Dengan keadaan pernikahan tersebut, pasangan P dan S kurang mendapatkan dukungan dari keluarga.

“Belum , memang belum Mbak. Karena apa, ini lagi ngurus apa sertifikat tanah, sertifikat tanah di Kalimantan, belum sukses, belum ada uang, nanti kalau saya nekat pulang malah nggak cukup buat biaya. Mungkin saya pun nanti akan cepet pulang, walaupun nanti pasti ada pertimbangan lain. Saya mikir aku disini dapet penghasilan apa, misalnya bisa cukuplah buat biaya setiap harinya, kalau buat pulang

kan ya harus mikir biaya pulang perginya” (W1,S/540-553).

Meskipun demikian, pasangan ini merasakan bahagia dengan pernikahan yang dijalaninya.

“Kalau saya sih sudah merasakan bahagia, karena saya apa Mbak ya kembalikan lagi saya nikmati proses menuju ke kebahagiaan itu apa to

sebetulnya, satu dalam pernikahan itu tujuan hidupnya

apa…”(W1,S/557-574).

Pasangan AP dan TN menjalani pernikahan dua karir dengan komunikasi yang rutin beserta komitmen untuk selalu terbuka yang dijalani sampai sekarang. Pasangan ini saling mendukung dan memiliki waktu sendiri untuk bertemu dengan pasangan. Ketika memiliki masalah, pasangan ini segera mencari solusi dari permasalahan tersebut. Dalam pembagian peran, pasangan ini membagi bersama sama dan mengerjakan setiap tanggung jawab yang mampu dilakukan masing-masing. Untuk pengasuhan anak, informan AP memberikan tanggung jawab tersebut kepada istri. Dengan keadaan tersebut, pasangan ini mendapatkan dukungan dari keluarga, meskipun demikian informan AP kurang bahagia dengan

(11)

7

pernikahannya. Berbeda dengan informan TN yang merasa bahagia dengan pernikahannya.

“..apapun yang bisa saya lakukan disini ya saya lakukan disini lalu apa

yang bisa dilakukan suami disana ya dilakukan disana..”

(W1,TN/440-444).

“Kalau saya sih mikirnya gini, pokoknya sudah dibagi berdua saya sebagai kepala keluarga yang penting mencari nafkah kalau istri saya memang saya fokuskan agar yang penting mendidik anak aja gitu”

(W1,AP/247-251).

Pasangan keempat adalah H dan AZ. Pasangan ini selalu melakukan komunikasi dengan pasangan ketika waktu luang. Meskipun demikian, pasangan ini saling tidak terbuka satu sama lain dengan alasan menjaga perasaan pasangannya. Meskipun demikian, pasangan ini memiliki waktu untuk bertemu satu sama lain dan saling mendukung dengan pasangannya. Ketika memiliki masalah, pasangan ini segera menyelesaikannya dengan kepala dingin. Pembagian peran dilakukan pasangan ini sesuai kemampuan yang dimiliki dan saling membantu satu sama lain. Dengan keadaan seperti ini, pasangan ini mendapat dukungan dari keluarga dan pasangan ini merasa bahagia dengan pernikahannya.

“Ya pernah saya menyembunyikan itu waktu itu saya kecelakaan kan nggak pernah ngomong saya, kecelakaan nggak ngomong saya”

(W1,H/109-112).

Selain itu, pasangan AZ dan H memiliki waktu bersama dalam periode waktu tertentu.

“Kalau saya sih biasanya setiap bulan kan mengoptimalkan setiap kesempatan cuti itu ya tiap bulan namun kadang saya kan kadang dapet tugas ke Semarang apa ke Wonogiri gitu kalau saya kan pas dapet tugas gitu ya lanjut pulang. Kalau pas rutinitasnya gitu biasanya saya setiap habis gajian gitu kan saya gajian tanggal 5 gitu biasanya nanti diliat dulu nanti tanggal 5 hari apa tapi biasanya hari Jumat sehabis gajian tanggal 5 itu gitu pulang”

(W1,H/166-178).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap empat pasangan suami istri, dapat diketahui dinamika psikologis kualitas perkawinan pada pasangan pernikahan dua karir. Gambaran dinamika kualitas perkawinan pasangan pernikahan dua karir dapat dilihat lebih utuh melalui skema dibawah:

(12)

8

Gambar 1. Dinamika Psikologis Kualitas Perkawinan Dukungan Keluarga Kesejahteraan psikologis Pernikahan Dua Karir Komunikasi antar pasangan Keterbukaan antar pasangan Kebersamaan antar pasangan

Saling mendukung antar pasangan

Saling memahami antar pasangan

Pembagian peran & fleksibilitas pembagian peran pasutri Pengasuhan anak Sakinah, mawadah, warohmah BAIK KUALITAS PERKAWINAN BURUK Pertengkaran, perselingkuhan, perceraian Keterangan : Disertai Mempengaruhi Menimbulkan Tuntutan Pekerjaan Faktor Ekonomi Keluarga

(13)

9

Berdasarkan skema diatas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang menyebabkan pasangan suami istri menjalani pernikahan dua karir. Faktor-faktor yang menyebabkan pasangan suami istri menjalani pernikahan dua karir adalah tuntutan pekerjaan, faktor ekonomi, dan keluarga. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Anderson (1992) yang menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan munculnya pasangan pernikahan dua karir, antara lain : 1. Meningkatnya tenaga kerja wanita. 2. Meningkatnya pasangan yang sama-sama bekerja. 3. Mudahnya masuk bekerja dengan bantuan training kerja. 4. Faktor lain yang meningkatkan jumlah pasangan pernikahan dua karir adalah tuntutan pekerjaan.

Dengan adanya ketiga hal tersebut menyebabkan pasangan suami istri memilih kesepakatan untuk menjalani pernikahan dua karir. Dengan hubungan pernikahan dua karir, dapat mempengaruhi beberapa hal dalam menjalani pernikahan dua karir. Hal hal tersebut adalah, komunikasi antar pasangan, keterbukaan antar pasangan, kebersamaan, saling mendukung, saling memahami, pengasuhan anak, pembagian peran dan fleksibilitas peran, dukungan keluarga, dan kesejahteraan psikologis yang dirakasan masing-masing pasangan dalam menjalani pernikahannya. Dapat diketahui bahwa delapan informan melakukan komunikasi dengan pasangan masing-masing melalui telepon, whatsapp, sms, maupun sosial media yang lain. Ketika sedang melakukan komunikasi dengan pasangan, informan akan saling bertukar kabar, menceritakan kegiatan setiap hari, dan menceritakan perkembangan anak.

Hal tersebut sesuai dengan Rahmawati, yang menyatakan bahwa pasangan suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh biasanya menggunakan cara berkomunikasi hanya dengan telepon, sms, dan skype (dalam Sarwono & Meinarno, 2009).

Beberapa hal diatas merupakan beberapa hal yang nantinya akan mempengaruhi kualitas perkawinan pada pasangan pernikahan dua karir. Dimana kualitas perkawinan yang baik nantinya akan menjadikan keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Sedangkan pasangan suami istri yang memiliki kualitas perkawinan yang buruk akan berujung pada pertengkaran, perselingkuhan, atau bahkan perceraian.

(14)

10 4. PENUTUP

Berdasarkan data hasil wawancara, dapat diketahui bahwa pasangan suami istri menjalani pernikahan dua karir dikarenakan beberapa alasan yaitu tuntutan pekerjaan, faktor ekonomi dan keluarga. Setiap pasangan suami istri memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam menjalani pernikahan dua karir. Pasangan suami istri AR dan R memiliki kelebihan yaitu dari komunikasi, keterbukaan, kebersamaan, saling mendukung, saling memahami, pembagian peran dan pengasuhan anak. Tetapi, pasangan ini kurang mendapat dukungan dari keluarga dan AR belum merasakan bahagia sedangkan R merasakan sangat bahagia dengan pernikahan yang sedang dijalani. Pasangan S dan P memiliki kelebihan dalam komunikasi, saling mendukung antar pasangan dan merasakan kebahagiaan dengan pernikahan yang dijalani. Meskipun, pasangan ini kurang memiliki waktu untuk bersama dengan pasangan, kurang terbuka dengan pasangan, cenderung diam ketika menghadapi suatu masalah, dan kurang adanya kejelasan dalam pembagian tugas dan tanggung jawab sebagai pasangan suami istri dan sebagai orang tua.

Berbeda dengan pasangan AP dan TN yang melakukan komunikasi secara rutin, selalu terbuka, saling mendukung, saling memahami, pembagian peran yang jelas dan mendapatkan dukungan dari keluarga. Meskipun demikian, AP menyatakan kurang bahagia dan TN menyatakan bahagia dengan pernikahan yang dijalaninya. Pasangan AZ dan H melakukan komunikasi setiap memiliki waktu luang, selalu meluangkan waktu dengan pasangan, saling mendukung, saling memahami, pembagian peran yang jelas, mendapatkan dukungan dari keluarga, dan pasangan ini merasakan bahagia dengan pernikahannya. Meskipun demikian, pasangan ini kurang terbuka satu sama lain dengan alasan menjaga perasaan pasangannya.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perkawinan pada pasangan pernikahan dua karir adalah riwayat pernikahan jarak jauh, komunikasi antar pasangan, keterbukaan antar pasangan, kebersamaan, saling memahami antar pasangan, saling mendukung antar pasangan, pembagian peran sebagai

(15)

11

pasangan suami istri, pengasuhan anak, fleksibilitas pembagian peran, kesejahteraan sosial dan kesejahteraan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Bulgan, Gokce.,& Ciftci, Ayse. (2017). Psychologycal Adaptation, Marital Satisfaction,and Academic Self-Efficacy of International Students.Journal of

international Students,7,687-702

Dabone & Tawiah, K. (2014). Effects of Age on Marital satisfaction of Maried People in Snyani Municipality.Internationl Journal of Research in Social

Sciences, 3, 48-57

Dush, C.M.K., Taylor, M.G., & Kroeger, M.A. (2008).Marital happiness and psychological well-being across the life course.Family Relations, 57, 211-226

Fincham, F.D., & Rogge, R. (2010). Understanding relationship quality: Theretical challenges and new tools for assesment. Journal of Family

Theory & Review, 2, 227-242. DOI:10.1111/j.1756-2589.2010.00059.x

Fowers, B.J. & Owenz, M.B. (2010).A eudaimonic theory of marital quality.Journal of Family Theory and Review. 2, 334-352. DOI:10.1111/j.1756-2589.2010.00065.x

Gokce Bulgan Ayse Ciftci. (2017). Psychological Adaptation, Marital Satisfaction, and Academic Self-Efficacy of International Students. Journal

of International Students, 687-702.

Glotzer, Richard dan Federlein, Anne Cairns. 2007. Miles That Bind: Commuter

Marriage and Family Strengths.Akron : University of Akron.

Okhahume,A.S.,Oguntayo, R..&Aroniyiaso,O.T.(2016). Influence of socio-Economics Status and Marital Satisfaction on Domestic Violence among Couples Living in Nigeria. International Journal of Applied Psychology,6, 179-184

Rahmawati, D., & Endah, M. (2013).Perbedaan tingkat kepuasan perkawinan ditinjau dari tingkat penyesuaian perkawinan pada istri brigif, marinir TNI-AL menjalani long distance marriage.Jurnal Psikologi Pendidikan dan

Perkembangan.Vol 02, No.01.

http://www.journal.unair.ac.id/.../Dwi%20Rachmawati_110810051_ringkas an.pdf. Diunduh tanggal 3 Febuari 2014

(16)

12

Rhodes, A. (2002). Long-distance relationships in dual-career commuter couples: A review of counseling issues. The Family Journal: Counseling and

Therapy for Couples and Families, 10, 398-404.

Sarwono, S., & Meinarno, E.A. (2009).Psikologi social.Jakarta:Salemba Humanika.

Gambar

Gambar 1. Dinamika Psikologis Kualitas Perkawinan  Dukungan Keluarga  Kesejahteraan psikologis Pernikahan Dua Karir Komunikasi antar pasangan Keterbukaan antar pasangan Kebersamaan antar pasangan

Referensi

Dokumen terkait

1. Kawasan Lindung, yang terdiri dari : a) Kawasan hutan lindung; b) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; c) Kawasan perlindungan

Lebih daripada itu, dalam Renstra ini telah termuat visi, misi, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam bidang perpustakaan dan kearsipan yang nantinya akan

Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak

Kepada para orang tua dan para guru, khususnya guru agama SD diharapkan untuk meningkatkan peranannya dalam memberikan pendidikan seks, terutama tentang tanda-tanda

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model Snowball Throwing dengan media video berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik materi ashabul

Pasar tradisional selama ini lebih diidentikan sebagai tempat kumuh, kotor, semrawut, becek, bau, sumpek, sumber kemacatan, sarang preman dan seterusnya. Singkat kata

Tabel 1 skala mual sebelum diberikan roti gandum Vari abel N Me an SD M in M ax Skala Mual 2 0 5,8 5 0,7 45 5 7 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa dari 20