BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pemasaran
Pengertian tentang pemasaran akan diuraikan sehubungan dengan tujuan
dari kegiatan pemasaran, yaitu untuk memuaskan serta memenuhi kebutuhan
manusia akan barang dan jasa. Aktifitas pemasaran sering diartikan sebagai aktifitas
menawarkan dan menjual barang kepada konsumen, tetapi bila dilihat lebih jauh
maka pemasaran tidak sekedar menawarkan dan menjual barang saja.
Definisi pemasaran menurut Kotler (2002:9) :
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalam individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan menurut William J. Stanton, Michael J. Etzel, dan Bruce J.
Walker (Saladin, 2003:2), yaitu :
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk mendistribusikan barang – barang yang dapat
memuaskan keinginan dan mencapai sasaran serta tujuan organisasi.
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
menekankan kebutuhan, keinginan, dan kepuasan konsumen. Jadi pemasaran
merupakan aktifitas yang berorientasi pada konsumen, kebutuhan dan keinginan
manusia dengan menyelidiki apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen,
kemudian menyediakan dan menyampaikan kepada mereka dan memuaskan
kebutuhan konsumen atau pelanggan. Dalam menjalankan aktifitas tersebut
diperlukan suatu proses analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Disinilah pentingnya manajemen pemasaran.
Pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler (2002:9), yaitu :
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang
dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran –
sasaran individu organisasi.
Sedangkan menurut Boyd, Walker, Larréche (2000:18), yaitu :
Manajemen pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan program – program yang
mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi, dan distribusi
dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan
memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan dan melaksanakan
pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran produk, jasa dan gagasan
untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu organisasi dan
mencapai tujuan perusahaan.
2.2
Pengertian Bauran Pemasaran dan Bauran Pemasaran Jasa
Suatu perusahaan dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen
sasaran dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dengan melaksanakan kegiatan
– kegiatan pemasaran yang dikenal dengan sebutan bauran pemasaran.
Menurut Kotler (2002:18) :
Bauran Pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di
pasar sasaran.
Sedangkan menurut Lamb, Hair, Mcdanield (2001:55), yaitu :
Bauran pemasaran adalah paduan strategi produk, distribusi, promosi
dan penetapan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk
menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang
dituju.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpilkan bahwa bauran pemasaran
adalah seperangkat alat pemasaran atau paduan dari strategi produk, distribusi,
untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan pertukaran yang
memuaskan dengan pasar yang dituju.
Kotler (2002:17), mengemukakan bahwa bauran pemasaran dapat
diklasifikasikan menjadi 4P (Product, Price, Place, Promotion). Sedangkan menurut
Yazid (2001:20) bauran jasa dalam produk jasa perlu ditambah menjadi 3P,
sehingga bauran pemasaran jasa menjadi 7P (Product, Price, Place, Promotion,
People, Physical Evidence and Process). Adapun pengertian dari masing – masing
bauran pemasaran diatas adalah :
1. Product
Produk merupakan penawaran berwujud dan tidak berwujud perusahaan
kepada pasar, yang mencakup antara lain : kualitas, rancangan, bentuk,
merek, dan kemasan produk.
2. Price
Harga adalah sejumlah uang yang pelanggan bayar untuk produk tertentu.
3. Place
Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk agar dapat
diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran.
4. Promotion
Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan
produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.
5. People
Adalah semua pelaku yang turut ambil bagian dalam penyajian jasa dan
dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembelian. Yang termasuk dalam
elemen ini adalah personal perusahaan dan konsumen.
6. Phisycal Evidence
Bukti jasa mencakup semua hal yang berwujud berkenaan dengan suatu
jasa seperti : brosur, kartu bisnis, format laporan dan peralatan.
7. Process
Yaitu semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktifitas dengan mana
jasa yang disampaikan yang merupakan sistem penyajian atas operasi jasa.
2.3
Ruang Lingkup Pemasaran Jasa
Produk mencakup segala sesuatu yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan. Tidak terbatas pada sesuatu yang dilihat, dipegang atau
dicium, tetapi bahkan sesuatu yang hanya dapat dirasakan mamfaatnya tanpa
terlihat bentuk fisik dari produk tersebut. Hal ini akan menuntun kita pada konsep
jasa.
Kotler (2002:486) mengemukakan jasa sebagai berikut :
Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh
satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan
atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik.
Sedangkan menurut Stanton (1991:220) :
Jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifiksikan secara tersendiri yang
pada hakekatnya bersifat tidak teraba (intangible), yang merupakan
pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus terikat pada penjualan
produk/jasa lain. Untuk menghasilkan jasa mungkin perlu/mungkin pula
tidak diperlukan penggunaan benda nyata (tangible). Akan tetapi,
sekalipun penggunaan benda itu perlu, namun tidak adanya
pemindahan hak milik atas benda tersebut (pemilikan permanen).
Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud yang tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun secara fisik, serta dapat terikat atau tidak pada penjualan produk / jasa lain
yang diarahkan untuk kepuasan konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka.
2.3.1 Karateristik jasa
Produk jasa memiliki karateristik yang berbeda dengan barang (produk fisik).
Kotler (2002:488) mengemukakan ada empat karateristik jasa yang sangat
berpengaruh pada perancangan suatu program pemasaran dan pengambilan
keputusan terutama dalam upaya meningkatkan kualitasnya. Keempat karateristik
jasa tersebut adalah :
1. Tidak Berwujud (intangibility)
Tidak seperti halnya produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,
didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli.
2. Tidak Dapat Dipisahkan (inseparability)
Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika
seseorang memberikan pelayanan maka penyedianya merupakan bagian
dari jasa itu. Karena klien juga hadir pada saat itu dilakukan, interaksi
penyedia klien merupakan ciri khusus pemasaran jasa. Baik penyedia
maupun klien mempengaruhi hasil jasa.
3. Keragaman (variability)
Karena bergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana
jasa itu diberikan, jasa juga sangant bervariasi.
4. Daya Tahan (perishability)
Jasa tidak bisa disimpan. Sifat jasa mudah lenyap (perishability). Tidak
menjadi masalah bila permintaan tetap.
2.3.2 Klasifikasi Jasa
Penawaran perusahaan terhadap pasar biasanya meliputi juga beberapa
jasa. Komponen jasa dapat merupakan bagian yang sedikit atau utama dari seluruh
perusahaan mereka sebenarnya. Penawaran dapat berkisar dari murni barang pada
satu sisi dan murni jasa pada sisi lainnya.
Menurut Kotler (2000:429) jasa dapat dikelompokan menjadi lima kategori :
1. Barang yang sepenuhnya berwujud (a pure tangible good)
Penawaran hanya berupa barang berwujud. Tidak dapat jasa yang
mendampingi produk tersebut, misal sabun, pasta gigi, garam.
2. Barang berwujud dengan jasa tambahan (a tangible good with accompanying
services)
Penawaran berupa barang berwujud yang diikuti oleh satu atau beberapa
jasa untuk meningkatkan daya tarik konsumen, misalnya : produsen mobil,
tidak hanya menjual sebuah mobil tetapi juga menyediakan pelayanan
seperti ruangan pameran, pengiriman, perbaikan, pemeliharaan, petunjuk
penggunaan, nasehat, pemasangan, pemenuhan jaminan dan sebagainya.
3. Golongan antara barang berwujud dan jasa (a hybrid)
Produk yang ditawarkan terdiri dari dua bagian yang sama antara barang
berwujud dengan jasa, misalnya : restoran yang didukung baik makanan dan
jasa pelayanan yang mereka butuhkan.
4. Jasa utama dengan disertai oleh barang dan jasa tambahan (a mayor service
with accompanying minor goods and service aging)
Penawaran terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan dan atau barang
pelengkap, misalnya : penumpang pesawat terbang membeli jasa
transportasi, mereka sampai ke tempat tujuan tanpa suatu hal yang berwujud
dan memperlihatkan pengeluaran mereka. Namun perjalanan ini meliputi
barang yang berwujud seperti makanan dan minuman, potongan tiket,
majalah dan sebagainya.
5. Jasa murni (a pure service)
Disini penawaran yang diberikan hanya terdiri dari sebuah jasa, misalnya :
biro jasa, biro hukum, dokter dan sebagainya. Pengelompokan jasa
konsumen ini sangat relatif bagi seseorang, jasa merupakan convenient ,
tetapi bagi orang lain dapat merupakan jasa special/shopping.
2.3.3 Strategi Pemasaran untuk Perusahaan Jasa
Bisnis
jasa
sangat
kompleks,
karena
banyak
elemen
yang
mempengaruhinya, seperti sistem internal organisasi, lingkungan fisik, kontak
personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar dari mulut – ke – mulut, dan
sebagainya. Gronross menjelaskan pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan
pemasaran eksternal, tetapi juga pemasaran internal dan pemasaran interaktif.
(Tjiptono, 2002:144). Pentingnya aspek – aspek ini dapat terlihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Tiga Jenis Pemasaran dalam Dunia Jasa
PEMEGANG SAHAM (PEMILIK)
PEMASARAN INTERNAL PEMASARAN EKSTERNAL
KARYAWAN
PEMASARAN INTERAKTIF PELANGGAN
Sumber : Gronross dalam Kotler (1994) dikutip oleh Tjiptono (2002:144)