• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PERGERAKAN WANITA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGADAAN PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PERGERAKAN WANITA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGADAAN PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

POLA PERGERAKAN WANITA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGADAAN PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI

DI KOTA SEMARANG Mudjiastuti Handajani

Dosen Program Magister Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Jl. Hayam Wuruk No. 5, Semarang

Telp : 081390959909 Email : hmudjiastuti@yahoo.co.id

Ratna Hidayati

Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro

Jl. Hayam Wuruk No. 5, Semarang Telp/Fax : (024) 8311802 Email : hidayatiratna@yahoo.com

Abstract

Man and woman have the roles of socioeconomic with a different responsibility. The diversity of role and function among them gives the woman’s trip have different roles than man would do. Both man and woman have requirement disparities in performing a trip and requirement toward transportation infrastructures and utilities. The purpose of this research is identifying and analyzing the socioeconomic condition with the pattern of woman’s trip (respondent) in Semarang and analyzing the transportation infrastructure and utilities in Semarang which capable to more accommodates their need. Sampling method is a random sampling, it is a randomly selection method over a population. Besides, to analyze data using cross-tabs and chi square test is beneficial to recognize the characteristic pattern of woman’s trip those existing at Semarang. From that analysis method is obtained the characteristic pattern of woman’s trip is influenced by their socioeconomic condition, for example : age, education level, occupation, family income, and marital status. The completeness of public facility with transportation infrastructure and utilities in a sub-district and it location from downtown is also effecting the pattern of woman movement. The condition of transportation infrastructures and utilities which exist currently are still ill-conditioned and inadequate, so that it requires a planned improvement and development by paying attention toward the occurred trip pattern. As a suggestion from the research is the existing of a facility supplying to accommodate a short-haul movement upon local service scale, such as: specific line for motorcycle, sidewalk, etc., And also the suitable infrastructures and utilities compliance to be used and it comply with these transportation is needed by female, the equipping and services of public transport that able to accommodate the typical characteristic of woman’s trip. The existing of follow-up research is really expected in order to complete the research, so that it can be an input for the related parties about the equipping of transportation infrastructures and utilities in the future.

Keywords : woman, socioeconomic, characteristic, pattern, trip

1. LATAR BELAKANG

Dalam melakukan perjalanan, orang mempertimbangkan faktor: maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya dan tingkat kenyamanan (Warpani, 1981). Pola perjalanan terbentuk adanya aktivitas yang dilakukan di luar tempat tinggal (Tamin, 2000). Tujuan pergerakan berbasis rumah : ke tempat kerja, sekolah, belanja, kepentingan sosial, dan rekreasi, (Tamin, 1997). Tujuan pergerakan bekerja dan pendidikan disebut tujuan pergerakan utama. Berdasarkan waktu, pergerakan dibedakan dalam jam sibuk dan tidak sibuk. Berdasarkan jenis orang, dibedakan : tingkat pendapatan, pemilihan kendaraan, dan ukuran struktur rumah tangga (Tamin, 1997). Faktor peubah penentu bangkitan pergerakan dari lingkungan perumahan adalah : pendapatan, kepemilikan kendaraan, struktur rumah tangga, ukuran rumah tangga, nilai lahan, kepadatan daerah pemukiman, aksesibilitas. Fluktuasi pergerakan adalah distribusi perjalanan dalam waktu. Karakteristik perjalanan merupakan fungsi dari pola guna lahan kota, karakteristik sosial ekonomi pelaku perjalanan, sifat dan kemampuan sistem perangkutan yang ada (Bruton, 1985).

Pemilihan moda didasarkan pada perbandingan karakteristik operasional moda transportasi yang tersedia. Orang yang hanya mempunyai satu pilihan moda saja disebut dengan captive, sedangkan yang mempunyai banyak pilihan moda disebut choice. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan moda adalah kenyamanan dan keselamatan.

Faktor pemilihan moda dipengaruhi oleh pengguna jalan (kepemilikan kendaraan, SIM, struktur rumah tangga, pendapatan), pergerakan (tujuan, waktu, jarak), fasilitas

(2)

2

(waktu perjalanan, biaya, ketersediaan ruang dan parkir), Tamin (1997). Prasarana moda transportasi darat adalah jalan raya. Sarana transportasi darat : angkutan penumpang dan angkutan barang.

Penduduk Kota Semarang (2006), sebesar 1.434.025 jiwa, dengan laju pertumbuhan 1,02% pertahun. Luas wilayah sebesar 373,67 km2, dengan kepadatan penduduk 3.838 jiwa/km2. Jumlah penduduk pria 711.204 jiwa dan wanita 721.750 jiwa (BPS, 2006). Menurut Hamilton (2002), karakteristik pergerakan wanita : jarak tempuh lebih pendek, bervariasi, menggunakan angkutan umum atau berjalan kaki, dilakukan pada off-peak hour.

Sampai sekarang ini perencanaan transportasi yang memperhatikan kebutuhan wanita kurang informasi yang bersifat kuantitatif dan kontekstual tentang kebutuhan pergerakan wanita, sehingga perlu penelitian awal tentang karekteristik pergerakan wanita. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pola pergerakan wanita dalam kaitannya dengan prasarana dan sarana transportasi di Kota Semarang.

2. INDIKATOR TRANSPORTASI UNTUK WANITA

Pergerakan wanita membutuhkan prasarana dan sarana transportasi khusus dan diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan wanita.

Indikator transportasi untuk wanita diantaranya adalah :

1) Keamanan (safety). Jika tidak aman, seorang wanita enggan untuk melakukan pergerakan. Prasarana seperti halte, jembatan penyeberangan yang ada premannya atau copet akan membuat wanita enggan memakai fasilitas tersebut.

2) Kenyamanan (comfortable). Seorang wanita akan mengutamakan kenyamanan jika naik angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Kendaraan umum yang tidak berdesakan, tidak ngebut, sejuk, bersih akan sangat disukai oleh wanita.

3) Keadaan lain yang membuat wanita memakai fasilitas prasarana dan sarana transportasi, terang atau tidaknya suatu fasilitas transportasi, yang mudah dipakai (lantai angkot/bus yang tidak terlalu tinggi, tempat duduk angkot yang tidak terlalu pendek, angkutan yang bebas dari rokok, dll)

Sedangkan indikator transportasi yang dibutuhkan wanita dilihat dari moda :

1) Angkutan umum (angkutan kota, bus, ojek, dll) harus aman, nyaman dan murah. 2) Kendaraan pribadi, sepeda motor, mobil pribadi ataupun jalan kaki/sepeda

Penelitian di Indonesia yang pernah dilakukan berkenaan dengan karakteristik pola pergerakan penduduk, Yuniati, Vera (2002), dengan judul Identifikasi Perbedaan Pola Pergerakan Wanita dan Pria Berumahtangga. Studi kasus : Kecamatan Margacinta, Kota Bandung. Penelitian tersebut berisi perbedaan kondisi antara wanita dan pria, baik dari segi fisik biologis, maupun psikologisnya.

3. KARAKTERISTIK POLA PERGERAKAN WANITA

Menurut Semarang Dalam Angka 2006, fluktuasi jumlah penduduk Kota Semarang, terutama di tiga kecamatan yang diteliti mempunyai komposisi wanita yang lebih banyak. Maka perlu mengetahui karakteristik pola pergerakan yang dilakukan oleh wanita, agar dapat menemukenali prasarana dan sarana transportasi seperti apa yang dibutuhkan oleh wanita, agar kebutuhannya dapat lebih terakomodasi dengan baik.

(3)

3

Gambar 3.1 Fluktuasi Jumlah Penduduk Semarang Tengah, Candisari dan Mijen

Candisari penduduknya terbanyak, kemudian Semarang Tengah dan paling sedikit Mijen. Semarang Tengah luasnya paling kecil, kepadatan penduduk paling besar (12.581 orang/km2), letaknya di pusat kota. Mijen terluas, kepadatan terendah (< 1000 orang/km2). Mijen daerah pertanian dan kawasan industri.

Tabel 3.1. Prosentase Mayoritas Usia dan Tujuan Pergerakan

Tabel 3.2 Prosentase Mayoritas Usia Berdasarkan Tujuan Pergerakan Utama

Kecamatan Usia (thn) Tujuan Pergerakan Utama % Usia (thn) Tidak Jawab (%) Bekerja (%) Kuliah/ Sekolah (%) Belanja, Antar anak (%) Lain nya (%) Candisari 40-50 belanja, mengantar anak 7.6 20-25 0.9 8.7 6.1 2.4 0.5 Mijen 30-40 belanja, mengantar anak 9.7 25-30 0.5 10.4 0.5 8.7 0.2 Smg Tengah 30-40 Bekerja 7.3 30-40 1.9 13.5 0.0 22.7 0.7

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009 40-50 3.1 5.9 0.0 12.8 0.5

Tabel 3.3 Usia dan Tujuan Pergerakan Tabel 3.4 Usia dan Waktu Pergerakan Utama Kecamatan Usia (thn) Wkt Pergerakan Utama % Usia (thn) Wkt Pergerakan Utama Candisari 30-40 (06.00-10.00) 11.80 Tidak Jawab (%) Pagi (%) Siang (%) Sore (%) Malam (%) Mijen 30-40 (06.00-10.00) 9.70 20-25 0.7 14.9 0.7 1.9 0.5 Smg Tengah 30-40 (06.00-10.00) 11.10 25-30 0.5 17.7 0.7 0.9 0.5 Keterangan : Pagi = 06.00 – 10.00 Siang = 10.00 – 12.00 30-40 1.9 32.6 3.3 0.7 0.2 Sore = 14.00 – 18.00 Malam = 18.00 – 22.00 40-50 2.8 16.8 1.9 0.5 0.2

Tabel 3.5. Usia dan Moda Pergerakan Tabel 3.6 Usia Berdasarkan Moda Pergerakan Utama Kecamatan Usia (thn) Moda pergerakan Utama % Usia (thn)

Moda Pergerakan Utama (%)

Candisari 30-40 SM/MP 5.20 Tidak Jawab Jalan kaki, Sepeda SM/ MP Angkota, Bus Becak, Ojek Mijen 30-40 SM/MP 5.40 20-25 0.5 3.1 10.9 3.8 0.5 Smg Tengah 30-40 SM/MP 8.30 25-30 0.2 5.4 9.5 4.5 0.7

Keterangan : SM = Sepeda Motor 30-40 1.7 7.8 18.9 9.9 0.5

MP = Mobil Penumpang 40-50 2.1 6.9 7.3 5.7 0.2

(4)

4

Ada hubungan antara usia dengan tujuan pergerakan utama (Tabel 3.1 dan 3.2). Candisari dan Mijen pergerakannya belanja/mengantar anak, di Semarang Tengah bekerja. Bekerja usia 20-25 tahun (8,7%), usia 25-30 tahun (10,4%). Belanja/mengantar anak usia 30-40 tahun (22,7%), usia 40-50 tahun (12,8%). Usia mempengaruhi tujuan pergerakan, lokasi, profesi, (Tabel 3.3 dan 3.4). Pergerakan pagi hari (06.00-10.00). Di Candisari dan Semarang Tengah pergerakan pada malam hari (18.00-22.00) 0,7%. Waktu pergerakan pagi usia 20-25 tahun (14,9%), usia 25-30 tahun (17,7%), usia 30-40 tahun (32,6%), usia 40-50 tahun (16,8%). Pengguna becak/ojek di Mijen (0,7%), Semarang Tengah (1,2%). Usia 20-25 tahun moda pergerakannya sepeda motor/ mobil pribadi (10,9%), berusia 25-30 tahun (9,5%), usia 30-40 tahun (18,9%), usia 40-50 tahun (7,3%), (Tabel 3.5 dan 3.6). Usia 20-30 tahun, moda pergerakannya sepeda motor/mobil pribadi tapi sebagian menggunakan moda sepeda/jalan kaki (8,5%) dan usia 30-50 tahun moda pergerakannya sepeda motor/mobil pribadi, sebagian angkota/bus (15,6%). Disamping usia, faktor geografis mempengaruhi penggunaan moda. Pada Candisari jalannya naik turun tidak ada penggunaan moda becak/ojek, sedangkan di Semarang Tengah dan Candisari ditemukan penggunaan becak/ojek. Ada hubungan antara usia dengan lama waktu pergerakan utama (Tabel 3.7 dan 3.8).

Tabel 3.7 Usia dan Lama Waktu Pergerakan

Tabel 3.8 Usia Berdasarkan Lama Waktu Pergerakan Utama Kecamatan Usia (thn) Lama Pergerakan (menit) % Usia

(thn) Lama Pergerakan (menit)

Candisari 40-50 < 15 6.40 Tidak Jawab < 15 15-30 30-60 > 60 Mijen 30-40 15-30 5.70 20-25 0.5% 10.2% 4.7% 2.1% 1.2% Smg Tengah 30-40 15-30 5.90 25-30 0.2% 8.0% 7.6% 3.3% 1.2% 30-40 1.9% 11.6% 17.0% 6.1% 2.1%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009 40-50 2.8% 9.9% 4.5% 3.1% 1.9% Tabel 3.9 Prosentase Mayoritas Usia

dan Pergerakan Temporal

Tabel 3.10 Prosentase Mayoritas Usia Berdasarkan Pergerakan Temporal Kecamatan Usia (thn) Pergerakan Temporal % Usia (thn) Pergerakan Temporal (%)

Candisari 30-40 belanja 5.40 Tidak

Jawab Belan ja Rekre asi Salon Berkunjung Ke Saudara Lain nya Mijen 30-40 berkunjung ke saudara 5.90 20-25 3.8 10.4 2.1 0.5 1.2 0.7 Smg Tengah 30-40 belanja 6.60 25-30 3.5 7.6 2.1 1.2 5.0 0.9 30-40 5.7 15.8 5.0 0.2 9.9 2.1

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009 40-50 6.1 8.0 1.2 0.2 4.3 2.4 Waktu pergerakan wanita Mijen dan Semarang Tengah adalah 15-30 menit. Mijen jarak pergerakannya relatif lebih jauh dan pergerakan di Semarang Tengah transportasi macet. Sedangkan di Candisari lama waktu pergerakannya < 15 menit, jarak lebih pendek. Usia 20-25 tahun lama waktu pergerakannya adalah < 15 menit (10,2%), usia 25-30 tahun < 15 menit (8,0%), usia 30-40 tahun 15-30 menit (17,0%), dan usia 40-50 tahun < 15 menit (9,9%). Wanita berumur 30-40 tahun kegiatannya lebih banyak, waktu pergerakan lebih lama. Usia 20-30 dan 40-50 tahun lama waktu pergerakan < 15 menit, usia 30-40

(5)

5

tahun 15-30 menit. Selain usia, jarak pergerakan, letak dan tujuan mempengaruhi waktu pergerakan. Ada hubungan antara usia dengan pergerakan temporal (Tabel 3.9 dan 3.10).

Wanita Candisari dan Semarang Tengah pergerakan temporalnya belanja, letaknya di pusat kota dan banyak pusat perbelanjaan/mall. Sedangkan di Mijen pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara, jaraknya jauh dari pusat kota dan ikatan kekeluargaannya masih kuat. Usia 20-25 tahun pergerakan temporalnya adalah belanja (10,4%), usia 25-30 tahun (7,6%), usia 30-40 tahun (15,8%), dan usia 40-50 tahun (8,0%). Candisari dan Mijen tujuan pergerakan wanitanya adalah belanja/mengantar anak, profesinya sebagai ibu rumah tangga. Semarang Tengah pergerakannya adalah bekerja (profesinya sebagai wanita karir). Hal ini menunjukkan bahwa wanita menyukai pergerakan belanja, selain karena kebutuhan juga sebagai sarana hiburan.

Tabel 3.11 Tingkat Pendidikan dan Tujuan Pergerakan

Tabel 3.12 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tujuan Pergerakan

Kecamatan Tingkat Pendidikan Tujuan pergerakan % Tingkat Pendidik an Tujuan Pergerakan Utama (%)

Candisari SMU belanja/

antar anak 9.20 Tidak Jawab Beker ja Kuliah/ Sekolah Belanja, antar Anak Lain nya Mijen Lainnya (SD,SMP) belanja/ antar anak 9.50 Tidak Jawab 0.0 0.0 0.2 0.7 0.0

Smg Tengah S1 bekerja 8.50 SMU 1.7 18.0 5.9 19.6 1.2

D3 0.2 3.5 0.0 2.6 0.0

S1 0.5 13.0 0.2 4.0 0.0

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009 Lainnya 4.0 4.0 0.2 19.6 0.7 Wanita berpendidikan SMU tujuan pergerakannya adalah belanja/mengantar anak (19,6%), berpendidikan akademi, bekerja (3,5%), berpendidikan sarjana, bekerja (13,0%), SD,SMP belanja/mengantar anak (19,6%). Tingkat pendidikan mempengaruhi tujuan pergerakan wanita, profesi seseorang juga mempengaruhi tujuan pergerakan. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tujuan pergerakan (Tabel 3.11 dan 3.12).

Tabel 3.13 Tingkat Pendidikan dan Pergerakan Temporal

Tabel 3.14 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Pergerakan Temporal

Kecamatan Pendi dikan Pergerakan Temporal % Tingkat Pendidikan Pergerakan Temporal (%)

Candisari SMU belanja 9

Tidak Jawab Bela nja Rekre asi Salon Ke Saudara Lain nya Mijen Lain nya (SD, SMP) belanja 5.20 Tidak Jawab 0.5 0.2 0.0 0.0 0.2 0.0 berkunjung ke saudara 5.20 SMU 7.3 21.5 5.7* 0.5 8.3 3.1 Smg

Tengah SMU belanja 9.70 D3 0.9 1.9 0.7 0.0 1.4 1.4

Sarjana 1.4 10.6 2.6 1.2 1.2 0.7

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009 Lainnya 9.0 7.6 1.4 0.2 9.2 1.2 Wanita pendidikan SMU pergerakan temporalnya belanja (21,5%), akademi, belanja (1,9%), sarjana, belanja (10,6%), dan pendidikan SD, SMP pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara (9,2%). Selain tingkat pendidikan, lokasi terhadap pusat kota mempengaruhi tujuan pergerakan. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pergerakan temporal (Tabel 3.13 dan 3.14). Candisari dan Mijen wanita pekerjaannya ibu

(6)

6

rumah tangga dan pegawai swasta di Semarang Tengah waktu pergerakannya pagi (06.00-10.00). Pekerjaan PNS/ABRI waktu pergerakan pagi (5,9%), pegawai swasta waktu pergerakannya pagi (19,4%), wiraswasta waktu pergerakannya pagi (12,5%), ibu rumah tangga waktu pergerakannya pagi (36,6%), wanita pekerjaannya lainnya (dosen, baby sitter, dll) waktu pergerakannya pagi (6,9%). Wanita melakukan pergerakan pada pagi hari (06.00-10.00). Sebagian wanita juga melakukan pergerakan pada siang hari (10.00-14.00) yaitu ibu rumah tangga (3,1%) dan wiraswasta (1,7%). Sedangkan yang berprofesi lain juga mengadakan pergerakan di waktu lain tetapi prosentasenya dibawah 1%. Ada hubungan antara pekerjaan dengan waktu pergerakan (Tabel 3.15 dan 3.16). Tabel 3.15 Pekerjaan dan Waktu Pergerakan Tabel 3.16 Pekerjaan Berdasarkan Waktu

Pergerakan

Kecamatan Pekerjaan Waktu

Pergerakan %

Pekerjaan

Waktu Pergerakan (%)

Candisari Ibu rumah

tangga Pagi 17.30

Tidak

Jawab Pagi Siang Sore Malam

Mijen Ibu rumah

tangga Pagi 12.10

Tidak

jawab 0.5 0.7 0.2 0.0 0.2

Smg Tengah Pegawai

swasta Pagi 7.60 PNS/ABRI 0.0 5.9 0.7 0.0 0.0

Keterangan : Pagi = 06.00 – 10.00 Siang = 10.00 – 12.00 Pegawai Swasta 0.0 19.4 0.7 0.9 0.5 Sore = 14.00 – 18.00 Malam = 18.00 – 22.00 Wiraswasta 0.2 12.5 1.7 0.5 0.2 Ibu Rumah Tangga 4.7 36.6 3.1 0.9 0.5

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009 Lainnya 0.5 6.9 0.0 1.7 0.2 Tabel 3.17 Prosentase Mayoritas Pekerjaan dan Lokasi Tujuan Pergerakan

Kecamatan Pekerjaan Lokasi Tujuan Pergerakan %

Candisari Ibu rumah tangga Candisari 10.40%

Mijen Ibu rumah tangga Mijen 10.40%

Semarang Tengah Ibu rumah tangga Semarang Tengah 7.10%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Tabel 3.18 Mayoritas Pekerjaan Berdasarkan Lokasi Tujuan Pergerakan Pekerjaan

Lokasi Tujuan Pergerakan Tidak jawab Smg Tgh Smg Barat Smg Utara Lain nya Mijen Candi sari Smg Sltn Smg Timur Boja Gng pati Tidak jawab 0.5% 0.5% 0.5% 0.0% 0.0% 0.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% PNS/ABRI 0.0% 3.5% 0.5% 0.5% 0.0% 0.0% 0.7% 0.9% 0.5% 0.0% 0.0% Peg swasta 0.0% 8.0% 2.6% 2.4% 0.5% 1.9% 1.4% 3.5% 1.2% 0.0% 0.0% Wiraswasta 0.2% 6.1% 1.2% 0.9% 0.2% 1.7% 1.7% 2.8% 0.2% 0.0% 0.0% Ibu RT 4.7% 9.5% 3.5% 1.9% 0.2% 10.4% 10.4% 4.5% 0.2% 0.5% 0.0% Lainnya 0.2% 5.0% 0.5% 0.5% 0.0% 0.5% 0.7% 1.7% 0.0% 0.0% 0.2%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Wanita sebagai ibu rumah tangga, lokasi tujuan pergerakan di dalam kecamatannya. Wanita Candisari (10,4%), Mijen (10,4%), dan wanita Semarang Tengah (7,10%). Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan wanita skala local, hanya berada di dalam kecamatannya (Tabel 3.17). Wanita pekerjaan ibu rumah tangga lokasi tujuan pergerakan hanya di kecamatannya sendiri, Mijen (10,4%) dan Candisari (10,4%). Sedangkan yang bekerja,

(7)

7

lokasi tujuan pergerakan ke Semarang Tengah yaitu PNS/ABRI (3,5%), pegawai swasta (8%), wiraswasta (6,1%), dan lainnya (5%) (Tabel 3.18). Wanita berprofesi sebagai ibu rumah tangga, melakukan pergerakan di kecamatannya sendiri. Wanita bekerja, lokasi tujuan pergerakannya adalah Semarang Tengah karena merupakan pusat kota dan pusat aktivitas ekonomi.

Pada Candisari dan Mijen, wanita pendapatan keluarganya Rp750 ribu–Rp1,25 juta kepemilikan kendaraannya sepeda motor. Sedangkan di Kecamatan Semarang Tengah wanita pendapatan keluarganya > Rp2,25 juta kepemilikan kendaraannya sepeda motor dan mobil (Tabel 3.19). Keluarga pendapatan Rp750 ribu–Rp2,25 juta mempunyai kendaraan sepeda motor. Terdiri dari Rp750 ribu–Rp1,25 juta sebesar 21,3%, Rp1,25 juta–Rp1,75 juta sebesar 14,7%, Rp1,75 juta–Rp2,25 juta sebesar 8,0%, Sedangkan keluarga berpendapatan > Rp2,25 juta mempunyai kendaraan sepeda motor dan mobil (7,1%). Mayoritas wanita berpendapatan (Rp750 ribu–Rp2,25 juta) mempunyai sepeda motor. Pendapatan keluargan tinggi (> Rp2,25 juta) mayoritas mempunyai kendaraan sepeda motor dan mobil (Tabel 3.20). Disamping memang mampu untuk membeli dan merupakan suatu kebutuhan, mobil juga bisa untuk menaikkan prestise keluarga tersebut.

Tabel 3.19 Prosentase Mayoritas Pendapatan Keluarga dan Kepemilikan Kendaraan

Kecamatan Pendapatan Keluarga Kepemilikan Kendaraan %

Candisari Rp750 ribu-Rp1,25 jt sepeda motor 8.70%

Mijen Rp750 ribu-Rp1,25 jt sepeda motor 10.20%

Semarang Tengah > Rp2,25 jt sepeda motor dan mobil 6.60%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009 .

Tabel 3.20 Pendapatan Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan

Pendapatan Keluarga

Kepemilikan Kendaraan Tidak

jawab Sepeda

Sepeda

Motor Mobil Lainnya

Sepeda+ Mobil Sepeda Motor+ Mobil Sepeda +Sepeda Motor+ Mobil Tidak jawab 7.6% 0.2% 10.9% 0.5% 0.0% 0.0% 1.4% 0.0% Rp750 ribu-Rp1,25 jt 9.5% 0.9% 21.3% 0.0% 0.7% 0.2% 0.5% 0.0% Rp1,25 jt-Rp1,75 jt 0.9% 0.5% 14.7% 0.0% 1.4% 0.0% 0.7% 0.0% Rp1,75 jt-Rp2,25 jt 0.0% 0.2% 8.0% 0.5% 0.5% 0.0% 1.9% 0.2% > Rp2,25 jt 0.0% 0.0% 6.9% 1.7% 0.2% 0.0% 7.1% 0.9%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Wanita Candisari pendapatan keluarganya Rp750 ribu–Rp 1,25 juta menggunakan sepeda atau jalan kaki. Wanita Mijen pendapatan keluarganya Rp750 ribu–Rp 1,25 juta menggunakan sepeda motor/mobil pribadi dan angkota/bus dengan prosentase yang sama. Sedangkan di Semarang Tengah pendapatan keluarganya > Rp 2,25 juta menggunakan moda sepeda motor/ mobil pribadi (Tabel 3.21.). Wanita pendapatan keluarganya Rp1,25 juta – > Rp 2,25 juta menggunakan sepeda motor/mobil pribadi. Terdiri dari Rp1,25 juta– Rp1,75 juta sebesar 8,3%, Rp1,75 juta–Rp2,25 juta sebesar 6,4%, > Rp2,25 juta sebesar 12,3%, Sedangkan pendapatan keluarga Rp750 ribu–Rp2,25 juta jalan kaki/sepeda (12,5%). Wanita pendapatan rendah (Rp750 ribu–Rp1,25 juta) menggunakan sepeda/jalan kaki, kendaraan sepeda motornya digunakan anggota keluarga lainnya/menghemat. Wanita pendapatan tinggi (Rp1,25 juta– > Rp2,25 juta) menggunakan sepeda motor/mobil pribadi (Tabel 3.22), lebih efisien, praktis dan kepemilikan kendaraan lebih dari satu.

(8)

8

Tabel 3.21 Pendapatan Keluarga dan Moda Pergerakan Berdasarkan Kecamatan

Kecamatan Pendapatan Keluarga Moda Pergerakan %

Candisari Rp750 ribu-Rp1,25 jt jalan kaki/sepeda 7.80%

Mijen Rp750 ribu-Rp1,25 jt sepeda motor/mobil pribadi 4.50%

Rp750 ribu-Rp1,25 jt angkota/bus 4.50%

Semarang Tengah > Rp2,25 jt sepeda motor/mobil pribadi 8.50%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Tabel 3.22 Pendapatan Keluarga Berdasarkan Moda Pergerakan

Pendapatan Keluarga

Moda Pergerakan Utama Tidak Menjawab Jalan Kaki, Sepeda Sepeda Motor/ Mobil Pribadi Angkota, Bus Becak, Ojek Tidak jawab 0.2% 2.8% 12.1% 5.0% 0.5% Rp750 ribu-Rp1,25 jt 2.6% 12.5% 7.6% 9.7% 0.7% Rp1,25 jt-Rp1,75 jt 1.4% 4.0% 8.3% 4.0% 0.5% Rp1,75 jt-Rp2,25 jt 0.2% 0.9% 6.4% 3.8% 0.0% > Rp2,25 jt 0.0% 2.8% 12.3% 1.4% 0.2%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Pendapatan keluarga Rp750 ribu–Rp1,25 juta tidak mengeluarkan biaya pergerakan, mereka menggunakan sepeda atau jalan kaki dalam melakukan pergerakan. Wanita Mijen pendapatan Rp750 ribu–Rp 1,25 juta mengeluarkan biaya pergerakan > Rp4500, ada sebagian menggunakan angkutan umum/bus. Di Semarang Tengah wanita pendapatan > Rp2,25 juta mengeluarkan biaya > Rp4500 (Tabel 3.23).

Wanita pendapatan Rp750 ribu–Rp1,25 juta tidak mengeluarkan biaya untuk pergerakan. Terdiri dari Rp750 ribu–Rp2,25 juta sebanyak 14,9%, Rp1,25 juta–Rp1,75 juta 5,4%. Sedang berpendapatan keluarga Rp1,75 juta–Rp2,25 juta biaya pergerakannya adalah Rp3000-Rp4500 (3,5%). Wanita yang berpenghasilan keluarga > Rp2,25 juta mengeluarkan biaya pergerakan > Rp 4500 (6,1%) (Tabel 3.24).

Wanita pendapatan keluarganya Rp1,25 juta– Rp1,75 juta pergerakan temporalnya belanja. Wanita Mijen pendapatan keluarganya Rp750 ribu–Rp1,25 juta pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara. Hal ini dikarenakan di Mijen masih tebilang pedesaan, ikatan kekeluargaannya masih kuat. Sedangkan di Semarang Tengah wanita pendapatan keluarganya > Rp2,25 juta pergerakan temporalnya belanja, karena dekat dengan pusat perbelanjaan/mall (Tabel 3.25). Pendapatan keluarga mempengaruhi biaya pergerakan wanita.

Tabel 3.23 Prosentase Mayoritas Pendapatan Keluarga dan Biaya Pergerakan

Kecamatan Pendapatan Keluarga Biaya Pergerakan %

Candisari Rp750 ribu-Rp1,25 jt tidak mengeluarkan biaya 6.90%

Mijen Rp750 ribu-Rp1,25 jt > Rp4500 3.10%

Semarang Tengah > Rp2,25 jt > Rp 4500 4.70%

(9)

9

Tabel 3.24 Pendapatan Keluarga Berdasarkan Biaya Pergerakan Pendapatan Keluarga

Biaya Pergerakan Utama Tidak Menjawab < Rp 1500 Rp 1500-3000 Rp 3000-4500 > Rp 4500 Tidak jawab 3.8% 2.8% 4.7% 4.3% 5.0% Rp750 ribu-Rp1,25 jt 14.9% 2.6% 5.7% 4.3% 5.7% Rp1,25 jt-Rp1,75 jt 5.4% 1.9% 5.2% 3.8% 1.9% Rp1,75 jt-Rp2,25 jt 1.4% 1.2% 2.8% 3.5% 2.4% > Rp2,25 jt 2.6% 2.4% 2.6% 3.1% 6.1%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Tabel 3.25 Pendapatan Keluarga dan Pergerakan Temporal

Kecamatan Pendapatan Keluarga Pergerakan Temporaral %

Candisari Rp1,25 jt-Rp1,75 jt shopping/belanja 5.40%

Mijen Rp750 ribu-Rp1,25 jt berkunjung ke saudara 6.10%

Semarang Tengah > Rp2,25 jt shopping/belanja 4.30%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Wanita pendapatan keluarganya Rp1,25 juta->Rp2,25 juta pergerakan temporalnya belanja. Terdiri dari Rp1,25 juta–Rp1,75 juta sebanyak 10,4%, Rp1,75 juta–Rp 2,25 juta sebanyak 5,9%, > Rp2,25 juta sebanyak 5,2%. Sedangkan wanita yang pendapatan keluarganya Rp750 ribu–Rp1,25 juta pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara (11,1%). Wanita berpendapatan rendah (Rp750ribu–Rp1,25 juta) pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara, disamping untuk menyambung silaturahmi juga hemat. Wanita pendapatan keluarganya tinggi (Rp1,25juta–>Rp2,25juta) pergerakan temporalnya belanja, ini terkait terhadap pusat kota, belanja sebagai refreshing juga. (Tabel 3.26).

Tabel 3.26 Pendapatan Keluarga Berdasarkan Pergerakan Temporal

Pendapatan Keluarga

Pergerakan Temporal Tidak

Menjawab

Shopping/

Belanja Rekreasi Salon

Berkunjung Ke Saudara Lainnya Tidak jawab 3.5% 11.3% 1.7% .9% 1.7% 1.4% Rp750 ribu-Rp1,25 jt 8.5% 9.0% 1.7% .2% 11.1% 2.6% Rp1,25 jt-Rp1,75 jt 3.1% 10.4% 0.9% .0% 3.3% 0.5% Rp1,75 jt-Rp2,25 jt 1.4% 5.9% 1.7% .2% 1.9% 0.2% > Rp2,25 jt 2.6% 5.2% 4.5% .7% 2.4% 1.4%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Wanita menikah mempunyai kendaraan sepeda motor (52,2%). Wanita belum menikah mempunyai kendaraan sepeda motor (10,6%). Wanita menikah mempunyai sepeda motor dan sebagian besar lainnya punya sepeda motor dan mobil (9,7%), punya sepeda, sepeda motor, mobil (1,2%). Wanita menikah kehidupannya lebih mapan, suami menunjang kehidupannya. Sedangkan wanita belum/tidak menikah kendaraannya sepeda motor, beberapa mempunyai kendaraan lainnya dengan prosentase kecil. Jadi status pernikahan mempengaruhi pergerakan kepemilikan kendaraan wanita (Tabel 3.27 dan. Tabel 3.28).

(10)

10

Tabel 3.27 Status Pernikahan dan Kepemilikan Kendaraan

Kecamatan Status Pernikahan Kepemilikan Kendaraan %

Candisari Menikah sepeda motor 23.20%

Mijen Menikah sepeda motor 16.10%

Semarang Tengah Menikah sepeda motor 11.80%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Di Candisari dan Mijen wanita menikah tujuan pergerakannya belanja/mengantar anak, terkait dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan di Semarang Tengah wanita menikah tujuan pergerakannya bekerja (Tabel 3.29).

Tabel 3.28 Status Pernikahan Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan

Status Pernikahan

Kepemilikan Kendaraan Tidak

jawab Sepeda

Sepeda

Motor Mobil Lainnya

Sepeda+ Mobil Sepeda Motor+ Mobil Sepeda +Sepeda Motor+ Mobil Menikah 10.6% 0.9% 51.1% 2.1% 2.4% 0.2% 9.7% 1.2% Belum/tidak menikah 7.3% 0.9% 10.6% 0.5% 0.5% 0.0% 1.9% 0.0%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Tabel 3.29 Status Pernikahan dan Tujuan Pergerakan

Kecamatan Status Pernikahan Tujuan Pergerakan %

Candisari Menikah belanja/mengantar anak 19.40%

Mijen Menikah belanja/mengantar anak 15.40%

Semarang Tengah Menikah bekerja 13.00%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Wanita menikah pergerakannya belanja/mengantar anak (45,2%), belum menikah pergerakannya bekerja (12,5%). Status pernikahan mempengaruhi tujuan pergerakan wanita. Wanita menikah tujuan pergerakannya adalah belanja/mengantar anak karena profesinya sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan wanita yang belum/tidak menikah tujuan pergerakannya bekerja karena profesinya sebagai wanita karir (Tabel 3.30). Di Candisari dan Semarang Tengah wanita menikah pergerakan temporalnya belanja. Di Mijen wanita menikah pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara. Wanita menikah pergerakan temporalnya adalah belanja (28,8%), pergerakan temporal berkunjung ke saudara (19,1%). Wanita belum/tidak menikah pergerakan temporalnya belanja (13,0%) dan sebagian rekreasi (1,7%) (Tabel 3.32). Wanita menikah melakukan pergerakan temporal belanja lebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melakukan kunjungan ke saudara untuk mempererat silaturahmi. Wanita belum menikah melakukan belanja hanya untuk sekadar jalan-jalan dan refreshing.

(11)

11

Tabel 3.30 Prosentase Mayoritas Status Pernikahan Berdasarkan Tujuan Pergerakan Status Pernikahan Tujuan Pergerakan Tidak Menjawab Bekerja Kuliah / Sekolah Belanja, Mengantar Anak Lainnya Menikah 5.7% 26.0% 0.2% 45.2% 1.2% Belum/tidak menikah 0.7% 12.5% 6.4% 1.4% 0.7%

Sumber: hasil Olahan Data, 2009

Tabel 3.31 Status Pernikahan dan Pergerakan Temporal

Kecamatan Status Pernikahan Pergerakan Temporal %

Candisari Menikah shopping/belanja 11.30%

Mijen Menikah berkunjung ke saudara 8.70%

Semarang Tengah Menikah shopping/belanja 11.10%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

Tabel 3.32 Status Pernikahan Berdasarkan Pergerakan Temporal

Status Pernikahan

Pergerakan Temporal Tidak

jawab

Shopping/

Belanja Rekreasi Salon

Berkunjung

Ke Saudara Lainnya

Menikah 15.4% 28.8% 8.7% .9% 19.1% 5.0%

Belum/tidak menikah 3.8% 13.0% 1.7% .9% 1.4% 1.2%

Sumber: Hasil Olahan Data, 2009

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil analisis, pengamatan dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik pola pergerakan wanita, dipengaruhi keadaan sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, status pernikahan) juga dipengaruhi letak tempat tinggal terhadap pusat kota.

2. Usia mempengaruhi pergerakan wanita. Semakin tua, semakin sedikit waktu untuk pergerakan. Pada wanita yang berusia 40-50 tahun waktu yang diperlukan < 15 menit dan wanita relatif muda (20-30 tahun) 15-30 menit, terkait dengan profesinya. 3. Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan mempengaruhi tujuan pergerakan. Semakin tinggi pendidikan cenderung bekerja dan lokasi tujuan pergerakannya ke pusat kota. Sedang yang berpendidikan rendah cenderung untuk menjadi ibu rumah tangga dan mengadakan pergerakan di dalam kecamatannya sendiri (lokal).

4. Pendapatan keluarga mempengaruhi kepemilikan kendaraan dan moda yang digunakan untuk melakukan pergerakan

 Semakin tinggi pendapatan keluarga semakin banyak kendaraan yang dimiliki, sebaliknya untuk keluarga berpendapatan rendah.

 Semakin tinggi pendapatan keluarga moda yang digunakan adalah kendaraan pribadi, angkutan umum menjadi pilihan wanita berpendapatan keluarga rendah.

(12)

12

 Semakin tinggi pendapatan keluarga semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pergerakan.

5. Letak tempat tinggal mempengaruhi pergerakan yang dilakukan. Yang bertempat tinggal jauh dari pusat kota jarak rata-rata pergerakannya 1-3 km, sedangkan yang bertempat tinggal dekat dengan pusat kota < 1 km.

6. Pada kondisi eksisting, pola pergerakan wanita belum tersentuh oleh perencanaan transportasi di kota semarang pada khususnya dan indonesia pada umumnya

Saran

1. Penyediaan fasilitas untuk mengakomodasi pergerakan jarak pendek pada skala layanan lokal seperti : jalur khusus sepeda motor, trotoar, zebra cross, jembatan penyeberangan, dll.

2. Penyediaan prasarana dan sarana yang layak untuk dipakai dan memenuhi indikator transportasi yang dibutuhkan wanita, seperti aman, nyaman, dll.

3. Penyediaan dan pelayanan angkutan umum harus mampu mengakomodasi karakteristik khas pergerakan wanita, rute harus menjangkau kawasan perumahan dan lokasi-lokasi yang umumnya menjadi tujuan pergerakan wanita, misal pasar, sekolah, dll.

4. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang dapat menyempurnakan penelitian ini sehingga dapat dijadikan masukan bagi pihak yang terkait untuk penyediaan prasarana dan sarana transportasi di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, Kerry, 2002, Gender and Transport in Developed Countries, Transport Studies, University of East London, UK.

Kamarwan, S. S, 1997, Sistem Transportasi, Gunadarma, Jakarta.

Richardson, A. J, 1982, Transport Survey Methods, Department of Civil Engineering Monash University.

Sugiarto, dkk, 2003, Teknik Sampling, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Tamin, O. Z, 1997, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Uli, H. D, 1999, Analisis Ability to Pay dan Willingness to Pay Tarif Angkutan Kota (Studi Kasus : Kotamadya Medan), Tesis Magister, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Warpani, Suwardjoko, 1981, Perencanaan Transport, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Warpani, Suwardjoko, 1988, Rekayasa Lalu Lintas, Bhatara, Jakarta.

Warpani, Suwardjoko, 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Yuniati, Vera, 2002, Identifikasi Perbedaan Pola Pergerakan Wanita dan Pria Berumahtangga (studi kasus; Kecamatan Margacinta), Tesis Magister, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Gambar

Gambar 3.1 Fluktuasi Jumlah Penduduk Semarang Tengah, Candisari dan Mijen
Tabel 3.7  Usia dan Lama Waktu  Pergerakan
Tabel 3.11 Tingkat Pendidikan dan   Tujuan Pergerakan
Tabel 3.15 Pekerjaan dan  Waktu Pergerakan   Tabel 3.16 Pekerjaan Berdasarkan Waktu  Pergerakan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Makanan fungsional adalah makanan yang memiliki tiga fungsi yaitu fungsi primer, artinya makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

Pelaporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Buleleng menjadi menarik untuk dikaji karena selama tahun 2007-2011, LKPD Kabupaten Buleleng tidak pernah

isen-isen. Pembatikan tradisional biasanya dilakukan dengan menggunakan canting tulis atau cap, dan merupakan batik sogan. Warna dasar putih dan dikombinasikan dengan

Hasil penelitian diperoleh rata-rata volume urin pada kelompok perlakuan yang diberi jus buah semangka menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna dengan kelompok yang diberi

[r]

2 Sumber : Buku Pegangan 2fi)6 : Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, hal.. pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

Dalam proses pelestarian desa Hilinawalo Mazino sebagai desa wisata, pembangunan yang dilakukan tentunya sangat mendukung semua aspek yang ada berdasarkan pengamatan

Dalam teknik ini perawat melakukan peran dan fungsinya untuk mendengarkan masalah yang dialami pasien baik pikirannya, perasaannya atau idenya, semua yang