• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Bagian ini mendeskripsikan mengenai lokasi penelitian dilakukan, populasi penelitian dan sampel penelitian. Adapun deskripsinya adalah sebagai berikut.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian berlokasi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Cimahi yang beralamat di Jl. Sukarasa No. 136 Citeureup – Cimahi Utara 40512. Tlp./ Fax (022) 6628404. N S S : 34.1.02.08.03.003. NPSN : 20224135 SK Pendirian : No. 0207/ 0 / 1980 Tanggal 30 Juli 1980. SMK ini membuka 3 program keahlian yaitu: Perhotelan, Tata Boga, dan Tata Busana.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 108). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi tahun ajaran 2012/2013, yaitu berjumlah 304 orang dengan rincian jumlah peserta didik setiap kelas sebagai berikut.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian No KELAS JUMLAH 1. X Busana 1 23 2. X Busana 2 24 3. X Busana 3 22 4. X Tata Boga 1 36 5. X Tata Boga 2 36 6. X Tata Boga 3 35 7. X Tata Boga 4 34 8. X Perhotelan 1 36 9. X Perhotelan 2 35

(2)

10. X Perhotelan 3 36

Jumlah 304

3. Sampel Penelitian

Sugiyono (2012:118), menjelaskan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Pengambilan sampel untuk menentukan kelas eksperimen dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu yaitu siswa yang memiliki perilaku agresif tinggi dan tinggi sekali. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dengan menggunakan teknik sampel bertujuan ini, peneliti dapat menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi (Arikunto, 2010: 139).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan konseling kelompok teman sebaya yang telah dibuat dalam mereduksi perilaku agresif siswa, sehingga sampel yang dibutuhkan adalah siswa yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi pada profil perilaku agresif siswa yang diidentifikasi menggunakan instrumen perilaku agresif siswa. Maka siswa SMK Negeri 3 Cimahi yang berada pada kategori tinggi dan tinggi sekali dijadikan sampel penelitian atau menjadi kelompok eksperimen.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang konseling kelompok teman sebaya dalam mereduksi perilaku agresif siswa adalah pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2012 : 14) mengartikan pendekatan kuantitatif sebagai:

Pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik

(3)

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah pengkajian secara empiris dan sistematis terhadap perilaku agresif siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Cimahi dengan menggunakan Instrumen Perilaku Agresif yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menghasilkan data yang teruji secara ilmiah. Data yang dihasilkan adalah profil perilaku agresif siswa kelas X di SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013. Profil perilaku agresif yang diperoleh dari hasil pengolahan instrumen kemudian dianalisis sebagai landasan dalam penyusunan program konseling kelompok teman sebaya dalam mereduksi perilaku agresif siswa kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan program konseling kelompok teman sebaya yang telah dibuat dalam mereduksi perilaku agresif siswa, sehingga metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Sugiyono (2012: 107), mengartikan “metode penelitian eksperimen sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan.” Terdapat beberapa bentuk dalam metode penelitian eksperimen, yaitu Pre-Experimental, True Experimental Design, Factorial Design dan Quasi Experimental (Sugiyono, 2012: 109).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen. Metode pra eksperimen seringkali dipandang sebagai ekperimen yang tidak sebenarnya, dalam disain penelitian pra eksperimen tidak ada kelompok pengontrol atau pembanding (Arikunto, 2010: 77). Disebut penelitian tidak sebenarnya karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010: 84). Penelitian ini menggunakan desain Pre-Test Post-Test Group yaitu ada pemberian tes

(4)

awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan dalam kelompok yang sama. Dengan alasan ingin melihat apakah terdapat perubahan yang signifikan pada perilaku agresif siswa setelah diberikan treatment berupa konseling kelompok teman sebaya yang diberikan setelah pemberian tes awal. Dalam disain pre-test post-test group observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/ sebelum pemberian treatment dan sesudah eksperimen yang digambarkan dengan bagan sebagai berikut.

O1 X O2

Keterangan dari bagan di atas adalah O1 yaitu pre-test dilakukan dengan menggunakan instrumen perilaku agresif, O2 adalah posttest yang dilakukan dengan

menggunakan instrumen perilaku agresif, dan X adalah treatment yang dilakukan dengan menggunakan konseling kelompok teman sebaya. Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2-O1 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen yang dilakukan.

C. Definisi Operasional Variabel

Secara operasional terdapat dua konsep pokok dalam penelitian ini, yaitu perilakau agresif dan konseling kelompok teman sebaya.

1. Perilaku Agresif

Secara operasional, yang dimaksud dengan perilaku agresif dalam penelitian ini adalah tindakan menyakiti oleh siswa SMK Negeri 3 Cimahi Tahun ajaran 2012/2013 terhadap orang lain baik secara fisik maupun psikis dengan adanya unsur kesengajaan, adanya sasaran, dan bertujuan untuk menyakiti atau menghancurkan orang lain yang dibatasi pada aspek keagresifan, melawan perintah, merusak, dan permusuhan.

a. Aspek keagresifan, yaitu perilaku yang memiliki sifat keagresifan ditunjukkan dengan indikator; (1) Berkelahi dengan teman sebaya; (2) Secara fisik menyerang orang lain; dan (3) Berlaku kasar terhadap orang lain.

(5)

b. Aspek melawan perintah, yaitu perilaku yang menunjukkan adanya keinginan untuk menentang atau tidak mengikuti aturan ditunjukkan dengan indikator; (1) Tidak mengikuti perintah/aturan; dan (2) Membangkang atas perintah guru dan orang tua.

c. Aspek merusak, merupakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk merusak ditunjukkan dengan indikator; (1) Membuat keonaran; (2) Merusak barang-barang pribadi; (3) Merusak barang-barang milik orang lain.

d. Aspek permusuhan, yaitu tindakan-tindakan yang menunjukkan permusuhan ditunjukkan dengan indikator; (1) Suka bertengkar; (2) Berlaku kejam terhadap orang lain; dan (3) Menaruh rasa dendam.

2. Konseling Kelompok Teman Sebaya

Konseling kelompok teman sebaya merupakan layanan bantuan yang diberikan oleh konselor ahli terhadap konseli secara tidak langsung tetapi melalui teman sebaya konseli (konselor sebaya) yang mempunyai kriteria kualitas kondisi humanistik seperti karakteristik hangat, memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan, dapat diterima orang lain, toleran terhadap perbedaan sistem nilai, dan energik. Dan yang telah diberikan pelatihan-pelatihan kecakapan konselor oleh konselor ahli dengan maksud agar dapat lebih diterima oleh konseli dengan menggunakan kelompok atau dalam bentuk dinamika kelompok.

D. Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen diberikan pada pada peserta didik, terlebih dahulu melalui proses pengembangan instrumen yang dilakukan dengan langkah-langkah ,antara lain sebagai berikut.

1. Jenis Instrumen Penelitian

Arikunto (2010:133), menjelaskan bahwa “instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam penelitian kuantitatif dalam mengumpulkan data.” Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Sugiyono (2012: 194) menjelaskan bahwa “angket atau kuesioner adalah sejumlah

(6)

pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.”

Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pernyataan (Riduwan, 2002:26).

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).”

Skala yang digunakan sebagai pedoman pemberian skor pada angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Penggunaan Skala Likert biasanya digunakan untuk pernyataan dan jumlah besar di mana skala nilai psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam memberi respons, subyek diizinkan memberi dalam lima kategori: a) Sangat Sesuai, b) Sesuai, c) Kurang Sesuai, d) Tidak Sesuai, dan e) Sangat Tidak Sesuai. Dalam mengkontrukskian Skala Sikap. Azwar (2011: 144) menyatakan

Likert menemukan bahwa skor didasarkan pada hubungan integral korelasi 0,99 dengan sistem deviasi normal yang komplikasi pertimbangannya.” Jadi statment favorable yang direspons Sangat Setuju diberi nilai pertimbangan= 5, Setuju= 4, Bingung= 3, Tidak Setuju= 2, dan Sangat Tidak Setuju= 1. Demikian juga untuk pernyataan yang tidak favorable diberi penilaiaan untuk Sangat Tidak Setuju= 5, sampai ke yang Sangat Setuju= 1

Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua pernyataan dalam Skala Sikap yang bersangkutan diperlakukan sama sehingga peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama.

Azwar (2011: 107) menyatakan cara menyeleksi item dalam metoda ini yaitu “dengan analisa item; misalnya 25% dari subjek mempunyai total skor rendah, kedua

(7)

kelompok ini kemudian dilengkapi dengan kelompok kriteria untuk mengevaluasi respons kelompok tinggi sampai rendah yaitu rasio.”

Prosedur pengskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable.

b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif (Azwar, 2011: 139)

Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang favorable dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak-favorabel. Jawaban tidak favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tidak favorabel.

Azwar (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi normal adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak favorable.”

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.

Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket perilaku agresif siswa dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Perilaku Agresif Siswa

Pernyataan

Skor Sangat

Sesuai Sesuai Bingung

Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai

(8)

2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Instrumen yang disusun ditujukan untuk mengungkap perilaku agresif siswa. Kisi-kisi instrumen dibuat berdasarkan definisi operasional yang kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Adapun pengembangan kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan profil perilaku agresif siswa kelas X SMK Negeri 3 Cimahi sebelum dan sesudah judgement dijabarkan dalam Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif Siswa (Sebelum Judgement)

No. Aspek Indikator Item Jumlah

(+) (-) 1. Keagresifan (Perilaku yang memiliki sifat keagresifan)

Remaja berkelahi dengan

teman sebaya 1, 2 3, 4, 5 5

Remaja secara fisik menyerang orang dewasa atau orang lain

6, 7, 8 9, 10,

11 6

Remaja berlaku kasar

terhadap orang lain 12, 13

14, 15,

16, 17 6

Remaja mudah tersulut emosinya 18, 19, 20 21, 22 5 2. Melawan perintah (Perilaku yang menunjukkan adanya keinginan untuk menentang atau tidak mengikuti aturan)

Remaja tidak mengikuti perintah/aturan

23, 24,

25 26 4

Remaja tidak disiplin 27, 28, 29

30, 31,

32 6

Remaja membangkang terhadap orang tua, guru dan orang dewasa lainnya 35, 36, 37, 38 33, 34, 39, 40 8 3. Merusak (Tindakan-tindakan yang bertujuan untuk merusak) Remaja membuat keonaran 41, 42, 43 44, 45, 46 6

Remaja merusak barang-barang yang ada dirumah

47, 48, 49

50, 51,

52 6

(9)

barang milik orang lain. 55 58 4. Permusuhan (Tindakan-tindakan yang menunjukkan permusuhan)

Remaja suka bertengkar 59, 60, 61

62, 63,

64 6

Remaja berlaku kejam terhadap orang lain

65, 66, 67

68, 69,

70 6

Remaja menaruh rasa dendam 71, 72, 73, 74 75, 76, 77 7 Jumlah 39 38 77

Tabel di atas menunjukkan kisi-kisi instrumen perilaku agresif siswa yang dibuat sebelum judgement dilakukan. Setelah uji coba, maka hasil kisi-kisi instrumen setelah judgement adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif Siswa (Setelah Judgement)

No. Aspek Indikator Item Jumlah

(-) 1. Keagresifan

Berkelahi dengan teman

sebaya 1, 2, 3, 4, 5, 6 6

Secara fisik menyerang

orang lain 7, 8, 9, 10, 11, 12 6

Berlaku kasar terhadap orang lain 13, 14, 15, 16, 17, 18 6 2. Melawan perintah Tidak mengikuti perintah/aturan 19, 20, 21, 22, 23, 24 6 Membangkang atas

perintah guru dan orang tua

25, 26, 27, 28, 29,

30 6

3. Merusak Membuat keonaran 31, 32, 33, 34, 35,

36 6 Merusak barang-barang pribadi 37, 38, 39, 40, 41, 42 6 Merusak barang-barang milik orang lain.

43, 44, 45, 46, 47,

48 6

(10)

54 Berlaku kejam terhadap

orang lain

55, 56, 57, 58, 59,

60 6

Menaruh rasa dendam 61, 62, 63, 64, 65,

66 6

Jumlah 66

3. Perumusan Butir Pernyataan Instrumen

Pernyataan instrumen mengacu pada kisi-kisi instrumen perilaku agresif. Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada instrumen perilaku agresif ditujukan untuk mengukur gejala keagresifan, melawan perintah, merusak, dan permusuhan. Pernyataan disesuaikan dengan tingkat berfikir responden, yaitu siswa kelas X SMK.

Setiap pernyataan disertai dengan alternatif respon yang disusun menggunakan rating scale. Lima alternatif respon instrumen perilaku agresif siswa yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS)

Adapun kriteria alternatif respon instrument perilaku agresif adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Alternatif Respon Instrumen

Alternatif Respon Deskripsi

SS Siswa merasa bahwa pernyataan sangat sesuai dengan gambaran dirinya.

S Siswa merasa bahwa pernyataan sesuai dengan gambaran dirinya.

KS Siswa merasa bahwa pernyataan kurang sesuai dengan gambaran dirinya.

TS Siswa merasa bahwa pernyataan tidak sesuai dengan gambaran dirinya.

STS Siswa merasa bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan gambaran dirinya.

(11)

4. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen perilaku agresif disusun melalui beberapa tahap uji kelayakan, yaitu penimbangan instrumen oleh pakar dan praktisi, uji keterbacaan, uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.

a. Penimbangan Instrumen oleh Pakar dan Praktisi

Instrumen yang telah dibuat, terlebih dahulu diuji kelayakannya oleh para pakar. Uji kelayakan tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari sisi bahasa, konstruk dan isi. Pertimbangan dilakukan oleh tiga ahli bimbingan dan konseling yaitu tiga dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi.,M.Pd., Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd.

Pertimbangan dilakukan untuk mendapatkan angket yang sesuai dengan penelitian dan untuk mengetahui memadai atau tidaknya pernyataan dalam instrumen dengan menilai dari sisi bahasa, konstruk dan isi. Pernyataan yang dinilai M (memadai) bisa langsung digunakan namun pada pernyataan yang TM (tidak memadai) perlu diubah dari segi bahasa, konstruk maupun isi atau dibuang sesuai dengan pertimbangan para ahli.

Berdasarkan hasil uji kelayakan instrumen, dari total keseluruhan butir pernyataan yang berjumlah 77, setelah divalidasi oleh para ahli maka ada beberapa butir pernyataan yang harus diubah sisi bahasanya, diganti, dan dihilangkan maka tinggal berjumlah 66.

b. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan instrumen dilakukan kepada peserta didik kelas XI SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 yang tidak dijadikan anggota sampel penelitian sebanyak tiga orang peserta didik. Tujuan uji keterbacaan instrumen yaitu untuk mengukur sejauh mana peserta didik memahami isi dari instrumen yang digunakan. Setelah melakukan uji keterbacaan, kemudian pernyataan-pernyataan

(12)

yang tidak dipahami oleh peserta didik direvisi tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut agar dapat dimengerti oleh peserta didik.

c. Uji Validitas Instrumen

Arikunto (2010: 168) memaparkan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalam cakupan yang ingin diukur dalam suatu perangkat instrumen.

Suatu instumen dapat dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012:121).

Pengujian validitas data menggunakan rumus Spearman Brown. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan dari 66 butir pernyataam dari angket perilaku agresif siswa 66 butir pernyataan dinyatakan valid. Indeks validitas instrumen bergerak diantara 0,099 – 0,507 pada p < 0.05. (hasil penghitungan validitas pada lampiran halaman 19).

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku AgresifSiswa Kelas X SMKN 3 Cimahi

Kesimpulan Nomor Pernyataan Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,2 5,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45, 46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,63,64,65,66

66

Tidak Valid 0

Hasil perhitungan terhadap 66 butir soal untuk instrumen perilaku agresif, tidak diperoleh item yang tidak valid, sehingga total item yang valid 66 item. Item-item yang valid dijadikan instrumen dengan nomor-nomor yang disusun secara berurutan.

d. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Sukardi (2008: 127), reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang

(13)

tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.

Menurut Arikunto (2010: 196) untuk uji reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Keterangan:

r 11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal ∑Si = Jumlah varians butir St = Varians total

(Arikunto, 2010: 196) Titik tolak ukur koefisien reliabilitas yang digunakan adalah pedoman interpretasi koefisien korelasi yang disajikan pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi (Sugiyono, 2012: 257)

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2007, diperoleh hasil sebagai berikut.

(

) (

(14)

Tabel 3.8

Tingkat Reliabilitas Instrumen Perilaku Agresif Siswa

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.952 66

Berdasarkan tabel 3.9 didapatkan koefisien Cronbach's Alpha adalah 0,952

yang berada pada tingkat reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

disimpulkan bahwa instrumen perilaku agresifr dapat digunakan dengan baik dan

dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai perilaku agresif siswa SMK.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipilih untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner. Arikunto (2010:194), menjelaskan “angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.”

Riduwan (2002:26), mengemukakan “tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pernyataan.” Tujuan penyebaran angket dalam penenlitian ini adalah untuk mengungkap profil perilaku agresif siswa kelas X SMK.

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup. Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).”

(15)

Dalam mengumpulkan data, angket yang disebarkan kepada responden berbentuk pernyataan-pernyataan mengenai perilaku agresif siswa yang terdiri dari keagresifan, melawan perintah, merusak, dan permusuhan. Angket yang berisi 66 pernyataan (sebelum uji coba) disebarkan untuk mencari tingkat validitas dan reliabilitas. Setelah didapatkan hasil validitas dan reliabilitas, angket yang berisi 66 pernyataan (setelah uji coba) disebarkan dalam tahap penelitian pretest dan posttest.

F. Analisis Data

Data yang diungkap melalui instrument perilaku agresif yang telah disebarkan adalah profil perilaku agresif siswa kelas X SMK. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data tersebut adalah sebagai berikut.

1. Verifikasi Data

Verifikasi data yang dimaksud adalah pemeriksaan kelengkapan jumlah instrumen yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah instrumen yang telah disebarkan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan identitas peserta didik yang dijadikan subjek penelitian, yaitu nama lengkap, nomor absen, dan kelas.

2. Skoring

Langkah selanjutnya adalah penskoran data hasil penelitian. Setiap pernyataan disertai dengan alternatif respon yang disusun menggunakan rating scale. Lima alternatif respon instrumen perilaku agresif siswa yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penskoran dilakukan dengan mengacu pada pedoman penyekoran sebagai berikut.

Tabel 3.9

Pola Skor Pilihan Alternatif Respon

Pernyataan Skor Pilihan Alternatif Respon

SS S KS TS STS

(16)

3. Pengelompokkan dan Penafsiran Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil perilaku agresif siswa kelas X SMK. Data hasil penelitian yang diperoleh dari angket yang telah disebarkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui makna skor yang dicapai peserta didik dalam pendistribusian responnya terhadap instrument apakah prilaku agresifnya sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Untuk mengetahui tingkat perilaku agresif siswa dilihat dari skor matang, skor tersebut diperoleh dengan membagi nilai rata-rata jumlah skor actual dengan skor ideal, kemudian dikalikan 100. Adapun penghitungan skor matang dan skor ideal, sebagai berikut.

(Rahmat dan Solehuddin, 2006: 61)

Keterangan:

K = Jumlah Soal

N maks= Nilai maksimal jawaban pada setiap item pertanyaan

Selanjutnya, untuk menentukan kategori Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), Sangat Rendah (SR), menggunakan nilai skala pengukuran terbesar yaitu 5 dan skala pengukuran terkecil adalah 1. Skor maksimal idealnya adalah 100, skor minimal idealnya 20, rentang skor 80, banyak kelasnya 5, dan panjang kelasnya 16.

Berdasarkan perhitungan tersebut maka pengkategorian skor matang perilaku agresif siswa SMK seperti dalam tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Kriteria Skor Matang Perilaku Agresif

KATEGORI KRITERIA Rendah sekali 20-36

(17)

Rendah 37-52

Sedang 53-68

Tinggi 69-84

tinggi sekali 85-100 G. Pengembangan dan Pelaksanaan Program 1. Pengembangan Program

Dalam rangka menghasilkan program konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa yang layak dilaksanakan, maka disusun tahapan kegiatan sebagai berikut.

a. Tahap pemotretan tentang need assesment siswa terhadap layanan konseling kelompok diungkap melalui angket perilaku agresif yang disebarkan kepada seluruh siswa. (Angket dapat dilihat pada lampiran di halaman 27 )

b. Tahap pengkajian hasil need assesment yang diperoleh dari hasil angket dan sosiometri untuk dijadikan bahan masukan pengembangan program, pemilihan konseli, dan pemilihan konselor sebaya. (Perhitungan statistik dan hasil sosiometri dapat dilihat pada lampiran di halaman 32 )

c. Tahap pengembangan program konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa. Berdasarkan kajian terhadap data hasil angket disertai analisis terhadap konsep konseling kelompok teman sebaya dan teori mengenai perilaku agresif, maka dikembangkan sebuah program konseling kelompok teman sebaya.

d. Tahap judgement program. Untuk mengkaji kelayakan sebuah program adalah dilakukan judgement program kepada pakar atau ahli bimbingan dan konseling di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia yaitu bapak Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. dan Nandang Budiman, S.Pd.,M.Si.. Judgement program juga dilakukan kepada praktisi bimbingan dan konseling di sekolah yaitu ibu Tri Windarwati S.Pd yang merupakan guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 3 Cimahi. Judgement atau validasi program tersebut bertujuan untuk memperoleh rumusan program konseling kelompok teman sebaya yang layak untuk dilaksanakan terhadap

(18)

kelompok eksperimen di sekolah baik dari sisi bahasa, isi maupun konstruk. Dengan demikian diperoleh saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan program, sehingga tersusunlah program konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa. (Hasil dan kesimpulan dari masukan pakar dan praktisi bimbingan dan konseling dapat dilihat pada lampiran di halaman 86 )

e. Uji coba lapangan. Kegiatan uji coba yang berbentuk penelitian pra-eksperimen (one group pre test-post test) melibatkan siswa yang menjadi konselor sebaya yaitu siswa yang popular dan skor rata-rata agresifnya tidak tinggi yaitu dalam rentang 20-68 dan melibatkan sampel penelitian dengan skor rata-rata perilaku agresif tinggi yaitu dalam rentang 69-84. Pelatihan calon konselor sebaya dilakukan selama 4 minggu dengan 10 materi pertemuan pada bulan April-Mei dan intervensi terhadap konseli dilakukan selama 3 minggu yaitu pada bulan Mei-Juni.

f. Analisis dan revisi program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program konseling kelompok teman sebaya dalam upaya mereduksi perilaku agresif siswa. Revisi program dilakukan atas hasil analisis pada uji coba yaitu dampak dan reaksi siswa selama proses konseling kelompok, sehingga terwujud program akhir konseling kelompok teman sebaya yang mampu mereduksi perilaku agresif siswa. (Hasil Program dapat dilihat pada lampiran di halaman 86 )

2. Pelaksanaan Program

Untuk pelaksanaan program tersebut adalah sebagaimana standar konseling kelompok seperti yang dikemukakan oleh Gladding dalam Rusmana (2009: 86-97), ada empat langkah utama yang harus ditempuh dalam melaksanakan konseling kelompok, yakni; (1) langkah awal (beginning a group); (2) langkah transisi (the transition stage in a group); (3) langkah kerja (the working stage in a group); dan (4) langkah terminasi (termination of a group). Empat langkah tersebut selaras dengan

(19)

langkah-langkah dinamika kelompok dari Tuckman, yakni forming, storming, norming, performing, dan adjourning.

1. Tahap pertama adalah langkah awal (beginning a group). Menurut Gladding dalam Rusmana (2009: 86) langkah awal konseling (beginning) paralel dengan langkah pembentukan kelompok (forming) dari Tuckman. Pembentukan kelompok terdiri dari perincian organisasional yang harus ditunjukkan sebelum kelompok dimulai yaitu merumuskan tujuan, pemilihan anggota, dan pemilihan calon konselor sebaya. Pada tahap pertama ini pula calon konselor sebaya dibina atau dilatih oleh konselor agar dapat memberikan layanan sesuai harapan konselor. Untuk pemilihan calon konselor sebaya ini maka dilakukan penyebaran sosiometri kepada seluruh populasi untuk mengetahui siapakah siswa yang dianggap mampu untuk menjadi pemimpin. Calon konselor sebaya yang dipilih ialah siswa yang dipilih berdasarkan hasil sosiometrinya tinggi, hasil angket perilaku agresifnya rendah. Setelah didapat siswa-siswa yang menjadi bakal calon konselor sebaya tersebut, maka nama-nama bakal calon konselor sebaya tersebut diajukan kepada konselor sebaya untuk didiskusikan lebih lanjut terutama mengenai kriteria kualitas kondisi humanistik calon konselor sebaya seperti yang disarankan oleh Tindall dan Gray (1985: 74) yaitu seperti karakteristik hangat, memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan, dapat diterima orang lain, toleran terhadap perbedaan system nilai, dan energik. Setelah terpilih calon konselor sebaya dari bakal calon konselor sebaya maka selanjutnya konselor sebaya dilatih dengan delapan keterampilan dasar dalam konseling sebaya menurut Tindall dan Gray yaitu Attending (member perhatian), emphatizing (melakukan empati), summarizing (merangkum), questioning (bertanya), genuineness (keaslian), assertiveness (asertif), confrontation (konfrontasi), dan problem solving (pemecahan masalah). Dalam setiap akhir pemberian materi pelatihan tersebut, calon konselor sebaya dievaluasi oleh peneliti yaitu dengan mempersilahkan calon konselor sebaya mempraktekkan atau mensimulasikan kecakapan yang

(20)

telah dilatihkan tersebut secara bergantian kepada calon konselor sebaya lainnya. Selain itu juga calon konselor sebaya diberi soal evaluasi untuk mereka isi. Setelah seluruh materi pelatihan tersebut diberikan kepada calon konselor sebaya maka selanjutnya calon konselor sebaya diangkat menjadi konselor sebaya. Selanjutnya konselor sebaya diberi pembekalan atau pemantapan mengenai materi yang akan mereka berikan kepada konseli sebayanya.

2. Tahap kedua adalah tahap transisi (transition stage). Tahap ini adalah periode kedua pasca pembentukan kelompok dan merupakan tahap awal sebelum memasuki tahap kerja. Masa transisi ditandai dengan adanya tahapan forming dan norming. Dalam tahap transisi ini adalah masa terjadinya konflik dalam kelompok. Konflik dalam kelompok terjadi karena adanya kekhawatiran anggota kelompok dalam memasuki proses konseling (Rusmana, 2009: 90). Pada tahap kedua ini dilakukan kontrak perilaku terhadap konseli, pembagian kelompok, dan konselor sebaya mulai diperkenalkan kepada konseli sebagai rekan sebaya yang akan membimbing dan juga membantu konseli.

3. Tahap ketiga adalah tahap kerja (performing stage). Perhatian utama dalam tahapan kerja adalah produktivitas kinerja. Masing-masing anggota kelompok terfokus pada peningkatan kualitas kinerja untuk mencapai tujuan individu dan kelompok (Rusmana, 2009: 96). Pada tahap kerja ini adalah tahap inti yaitu tahap pemberian materi oleh konselor sebaya terhadap konseli. Tujuan tahap ini adalah penciptaan harapan-harapan positif bagi anggota kelompok individu yang mengharapkan keberhasilan, lebih mungkin untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Pada bagian ini anggota kelompok mangkaji secara lebih spesifik upaya-upaya yang mereka lakukan. Mereka mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku mereka yang ditargetkan untuk berubah, mengimplementasikan teknik-teknik perubahan yang penting, dan mengukur tingkat kesuksesan mereka.

4. Tahap keempat adalah tahap terminasi (termination stage). Tahap terminasi adalah tahap yang tidak kalah pentingnya dengan tahap pembentukan kelompok. Pembubaran kelompok biasanya dipengaruhi oleh perpaduan kondisi emosi dan

(21)

perampungan tugas-tugas kelompok. Inilah saatnya ketika perilaku anggota kelompok berubah. Secara umum konseling kelompok akan berakhir ketika kelompok telah merampungkan misi-misinya (Rusmana, 2009: 100).

Keseluruhan intervensi dalam program ini dalam pelaksanaannya mencakup keempat tahapan dalam konseling kelompok. Dari keempat tahapan tersebut diaplikasikan dalam 8 sesi. Untuk lebih jelasnya gambaran setiap sesi intervensi konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa sekolah menengah kejuruan adalah sebagai berikut:

Sesi 1

Dalam sesi ini ialah pelatihan konselor sebaya terhadap calon konselor teman sebaya. Tujuan dalam pelatihan ini adalah untuk melatih dan mengenalkan konselor sebaya tentang konsep serta keterampilan dasar dalam memberikan layanan bantuan yakni keterampilan seorang konselor sebaya. Dalam sesi ini konselor sebaya dilatih agar memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, keterampilan dasar mendengarkan secara aktif, mampu menunjukkan empati kepada teman yang mengalami kesulitan-kesulitan sosial atau emosional, serta memiliki keinginan untuk memberikan dukungan kepada temannya, dan sebelumnya diberikan materi mengenai apa itu konseling teman sebaya. Secara khususnya pelatihan konselor sebaya ini sesuai dengan delapan keterampilan dasar dalam konseling sebaya menurut Tindall dan Gray ialah Attending (member perhatian), emphatizing (melakukan empati), summarizing (merangkum), questioning (bertanya), genuineness (keaslian), assertiveness (asertif), confrontation (konfrontasi), dan problem solving (pemecahan masalah).

Sesi 2

Sesi ini peneliti memberikan konselor sebaya pembekalan materi yang akan konselor sebaya berikan kepada konseli. Pemahaman terhadap materi ini penting dimiliki oleh konselor sebaya untuk disampaikan kepada konseli sebaya mereka.

(22)

Dengan kata lain materi ini merupakan materi yang akan dilaksanakan oleh konselor sebaya terhadap konseli sebaya untuk mereduksi perilaku agresif mereka.

Sesi 3

Sesi ini bertujuan agar siswa memahami seputar perilaku agresif dan memiliki komitmen untuk turut serta dalam gerakan anti perilaku aresif yang ditandai dengan kesediaan untuk mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Apa itu Agresif” dan dalam pelaksanaannya menggunakan teknik diskusi dan kontrak perilaku. Pada sesi ini juga merupakan untuk pembentukan kelompok.

Sesi 4

Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku keagresifannya. Dalam sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Akibat Perilaku Agresif” dan “Pengalaman Berlaku Kasar” layanan ini menggunakan media video dan kertas kosong dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling

Sesi 5

Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku melawan perintah. Pada sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Apakah Saya Suka Melawan Perintah” dan “Patuhilah Perintah” dengan menggunakan media lembaran kertas isian dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling. Sesi 6

Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku merusak. Pada sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Hasil Dari Membuat Keonaran” dan “Rapi Itu Nyaman” dengan menggunakan media video dan kertas kosong dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling

Sesi 7

Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku permusuhan. Dalam sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Akibat Permusuhan” dan “Saya Benci” dengan menggunakan media video dan potongan berita dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling

(23)

Sesi 8

Sebagai sesi penutup, kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik dari anggota kelompok mengenai keseluruhan intervensi konseling yang telah mereka jalani. Dan pada sesi ini pula dilaksanakan pembubaran kelompok.

Gambar

Tabel 3.1  Populasi Penelitian  No  KELAS  JUMLAH   1.  X Busana 1  23  2.  X Busana 2  24  3
Tabel  di  atas  menunjukkan  kisi-kisi  instrumen  perilaku  agresif  siswa  yang  dibuat sebelum judgement dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Bila ketersediaan komputer terbatas atau tidak memungkinkan dibawa ke kelas, alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan Lab TIK sebagai kelas untuk mengajar sehingga team

Masukan sel rata kanan : Jika data lebih panjang dari panjang sel maka lebihnya akan mengisi sel disebelah kirinya yang kosong, jika sel sebelah kiri terisi maka data akan

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

Sedangkan untuk kantor cabang yang ada di Purwokerto dan Lampung, mereka hanya sebagai tempat perekrutan saja dan tidak memiliki penampungan tersendiri, sehingga calon TKI

Hal itu akan memberi kesempatan kepada setiap Ahmadi bangkit menjadi pengawas masjid itu, agar setiap orang yang datang ke sini, siapapun orang yang mencarinya, maka setiap

4.2 Semua calon akan diberikan borang permohonan manual KRK001 bagi tujuan pengisian pilihan sekolah, calon akan mengisi pilihan aliran yang dipohon dan perlu

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahannya adalah, otomotif di dunia mengalami penurunan, di Indonesia pun sempat mengalami

Dengan demikian perencanaan jangka panjang adalah perencanaan 20 Tahun (5 periode jabatan), perencanaan jangka menengah adalah perencanaan 4 (empat) Tahun,