• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS..."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

LAMPIRAN I Keputusan Dirjen Perkeretaapian Tentang Reviu Rencana Strategis Kemenhub Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019 ... ii

BAB I PENDAHULUAN ...

1.1.Latar Belakang Masalah ... I.1 1.2.Prioritas & Arah Pembangunan Sektor Transportasi .... I.2 1.3.Prioritas & Arah Pembangunan Subsektor Perkeretaapian I.4 1.4.Perubahan Lingkungan Strategis... I.4

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ...

2.1.Visi dan Misi Presiden ... II.1 2.2.Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) ... II.1 2.3.Visi, Misi dan Tujuan Kementerian Perhubungan ... II.2 2.4.Visi, Misi dan Tujuan Ditjen Perkeretaapian ... II.8

BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN SUBSEKTOR

PERKERETAAPIAN 2015-2017 ...

3.1. Capaian Pembangunan 2015-2017 ... III.1 3.2. Realisasi Kinerja Keuangan 2015-2017 ... III.5 3.3. Capaian Pembangunan Jalur KA 2015-2017 ... III.6 3.4. Capaian IKU Ditjen Perkeretaapian 2015-2016 ... III.8

BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI ...

4.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ... IV.1 4.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kemenhub ... IV.9 4.3. Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Perkeretaapian ... IV.14 4.4. Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian ... IV.34

BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

5.1. Target Kinerja ... V.1 5.2. Kerangka Pendanaan ... V.3

(3)

ii

LAMPIRAN II. PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS

PEMBANGUNAN SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019

LAMPIRAN A. INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) DITJEN

PERKERETAAPIAN

LAMPIRAN B. REKAPITULASI INDIKASI ALOKASI PENDANAAN

SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019

LAMPIRAN C.1. INDIKASI KEBUTUHAN PENDANAAN

PROGRAM/KEGIATAN STRATEGIS SUBSEKTOR PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019

LAMPIRAN C.2. INDIKASI PENDANAAN DAN LOKASI KEGIATAN

STRATEGIS PEMBANGUNAN JALAN KA 2015-2019

LAMPIRAN D. DAFTAR PROYEK PEMBANGUNAN SUBSEKTOR

PERKERETAAPIAN DENGAN POTENSI SKEMA PENDANAAN ALTERNATIF

LAMPIRAN E. CAPAIAN PEMBANGUNAN DAN REALISASI

(4)
(5)
(6)
(7)

I-1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mendasari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019 dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomo KP. 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019 sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Perkeretaapian Nomor PR.004/SK.318/DJKA/12/15 yang telah berlaku efektif pada tahun anggaran 2015, 2016 dan 2017.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang berisi program-program pembangunan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, baik program pembangunan yang ditangani langsung oleh Kementerian c.q Direktorat Jenderal Perkeretaapian maupun program pembangunan yang melibatkan masyarakat, maupun Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Sejalan dengan perkembangan kebijakan di tingkat nasional maupun internal Kementerian Perhubungan, dan dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yang terjadi, maka dengan melihat kondisi terakhir Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretapian Tahun 2015-2019 dipandang perlu untuk dilakukan penajaman, penyempurnaan dan penyesuaian.

Penyempurnaan dimaksud berkenaan antara lain dengan adanya kebijakan di tingkat nasional berupa ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dengan adanya perubahan kebijakan di tingkat nasional di atas, Kementerian Perhubungan telah juga melakukan reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 873 Tahun 2017.

Memperhatikan pertimbangan tersebut di atas, kebutuhan untuk dilakukannya tinjau ulang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019 menjadi sangat penting guna mengevaluasi terhadap hasil pencapaian target pada Tahun 2015 - 2016 untuk selanjutnya dilakukan penajaman kembali atas target sekaligus menyempurnakan materi dan muatan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019 sebagai upaya untuk mewujudkan visi dan misi Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019.

(8)

I-2

1.2 Prioritas dan Arah Pembangunan Sektor Transportasi

Sesuai RPJMN Tahun 2015-2019, penyediaan infrastruktur transportasi diprioritaskan untuk menjamin kelancaran aksesibilitas bagi masyarakat dengan tingkat pelayanan optimal serta harga yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Dalam rangka meningkatkan daya saing produk nasional, penyediaan sarana dan prasarana transportasi diprioritaskan pada terjaminnya kelancaran distribusi barang dan jasa, salah satunya yaitu melakukan penataan sistem logistik nasional. Selain itu, upaya lain yang dilakukan melalui pembenahan penanganan arus barang termasuk proses intermoda antara angkutan kereta api dengan moda lainnya dengan tetap memperhatikan/ pemenuhan aspek keselamatan dan keamanan. Memperhatikan kondisi sarana dan prasarana transportasi yang ada saat ini, sesuai RPJMN 2015-2019 prioritas pembangunan sarana dan prasarana transportasi untuk 5 (lima) tahun ke depan, yaitu:

Tabel 1.1 Sasaran dan Indikator RPJMN Tahun 2015-2019

NO SASARAN INDIKATOR

Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan

1. Meningkatnya kapasitas sarana dan

prasarana transportasi dan

keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda untuk

mengurangi backlog maupun

bottleneck kapasitas prasarana transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional

dan cetak biru transportasi

multimoda

a) Menurunnya waktu tempuh rata-rata per koridor untuk

koridor utama dari 2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km pada lintas-lintas utama;

b) Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut

maskapai penerbangan nasional dengan membangun 15 bandara baru;

c) Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara;

d) Peningkatan On-Time Performance Penerbangan menjadi

95%;

e) Modernisasi sistem pelayanan navigasi penerbangan dan

pelayaran;

f) Meningkatnya kapasitas 24 pelabuhan untuk mendukung

tol laut yang terdiri 5 pelabuhan hub dan 19 pelabuhan

feeder;

g) Pembangunan dan pengembangan 163 Pelabuhan non

komersial sebagai sub feeder tol laut;

h) Dwelling Time pelabuhan;

i) Pembangunan 50 kapal perintis dan terlayaninya 193

lintas angkutan laut perintis;

j) Meningkatnya jumlah barang dan penumpang yang dapat diangkut oleh kereta api melalui pembangunan jalur KA minimal sepanjang 3.258 kilometer;

k) Terhubungkannya seluruh lintas penyeberangan sabuk

Utara, Tengah, dan Selatan serta poros-poros penghubungnya melalui pembangunan/ pengembangan 65 pelabuhan penyeberangan dan pengadaan 50 unit kapal penyeberangan;

l) Meningkatnya peran angkutan sungai dan danau melalui

pembangunan dermaga sungai dan danau di 120 lokasi.

2. Meningkatnya kinerja pelayanan dan

industri transportasi nasional untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global

a) Meningkatnya pangsa pasar yang diangkut armada

pelayaran niaga nasional melalui penguatan regulasi hingga 20% dan memberikan kemudahan swasta dalam penyediaan armada kapal;

b) Meningkatnya jumlah armada pelayaran niaga nasional

yang berumur <25 tahun hingga 50% serta meningkatnya peran armada pelayaran rakyat;

(9)

I-3

NO SASARAN INDIKATOR

c) Terselenggaranya pelayanan Short Sea Shipping yang

terintegrasi dengan moda lainnya;

d) Meningkatnya peran serta sektor swasta dalam

pembangunan transportasi melalui KPS atau investasi langsung;

e) Terpisahkannya fungsi operator dan regulator serta

pemberdayaan dan peningkatan daya saing BUMN transportasi;

f) Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat

menjadi 2 kali lipat dibandingkan kondisi baseline;

g) Terhubungkannya konektivitas nasional dengan

konektivitas global melalui penyelenggaraan pelayanan transportasi lintas batas negara;

h) Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional.

3. Meningkatnya tingkat keselamatan

dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi

a) Menurunnya angka fatalitas korban kecelakaan

transportasi jalan hingga 50 persen dari kondisi baseline;

b) Menurunnya rasio kecelakaan transportasi udara pada

AOC 121 dan AOC 135 menjadi kurang dari 3 kejadian/1

juta flight cycle;

c) Menurunnya jumlah kejadian kecelakaan transportasi laut

menjadi kurang dari 50 kejadian/tahun;

d) Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api dari 0,025 kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api;

e) Tersedianya informasi dan sistem data tingkat

keselamatan infrastruktur jalan nasional dan provinsi yang mutakhir setiap tahunnya.

4. Menurunnya emisi gas rumah kaca

(RAN-GRK) di sektor transportasi Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) sebesar 2,982 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi darat,

15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrim.

5. Tersedianya layanan transportasi

serta komunikasi dan informatika di perdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya

a) Meningkatnya sistem jaringan dan pelayanan transportasi

pedesaan;

b) Terselenggaranya pelayanan transportasi perintis secara

terpadu.

Pembangunan Transportasi Umum Massal Perkotaan

6. Meningkatnya pelayanan angkutan

umum massal perkotaan a) Modal sharekota megapolitan/ metropolitan/besar minimal 32 %; (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di

b) Jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau kereta api minimal 34 kota.

7. Meningkatkan kinerja lalu lintas jalan

Perkotaan

Meningkatnya kecepatan lalu lintas jalan nasional di kota-kota metropolitan/besar menjadi minimal 20 km/jam.

8. Meningkatkan aplikasi teknologi

informasi dan skema sistem manajemen transportasi Perkotaan

a) Penerapan pengaturan persimpangan dengan

menggunakan teknologi informasi (ATCS) di seluruh ibukota propinsi;

b) Penerapan ATCS di kota yang telah menerapkan system angkutan massal perkotaan berbasis bus (BRT) dan kota sedan g/besar yang berada di jalur logistik nasional, serta Automatic Train Protection

(ATP) pada jaringan kereta api perkotaan;

c) Penerapan skema pembatasan lalu lintas di kota-kota

(10)

I-4

1.3 Prioritas dan Arah Pembangunan Sub Sektor Transportasi Perkeretaapian

Secara spesifik sesuai RPJMN Tahun 2015-2019, di dalam agenda prioritas ke-6 Meningkatkan Produktifitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional, prioritas pembangunan sarana dan prasarana transportasi sub sektor perkeretaapian yaitu :

Tabel 1.2 Sasaran dan Strategi/Kebijakan Implementasi Yang Terkait Bidang Perkeretaapian

NO SASARAN INDIKATOR

Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan

1 Jumlah barang yang diangkut KA menjadi 1,5 juta TEUs/Tahun

2 Pangsa muatan angkutan KA minimal 5 % (barang )dan 7,5 % (penumpang )

3 Pembangunan jalur KA sepanjang 3.258 km pada lintas Sumatera, Lintas Selatan Jawa, Lintas

Kalimantan dan Lintas Sulawesi (Makassar-Parepare)

4 Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 X lipat dari kondisi baseline

5 Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka pemberdayaan hasil industri

transportasi dalam negeri diantaranya fasilitas dan sarana perkeretaapian nasional

6 Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api menjadi kurang dari 0,25 persen

7 Tersedianya infrastruktur yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim dengan

menurunkan tingkat emisi sesuai RAN-GRK di sektor transportasi dan energi sebesar 4,95 % (usaha sendiri) atau 9,66 % (dengan bantuan asing) dari BAU hingga Th 2020

8 Terselenggaranya integrasi pelayanan transportasi perintis di wilayah perdalaman, perbatasan, dan

pulau terluar

9 Pembangunan akses KA ke bandara (Soekarno-Hatta, Minangkabau, Kualanamu, Juanda, Kertajati,

Kulon Progo) dan Pelabuhan (Kuala Tanjung, Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, dan Penyeberangan Merak-Bakauheni)

10 Pembangunan KA Kalimantan dan Sulawesi serta penyelesaian jalur kereta api lintas Sumatera, serta

peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di Sumatera dan lintas selatan Jawa

11 Optimalisasi dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan PSO diantara subsidi bus

perintis, angkutan laut, penyeberangan, udara, dan kereta api

Pembangunan Transportasi Umum Massal Perkotaan

1 Modal share angkutan umum perkotaan di Kota Megapolitan/Metropolitan/Besar minimal 32 %

2 Jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau kereta api minimal 29

kota

3 Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel (MRT diwilayah Jabodetabek, monorail dan Tram

Surabaya, monorail Bandung, jalan layang loopline KA Jabodetabek)

4 Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: Batam, Medan, Palembang, Jakarta,

Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar

1.4 Perubahan Lingkungan Strategis

Dalam 2 (dua) tahun terakhir perjalanan Kementerian Perhubungan dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo telah terjadi berbagai perkembangan kebijakan dan perubahan lingkungan strategis, dimana hal ini telah mendorong adanya kebutuhan untuk melakukan penajaman dan penyempurnaan maupun evaluasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang guna meningkatkan kualitas pelayanan, keselamatan dan keamanan jasa transportasi kepada masyarakat selaku pengguna jasa transportasi.

Perubahan lingkungan strategis yang mendasari dilakukannya tinjau ulang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Percepatan dari pemerintah dalam penyediaan infrastruktur yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan rakyat melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 58 tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek strategis Nasional;

(11)

I-5

2. Terjadinya Perubahan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan prasarana dan sarana transportsi akibat dari diterbitkannya UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;

3. Berkembangnya penggunaan sistem informasi dan teknologi dalam mendukung penyelenggaraan transportasi serta munculnya penyedia aplikasi penyedia layanan transportasi khususnya untuk wilayah perkotaan;

4. Makin berkembangnya wilayah perkotaan mengakibatkan tumbuhnya permintaan perjalanan mengakibatkan permasalahan dalam transportasi perkotaan akibat tidak seimbangnya antara permintaan dan penyediaan sarana dan prasarana transportasi; 5. Makin gencarnya upaya pemerataan tingkat kesejahteraan rakyat dan menghilangkan

kesenjangan antara Wilayah Timur dengan Wilayah Barat Indonesia sehingga membutuhkan pengembangan infrastruktur transportasi yang makin massif sebagai upaya peningkatan konektivitas dan aksesibilitas antar wilayah terutama untuk wilayah terpencil, terbelakang dan rawan bencana;

6. Pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perhubungan sebagai salah satu upaya untuk mendorong terjadinya peningkatan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good governance).

7. Terjadinya proses penataan kelembagaan di lingkungan Kementerian Perhubungan sebagai perwujudan amanah peraturan perundang undangan Transportasi dan dalam rangka efektifitas penyelenggaraan infrastruktur sektor transportasi;

8. Dalam rangka penerapan akuntabilitas penyelenggaran tugas Kementerian Perhubungan diperlukan target kinerja, pengukuran kinerja kegiatan dan sasaran untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan dalam mewujudkan visi, misi, dan strategi Kementerian Perhubungan. Pengukuran kinerja merupakan hasil dan suatu penilaian yang sistematika dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Mempertimbangkan bahwa dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 belum dijabarkan secara komprehensif dan tidak berbasis outcome;

9. Adanya beberapa kejadian bencana alam yang masih melanda wilayah Indonesia juga merupakan isu strategis yang perlu dimunculkan mengingat berbagai bencana tersebut cukup berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan prasarana transportasi, terutama yang berada di kawasan rawan bencana;

10. Rendahnya realisasi anggaran tiap tahun yang masih jauh dari indikasi kebutuhan anggaran yang tercantum didalam renstra sehingga berdampak pada pencapaian target pembangunan infrastruktur perhubungan;

11. Adanya perubahan pradigma didalam penyediaan infrastruktur dimana peran dan kontribusi swasta serta BUMN makin ditingkatkan ditengah keterbatasan anggaran belanja pemerintah dalam penyediaan infrastruktur.

(12)

I-6

Pada level Direktorat Jenderal Perkeretaapian, perubahan lingkungan strategis yang mendasari dilakukannya tinjau ulang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019 dapat digambarkan sebagai berikut:

1 Evaluasi capaian pembangunan tahun 2015-2016 (Pencapaian subsektor perkeretaapian masih dibawah target Renstra);

2 Perubahan isu strategis terkait pengembangan infrastruktur transportasi untuk mendukung konektivitas antar wilayah, intermodal, angkutan perkotaan termasuk akses infrastruktur transportasi untuk mendukung pengembangan wilayah industri dan pariwisata;

3 Strategi peningkatan kontribusi pemda dan badan usaha dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur;

4 Evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap sistematika Renstra dan konsep Indikator Kinerja Utama Berbasis Outcome; 5 Kewajiban Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

pada Unit Eselon-II dan Eselon-III Mandiri (Balai) di lingkungan Ditjen Perkeretaapian. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM. 45 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dilingkungan Kementerian Perhubungan, Pasal 4 ayat 2 disampaikan penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Perhubungan dilaksanakan oleh:

a. Kementerian Perhubungan;

b. Unit Kerja Pimpinan Tingga Madya;

c. Unit Kerja Setingkat Pimpinan Tinggi Pratama dan Satuan Kerja.

Penyelenggaraan SAKIP meliputi: (1)Rencana Strategis; (2) Perjanjian Kinerja; (3) Pengukuran Kinerja; (4) Pengelolaan Data Kinerja; (5) Pelaporan Kinerja; dan (6) Reviu dan Evaluasi Kinerja.

Dengan adanya perubahan lingkungan strategis tersebut, dibutuhkan adanya penyempurnaan dari Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019, dimana hal ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan sekaligus sebagai langkah evaluasi capaian pembangunan 2015-2016 guna menyusun langkah strategis pencapaian target pembangunan pada akhir tahun 2019.

(13)

II-1 BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

2.1 Visi dan Misi Presiden

Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Adapun visi pembangunan Tahun 2015-2019 adalah :

“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

Sedangkan upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui 7 (tujuh) kuat jati diri sebagai negara maritim;

1. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;

3. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;

4. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

2.2 Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita)

Agenda prioritas pembangunan ini dimaksudkan untuk menunjukkan prioritas program pembangunan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Adapun kesembilan agenda prioritas pembangunan yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;

2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam

kerangka negara kesatuan;

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik;

8. Melakukan revolusi karakter bangsa;

(14)

II-2 2.3 Visi, Misi dan Tujuan Kemeterian Perhubungan 2.3.1 Visi

Perwujudan Visi Presiden (Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong) dalam sektor transportasi yaitu dengan “Terwujudnya Konektivitas Nasional yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah”. Hal tersebut merupakan cita-cita Kementerian Perhubungan dimana konektivitas merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah.

Konektivitas Nasional adalah terhubungnya antar wilayah di seluruh nusantara termasuk angkutan perkotaan baik dengan transportasi darat, kereta api, laut, sungai dan penyeberangan serta udara;

Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu mengkoneksikan seluruh wilayah tanah air;

Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang dilayani oleh penyedia jasa dan SDM yang berdaya saing internasional, profesional, mandiri, dan produktif;

Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong perwujudan kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi, politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) secara berkesinambungan dan berkelanjutan (sustainable development) serta dapat berperan dalam pengembangan wilayah.

2.3.2 Misi

Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah dimandatkan oleh peraturan perundang undangan dan penjabaran dari misi pembangunan nasional, maka ditetapkan misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi;

2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah;

3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi;

4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi

5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi;

6. Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten;

7. Mewujudkan pengembangan transportasi dan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim.

Memperhatikan lingkungan strategis yang terjadi, penjabaran dari masing-masing misi adalah sebagai berikut:

(15)

II-3

1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi

Dalam upaya mengurangi/menurunkan tingkat kecelakaan dari sektor transportasi pemerintah terus berupaya secara bertahap membenahi sistem keselamatan dan keamanan transportasi menuju kondisi zero to accident. Upaya yang dilakukan pemerintah tidak saja bertumpu kepada penyediaan fasilitas keselamatan dan keamanan namun peningkatan kualitas SDM transportasi, pembenahan regulasi di bidang keselamatan/keamanan maupun sosialisasi kepada para pemangku kepentingan

2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah

Kebutuhan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah aksesibilitas di kawasan pedesaan, kawasan pedalaman, kawasan tertinggal termasuk kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang masih menjadi tanggungjawab pemerintah

3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi

Dalam kondisi keuangan negara yang terimbas ketidakpastian situasi keuangan dunia tentunya sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan jasa transportasi karena masih terdapat beberapa operator yang memiliki keterbatasan kemampuan melakukan perawatan dan peremajaan armada, demikian pula pemerintah secara bertahap dengan dana yang terbatas melakukan rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur, sedangkan belum seluruh masyarakat pengguna jasa memiliki daya beli yang memadai. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diupayakan peningkatan kinerja pelayanan jasa transportasi menuju kepada kondisi yang dapat memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat, sejalan dengan pemulihan pasca krisis keuangan global, melalui rehabilitasi dan perawatan sarana dan prasarana transportasi

4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi

Misi meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi terus diarahkan untuk pemenuhan akan peningkatan permintaan pelayanan transportasi, sehingga ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan transportasi tetap mencukupi. 5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor

transportasi

Ditengah keterbatasan anggaran belanja pemerintah didalam penyediaan infrastruktur perlunya mendorong peningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam pemnyediaan infrastruktur sektor transportasi sehingga nanatinya anggaran belanja pemerintah diarahkan untuk membangun infrastruktur yang bersifat pelayanan public dan dinilai tidak layak secara finansial.

6. Melanjutkan proses restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan dan kelembagaan sebagai upaya peningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sektor transportasi

Sesuai dengan prinsip good governance melalui penerbitan Undang-Undang di sektor transportasi telah dilaksanakan restrukturisasi dan reformasi dalam penyelenggaraan

(16)

II-4

transportasi antara peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Restrukturisasi di bidang kelembagaan, menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di bidang perhubungan kepada daerah dalam bentuk dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan. Reformasi di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan kepada penghilangan restriksi yang memungkinkan swasta berperan secara penuh dalam penyelenggaraan jasa transportasi

7. Melanjutkan proses restrukturisasi dan reformasi di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten

Pelaksanaan restrukturisasi dan reformasi di bidang SDM diarahkan kepada pembentukan kompetensi dan profesionalisme insan perhubungan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki wawasan global dengan tetap mempertahankan jatidirinya sebagai manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penegakan hukum dilakukan secara konsisten dengan melibatkan peranserta masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan jasa transportasi

8. Mewujudkan pengembangan transportasi dan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim

Sebagai upaya untuk pengembangan jasa transportasi kedepan, Kementerian Perhubungan secara terus menerus meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan di bidang transportasi serta Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan jasa transportasi dititikberatkan kepada penambahan kapasitas sarana dan prasarana transportasi, perbaikan pelayanan melalui pengembangan dan penerapan teknologi transportasi yang ramah lingkungan sesuai dengan isu perubahan iklim (global warming) sejalan dengan perkembangan permintaan dan preferensi masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas dan pelayanan jasa transportasi senantiasa berpedoman kepada prinsip pembangunan berkelanjutan yang dituangkan dalam rencana induk, pedoman teknis dan skema pendanaan yang ditetapkan.

2.3.3 Tujuan

Menjabarkan visi Kementerian Perhubungan, maka tujuan pembangunan adalah :

1. Meningkatkan konektivitas antar wilayah; 2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan;

3. Meningkatkan pelayanan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi; 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi;

5. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil.

2.3.4 Sasaran Strategis

Sasaran strategis pembangunan Kementerian Perhubungan merupakan kondisi yang diinginkan dapat dicapai sebagai suatu Outcome/impact dari beberapa program yang dilaksanakan. Dalam penyusunannya, dirumuskan dari sasaran nasional pembangunan sektor

(17)

II-5

transportasi dalam RPJMN Tahun 2015-2019 dan memperhatikan permasalahan dan capaian pembangunan tahun 2010-2014 serta menjabarkan misi Kementerian Perhubungan. Penjabaran menggunakan pendekatan metode balanced scorecard (BSC) yang dibagi dalam empat perspektif yaitu stakeholder perspective, costumer perspective, internal proses perspective dan learning and growth perspective sebagai berikut:

Gambar 2.1

PETA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Adapun sasaran pembangunan infrastruktur transportasi Tahun 2015-2019, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Stakeholders Perspective

Menjabarkan visi dari Kementerian Perhubungan maka sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional dan peningkatan angkutan perkotaan, dengan indikator kinerja rasio konektivitas antar wilayah.

2. Customer Perspective

Menjabarkan visi dari Kementerian Perhubungan maka disusun sasaran strategis

Customer Perspective sebagai berikut:

a. Sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai adalah meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi, dengan indikator kinerja :

(18)

II-6

2) Ratio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi.

b. Sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai adalah meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan indikator kinerja :

1) Prosentase peningkatan pelayanan angkutan umum massal perkotaan; 2) Prosentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional; 3) Prosentase capaian On Time Performance (OTP) Sektor Transportasi; 4) Kecepatan rata-rata kendaraan umum pada jam puncak di Wilayah

Jabodetabek.

c. Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai adalah meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi, dengan indikator kinerja :

1) Prosentase peningkatan kapasitas sarana transportasi; 2) Prosentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi;

3) Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di wilayah.

d. Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai adalah meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil, dengan dengan indikator kinerja rasio layanan transportasi daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil.

3. Internal Process Perspective

Menjabarkan visi dari Kementerian Perhubungan maka disusun sasaran strategis

Internal Process Perspective sebagai berikut :

a. Sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai adalah terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi, dengan indikator kinerja:

1) Prosentase pelaksanaan deregulasi peraturan di Lingkungan Kementerian Perhubungan

2) Tingkat penerapan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi yang dilaksanakan

b. Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yang akan dicapai adalah terlaksananya pengembangan sumber daya manusia transportasi, dengan indikator kinerja prosentase penyerapan lulusan diklat transportasi.

c. Sasaran strategis kedelapan (SS-8) yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, dengan indikator kinerja prosentase pemanfaatan penelitian yang dijadikan bahan rekomendasi kebijakan.

d. Sasaran strategis kesembilan (SS-9) yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perhubungan, dengan indikator kinerja tingkat keberhasilan pengawasan perhubungan.

(19)

II-7

4. Learn and Growth Perspective

Menjabarkan visi dari Kementerian Perhubungan maka disusun sasaran strategis

Learn and Growth Perspective sebagai berikut :

a. Sasaran strategis kesepuluh (SS-10) yang akan dicapai adalah tersedianya SDM Kementerian Perhubungan yang kompeten dan professional, dengan indikator kinerja rasio pegawai Kementerian Perhubungan yang memiliki sertifikat Jabatan Fungsional Tertentu (JFT).

b. Sasaran strategis kesebelas (SS-11) yang akan dicapai adalah terwujudnya good governanceand cleangovernment di Kementerian Perhubungan, dengan indikator kinerja :

1) Penuntasan reformasi birokrasi

2) Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Perhubungan 3) Nilai AKIP Kementerian Perhubungan

4) Keterbukaan informasi publik

5) Persentase kehandalan sistem informasi 6) Tingkat maturasi SPIP

7) Prosentase penyerapan Anggaran Kementerian Perhubungan.

Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Hal ini tentunya memiliki keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang secara khusus difokuskan pada perencanaan dan pembangunan transportasi. Secara lebih jelasnya korelasi antara sasaran pembangunan nasional dengan sasaran Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 sebagaimana pada Gambar 2.1. Interkoneksi antara isu strategis dan sasaran Kementerian Perhubungan diperlukan sebagai dasar dalam mengidentifikasi alur pikir perencanaan pembangunan transportasi tahun 2015-2019, sehingga hubungan liniearitas antara isu strategis dan sasaran pembangunan transportasi ke depan dapat terarah dan sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, sehingga sasaran Kementerian Perhubungan memiliki interkoneksi secara langsung dengan 9 agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Hal ini memberikan konsekuensi logis dalam bidang transportasi bahwa konsep perencanaan dan pendekatan pembangunan bidang transportasi akan mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas nasional selama 5 (lima) tahun ke depan. Pendekatan isu strategis transportasi dalam perumusan sasaran pembangunan Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 menjadi penting untuk lebih menata dan mengelola transportasi dengan baik, serta berbasis pendekatan multidimensi/multisektor termasuk dalam hal ini kaitannya dengan aspek tata ruang, gender, sosial, lingkungan, dan budaya. Pendekatan tersebut akan membawa sinergitas pembangunan transportasi secara lebih terpadu, mewujudkan pembangunan dan penanganan permasalahan transportasi secara lebih komprehensif dan membawa perubahan pada karakteristik masyarakat, maupun perilaku masyarakat dalam

(20)

II-8

menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana transportasi secara lebih baik dan bijaksana. Demikian juga Pemerintah menjadi bagian penting sebagai pihak yang akan selalu hadir dalam mengupayakan pembangunan dan pengembangan transportasi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.4 Visi, Misi dan Tujuan Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2.4.1 Visi

Sesuai dengan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) dan dalam rangka mewujudkan tujuan penyelenggaraan perkeretaapian sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, maka ditetapkan visi:

Perkeretaapian yang handal, berdaya saing, berintegrasi, berteknologi, bersinergi dengan industri, terjangkau dan memberikan nilai tambah secara berkelanjutan bagi ketahanan

nasional

Pengertian dari masing-masing kata kunci dalam kalimat visi

Handal diindikasikan oleh kualitas pelayanan transportasi kereta api yang selamat, aman, nyaman, dan tepat waktu; dengan konektivitas, kapasitas, dan regularitas yang memadai, serta didukung oleh sarana, prasarana mencukupi dan terpelihara.

Berdaya Saing diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi kereta api yang efisien sehingga dapat berkompetisi dengan moda transportasi lainnya secara sehat dalam mewujudkan sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien, yang didukung oleh SDM dan perusahaan jasa dan industri pendukung yang profesional, mandiri, dan produktif.

Berintegrasi diindikasikan oleh tersedianya jaringan dan layanan transportasi kereta api penumpang dan barang yang terintegrasi dengan moda lainnya dalam suatu sistem intermoda/multimoda dan terintegrasi dengan tata ruang wilayah yang menentukan pola interaksi sosial ekonomi yang dilayani.

Berteknologi diindikasikan oleh penerapan teknologi yang sesuai perkembangan dan kebutuhan dalam penyelenggaraan perkeretaapian.

Bersinergi Dengan Industri diindikasikan oleh adanya pola kerjasama yang kuat serta pemanfaatan semaksimal mungkin barang dan jasa dari industri dalam negeri dalam penyelenggaraan perkeretaapian.

Terjangkau diindikasikan oleh tersedianya layanan kereta api yang terjangkau oleh setiap lapisan ekonomi dan semua golongan sosial masyarakat secara berkeadilan di seluruh wilayah NKRI yang membutuhkan kehadiran layanan kereta api

Memberikan Nilai Tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi kereta api yang mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan nasional di segala bidang, baik sosial dan budaya, ekonomi dan lingkungan, ideologi dan politik, serta pertahanan dan keamanan.

Berkelanjutan diindikasikan dengan berkelanjutannya penyediaan layanan kereta api sesuai prinsip-prinsip investasi sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat secara

(21)

II-9

berimbang dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkesinambungan dalam jangka panjang.

Ketanahan Nasional suatu kondisi dinamis keamanan dan ketahanan nasional (national security dan soverignty) dari berbagai hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

2.4.2 Misi

Misi Direktorat Jenderal Perkeretaapian adalah rangkuman berbagai upaya dalam mencapai visi yang ditetapkan. Berbagai upaya tersebut tidak terbatas pada peningkatan penyediaan dan kinerja pelayanan transportasi kereta api tetapi juga upaya dalam melengkapi dan memperkuat berbagai pranata pendukung penyelenggaran perkeretaapian sehingga terwujud sistem perkeretaapian nasional yang handal, maju, modern, terbuka, dan adaptive terhadap perkembangan dan tantangan jaman.

Berbagai upaya yang dilakukan tetap berada dalam kerangka lingkup tugas dan fungsi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, serta kewenangan yang diembankan oleh UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian kepada Pemerintah (c.q Direktorat Jenderal Perkeretaapian) selaku pembina penyelenggaraaan perkeretaapian nasional dalam mengatur, mengendalikan, dan mengawasi seluruh kegiatan yang dilakukan semua pihak terkait dengan perkeretaapian.

Disesuaikan dengan misi Kementerian Perhubungan, berbagai upaya yang akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian selama perioda Renstra 2015-2019 dirangkum dalam beberapa kalimat misi yang ditetapkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi kereta api untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah;

2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi kereta api; 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi kereta api;

4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi kereta api; 5. Meningkatkan fungsi regulator dalam perumusan kebijakan dan peran badan usaha

dalam mendukung penyelenggaraan perkeretaapian nasional;

6. Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan dan sumber daya manusia.

2.4.3 Tujuan dan Sasaran

Rumusan mengenai tujuan dan sasaran dari program penyelenggaraan perkeretaapian yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dalam periode Renstra Tahun 2015-2019 disampaikan sebagai berikut. Tujuan berikut dengan sasaran tersebut sudah merepresentasikan indikasi mengenai pencapaian visi Direktorat Jenderal Perkeretaapian berikut dengan pemenuhan kondisi dan persyaratannya.

(22)

II-10

Tabel 2.3 Tujuan dan Sasaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2015-2019

MISI TUJUAN SASARAN PROGRAM

Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi kereta api untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah

Peningkatan konektivitas dan pelayanan jaringan transportasi kereta api

Meningkatnya KONEKTIVITAS jaringan perkeretaapian nasional

Terwujudnya PELAYANAN transportasi kereta api yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah

Meningkatkan keselamatan dan keamanan

transportasi kereta api Peningkatan pemenuhan standar keselamatan, keamanan, dan kinerja pengendalian transportasi kereta api

Meningkatnya KESELAMATAN dan KEAMANAN transportasi kereta api

Meningkatkan kinerja pelayanan jasa

transportasi kereta api Peningkatan kinerja pelayanan transportasi kereta api Meningkatkan KINERJA PELAYANAN sarana dan prasarana transportasi kereta api Meningkatkan kapasitas sarana dan

prasarana pelayanan transportasi kereta api Peningkatan kapasitas pelayanan transportasi kereta api

Meningkatnya KAPASITAS sarana dan prasarana transportasi kereta api Meningkatkan fungsi regulator dalam

perumusan kebijakan dan peran badan usaha dalam mendukung penyelenggaraan perkeretaapian nasional

1. Peningkatan kualitas regulasi dalam mendukung penyelenggaraan

perkeretaapian nasional 2. Peningkatan peran badan

usaha dalam skema pendanaan alternatif pembangunan perkeretaapian

1. Terlaksananya PERUMUSAN REGULASI DAN KEBIJAKAN dalam penyelenggaraan perkeretaapian

2. Meningkatnya peran Badan Usaha dalam program pembangunan perkeretaapian dengan skema PENDANAAN ALTERNATIF

Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan dan sumber daya manusia

Peningkatan kemajuan

pelaksanaan reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan perkeretaapian

1. Tersedianya SDM Ditjen Perkeretaapian yang Kompeten dan Profesional 2. Terwujudnya GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT di

(23)

III-1 BAB III

CAPAIAN PEMBANGUNAN SUB SEKTOR PERKERETAAPIAN 2015-2017

3.1 Capaian Pembangunan Sub Sektor Perkeretaapian 2015-2017 3.1.1 Capaian Pembangunan Sarana dan Prasarana

Dalam rangka meningkatkan keselamatan, keamanan, pelayanan dan peningkatan kapasitas perketaapian selama tahun 2015-2017 telah dilakukan pembangunan perkeretaapian antara lain meliputi pembangunan jalur KA baru termasuk pembangunan jalur ganda dan reaktivasi sepanjang 388,3 Km’sp, peningkatan/ rehabilitasi jalur kereta api guna meningkatkan kondisi/ keandalannya sepanjang 378,9 Km’sp, pengadaan rel sepanjang 2.880,1 Km’sp, pengadaan wesel sejumlah 410 unit, jembatan KA yang ditingkatkan/direhabilitasi dan dibangun pada sebanyak 260 unit, pembangunan dan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi sebanyak 23 paket, peningkatan/pembangunan transmisi Listrik Aliran Atas (LAA) sepanjang 106 Km’sp, pembangunan/rehabilitasi bangunan operasional/stasiun sebanyak 12 unit, pengadaan peralatan/fasilitas prasarana perkeretaapian sebanyak 34 paket, peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang sebanyak 18 unit, pengadaan peralatan/fasilitas keselamatan perkeretaapian sejumlah 23 paket, pengadaan Sarana Kerja dan keperintisan sebanyak 67 unit dan pelayanan angkutan KA perintis sebanyak 9 lintas. Dengan rincian pembangunan perekeretaapian setiap tahunnya sebagaimana pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Capaian Pembangunan Transportasi Perkeretaapian Tahun 2015-2017 No Kegiatan Satuan 2015 Pencapaian Per Tahun 2016 2017** Jumlah

1 Panjang km jalur KA baru yang dibangun

termasuk jalur ganda dan reaktivasi Km'sp 179,3 34 175 388,3

3 Panjang km jalur KA yang direhabilitasi Km'sp 333,6 38 7,3 378,9

4 Jumlah km'sp pengadaan rel Km'sp 1193,1 0.0 1687 2880,1

5 Jumlah unit pengadaan wesel Unit 185 0.0 225 410

6 Jumlah unit jembatan KA yang ditingkatkan/

direhabilitasi dan dibangun Unit 192 26 42 260

7 Jumlah paket pekerjaan persinyalan dan

telekomunikasi yang direhabilitasi dan dibangun

Paket 11 3 9 23

8 Jumlah pekerjaan transmisi LIstrik Aliran Atas

yang ditingkatkan dan dibangun Km’sp 88 1 17 106

9 Jumlah paket pembangunan/rehabilitasi

bangunan operasional/stasiun Unit 7 2 3 12

10 Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas prasarana perkeretaapian

Paket 4 4 26 34

11 Jumlah unit peningkatan fasilitas pintu

perlintasan sebidang Unit 0 0 18 18

12 Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas

keselamatan perkeretaapian Paket 18 1 4 23

13 Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas

sarana perkeretaapian Paket 2 2 4 8

15 Jumlah unit pengadaan sarana kerja dan

keperintisan Unit 58 3 6 67

17 Pelayanan angkutan perintis Lintas 3 6 6 15

Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017

(24)

III-2

3.1.2 Capaian Penyusunan dan Deregulasi Peraturan Perundang-Undangan

Dalam kurun waktu tahun 2015-2017, Direktorat Jenderal Perkeretaaian telah menyelesaikan dan melakukan deregulasi berbagai peraturan perundagan-undangan.

Tabel 3.2 Pelaksanaan Deregulasi/Simplifikasi/Pemangkasan Regulasi Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2017

No

Regulasi Yang Mengubang/Penggabung/

Mencabut Regulasi Yang Disimplikasi

Revisi/Pencabutan/

Penggabungan*) Analisis Singkat

1 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api

Revisi Antara lain mengatur tentang penugasan kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Waikota untuk menjamin terlaksananya pelayanan angkutan kereta api, berupa angkutan pelayanan kelas ekonomi dan/atau angkutan perintis. 2 Peraturan Presiden Nomor 65

Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi

Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi

Revisi Antara lain mengatur mengenai penugasan untuk membangun prasaran kereta api ringan yang dilaksanakan melalui pola design and built dengan beberapa butir pengaturan sbb:

 pihak yang ditunjuk dapat menjalin kerjasama dengan badan usaha lain;

 dalam hal perjanjian dengan Kemenhub belum

ditandatangani, pihak yang ditunjuk tetap dapat melaksanakan penugasan pembangunan tersebut berdasarkan persetujuan teknis dan pengawasan oleh Kemenhub

3 Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan PenyelenggaraanPerkeretaapian Umum diWilayah Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta

Revisi Antara lain mengatur mengenai percepatan pembangunan untuk penyelenggaraan perkeretaapian umum:

 Gubernur DKI dapat menugaskan BUMD untuk pembangunan prasarana perkeretaapian, dengan beberapa butir pengaturan sbb:

 BUMD yang ditugaskan dapat bekerjasama dengan badan usaha lain;

 Pendanaan pembangunan antara lain dapat berasal dari pinjaman Pemda DKI, yang pengembaliannya dalam bentuk penyerahan seluruh prasarana perkeretaapian yang telah dibangun, kepada Pemda DKI. Dalam rangka percepatan pemanfaatan hasil pembangunan prasarana perkeretaapian:

(25)

III-3

No

Regulasi Yang Mengubang/Penggabung/

Mencabut Regulasi Yang Disimplikasi

Revisi/Pencabutan/

Penggabungan*) Analisis Singkat

 Gubernur DKI menugaskan BUMD sebagai

penyelenggara;

 BUMD yang ditugaskan, dapat melakukan

penunjukan langsung untuk pengadaan sarana perkeretaapian; 4 Peraturan Pemerintah Nomor

6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Perkeretaapian

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian

Revisi

5 PM 8 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 92 Tahun 2010 tentang Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian

Pencabutan Penyederhanaan proses penerbitan sertifikat awak sarana perkeretaapian 6 PM 9 Tahun 2017 tentang

Sertifikasi Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 93 Tahun 2010 tentang Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian

Pencabutan Penyederhanaan proses penerbitan awak sarana perkeretaapian 7 PM 16 Tahun 2017 tentang

Sertifikasi Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 94 Tahun 2010 tentang Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian

Pencabutan Penyederhanaan proses penerbitan awak sarana perkeretaapian 8 PM 17 Tahun 2017 tentang

Sertifikasi Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 95 Tahun 2010 tentang Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian

Pencabutan Penyederhanaan proses penerbitan awak sarana perkeretaapian 9 PM 4 Tahun 2017 tentang

Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM No. 155 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian

Pencabutan Sertifikasi terhadap masinis/ Asisten Masinis di Sarana KA otomatis

10 PM 5 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 21 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api

Pencabutan Penyederhanaan proses penerbitan sertifikat

Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017

Disamping itu, selama tahun 2017, Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah berhasil menerbitkan 14 Peraturan/Keputusan Menteri. Secara rinci capaian penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 adalah sebagai berikut:

(26)

III-4

Tabel 3.3 Pelaksanaan Deregulasi/Simplifikasi/Pemangkasan Regulasi Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2017

No Regulasi Capaian Deskripsi Regulasi

2 Turunan Peraturan Pemerintah No. 56/2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian sebagaimana diubah dengan PP No. 61/2017 Bidang Sarana

Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 54 Tahun 2016 tentang Standar Spesifikasi Teknis Identitas Sarana

Perkeretaapian

Peraturan Menteri PM Nomor 153 Tahun 2016 tentang Standar Spesifikasi Teknis Lokomotif Sarana Kereta Api Bidang SDM

Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 4 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian

Peraturan Menteri PM Nomor 5 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Pengatur Perjalanan KA dan Pengendali Perjalanan KA

Peraturan Menteri PM Nomor 8 Tahun 2017 tentang Keahlian Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 9 Tahun 2017 tentang Keahlian Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 16 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian Peraturan Menteri PM Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian Bidang Tatanan dan

Pembinaan Perkeretaapuan serta Kelembagaan

Peraturan Menteri PM Nomor 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan 2. Turunan dari Peraturan

Pemerintah No. 72/2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api sebagaimana diubah dengan PP No. 61/2017

Bidang Lalu Lintas

Angkutan Peraturan Menteri PM Nomor 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang

dengan Kereta Api Pentarifan

Angkutan dan Lain-Lain

Peraturan Menteri PM Nomor 24 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Perkeretaapian

Keputusan Menteri KP Nomor 159 Tahun 2015 tentang Penetapan Lintas Pelayanan Perkeretaapian Angkutan Perintis

Keputusan Menteri KP Nomor 160 Tahun 2015 tentang Tarif Angkutan Orang Dengan Kereta Api Perintis Keputusan Menteri KP Nomor 9 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Untuk Menyelenggarakan Angkutan Perintis Kereta Api

Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017

3.1.3 Capaian Kinerja Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan ditujukan untuk mewujudkan struktur organisasi yang terbebas dari tumpang tindih pelaksanaan tugas, fungsi maupun kewenangan di dalam organisasi maupun antar instansi pemerintah, serta terwujudnya organisasi pemerintah yang berorientasi pada hasil atau outcome secara efektif dan efisien dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Kebijakan tentang organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 2. Kebijakan tentang organisasi dan tata kerja Balai Perkeretaapian.

(27)

III-5

3.1.4 Capaian Kinerja Pengembangan Sumberdaya Manusia Direktorat Jenderal Perkeretaapian

Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Perkeretaapian pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 sebanyak 1.794 orang yang terdiri dari tahun 2015 sebanyak 603 orang, tahun 2016 sebanyak. 593 orang dan tahun 2017 sebanyak 598.

Tabel 3.4 Komposisi Sumberdaya Manusia Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun 2015-2017

No Tahun Jumlah SDM (orang)

1 2015 603

2 2016 593

3 2017 598

Jumlah 1.794

Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017

3.2 Realisasi Kinerja Keuangan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun 2015-2017

Berdasarkan Renstra Kementerian Perhubungan tahun 2015-2019 bidang perkeretaapian, diperoleh kebutuhan pendanaan untuk setiap penyelenggaraan perkeretaapian untuk tahun 2015-2019 sekitar Rp 233 triliun. Namun dengan keterbatasan pembiayaan APBN, maka sampai dengan tahun 2017, investasi APBN dalam pembangunan perkeretaapian yang disediakan total hanya mencapai Rp. 32 triliun atau 30,62% dari total kebutuhan tahun 2015-2017 atau 13,71% dari total kebutuhan tahun 2015-2019 berdasarkan Renstra. GAP pembiayaan tahun 2015-2017 sampai mencapai Rp. 72,47 triliun.

Gambar 3.1 Kebutuhan dan Realisasi Pendanaan Tahun 2015-2019

(Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017)

10.000.000.000.000 20.000.000.000.000 30.000.000.000.000 40.000.000.000.000 50.000.000.000.000 60.000.000.000.000 70.000.000.000.000 2015 2016 2017 2018 2019 A n gg ar an (R p ) Tahun RENSTRA DIPA Realisasi

(28)

III-6

Tabel 3.5 Kebutuhan dan Realisasi Pendanaan Kegiatan Tahun 2015-2019

TAHUN RENSTRA DIPA REALISASI

2015 18.697.955.926.000 18.697.955.926.000 12.563.760.933.460 2016 39.558.846.384.000 10.407.315.735.000 5.801.339.893.298 2017 46.200.813.641.000 16.022.981.642.000 2018 63.253.294.900.000 *17.296.256.780.000 2019 65.641.932.209.000 *22.485.133.814.000 Total 233.352.843.060.000 84.909.643.897.000 18.365.100.826.758

Catatan: ** TA.2018 & 2019 menggunakan asumsi alokasi DIPA

Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017

3.3 Capaian Pembangunan Jalur Kereta Api Tahun 2015-2017

Target pembangunan jalur kereta api sesuai Renstra sepanjang 3.258 Km’sp merupakan target pembangunan nasional dengan sumber pendanaan yang terdiri atas APBN/D, investasi Swasta/Badan Usaha dan KPBU. Sampai tahun 2017 telah dibangun 388 Km’sp jalur kereta api atau sekitar 11,82% dari total pembangunan jalur kereta api tahun 2015-2019 atau sekitar 29,15% dari total pembangunan jalur kereta api tahun 2015-2017. Masih dibutuhkan 2873 Km’sp jalur kereta api yang belum dibangun sampai tahun 2019.

Gambar 3.2 Capaian Panjang Jalur Kereta Api Tahun 2015-2017

(Sumber: Ditjen Perkeretaapian 2017)

Pembangunan jalur kereta api masuk dalam sasaran pokok RPJMN 2015-2019. Pembangunan jalur kereta api meliputi: Pembangunan jalur KA baru, jalur ganda dan reaktivasi.

2015 2016 2017 2018 2019 Total RENSTRA 186,9 409,65 724,43 900,33 1036,6 3258 Capaian 179 34 175 388 Review 179 34 175 386,5 765,7 1540,2 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 Pa nja ng Ja lu r K A (K m )

(29)

III-7

Tabel 3.6 Pencapaian Target Pembangunan Perkeretaapian Dalam RPJMN 2015-2019

No. Program/Kegiatan Target 2019 Capaian 2015-2016 Prakiraan 2017-2019 Sisa Target Karakteristik Target

Satuan Volume 2015 2016 Capaian 2015-2016 % 2017 2018 2019 Volume %

A. Pembangunan Transportasi Umum Massal Perkotaan

1 Pengembangan kereta api kota metropolitan (Batam, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Denpasar, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Makassar);

Kota 10 5 5 5 50 8 8 10 5 50 Akumulatif

2 Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel (MRT Jabodetabek. Jalur Lingkar Layang Jabodetabek. LRT/Monorail/Tram di Surabaya. Bandung dan Palembang)

Kota 4 0 0 0 0,0 0 1 4 4 100 Akumulatif

3 Automatic Train Protection (ATP) pada jaringan kereta api perkotaan

Unit 8 3 0 0 37,5 0 3 2 5 62,5 Pertahun

4 Penyediaan subsidi/PSO untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan b. Angkutan Massal Berbasis Rel Pnp/thn

(juta)

4.929,43 301,63 328,93 630,56 12,8 337,03 1.261,56 1.892,34 4.298,85 87,21 Pertahun

B. Penguatan Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan

1 Pembangunan jalur Kereta Api Km 3.258 179 34 213 6,5 175 ** 386,5* 765,7* 3.045 93,5 Pertahun

2 Menurunnya Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) di Sektor Transportasi Perkeretaapian

juta ton CO2 1,127 0,709 3,343 2,026 179 0,693 0,91 1,127 0 0 Pertahun

3 Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi b. Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api kecelakaan/

1juta Km perjalanan 0,55 1,15 0,24 0,695 73,6 0,55 0,55 0,55 0,145 26,36 Pertahun

Catatan:

* : Berdasarkan perhitungan ulang Review Renstra Bidang Perkeretaapian ** : Sesuai Alokasi DIPA Ditjen Perkeretaapian TA.2017

(30)

III-8

3.4 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perkeretaapian Tahun 2015-2016

Pencapaian indikator kinerja utama (IKU) Ditjen Perkeretaapian setiap tahun dievaluasi dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Berdasarkan LAKIP tahun 2015 dan konsep LAKIP tahun 2016, terangkum evaluasi pencapaian indikator kinerja utama (IKU) Ditjen Perkeretaapian.

(31)

III-9

Tabel 3.7 Pencapaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015-2016

No. Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tahun 2015 Capaian % Target Tahun 2016 Capaian % Sasaran 1 Menurunnya angka kecelakaan transportasi perkeretaapian

1 Ratio kejadian kecelakaan transportasi kereta api kecelakaan/

1 juta km 0,55 1,15 209 0.55 0.24 44

2 Jumlah pedomanstandar keselamatan Dokumen 1 1 100 0 0 0

3 Jumlah sarana dan prasarana keselamatan transportasi kereta api Unit 18 18 100 67 19 28

4 Tingkat Ketersediaan ATP Unit 5 3 60 4 0 0

5 Jumlah pengamanan/ penanganan Perlintasan sebidang Lokasi 34 21 62 44 3 7

6 Jumlah Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian Sertifikat 1710 2502 146 3792 5715 151

Sasaran 2 : Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian

7 Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi kereta api (pelemparan batu) Kejadian 320 338 106 288 34 12

Sasaran 3 : Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian

8 Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi) Dokumen 2 2 100 0 0 0

Sasaran 4 : Meningkatnya kinerja Ditjen Perkeretaapian dalam mewujudkan good governance

9 Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Ditjen Perkeretaapian Ijin 20 20 100 20 20 100

10 Pelaksanaan IMO Tahun 1 1 100 1 1 100

11 Jumlah penumpang KA PSO Penumpang 373.795.647 345.744.314 92 560.693.471 322.031.775 57

Sasaran 5 : Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi perkeretaapian

12 Jumlah emisi gas rumah kaca dari transportasi perkeretaapian yang dapat diturunkan Juta ton CO2e 0,259 0,709 274 0,476 5,008 1052

13 Jumlah prasarana KA yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan lokasi 0 0 0 0 0 0

Sasaran 6 : Mewujudkan peningkatan Kapasitas, Aksesibilitas dan Keterpaduan dalam penyediaan Sarana dan Prasarana perkeretaapian nasional

14 Terbangunnya jalur kereta api Km’sp 186.99 179.33 96 409,65 33.99 8

15 Jumlah sarana kereta api Unit 9 9 100 24 3 13

16 Terselenggaranya proses KPS dlm penyediaan infrastruktur transportasi perkeretaapian Proyek 0 0 0 1 1 100

Sasaran 7 : Mewujudkan peningkatan Aksesbilitas Publik terhadap layanan transportasi kereta api

17 Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis KA Trayek/ Lintas/

Rute 3 3 100 6 6 100

18 Jumlah lintasan/rute angkutan KA perintis menjadi komersial Trayek/ Lintas/

Rute

0 0 0 0 0 0

Sasaran 8 : Meningkatkan peran kereta api dalam penyediaan Angkutan Massal Perkotaan berbasis jalan rel 19 Jumlah wilayah perko-taan yang menerapkan angkutan massal

berbasis kereta api 5 5 100 7 5 71

(32)

IV-1 BAB IV

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI

4.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Sejalan dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 diarahkan untuk mencapai sasaran utama, yang salah satu sasaran pembangunan sektor unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang memuat upaya membangun konektivitas nasional.

Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dijabarkan kembali kedalam agenda pembangunan nasional, khususnya agenda pembangunan transportasi nasional, diantaranya adalah membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan dan membangun transportasi massal perkotaan.

4.1.1 Isu Strategis 1: Membangun Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan

Infrastruktur penunjang konektivitas nasional baik berupa jaringan transportasi dan jaringan telekomunikasi, perlu diintegrasikan dengan pelayanan sarana intermoda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif, termasuk mendorong pembangunan konektivitas antarwilayah, sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi.

Kebijakan strategis untuk mewujudkan konektivitas nasional adalah: 1. Mempercepat pembangunan sistem transportasi multimoda;

2. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global;

3. Menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan;

4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi;

5. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan melalui mitigasi dan adaptasi perubahan iklim maupun peningkatan keselamatan dan kualitas kondisi lingkungan;

6. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi;

Gambar

Tabel 1.2 Sasaran dan Strategi/Kebijakan Implementasi Yang Terkait Bidang Perkeretaapian
Tabel 2.3 Tujuan dan Sasaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2015-2019
Tabel 3.1 Capaian Pembangunan Transportasi Perkeretaapian Tahun 2015-2017
Tabel 3.2 Pelaksanaan Deregulasi/Simplifikasi/Pemangkasan Regulasi   Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan kemoterapi pada pasien Ca Mammae di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta tahun 2013 dengan nilai

Me$asang spand% di depan apote dan plang na$a apote. Adanya dote&#34; spesialis yang

Flat files lend themselves nicely to data modeling in Excel because they can be detailed enough to hold the data you need and still be conducive to a wide array of analysis

Dalam menangani transaksi Anggota harus bertindak profesional sebagaimana layaknya seorang pedagang SUN yang baik dengan penuh kehati - hatian dan cermat serta memperhatikan

menunjukkan bahwa ibu primigravida trimester III yang menjadi responden sebelum melakukan prenatal gentle yoga memiliki skorkecemasan rata-rata 27.4375 dimana skor

71 Tahun 2013 tersebut berisi tentang bagaimana ketentuan umum program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diatur pada pasal 1, penyelenggaraan pelayanan

Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik

Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang