• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA ANAK DI PUSKESMAS GAMPENGREJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA ANAK DI PUSKESMAS GAMPENGREJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO KEJADIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA ANAK DI PUSKESMAS GAMPENGREJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2009-2013

Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) masih tinggi terutama di daerah beriklim tropis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor resiko vektor, hospes, dan lingkungan. Indonesia yang beriklim tropis melaporkan di tahun 2012, terdapat sebanyak 37,27 kasus per 100.000 populasi. Angka insiden DBD di Jawa timur <53 kasus/ 100.000 populasi, dengan case fatality rate (CFR) masih tinggi > 1%. Kasus DBD paling banyak menyerang pada anak usia di bawah 14 tahun, dengan angka kematian bisa mencapai 90%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor resiko DBD pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri.

Metode penelitian adalah crosssectional analytic, dengan data sekunder diambil dari rekam medis di Puskesmas Gampengrejo selama tahun 2009-2013, sampel diambil dari data rekam medis anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo. Pengolahan data menggunakan SPSS 21 dengan melihat prevalensi dengan frekuensi dan menganalisa hubungan faktor resiko dengan chi-square test.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 92 kejadian DBD yang dirujuk di rumah sakit. Dengan prevalensi kasus DBD anak usia 0-14 sebesar 89 anak (96,7%). Kasus terdiagnosis DBD sebesar 81 anak 91,01% dan tersangka DBD sebanyak 8 anak 8,9 %. Dengan CFR sebesar 1,1 %. Faktor resiko kejadian DBD pada anak di Puskesmas Gampengrejo yang signifikan adalah usia dan kepadatan penduduk.

Kesimpulannya kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo tinggi hal ini berhubungan dengan faktor resiko usia dan kepadatan penduduk.

(2)

ii ABSTRACT

PREVALENCE AND RISK FACTORS OF DENGUE HEMORHAGIC FEVER (DHF) IN CHILDREN AT GAMPENGREJO PUBLIC HEALTH

CENTER KEDIRI IN 2009-2013

Incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still high, especially in the tropics. It is caused by several risk factors such as vectors, host, and environment. Indonesia has the tropical climate, report in 2012, there were as 37.27 cases per 100,000 population. Incidence of DHF in eastern Java <53 cases / 100,000 population, with a case fatality rate (CFR) is still high> 1%. Most attacking dengue cases in children aged under 14 years, the mortality rate can reach 90%. The purpose of this study was to determine the prevalence and risk factors for DHF in children aged 0-14 years in Public Health Center (PHC) of GampengrejoKediri.

The method is a cross-sectional analytic study, with secondary data retrieved from the medical records at the public health center during the years 2009-2013 , the samples were taken from the medical records of children aged 0-14 years in PHC Gampengrejo.

Data processing using SPSS 21 by looking at the frequency and prevalence of risk factors to analyze the relationship with the chi-square test. The results showed there were 92 DHF refer to the hospital. With the prevalence of dengue cases of children aged 0-14 of 89 children (96,7%). Diagnosed of DHF is 81 children (91,01%) and suspected DHF is 8 children (8,9%) With CFR of 1.1%. Risk factors of DHF in Gampengrejo PHC are age and population density.

In conclusion incidence of dengue in children aged 0-14 years in high Gampengrejo PHC this relates to risk factors of age and population density.

(3)

iii RINGKASAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang mengalami pertumbuhan paling cepat di dunia. Terdapat hampir 2,5 juta orang terinfeksi DBD di daerah endemik (WHO, 2009). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor resiko vektor, hospes, dan lingkungan. DBD merupakan penyakit infeksi yang kejadiannya tinggi di negara-negara tropik dan subtropik. Penyakit ini merupakan penyakit yang endemik di lebih 100 buah negara termasuk Afrika, Amerika, Mediterranean Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Lebih dari 1,8 juta (hampir 70 %) populasi di dunia memiliki faktor resiko terjangkit penyakit DBD. Indonesia yang beriklim tropis melaporkan di tahun 2012, terdapat sebanyak 37,27 kasus per 100.000 populasi. Angka insiden DBD di Jawa timur <53 kasus/ 100.000 populasi, dengan case fatality rate (CFR) masih tinggi > 1%. Kasus DBD paling banyak menyerang pada anak usia di bawah 14 tahun, dengan angka kematian bisa mencapai 90%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor resiko DBD pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri.

Terdapat empat serotipe virus DBD yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue. Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue yang berhubungan dengan tingginya angka kejadian DBD telah dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 1)vektor :perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain ; 2) pejamu/hospes :terdapat penderita dilingkunga keluarga, mobilisasi, usia, dan jenis kelamin ; 3) lingkungan :curah hujan, sanitasi, suhu, dan kepadatan penduduk. Penularan DBD terjadi ketika nyamuk terinfeksi virus pada saat menggigit manusia yang pada darahnya mengandung virus dengue (viremia). Kemudian virus tersebut menimbulkan gejala seperti demam, tanda-tanda pendarahan, hepatomegali, shock, dan gejala yang lain seperti nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang. Diagnosis penyakit DBD menggunakan kriteria diagnosis dari WHO dimana memenuhi kriteria sebagai berikut, demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari biasanya bifasik, terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena, trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ml), terdapat minimal satu tanda kebocoran plasma. Kemudian dari kriteria tersebut dikelompokkan menjadi empat derajat penyakit DBD. Tata laksana penyakit DBD berdasarkan derajat penyakitnya, terdapat terapi suportif seperti antipirertik, pemberian cairan intravena yang berfungsi untuk menggantikan kebocoran plasma.

Metode penelitian adalah crosssectional analytic, dengan data sekunder diambil dari rekam medis di Puskesmas Gampengrejo selama tahun 2009-2013, sampel diambil dari data rekam medis anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo. Pengolahan data menggunakan SPSS 21 dengan melihat prevalensi dengan frekuensi dan menganalisa hubungan faktor resiko dengan chi-square test

(4)

iv Hasil penelitian menunjukkan terdapat 92 kejadian DBD yang dirujuk di rumah sakit. Dengan prevalensi kasus DBD anak usia 0-14 sebesar 89 anak (96,7%). Kasus terdiagnosis DBD sebesar 81 anak 91,01% dan tersangka DBD sebanyak 8 anak 8,9 %. Dengan CFR sebesar 1,1 %. Angka kejadian DBD tahun 2013 memiliki prevalensi angka kejadian paling tinggi dibanding tahun yang lain sebesar 40,4% untuk kasus DBD pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo. Disusul dengan tahun 2010 (29,2%), 2012 (13,5%), 2011 (9%), 2009 (7,9%). Terdapat korelasi antara infeksi DBD dengan faktor resiko kelompok usia. Sehingga anak usia 5-14 tahun 4,7 kali lebih beresiko terserang DBD daripada anak usia 0-4 tahun. Pada kejadian DBD terdapat kecenderungan memiliki faktor resiko yang sama antara anak laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan jenis kelamin bukan merupakan faktor resiko dari kejadian demam berdarah pada anak usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri. Curah Hujan bukan merupakan faktor resiko dari kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri periode tahun 2009-2013. Antara bulan yang memiliki curah hujan tinggi di musim hujan dan bulan yang memiliki curah hujan rendah di musim kemarau sama-sama dapat terjadi kejadian DBD. Kepadatan penduduk merupakan faktor resiko kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri periode tahun 2009-2013. Desa dengan kepadatan tinggi memiliki kecenderungan lebih mudah menyebarkan penyakit DBD daripada desa dengan kepadatan penduduk rendah. Tempat rumah sakit rujukan adalah RSUD Gambiran menjadi tujuan rujukan paling tinggi karena RSUD Gambiran adalah rumah sakit pemerintah yang bisa menggunakan asuransi dan jaminan kesehatan.

Program pencegahan DBD perlu dilakukan terutama pada tempat-tempat yang banyak didatangi oleh anak-anak usia 5-14 tahun seperti sekolah, kemudain perlu dilakukan fogging di daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan dilakukan pada bulan-bulan di awal tahun.

(5)

v SUMMARY

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by a virus which is the fastest growing in the world. There are nearly 2.5 million people are infected with dengue in endemic areas. It is caused by several risk factors vectors, host, and environment. Dengue is an infectious disease of high incidence in the countries of the tropics and subtropics. This disease is a disease that is endemic in more than 100 of countries including Africa, Americas, Eastern Mediterranean, Southeast Asia, and the Western Pacific. More than 1.8 million (70%) of the population in the world have risk factors. Indonesia has tropical climate report in 2012, there were 37.27 cases per 100,000 population. Dengue incidence rates in eastern Java <53 cases / 100,000 population, with a case fatality rate (CFR) is still high> 1%. Most attacking dengue cases in children aged under 14 years, the mortality rate can reach 90%. The purpose of this study was to determine the prevalence and risk factors for DHF in children aged 0-14 years in PHC Gampengrejo Kediri.

There are four serotypes of dengue virus that DEN-1, DEN-2, DEN-3, and DEN-4, all of which can lead to dengue fever. Several factors are known to be associated with increased transmission of dengue virus associated with high incidence of dengue has been grouped into three major groups, 1) vector: vector breeding, biting, vector density in the environment, transportation of vectors from one place to another ; 2) host: families, mobilization, age, and sex; 3) environment: rainfall, sanitation, temperature, and density of population. Dengue transmission occurs when an infected mosquito bites a human virus at the time that the blood containing dengue virus (viremia). Then the virus cause symptoms such as fever, signs of bleeding, hepatomegaly, shock, and other symptoms such as muscle pain, anorexia, weakness, nausea, vomiting, abdominal pain, diarrhea or constipation, and seizures. The diagnosis of DHF using WHO criteria for the diagnosis of which meet the following criteria, fever or a history of acute fever between 2-7 days usually biphasic, there are at least one manifestation of bleeding following: petechiae, ecchymoses, or purpura; mucosal bleeding; hematemesis and melena, thrombocytopenia (platelet count <100,000 / ml), there is at least one sign of plasma leakage. Then of these criteria are grouped into four degrees of DHF. The management of DHF is based on the degree of the disease, there is a supportive therapy such as antihyretic, intravenous fluids to replace the plasma leakage.

The method is a cross-sectional analytic study, with secondary data retrieved from the medical records at the health center of Gampengrejo during the years 2009-2013, the samples were taken from the medical records of children aged 0-14 years in PHC Gampengrejo. Data processing using SPSS 21 by looking

(6)

vi at the frequency and prevalence of risk factors to analyze the relationship with the chi-square test

The results showed there were 92 DHF refer to the hospital. With the prevalence of dengue cases of children aged 0-14 of 89 children (96,7%). Diagnosed of DHF is 81 (91,01%) children and suspected DHF of 8 children ( 8,9% ). With CFR of 1.1%. The incidence of dengue in 2013 had the highest prevalence incidence than in the other years, there were 40.4% of cases of dengue fever in children aged 0-14 years in PHC Gampengrejo. Followed by the year 2010 (29.2%), 2012 (13.5%), 2011 (9%), 2009 (7.9%). There is a correlation between dengue infection and risk factors of age group. Children in 5-14 years 4.7 times more at risk of suffering DHF than children aged 0-4 years. On the incidence of DHF there is the same risk factors between boys and girls. The results of this study showed sex is not a risk factor for the incidence of DHF in children aged 0-14 years 2009-2013 in PHC Gampengrejo Kediri. Rainfall is not a risk factor for dengue incidence in children aged 0-14 years in the PHC Gampengrejo Kediri in 2009-2013. The months that have the high rainfall in the rainy season and the months that have low rainfall in the dry season have the equal incidence of DHF. Population density is the risk factor for dengue incidence in children aged 0-14 years in the PHC Gampengrejo Kediri in period 2009-2013. Villages with high density have a tendency easier to transmit the disease rather than the village with low population density.The most wanted referral hospitals is Gambiran because Gambiran are government hospitals can use the insurance. DHF prevention program needs to be done, especially in places that are much visited by children aged 5-14 years, such as schools, then it’s necessary to do the fogging programs in areas with high population density and performed in the months at the beginning of the year.

(7)

vii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya skripsi dengan judul Prevalensi dan Faktor Resiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Anak di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri Tahun 2009-2013 dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan penelitian ini, berbagai bantuan, petunjuk, serta saran dan masukan penulis dapatkan dari banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dewa Ayu Agus Sri Laksmi, M.Sc selaku dosen pembimbing. 2. dr. Putu Ayu Asri Damayanti, M.Kes selaku dosen penguji

3. drg. Muchoiyaroh selaku Kepala Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri

4. Orang tua, rekan-rekan mahasiswa, dan pihak-pihak yang turut mendukung baik secara moral maupun material, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan. Akhir kata, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan kesehatan secara luas.

Denpasar, 10 November 2014

(8)

viii DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI iii

ABSTRAK iv ABSTRACT v RINGKASAN vi SUMMARY viii KATA PENGANTAR x DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR SINGKATAN xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) 8

2.2 Etiologi dan Faktor Resiko DBD 8

2.3 Epidemiologi DBD 9 2.4 Patofisiologi DBD 10 2.5 Cara Penularan DBD 12 2.6 Manifestasi Klinis DBD 13 2.7 Diagnosis DBD 15 2.8 Manajemen DBD 16

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS 19

3.1 Kerangka Berpikir 19

(9)

ix

3.3 Hipotesis Penelitian 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 21

4.1 Metode Penelitian 21

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 21

4.3 Populasi Penelitian 21

4.4 Sampel dan Cara Pemilihan Sanpel 21

4.5 Jenis dan Sumber Data 22

4.6 Teknik Pengumpulan Data 22

4.7 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 22

4.8 Alur Penelitian 23

4.9 Definisi Operasional 23

4.10 Rencana Manajemen dan Analisis Data 24

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 26

5.1 Prevalensi DBD 26

5.2 Distribusi DBD Berdasarkan Tahun 27

5.3 Hubungan Kejadian DBD dengan Usia 27

5.4 Hubungan kejadian DBD dengan Jenis Kelamin 29 5.5 Hubungan Kejadian DBD dengan Curah Hujan 31 5.6 Hubungan Kejadian DBD dengan Kepadatan Penduduk 33 5.7 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Rumah Sakit Rujukan 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 36

6.1 Simpulan 38

6.2 Saran 39

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

x DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Tahun

Tabel 5.2 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Kelompok Usia Tabel 5.3 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.4 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Bulan

Tabel 5.5 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Curah Hujan Tabel 5.6 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Desa

Tabel 5.7 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Kepadatan Penduduk

Tabel 5.8 Distribusi Kejadian DBD berdasarkan Rumah Sakit Rujukan 27 28 30 32 32 34 35 37

(11)

xi BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang mengalami pertumbuhan paling cepat di dunia. Hospes alami DBD adalah manusia, agennya adalah virus dengue, terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia. (Aryu, 2010)

Selama 50 tahun terakhir insiden DBD naik hingga 30 kali dan semakin meluas ke daerah yang baru. Terdapat hampir 2,5 juta orang terinfeksi DBD di daerah endemik (WHO, 2009). DBD merupakan penyakit infeksi yang kejadiannya tinggi di negara-negara tropik dan subtropik. Penyakit ini merupakan penyakit yang endemik di lebih 100 buah negara termasuk Afrika, Amerika, Mediterranean Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Lebih dari 1,8 juta (hampir 70 %) populasi di dunia memiliki faktor resiko terjangkit penyakit DBD. WHO memperkirakan mungkin terdapat 50-100 juta kasus penyakit dengue di seluruh dunia setiap tahun, dengan 250.000-500.000 kasus adalah DBD dengan 24.000 kematian setiap tahun (Yong dkk., 2006).

Benua Asia yang sebagian besar negaranya memiliki iklim tropis-subtropis memiliki angka kejadian DBD yang cukup tinggi dibanding benua yang lain. Sejak tahun 2000 terdapat delapan negara yang memiliki angka persebaran

(12)

xii DBD tertinggi di Asia, negara tersebut adalah Bangladesh, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Thailand, Sri Lanka, Timur Leste. (WHO, 2009)

. Indonesia yang merupakan negara tropis terluas di Asia Tenggara memiliki angka kejadian DBD yang cukup tinggi. DBD di Indonesia mulai dilaporkan pertama kali tahun 1968 dan menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit setiap tahunnya. Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. (Aryu, 2010) Indonesia dimana lebih dari 35 % penduduknya tinggal di daerah urban. Pada tahun 2004, Indonesia melaporkan jumlah kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Indonesia dengan 95.270 kasus dan kematian sebanyak 1298 (CFR=1,36%) Data tahun 2007, lebih dari 150.000 orang terjangkit DBD, dan lebih dari 50% kasus terdapat di Pulau Jawa. Case fatality rate kasus DBD pada tahun yang sama mencapai >1%. (WHO, 2009)

Pada tahun 2012, kasus DBD di Indonesia dilaporkan setiap bulan dengan jumlah keseluruhannya sebanyak 37,27 per 100.000 populasi dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,9%. Pulau Jawa dan Bali adalah daerah paling endemik karena memiliki kepadatan populasi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan pulau yang lain. Pada tahun 2012, provinsi di Indonesia yang memiliki angka insiden DBD paling tinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 85 per 100.000 populasi dan provinsi papua barat CFR paling tinggi sebesar 11,11 per 100.000 (Muhadir, 2013).

(13)

xiii Pada tahun 2000, provinsi jawa timur menduduki peringkat nomer dua kasus demam berdarah paling tinggi di Indonesia setelah DKI Jakarta. Jawa timur melaporkan sebanyak 3247 kasus dengan 49 kematian (CFR=1,1%) di tahun tersebut. Pada tahun 2012, angka insiden DBD di jawa timur <53 kasus/ 100.000 populasi, dengan case fatality rate masih tinggi > 1%. (Muhadir, 2013)

Data prevalensi penyakit nasional, DBD menjadi tiga besar angka kejadian tertinggi penyakit menular yang dibawa oleh vektor, selain malaria dan filariasis. Dengan presentase 0,62% dari keseluruhan kasus penyakit nasional (Rikesdas, 2007). Proporsi kasus DBD tahun 2012 menurut jenis kelamin di Indonesia adalah laki-laki sebesar 53,2 % dan perempuan 46,8%. (Muhadir, 2013) Jumlah kasus DBD relatif tinggi pada daerah pedesaan dan usia anak-anak. Kasus DBD paling banyak menyerang pada anak usia di bawah 14 tahun, dengan angka kematian bisa mencapai 90%. (Aryu, 2010)

Karena prevalensi DBD yang tinggi pada anak-anak maka penting untuk diketahui sejauh mana angka kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri selama tahun 2009-2013. Puskesmas Gampengrejo dipilih sebagai tempat penelitian karena memiliki data yang cukup unik dimana angka kejadian DBD pertahunnya banyak menyerang anak-anak dan remaja. Selain itu juga ingin mengetahui faktor resiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Hal lain yang penting diketahui belum pernah ada penelitian serupa yang melaporkan angka kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun dan faktor resiko apa saja yang

(14)

xiv mempengaruhi kejadian tersebut di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri.

1.2 Rumusan Masalah

1.1.1 Berapa jumlah prevalensi kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun periode tahun 2009-2013 yang ada di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri?

1.1.2 Apakah kelompok usia menjadi faktor resiko kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri?

1.1.3 Apakah jenis kelamin menjadi faktor resiko kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri?

1.1.4 Apakah curah hujan menjadi faktor resiko kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri?

1.1.5 Apakah kepadatan penduduk menjadi faktor resiko kejadian DBD pada usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

1.3.1.1 Mengetahui jumlah prevalensi kejadian DBD pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri periode tahun 2009-2013.

(15)

xv 1.3.1.2 Mengetahui faktor resiko kejadian DBD berdasarkan kelompok usia tertentu pada anak usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri 1.3.1.3 Mengetahui faktor resiko kejadian DBD berdasarkan jenis

kelamin pada anak usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri

1.3.1.4 Mengetahui faktor resiko kejadian DBD berdasarkan curah hujan pada anak usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri

1.3.1.5 Mengetahui faktor resiko kejadian DBD berdasarkan kepadatan penduduk pada usia 0-14 tahun periode 2009-2013 di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui prevalensi kejadian DBD berdasarkan tahun kejadian pada pasien anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri selama periode tahun 2009-2013

1.3.2.2 Mengetahui prevalensi kejadian DBD berdasarkan kelompok umur pada pasien anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri periode tahun 2009-2013

(16)

xvi 1.3.2.3 Mengetahui prevalensi kejadian DBD berdasarkan jenis kelamin pada pasien anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri periode tahun 2009-2013. 1.3.2.4 Mengetahui prevalensi kejadian DBD berdasarkan bulan

kejadian pada pasien anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri periode tahun 2009-2013. 1.3.2.5 Mengetahui prevalensi kejadian DBD berdasarkan desa

tempat tinggal pasien pada pasien anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri periode 2009-2013.

1.3.2.6 Mengetahui prevalensi DBD berdasarkan rumah sakit tujuan rujukan pada pasien anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri periode 2009-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1.4.1 Untuk memberikan bukti medis secara ilmiah mengenai prevalensi DBD pada pasien anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Gampengrejo Kabupaten Kediri pada periode tahun 2009-2013

1.4.2 Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pengambil kebijakan untuk menyusun program-program yang berkaitan dengan upaya pencegahan sesuai dengan faktor resiko yang ada dan melakukan

(17)

xvii pemberantasan DBD terutama di Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri.

1.4.3 Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menerapkan ilmu yang didapat selama masa pendidikan dan juga menambah pengetahuan serta pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

A Statement From the Ad Hoc Committee on Guidelines for the Management of Transient Ischemic Attacks, Stroke Council, American Heart Association.. National

Pada awal Islamisasi di Aceh, para penyebar Islam adalah para. pedagang dan bersamaan itu pula datang para ulama, dai,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) SSP berbasis inkuiri yang dikembangkan (silabus, RPP, LKS, dan lembar penilaian) telah melalui tahapan validasi, uji coba terbatas,

Infestasi monogenea pada ikan akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur dan ukuran ikan, semakin besar ukuran ikan maka sistem ketahanan tubuh ikan akan

Kebutuhan alumina PT Inalum saat ini sebanyak 500.000 ton (setara 775.000 ton) per tahun, sementara kemampuan produksi bijih bauksit per tahun di Kalimantan Barat sebesar

Kemampuan dasar keilmuan dan humanitas berdasar keimanan tentunya merupakan landasan bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berwujud sensitifitas dan

Konsep gitar akustik rotan ini adalah dengan mengaplikasikan papan rotan laminasi yang merupakan produk hasil riset Pak Dodi Mulyadi di PIRNAS (Pusat Inovasi

tabaci yang tumbuh di area pertanaman cabai merah menunjukkan bahwa terdapat 27 spesies tanaman inang yang terdiri dari 22 genus dari 13 famili yang meliputi tanaman budidaya