• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KIMIA FARMA 27 MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KIMIA FARMA 27 MEDAN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Tri Agusti Hasibuan, S.Farm. 073202103

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

APOTEK KIMIA FARMA 27 MEDAN

Disusun Oleh:

Tri Agusti Hasibuan, S.Farm. 073202103

Disetujui Oleh: Pembimbing,

Hendra Farma Johar, M.Si., Apt. MAP Apotek Kimia Farma 27 Medan

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 131 283 716

(3)

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan.

Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melakukan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan. Penulisan Laporan Praktek Kerja Profesi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Hendra Farma Johar, M.Si., Apt., selaku Manajer Bisnis PT. Kimia Farma Apotek Medan, serta Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No. 27 Medan beserta staf.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan

3. Bapak Drs. Wiryanto, MS, Apt. Sebagai Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kefarmasian.

Medan, Juli 2008

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

RINGKASAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK ... 3

2.1 Pengertian dan Peran Apotek ... 3

2.2 Pengelolaan Apotek ... 3

2.2.1 Sumber Daya Manusia ... 4

2.2.2 Sarana dan Prasarana... 4

2.2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi... 4

2.2.4 Pembelian, Penyimpanan danPenjualan Perbekalan Farmasi 6 2.3 Pengertian dan Fungsi Managemen ... 8

2.3.1 Perencanaan... 8

2.3.2 Pengorganisasian... 8

2.3.3 Kepemimpinan ... 8

2.3.4 Pengawasan ... 9

BAB III KIMIA FARMA ... 3.1 Sejarah Kimia Farma ... 10

3.2 Visi dan Misi Kimia Farma ... 10

3.3 Bisnis Kimia Farma ... 11

3.3.1 Holding ... 11

3.3.2 Anak Perusahaan ... 12

3.3.2.1 PT.Kimia Farma Trading & Distribution ... 12

3.3.2.2 Pabrik (Industri Farmasi) ... 12

(5)

3.3.2.4 P.T. Kimia Farma Apotek ... 15

3.3.3 Store Manager Kimia Farma... 15

3.4 Apotek Kimia Farma 27 Medan ... 16

3.4.1 Lokasi ... 16

3.4.2 Sumber Daya Manusia ... 16

3.4.3 Pengadaan Perbekalan Farmasi dan Kelengkapan Produk .. 17

3.4.3.1 Pembuatan Buku Defekta Barang ... 17

3.4.3.2 Perencanaan Pembelian ... 17

3.4.3.3 Prosedur Pembelian ... 17

3.4.3.4 Penerimaan Barang ... 18

3.4.3.5 Penyimpanan ... 18

3.4.4 Penjualan/Pelayanan ... 18

BAB IV KONSULTASI DAN KONELING ... 19

4.1 Pengertian dan Tujuan Konseling ... 19

4.2 Manfaat Konseling dan konsultasi ... 19

4.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Konseling Pasien... 21

4.4 Proses Konseling... 21

4.5 Interaksi Apoteker Pasien ... 24

4.6 Panduan dalam Konseling dan Pelayanan Informasi Obat ... 25

4.7 Ruang Konseling dan Layanan Informasi Obat ... 26

4.7 Kendala dalam Pemberian Konseling dan Layanan Informasi Obat 26 BAB V PELAYANAN RESEP DAN SWAMEDIKASI ... 28

5.1 Pelayanan Resep... 28

5.2 Pelayanan Swamedikasi ... 46

BAB VI PEMBAHASAN... 56

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN... 59

7.1 Kesimpulan ... 59

7.2 Saran... 59

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Apotek Kimia Farma yang Ada di Indonesia... 16

Tabel 5.1 Spesialite Obat Resep 1... 29

Tabel 5.2 Spesialite Obat Resep 2 ... 32

Tabel 5.3 Spesialite Obat Resep 3 ... 36

Tabel 5.4 Spesialite Obat Resep 4 ... 40

Tabel 5.5 Spesialite Obat Resep 5 ... 43

Tabel 5.6 Spesialite Obat Swamedikasi 1 ... 46

Tabel 5.7 Spesialite Obat Swamedikasi 2 ... 47

Tabel 5.8 Spesialite Obat Swamedikasi 3 ... 48

Tabel 5.9 Spesialite Obat Swamedikasi 4 ... 49

Tabel 5.10 Spesialite Obat Swamedikasi 5 ... 50

Tabel 5.11 Spesialite Obat Swamedikasi 6 ... 51

Tabel 5.12 Spesialite Obat Swamedikasi 7 ... 52

Tabel 5.13 Spesialite Obat Swamedikasi 8 ... 53

Tabel 5.14 Spesialite Obat Swamedikasi 9 ... 54

(7)

RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) farmasi komunitas di apotek Kimia Farma No. 27 Medan. Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan dalam upaya memberikan perbekalan keterampilan dan keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara langsung pengelolaan suatu apotek serta melihat peran dan tugas Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek. Praktek Kerja Profesi dilaksanakan pada tanggal 23 Juni - 22 Juli 2008. Kegiatan Praktek Kerja Profesi di apotek Kimia Farma No 27 Medan meliputi: melihat sistem pelayanan di apotek dari segi pelayanan kefarmasian dan sebagai usaha bisnis ritel serta melihat dan memahami manajemen apotek Kimia Farma sebagai suatu perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Serta ikut berperan dalam pelayanan swamedikasi dan obat dalam bentuk resep serta informasi obat kepada pasien.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup, maka ada pendapat bahwa tersedianya sarana pelayanan kesehatan menjadi hak setiap orang dan merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui pekerjaan yang berhubungan dengan kefarmasian.

Pemahaman dan perhatian masyarakat terhadap kesehatan semakin hari semakin meningkat, terutama terhadap ketepatan penggunaan sediaan farmasi, dalam hal ini obat. Untuk mendapatkan pelayanan dan informasi yang memuaskan mengenai ketepatan penggunaan obat tersebut, diperlukan suatu tempat yang dapat digunakan untuk menyalurkan dan memberikan informasi obat yang lengkap kepada masyarakat, salah satunya adalah apotek.

Apotek Kimia Farma sebagai suatu perusahaan milik negara yang bergerak dibidang kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan visi Indonesia sehat yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk memberikan jasa layanan prima atas ritel farmasi dan jasa terkait serta memberikan jasa layanan kefarmasian bagi pelanggan.

Sebagai suatu perusahaan, selain memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, Apotek Kimia Farma juga dituntut untuk dapat mengembangkan perusahaan dan memberikan keuntungan financial bagi peningkatan nilai perusahaan. Oleh sebab itu, apoteker sebagai manager dan leader di apotek harus mempunyai kemampuan baik dibidang kefarmasian maupun dibidang manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada perusahaan. Apoteker Pengelola Apotek dituntut pengetahuannya untuk dapat menguasai produk yang dijual dan teknis pelayanan

(9)

kefarmasian serta harus dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil kinerja operasional

Sementara itu, peran, fungsi, dan posisi apoteker sebagai profesi kesehatan belum menunjukkan kemampuannya di masyarakat, penyebab terjadinya hal ini, yaitu kurangnya kepercayaan diri. Kelemahan terbesar profesi apoteker yaitu apoteker masih belum percaya diri dalam berinteraksi dengan profesi kesehatan lainnya dan ditambah lagi ketidakmampuan apoteker berhadapan dengan masyarakat secara profesional. Sumber ketidakpercayaan diri ini antara lain karena luasnya ilmu farmasis yang mengakibatkan apoteker hanya akan menguasai kulit terluar dari ilmu kefarmasian yang mencakup ilmu kimia, fisika, sistematika tumbuhan, anatomi dan fisiologi manusia, farmakologi, interaksi obat, bioavailabilitas dan bioekivalensi, toksikologi, bioteknologi, teknologi formulasi, sampai ilmu psikologi dan sosial tentang komunikasi massa, farmakoekonomi, dan manajemen, yang seharusnya dikuasai.

Dengan demikian, mahasiswa Apoteker yang merupakan calon apoteker perlu dibekali keterampilan dan keahlian dalam mengelola apotek melalui Praktek Kerja Profesi di apotek Kimia Farma agar calon Apoteker dapat mengetahui dan melihat secara langsung pengelolaan suatu apoteksebagai suatu usaha bisnisserta melihat peran dan tugas Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek, serta melatih mahasiswa berinteraksi dengan masyarakat dan tenaga profesi kesehatan lain sehingga kelak mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai apoteker pengelola apotek yang profesional sesuai dengan kode etik serta undang-undang yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya Praktik Kerja Profesi (PKP) di apotek Kimia Farma ini adalah untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan, tugas dan fungsi apoteker sebagai Apoteker Pengelola Apotek, mendidik mahasiswa calon Apoteker agar mampu memahami permasalahan apotek dan mampu mengelola apotek. Serta melatih mahasiwa calon Apoteker untuk berinteraksi dengan masyarakat sebagai salah satu tenaga profesi kesehatan.

(10)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1Pengertian dan Peranan Apotek

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, pebekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin dan implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Tugas dan fungsi apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 yaitu:

1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucap sumpah jabatan.

2. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat

3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Anief, 1995).

2.2Pengelolaan Apotek

Dalam mengelola sebuah apotek, sangat penting adanya pengelolaan dalam menyusun rencana kerja (planning) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk melaksanankan rencana kerja tidak mungkin dilakukan oleh satu fungsi, maka apotek membagi-bagi pekerjaan yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada setiap fungsi. Kemudian masing-masing fungsi melaksanakan rencana kerja sesuai dengan fungsi pekerjaan dan sasaran yang akan dicapainya.

(11)

2.2.1 Sumber Daya Manusia

Apotek harus dikalola oleh apoteker yang kreatif dan professional. Apoteker harus memiliki kemampuan memberikan informasi obat dan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi dengan baik antar profesi, mampu memimpin semua SDM, dan disiplin yang tinggi serta menguasai IPTEK.

Mengenai pengelolaan SDM, hal ini terkait dengan managemen personalia, dimana apoteker perlu mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi para karyawan, mendorong karyawan untuk giat bekerja serta yang terpenting adalah menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya. Hal ini sangat penting untuk dilaksanakan karena sikap karyawan yang professional, baik, ramah, dan cepat melayani pembeli dapat membangkitkan kesan baik. Jadi sikap karyawan merupakan pharmacy public image yang sangat berguna untuk mancapai laba yang direncanakan.

2.2.2 Sarana dan Prasarana

Apotek sebaiknya berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat seperti dekat pemukiman masyarakat, pusat perbelanjaan dengan halaman parkir yang cukup memadai. Apotek harus dapat dengan mudah dikunjungi oleh masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktifitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan kualitas dan daya tarik bagi apotek serta mengurangi kesalahan penyerahan.

2.2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pemerintah menyerahkan pengelolaan perbekalan farmasi kepada APA karena obat memiliki sifat yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, maka pemerintah memiliki kewajiban mengawasi dan mengendalikannya dengan mengatur tata cara pendistribusiaannya di masyarakat, agar ketepatan penggunaannya oleh konsumen dapat terjaga.

(12)

Cara menata perbekalan farmasi di apotek dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1 Di ruang peracikan atau penyiapan obat (ethical counter).

Untuk golongan narkotika dan psikotropika:

• Golongan narkotika di ruang peracikan, disimpan di lemari khusus narkotika ditempatkan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

• Golongan psikotropika di ruang peracikan, disimpan di lemari khusus terpisah dengan perbekalan farmasi lainnya.

Untuk golongan keras daftar G (obat keras) di ruang peracikan, disimpan di lemari yang didesain khusus dan dibagi menjadi 4 bentuk perbekalan farmasi yaitu:

• Lemari perbekalan obat solid yaitu tempat penyimpanan obat yang berbentuk solid seperti tablet, kaplet, kapsul, pil.

• Lemari perbekalan semi solid yaitu tempat penyimpanan obat yang berbentuk semi solid seperti: salep, krim, pasta, jelly.

• Lemari perbekalan obat cairan yaitu tempat penyimpanan obat yang bebentuk cairan seperti injeksi, infus, sirup.

• Lemari pendingin (kulkas) yaitu tempat penyimpanan obat yang harus disimpan ditempat sejuk atau dingin seperti vaksin, suppusitoria, ovula, injeksi.

Bentuk dan tanda lemari (rak) obat

• Bentuk lemari (rak) obat

Mengingat jenis obat-obat ethical merknya banyak jumlahnya, maka bentuk lemarinya dibuat seperti sarang tawon yang dapat menampung banyak jenis obat, sehingga pemakaian ruangan menjadi lebih efisien dan dapat mempermudah proses penyiapan dan pembuatan obat.

• Tanda lemari (rak) obat yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat bentuk perbekalan farmasi di setiap lemari atau rak obat yang terdapat di ruang peracikan, agar dapat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam menyiapkan obat-obat yang dibutuhkan konsumen tanda ini dapat tergantung di atas lemari obat atau menempel pada lemari obat.

(13)

2 Di ruang penjualan obat bebas (OTC counter)

Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi di OTC counter antara lain:

a. Estetika yaitu seni keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari obat bebas dan bebas terbatas agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli bagi setiap konsumen yang datang ke apotek.

b. Lay Out yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan (keluar-masuk) bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

c. Tanda yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat golongan fungsi obat yang terdapat di setiap lemari atau rak obat.

2.2.4 Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Perbekalan Farmasi

Pembelian perbekalan farmasi didasarkan pada kebutuhan penjualan meliputi resep dan penjualan bebas. Pembelian harus direncanakan dengan baik untuk mencagah terjadinya penumpukan barang sehingga perputaran barang tidak mengalami hambatan.

Cara melakukan pembelian dapat dilakukan dengan cara: 1 Pembelian dalam jumlah terbatas (Hand to mouth buying)

Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap dapat segera melayani kebutuhan obat dan segera obatnya dapat dikirim.

2 Pembelian secara spekulasi

Pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena adanya diskon atau bonus. Meskipun apabila spekulasinya benar dapat untung besar, tetapi cara ini mengandung resiko mengenai rusak dan kedaluwarsa. 3 Pembelian berencana

Cara pembelian ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat/barang dagangan penting sekali dengan demikian dapat

(14)

diketahui mana yang laku keras dan mana yang kurang laku, hal ini dapat dilihat dalam kartu stok.

Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semuanya langsung dapat dijual. Oleh karena itu harus disimpan dalam gudang dahulu dengan tujuan antara lain supaya: aman atau tidak hilang, tidak mudah rusak, dan mudah terawasi. Jadi, gudang harus memenuhi beberapa ketentuan antara lain:

1 Merupakan ruang tersendiri dalam kompleks apotek. 2 Cukup aman, kuat dan dapat dikunci dengan baik. 3 Tidak terkena sinar matahari langsung.

4 Tersedia rak yang cukup baik

5 Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, kering dan bersih.

Penjualan obat dan perbekalan farmasi dapat berupa pelayanan resep dan obat bebas, kosmetika dan alat kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kepada konsumen ada beberapa hal yang diperhatikan:

1 Kelengkapan obat, merupakan hal yang harus dipenuhi dalam berbagai jenis, golongan dan bentuk sediaannya.

2 Harga obat merupakan faktor yang menentukan dalam persaingan. Harga obat yang wajar bagi kemampuan masyarakat sekitar apotek perlu dipertimbangkan sehingga masyarakat dapat memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang terjamin.

3 Pelayanan merupakan faktor daya tarik dan pemikat. Pengelolaan khusus narkotik dan psikotropik yaitu:

• Cara pemesanan: SP untuk obat narkotika dan psikotropika harus menggunakan SP khusus yang ditandatangani oleh APA.

• Cara penyerahan: penyerahan untuk obat narkotika dan psikotropika harus sesuai dengan persyaratan dokumen yang diatur peraturan untuk:

™ Apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dengan SP khusus narkotika.

™ Dokter, pasien dengan resep asli, lengkap dengan nama-alamat pasien dan dokternya.

• Cara pelaporan: laporan obat narkotika dan psikotropika selain digunakan untuk kepentingan analisis bisnis internal, tetapi juga dilaporkan kepada pihak

(15)

external (Sudin Yankes Dati II/Kodya dengan tembusan kepada Dinkes Propinsi, kepala Balai POM, PBF Kimia Farma)

2.3 Pengertian dan Fungsi Manajemen

Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai suatu organisasi, yang dikenal dengan planning, organizing, actualing and controlling.

2.3.1 Perencanaan

Sebelum menjalankan suatu usaha sebaiknya dibuat suatu perencanaan yang benar-benar matang, baik itu rencana jangka pendek ataupun rencana jangka panjang, tanpa perencanaan yang baik maka tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan. Perencanaa ini mancakup lokasi, studi kelayakan, dan perhitungan modal sampai kapan modal akan kembali, perencanaan yang baik harus dilengkapi dengan jadual waktu dan pembiayaan.

2.3.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah fungsi yang mempersatukan sumber-sumber daya pokok dengan sistem yang teratur dan mengatur orang-orang dalam suatu pola yang harmonis sehingga mereka dapat melaksanakan tugas-tugas untuk mencapapai tujuan yang ditetapkan.

Kemampuan mengorganisasi meliputi pembagian tugas pada setiap karyawan, penentu tugas tiap-tiap kelompok, pemilihan orang-orang yang sesuai dengan pendidikannya, pendelegasian wewenang, pemberian tangung jawab, pengorganisasian macam-macam aktivitas, hubungan-hubungan dan tanggung jawab manusianya secara sadar.

2.3.3 Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan pelaksanaan tindakan-tindakan bawahannya agar mereka bekerja atas kesadaran sendiri tanpa merasa

(16)

dipaksa. Dalam hal ini diperlukan bakat kepemimpinan dan kewibawaan sehingga dapat mengaktifkan semua karyawan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.

2.3.4 Pengawasan

Pengawasan adalah proses pengamatan, penelitian dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi yang sedang atau sudah berjalan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan untuk mengoreksi kegiatan bawahan apakah sesuai dengan perencanaan sehingga dapat memperlancar aktivitas perusahaan.

Agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai maka manajemen memerlukan unsur atau sarana meliputi 5 M yaitu:

1 Men: manusia, SDM yang diperlukan. 2 Money: uang yang dibutuhkan.

3 Methods: metode atau system yang dipakai. 4 Materials:bahan-bahan yang digunakan.

(17)

BAB III KIMIA FARMA

3.1 Sejarah Kimia Farma

Kimia Farma merupakan pioneer dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co, perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT), menjadi PT. Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 juli 2001, Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, saat ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

3.2 Visi dan Misi Kimia Farma Visi

Menjadi perusahaan jaringan layanan Farmasi yang terkemuka di Indonesia

Misi

• Memberikan jasa layanan prima atas ritel farmasi dan jasa terkait serta memberikan jasa layanan kefarmasian bagi pelanggan

• Meningkatkan nilai perusahaan untuk pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan

• Mengembangkan kompetensi dan komitmen SDM yang lebih profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan SDM

(18)

3.3 Bisnis Kimia Farma 3.3.1 Holding

PT. Kimia Farma Tbk. Dibentuk : 16 Agustus 1971 Jalur Usaha : Pelayanan Kesehatan

Sebagai perusahaan publik sekaligus BUMN, Kimia Farma berkomitment penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan.

PT. Kimia Farma tbk. merupakan sebuah perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir, yaitu : industri, marketing, distribusi, ritel, laboratorium klinik dan klinik kesehatan.

Dengan dukungan kuat Riset dan Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, Yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri, dimana kelimanya telah mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan sertifikat ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 14001 dari institusi luar negeri.

Hasil produksi yang di buat oleh Pabrik Farmasi perusahaan baik produk obat-obat kimia, formulasi dan herbal, dibagi dalam 6 (enam) lini produksi yaitu etikal, obat bebas, generik, narkotika, lisensi dan bahan baku.

Hampir semua kelas terapi diakomodasi oleh produk perusahaan yang terdiri lebih dari 260 item produk dan dipasarkan keseluruh Indonesia serta di ekspor ke beberapa negara melalui jaringan distribusi perseroan atau yang memiliki perjanjian dengan perseroan.

Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya Kimia Farma berkomitmen untuk memastikan pasokan obat generik yang tetap ke pasar dalam negeri sesuai dengan misi perusahaan.

(19)

3.3.2 Anak Perusahaan

3.3.2.1 PT. Kimia Farma Trading & Distribution

Dibentuk : 4 Januari 2003

Jalur Usaha : Distribusi Obat dan Alat Kesehatan

PT. Kimia Farma Trading and Distribution, sebagai anak perusahaan dari PT. Kimia Farma tbk. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) sebelumnya merupakan divisi yang bergerak di bidang yang sama, yaitu perdagangan dan distribusi. Oleh karena itu pengalamannya sama dengan umur PT. Kimia Farma tbk sendiri. Hampir sepanjang sejarahnya sejak sebagai Divisi PBF, perusahaan lebih menonjol dalam bidang perdagangan, terlihat dari data tahun ke tahun, komposisi penjualan kepada institusi baik melalui tender atau langsung, lebih dominan daripada penjualan reguler, yang mencerminkan kepada bisnis distribusi.

Di masa yang lalu, divisi PBF ini terfokus lebih banyak menyalurkan atau menjadi keagenan dari produk perusahaan induk, yaitu produk Kimia Farma. Setelah lahir menjadi anak perusahaan, serta melihat kondisi ke depan, perusahaan telah bertekad untuk merubah visi, tidak lagi hanya menyalurkan produk dari perusahaan induk, tetapi akan menyalurkan produk-produk lain. Oleh karena itu, perusahaan telah merubah visinya akan menjadi perusahaan distributor pilihan utama bagi prinsipal. Visi ini mengandung arti ke depan perusahaan akan lebih fokus kepada penjualan reguler, tanpa meninggalkan penjualan kepada institusi/tender dan menjadi perusahaan distribusi multi prinsipal.

PT. Kimia Farma Trading and Distribution memiliki 41 cabang yang mendistribusikan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, baik yang diproduksi sendiri maupun yang diproduksi oleh pihak ketiga. Dalam operasionalnya didukung dengan fasilitas pergudangan yang besar dan peralatan yang efisien serta armada transportasi yang terintegrasi dengan sistem informasi untuk mendukung kelancaran pengiriman barang ke seluruh Indonesia.

3.3.2.2Pabrik (Industri Farmasi)

Dengan dukungan kuat riset & pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional,

(20)

yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri.

Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, sirup kering, suspensi/sirup, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001.

Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunannya, rifampisin, obat asli indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Unit produksi ini telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirup, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Unit produksi ini telah menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9002.

Plant Semarang mengkhususkan diri pada minyak jarak, minyak nabati (bedak). Untuk menjamin kualitas produksi, unit ini secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001 serta telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan US-FDA Approval.

Plant Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di Indonesia. Unit ini memproduksi yodium dan garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak ”Yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok. Plant Watudakon juga mempunyai fasilitas produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirup, dan cairan obat luar/dalam. Unit ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-9002 dan ISO-14001.

Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-4002 dan ISO-14001 ini meliputi tablet, krim, kapsul lunak, salep, sirup dan cairan obat luar/dalam.

(21)

3.3.2.3 Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan

Sejak tahun 2004, Kimia Farma mencanangkan perubahan arah bisnis dari perusahaan farmasi menjadi perusahaan pelayanaan kesehatan. Perubahan paradigma ini untuk mengantisipasi munculnya kesadaran baru di masyarakat, dari mengobati penyakit dan mengelola penyakit menjadi mencegah penyakit dan mengelola kesehatan. Oleh sebab itu, Kimia Farma melakukan pengembangan usaha baru yang meliputi Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan.

Menangkap peluang dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan, pembentukan unit usaha baru ini terutama ditujukan untuk memberikan layanan pemeriksaan Laboratorium Klinik dan Pemeriksaan Mikrobiologi Industri. Layanan yang diberikan, yaitu: Pemeriksaan Atas Permintaan Sendiri (APS), Pemeriksaan Atas Permintaan Dokter (APD), Medical Check Up, pemeriksaan mikrobiologi industri dan pemeriksaan rujukan.

Sebagai salah satu upaya mewujudkan visi perusahaan menjadi Healthcare Company, maka Kimia Farma merintis infrastruktur bisnisnya memasuki usaha jaringan penyedia layanan kesehatan (klinik kesehatan) yang terpadu dan terintegrasi dengan membangun sistem informasi yang mendukung.

Klinik Kesehatan Kimia Farma dengan konsep one stop healthcare services menyediakan layanan klinik dokter yang didukung dengan layanan pemeriksaan kesehatan (laboratorium), layanan farmasi (apotek) dan layanan pendukung lainnya.

Jasa layanan kesehatan yang akan diberikan meliputi konsultasi, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, layanan medical check up untuk perorangan dan perusahaan, serta perencanaan administrasi pelayanan kesehatan dan pengelolaan medical record untuk karyawan. Layanan tersebut diatas juga akan diupgrade sesuai dangan kebutuhan konsumen melalui layanan care service. Klinik Kimia Farma ke depan dihadirkan oleh perusahaan sebagai suatu solusi total kesehatan.

(22)

3.3.2.4 PT. Kimia Farma Apotek

Dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dengan jalur usaha Farmasi. PT. Kimia Farma Apotek mengelola sebanyak 340 Apotek yang tersebar di seluruh tanah air, yang memimpin pasar di bidang perapotekan dengan penguasaan pasar sebesar 19% dari total penjualan apotek di seluruh Indonesia.

Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang bekerja full time sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.

Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.

PT. Kimia Farma Apotek, adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma tbk.

3.3.3 Store Manager Apotek Kimia Farma Medan

Apotek Kimia Farma Medan memiliki 23 store yang tersebar di seluruh sumatera yaitu: Kimia Farma Pel 2 R.S. Inalum, Kimia Farma Pel 14 R.S. Pirngadi, Kimia Farma 27 Medan, Kimia Farma 28, Kimia Farma 29 Pematang Siantar, Kimia Farma 30 Tebing Tinggi, Kimia Farma Pel 41 R.S. Tebing Tinggi, Kimia Farma 39 Medan, Kimia Farma 41 Kaban Jahe, Kimia Farma Pel 54 R.S. Rantau Prapat, Kimia Farma 84 Tanjung Balai, Kimia Farma 85 Pematang Siantar, Kimia Farma 90 Kisaran, Kimia Farma 106 Medan, Kimia Farma 107 Medan, Kimia Farma 160 Medan, Kimia Farma 162 Pematang Siantar, Kimia Farma 255 Medan, Kimia Farma Basri Medan, Kimia Farma Namso Pematang Siantar, Kimia Farma 313 Padang Sidempuan, Kimia Farma 96 Rantau Prapat, dan Kimia Farma 314 Binjai.

(23)

Tabel 1. Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia

No. Provinsi No. Provinsi

1. Bali 16. Kepulauan Bangka Belitung

2. Banten 17. Lampung

3. Bengkulu 18. Maluku

4. DIY 19. Maluku Utara

5. DKI 20. Nanggroe Aceh Darusalam

6. Gorontalo 21. NTB

7. Irian Jaya 22. NTT

8. Jambi 23. Riau

9. Jawa Barat 24. Sulawesi Selatan 10. Jawa Tengah 25. Sulawesi Tengah 11. Jawa Timur 26. Sulawesi Tenggara 12. Kalimantan Barat 27. Sulawesi Utara 13. Kalimantan Selatan 28. Sumatera Barat 14. Kalimantan Tengah 29. Sumatera Selatan 15. Kalimantan Timur 30. Sumatera Utara

3.4 Apotek Kimia Farma 27

3.4.1 Lokasi

Apotek Kimia Farma 27 berada di Jl. Palang Merah No. 32 Medan, terletak di daerah perkotaan dan pemukiman yang ramai dengan penduduk yang cukup padat serta mudah dijangkau oleh kendaraan umum, dekat dengan tempat perbelanjaan dan dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan lain seperti rumah sakit dan klinik. Lokasi Apotek Kimia Farma 27 dilengkapi dengan praktek dokter umum, dokter spesialis, swalayan farmasi, optik dan laboratorium klinik.

3.4.2 Sumber Daya Manusia

Apotek Kimia Farma 27 dipimpin oleh seorang oleh Manajer Apotek Pelayanan (Apoteker Pengelola Apotek) yang membawahi 27 orang karyawan antara lain 2 orang koordinator (1 orang bagian racikan dan 1 orang bagian

(24)

Medical Mini market (M3), 1 orang Apoteker PIO, 11 orang Asisten Apoteker, dan 14 orang non Asisten Apoteker.

3.4.3 Pengadaan Perbekalan Farmasi dan Kelengkapan Produk 3.4.3.1 Pembuatan Buku Defekta Barang

Buku defekta adalah buku yang memuat daftar barang yang kosong atau hampir habis. Pembuatan buku defekta barang dilakukan sebagai berikut: sekali seminggu petugas memeriksa barang yang kosong atau hampir habis, lalu melakukan pencatatan dalam buku defekta meliputi nama barang, satuan, dan jumlah yang dibutuhkan, kemudian menyerahkan buku defekta ke petugas pembelian.

3.4.3.2 Perencanaan Pembelian

Perencanaan pembelian dilakukan seminggu sekali, kecuali barang-barang yang dibeli secara mendesak karena adanya permintaan pasien. Perencanaan pembelian dilakukan sebagai berikut: petugas pengadaan KF 27 menerima informasi mengenai kebutuhan perbekalan farmasi melalui defekta barang, kemudian petugas menetapkan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan defekta dengan memperhatikan jumlah kebutuhan per bulan.

3.4.3.3 Prosedur Pembelian

Prosedur pembelian dilakukan sebagai berikut: petugas penanggung jawab lemari obat membuat defekta mengenai kebutuhan perbekalan farmasi dan menyerahkannya ke bagian pengadaan KF 27 lalu merekapitulasi defekta dan membuatnya dalam bentuk Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) dan dikirim kepada bagian Pengadaan di BM, lalu bagian pengadaan di BM mengirim Surat Pemesanan (SP) kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF), kemudian PBF mengirim barang dan faktur kepada masing-masing Apotek Kimia Farma, dan barang diterima dan dicocokkan oleh petugas Kimia Farma.

(25)

3.4.3.4 Penerimaan Barang

Penerimaan barang dilakukan sebagai berikut: petugas menerima barang dari pemasok disertai dengan Surat Pengantar Barang/Faktur (SPB/F), petugas memeriksa kesesuaian permintaan barang yang ada di SP dan SPB/F, petugas menandatangani, membubuhkan nama penerima, tanggal penerimaan barang dan membubuhkan stempel pada faktur asli. Faktur asli diserahkan kepada pemasok dan foto copy faktur sebagai pertinggal, kemudian petugas memberikan nomor urut barang, lalu petugas mencatat barang masuk pada kartu stok masing-masing barang.

3.4.3.5 Penyimpanan

Penyimpanan dapat dilakukan di etalase khusus. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, dan efek farmokolginya yang disusun menurut abjad dengan menggunakan prinsip FIFO (first in first out), yaitu obat yang lebih awal masuk dikeluarkan lebih dahulu.

Untuk obat generik penyimpanannya disusun berdasarkan abjad. Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus. Obat-obat yang penyimpanannya harus dibawah suhu kamar, disimpan dalam lemari pendingin.

3.4.4 Penjualan/Pelayanan

Apotek Kimia Farma 27 memberikan pelayanan atas resep dokter dan pelayanan swamedikasi baik secara tunai ataupun secara kredit. Pelayanan sudah cukup baik karena melayani konsumen dengan ramah, sopan, santun, dan siap membantu selama konsumen berada di apotek. Pelayanan di Apotek telah memakai sistem komputerisasi sehingga memudahkan dalam pelayanan dan pengadaan barang. Sistem komputerisasi yang digunakan sekaligus berperan sebagai mesin kasir.

Apotek juga memberikan pelayanan khusus kepada konsumen yang tidak mendapatkan obat yang dibutuhkannya secara langsung. Untuk kondisi seperti ini, maka petugas apotek akan mengantar obat tersebut ke alamat konsumen (delivery order).

(26)

BAB IV

KONSULTASI DAN KONSELING

4.1 Pengertian dan Tujuan Konseling

Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya pada penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan interaksi dengan pasien dan profesional kesehatan lainnya, dengan melaksanakan pelayanan "Pharmaceutical care" secara menyeluruh oleh tenaga farmasi. Konseling dan pelayanan informasi obat merupakan hal yang penting dalam penyediaan informasi oleh apoteker yang diperlukan pasien, ditambah dengan mengumpulkan data pasien sebagai dasar untuk terapi obat dan membangun rencana pelayanan kefarmasian.

Konseling merupakan suatu proses komunikasi dua arah yang sistematis antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah berkaitan dengan terapi obat (DTP). Konseling obat usaha untuk mengoptimalkan terapi obat dan meningkatkan kualitas hidup paien. Konseling memberikan kepuasan kepada apoteker karena dengan penyembuhan pasien akan memberikan feed back ke bisnis apotek.

Tujuan dilakukannya konseling yaitu:

1. Membina hubungan dan mengembangkan kepercayaan pasien. 2. Menunjukkan kepedulian farmasis terhadap pasien.

3. Membantu pasien mengatur dan menyesuaikan diri terhadap penyakitnya. 4. Membantu pasien mengatur dan menyesuaikan diri terhadap pengobatannya. 5. Untuk meminimalkan/mencegah masalah-masalah yang berkaitan dengan efek

samping, efek yang tidak dikehendaki dari obat

6. Meningkatkan kemampuan pasien bila berhadapan dengan berbagai problem kesehatannya.

4.2 Manfaat Konseling dan Konsultasi

Berhasilnya suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien untuk mengikuti terapi yang telah ditentukan. Kapatuhan pasien ditentukan oleh

(27)

beberapa hal antara lain persepsi tentang kesehatan, pengalaman mengobati sendiri, pengalaman dari terapi sebelumnya, lingkungan (teman dan keluarga), adanya efek samping obat, keadaan ekonomi, interaksi dengan tenaga kesehatan (dokter,, apoteker dan perawat).

Akibat dari ketidakpatuhan pasien pada terapi obat yang diberikan adalah kegagalan terapi, terjadinya resistensi antibiotika, dan yang lebih berbahaya adalah terjadinya toksisitas. Adapun penyebab dari ketidakpatuhan pasien adalah : usia lanjut, regimen yang kompleks, lamanya terapi, hilangnya gejala (symptom), takut akan efek samping, takut ketergantungan obat, rasa obat yang tidak enak, masalah ekonomi, kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pentingnya terapi dan petunjuk penggunaan obat. Faktor tersebut akibat dari kurangnya informasi dan komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien. Biasanya karena kurangnya informasi mengenai hal-hal di atas, pasien melaukan self-regulation terhadap terapi obat yang diterimanya.

Manfaat dari konselingbagi pasien adalah :

• Mengoptimalkan hasil terapi obat, tercapainya tujuan pengobatan

• Mengurangi kesalahan dalam penggunaan obat.

• Mengurangi efek samping obat, resistensi antibiotika dan toksisitas obat

• Adanya panduan dalam swamedikasi

• Tambahan pengetahuan mengenai penyakit yang diderita Manfaat pasien-konseling bagi tenaga farmasi adalah

• Sebagai bahan untuk Legal protection bila dikemudian hari terjadi klaim atas obat yang diberikan pada pasien.

• Sebagai salah satu “profesional" dalam team perawatan kesehatan.

• Meningkatkan kepuasaan kerja .

• Menjadi mitra pasien dalam pengobatan sendiri (swamedikasi).

• Tambahan layanan untuk menarik konsumen

(28)

4.3 Hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan konseling pada pasien

Sebelum memberikan konseling ada beberapa hal yang harus diketahui oleh seorang apoteker agar tujuan konseling tercapai. Hal yang perlu diperhatikan adalah latar belakang pasien seperti biodata, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga, sosial dan ekonomi. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah membuat daftar masalah yang dihadapi pasien (terutama masalah yang berkaitan dengan obat). Setelah kedua hal tersebut dilakukan baru dapat memberikan konseling berdasarkan masalah yang sudah di susun kemudian dapat dilihat dari perubahan sikap pasien apakah konseling yang telah diberikan sudah tepat atau belum.

Cara-cara pendekatan/hubungan antara farmasis dengan pasien

Medical model Helping model

• Pasien pasif

• Dasar kepercayaan adalah keahlian dan kekuasaan dari profesional.

• Farmasis mengidentifikasi masalah dan menetapkan solusinya.

• Pasien sangat tergantung pada farmasis.

• Hubungan antara orangtua dan anak.

• Secara aktif

• Dasar kepercayaan hubungan personal yang telah dibina sejak lama.

• Farmasis membantu pasien dalam memahami masalah dan kemungkinan-kemungkinan solusinya.

• Pasien mengembangkan

kepercayaan dirinya untuk menyelesaikan masalahnya.

• Hubungan yang setara

4.4 Proses Konseling

Ada 3 fase dalam melaksanakan konseling dan konsultasi yaitu : 1. Fase Pengkajian

Pada fase ini merupakan kesempatan bagi konselor dan pasien menumbuhkan saling percaya, saling membutuhkan, dan saling membuka diri. Di

(29)

sini pasien mengevaluasi/menilai (membentuk opini) keahlian dan kemampuan/krediabilitas dari farmasis. farmasis akan mendapat informasi yang cukup dari mengajukan pertanyaan dengan teknik yang tepat untuk mendapatkan kepercayaan konseli dan menumbuhkan secara psikologis strategi untuk memberikan konseling pada pasien untuk obat yang diresepkan (diberikan). Pada saat ini farmasi harus menunjukkan perasaan bahwa dia memberi perhatian tulus dan bahwa dia suka menolong pasien. Ada empat jenis pertanyaan yang diberikan farmasis yaitu:

a. Pertanyaan Terbuka (Open Ended Question)

Pertanyaan terbaik untuk melakukan sesi konseling adalah pertanyaan ini. Pertanyaan ini memberikan banyak informasi yang perlu bagi farmasis yang berguna untuk periode selanjutnya.

Contoh : Ceritakan apa yang anda ketahui mengenai penyakit anda?

Farmasis yang baik akan mampu menilai pengaetahuan dasar pasien tentang masalah dan kepentingan utamanya terhadap pengaturan pengobatan yang diajukan.

b. Pertanyaan Pantulan (Reflektif Quention)

Tipe pertanyaan ini memberi kesempatan kepada pasien untuk menerangkan pertanyaan sebelumnya lebih rinci dan memberikan informasi kepada farmasis tentang pengetahuan obat, kecemasan dan ketakutan pasien terhadap penyakitnya dan pengaturan obat yang diajukan.

Contoh: Anda tadi mengatakan Anda merasa pusing bila anda menggunakan obat tersebut?

c. Pertanyaan Tertutup (Closed Ended Question)

Tipe pertanyaan ini hanya memerlukan jawaban “ya atau tidak” dan nilainya sangat kecil kontribusinya dalam rencara memberi edukasi. Pertanyaan ini juga jarang memberi motivasi pasien untuk berperan aktif dalam diskusi tentang pengaturan obatnya. Bila perlu hindari tipe pertanyaan seperti ini. d. Pertanyaan Bersifat Usul (Sugestive Question)

Tipe pertanyaan ini bersifat memutuskan atau menganjurkan yang harus dihindari sehingga secara otomatis memaksa opini farmasis terhadap pasien.

(30)

Sering informasi yang diperoleh dengan tipe pertanyaan ”Sugestive Question” tidak dapat dipercaya dan umumnya tidak merefleksikan perasaan/pikiran pasien sebenarnya.

2. Fase Perencanaan dan Penerapan.

Sasaran fase perencanaan dan pelaksanaan adalah mendorong perubahan perilaku pasien agar secara yakin dapat memenuhi pengatur pengobatannya. Beberapa teknik yang bermanfaat agar terjamin penyampaian konseling yang paling efektif dan efisien antara lain:

a) Komunikasi Verbal (Verbal Communication)

Farmasis harus menggunakan bahasa yang tepat atau sesuai dan mudah dimengerti oleh pasien. Memberikan keterangan pengobatan dalam istilah sederhana akan menghasilkan pemahaman materi terbaik. Hindari bahasa atau istilah kedokteran/medis karena kebanyakan pasien tidak mengerti istilah kedokteran.

b) Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah sama peningnya dengan komunikasi verbal antara lain:

• Intruksi tertulis

Tujuan intruksi tertulis adalah mengingatkan pasien secara tertulis tentang efek samping dan reaksi merugikan yang mungkin. Karena petunjuk tertulis pada etiket wadah resep, tidak cukup memberi informasi bagi pasien yang bertanggung untuk mengobati diri sendiri atau anggota keluarganya. Diperlukan lembaran intruksi tambahan berupa striker untuk melengkapi informasi obat yang mempunyai keuntungan sebagai berikut:

™ Menghemat waktu farmasis dalam memberi konsultasi.

™ Membakukan Intruksi Obat Pasien

™ Intruksi tertulis ini akan meningkatkan kepatuhan pasien.

• Intruksi verbal dan tertulis

Intruksi tertulis tidak meniadakan kebutuhan komunikasi verbal dari pasien. Intruksi tertulis adalah pelengkap dan memperkuat intruksi verbal yang dikomunikasikan kepada pasien. Ingatan pasien akan lebih dapat

(31)

disempurnakan dan tingkat kesalahan penggunaan obat menurun bila diberikan intruksi verbal dan tertulis.

• Kartu rekaman obat pasien.

Kartu rekaman obat pasien adalah kartu yang berisi daftar obat yang telah dan sedang dikomsumsi pasien.

Fungsi kartu obat ini adalah:

™ Sebagai sumber informasi obat yang akurat dari obat yang dikonsumsi pasien. Kartu Obat akan menolong pasien mengingat nama-nama obat yang dikonsumsi.

™ Dalam kondisi gawat darurat pasien tidak dapat berkomunikasi dan tidak ada sejarah obat pasien, sangat bermanfaat.

Buruknya hubungan farmasis dan pasien sering merupakan hasil dari komunikasi nonverbal yang buruk. Hubungan farmasis-pasien yang renggang menimbulkan komunikasi nonverbal yang tidak akrab oleh karena itu perlu melatih teknik berkomunikasi.

c) Mendengarkan

Proses konseling adalah pertukaran pendapat dari 2 pikiran dan mendengarkan merupakan suatu cara komunikasi yang baik. Farmasis sebagai konselor yang baik sebaiknya hanya menguasai 30% pembicaraan dalam satu sesi pembicaraan dan 70 % pembicaraan oleh pasien. Melalui kemampuan farmasis mendengarkan akan mengurangi waktu yang diperlukan bagi fase penjajakan dan pemberian konseling.

3. Fase evaluasi

Farmasis harus dapat merasa yakin bahwa pasien telah mempelajari atau memahami hal-hal penting yang dibahas selama sesi konseling. Membuat ikhtisar/ringkasan berdasarkan tanya jawab dalam sesi konseling tentang pengaturan pengobatan pasien.

4.5 Interaksi Apoteker dan Pasien

Kesuksesan interaksi apoteker dengan pasien tergantung pada 2 keahlian dasar yaitu komunikasi yang baik dan pengumpulan informasi yang akurat. Ketika

(32)

apoteker menerapkan keahlian-keahlian ini, maka terbentuk suatu hubungan yang professional dengan pasien.

Beberapa kaidah dalam melakanakan konseling pasien yaitu:

1) Pandang wajah pasien untuk menunjukkan perhatian sewaktu mengkonseling. 2) Duduk dengan santai. Duduk dengan santai dan melipat tangan dapat

mengurangi kecemasan pasien.

3) Hindari membaca/mencatat selama sesi konseling, tindakan ini akan mengurangi rasa cemas pasien.

4) Tunjukan perhatian. Beri perhatian terhadap apa yang dikemukakan pasien selama konseling. Misalnya: mengangguk bila tepat dan menggelengkan kepala bila tidak tepat.

5) Mendengarkan pasien

6) Nada dan perubahan nada suara. Harus selalu menenangkan dan tidak menuduh/mengintimidasi.

7) Tempat konseling dilaksanakan dalam tempat yang bersifat memberi keleluasaan pribadi.

8) Berpakaian secara profesional.

4.6 Panduan dalam Konseling dan Pelayanan Informasi Obat

Apoteker harus memiliki kompetensi klinis dan kesadaran mengenai terapi-terapi yang efektif untuk mencegah atau mengobati penyakit. Keahlian-keahlian mencari secara efesien kepustakaan untuk bukti terbaik mendukung keputusan-keputusan terapi obat adalah kritis menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus pasien yang kompleks. Sumber-sumber informasi medis adalah sebagai berikut:

1. Literatur primer adalah penelitian biomedis asli yang diterbitkan sebagai artikel jurnal. Berisi informasi terbaru dan rinci untuk menentukan kesimpulan terapi obat yang mungkin dapat dipakai pada seorang pasien.

2. Literatur sekunder termasuk layanan-layanan intisari dan indeks jutaan artikel yang diterbitkan dalam literatur primer. Literatur sekunder yang digunakan oleh kebanyakan apoteker adalah Medline (Perpustakaan Nasional Obat), Ikhtisar Farmasi Internasional (Lembaga Amerika Apoteker-Apoteker Sistem

(33)

3. Literatur tersier termasuk artikel-artikel kajian ulang, buku-buku pelajaran, buku ringkasan lengkap, dan database teks penuh terkomputerisasi.

4.7 Ruang Konseling dan Pelayanan Informasi Obat

Salah satu faktor penting yang pengaruhnya besar terhadap proses konseling sehingga mempengaruhi hasilnya adalah tempat dilakukannya konseling tersebut. Meskipun dalam konseling yang penting adalah kualitas dan insentitas hubungan antara konselor dengan konseli, namun masalah tempat yang menimbulkan suasana tersendiri harus tetap diperhatikan. Pengaturan perabotan seperti meja, kursi, lemari harus sedemikian rupa sehingga menimbulkan perasaan nyaman dan tidak sebaliknya, yaitu menekan, menegangkan, bahkan mudah menambah kecemasan yang mungkin sudah ada.

Sebuah ruangan konseling dan pelayanan informasi obat cukup dengan luas 50 m2. Ruangan ini dihubungkan dengan ruang peracikan apotek, tempat apoteker memeriksa resep, sehingga apoteker dapat masuk ke ruang konsultasi untuk berdialog dengan pasien tanpa berjalan terlalu jauh.

Tempat obat tanpa resep (swamedikasi) dan barang yang berhubungan dengan kesehatan dilokasikan dekat dengan ruang tunggu dan konsultasi pasien. Hal ini menyebabkan apoteker tidak harus berjalan terlalu jauh untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan selama pasien berkonsultasi.

4.8 Kendala dalam pemberian konseling dan layanan informasi obat

Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada proses pengobatan dan pemberian konseling. Kendala yang berasal dari pasien antara lain adalah perasaan marah, malu, sedih, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empati, mencari sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu.

Kendala yang berasal dari latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa dapat diatasi dengan menggunakan istilah sederhana dan dapat dipahami. Kendala

(34)

yang berasal dari fisik dan mental dapat diatasi dengan upaya menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya.

Kendala yang berasal dari tenaga farmasi dapat berupa mendominasi percakapan, menunjukkan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai (terlalu keras, sering mengulang suatu kata), menggunakan istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang tidak sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau terlalu banyak melakukan kontak mata dengan pasien.

Upaya mengatasi kendala-kendala ini adalah dengan memberikan pasien kesempatan untuk menyampaikan masalahnya dengan bebas, menunjukkan kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan dan diperhatikan melalui sesekali anggukan kepala, kata ya dan sikap badan yang cenderung ke arah pasien, menyesuaikan volume suara dan mengurangi kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang mengesankan gugup dan tidak siap, menghindari pemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien, dan menjaga kontak mata dengan pasien

Selain kendala - kendala tersebut diatas terdapat kendala lain yang kadang kurang diperhatikan oleh tenaga farmasi . Kendala tersebut adalah lingkungan pada saat konseling dilakukan. Tempat yang terbuka, suasana yang bising, sering adanya interupsi dapat mempengaruhi pasien dalam menerima konseling. Hal ini harus diperhatikan oleh tenaga farmasi dalam memberikan konseling. Adanya tempat khusus ataupun tidak menerima telepon atau tamu lain dapat memberikan rasa privasi dan nyaman kepada pasien.

(35)

BAB V

PELAYANAN RESEP DAN SWAMEDIKASI

5.1 Pelayanan Resep RESEP I

(36)

Dr. Rini Rahmayani

R/ Ciprofloxacin 500 tab No. X S 2 dd tab I

R/ Pondex forte cap No. X S 3 dd cap I

Pro : Sania

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat yang ada dalam resep maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien terkena infeksi.

2. Spesialite Obat pada Resep

Tabel 5.1 Spesialite Obat Resep 1

No Nama Obat Produk Lain Komposisi Gol. Khasiat 1 Ciprofloxacin® (Kimia Farma) Ciproxin® (Bayer) Kifarox® (Kimia Farma) Floksid® (Promed Rahardjo) Ciprofloksasin 500 mg G Antibiotika 2 Pondex forte ® (Dexa Medica) Ponstan® (Pfizer) Mefinter® (Interbat) Mefinal® (Sanbe Farma) Asam mefenamat 500 mg G Analgetika

(37)

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan Setelah Minum Obat Anda?

4. Pelayanan Informasi Resep a. Ciprofloxacin® (Kimia Farma)

1. Kegunaan : Sebagai antibiotika, menghambat pertumbuhan bakteri 2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 2 kali 1 tablet 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Gunakan sesuai dengan petunjuk dan aturan pakai serta jangan melebihi dosis yang dianjurkan.

• Ciprofloxacin diminum 1 jam sebelum makan dan banyak minum air putih.

• Gunakan obat sampai habis.

• Jangan mengemudikan kendaraan setelah makan obat ini.

• Disimpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya

b. Pondex forte ® (Dexa Medica)

1. Kegunaan : Sebagai analgetika, meredakan nyeri. 2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 2 kali 1 tablet 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dimakan sesudah makan.

• Jangan digunakan melebihi dosis yang diberikan

• Hentikan pemakaian bila rasa sakit telah hilang.

(38)
(39)

Dr. Mangain Hasibuan R/ Tab Lapiflok 500 X S 2 dd tab I

R/ Tab Telfast plus X S 2 dd tab I

R/ Tab Cataflam 50 X S 2 dd tab 1

R/ Tab Mucopect X S 2 dd tab 1

Pro : Farida Situmorang Umur : 43 tahun

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat yang ada dalam resep maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien menderita batuk berdahak disertai infeksi.

2. Spesialite Obat pada Resep

Tabel 5.2 Spesialite Obat Resep 2

No Nama Obat Produk Lain Komposisi Gol. Khasiat 1 Lapiflok® (Lapi) Ciproxin® (Bayer) Kifarox® (Kimia Farma) Floksid® (Promed Rahardjo) Ciprofloksasin 500 mg G Antibiotika 2 Telfast plus® (Aventis) - Feksofenadin HCl 60 mg, pseudoefedrin HCl 120 mg. G Antialergi

(40)

3 Cataflam® Catanac® (Ethica) Eflagen® (Sanbe Farma) Kadiflam® (Metiska) Kalium diklofenak 25 mg G Antiinflamasi 4 Mucopect® (Boehringer Ingelheim) Molapect (Molex Ayus) Mucos (Meprofarm) Silopect (Pyridam) Ambroxol HCl 30 mg G Mukotilitikum

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Minum Obat Anda?

4. Pelayanan Informasi Resep a. Lapiflok® (Lapi)

1. Kegunaan : Sebagai antibiotika, menghambat pertumbuhan bakteri 2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 2 kali 1 tablet 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Gunakan sesuai dengan petunjuk dan aturan pakai serta jangan melebihi dosis yang dianjurkan.

• Ciprofloxacin diminum 1 jam sebelum makan dan banyak minum air putih.

• Gunakan obat sampai habis.

• Jangan mengemudikan kendaraan setelah makan obat ini.

(41)

b. Telfast Plus® (Aventis)

1. Kegunaan : pengobatan gejala alergi. 2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 2 kali 1 tablet 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dimakan sesudah makan.

• Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya.

c. Cataflam® (Sandoz)

1. Kegunaan : pengobatan untuk nyeri dan inflamasi. 2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 2 kali 1 tablet 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dimakan sesudah makan

• Disimpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya

d. Mucopect® (Boehringer Ingelheim)

1. Kegunaan : Mukolitik pada gangguan saluran napas akut maupun kronis.

2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 2 kali 1 tablet 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dimakan sesudah makan.

• Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya.

(42)
(43)

Dr. Felix H. Tandiono R/ Cap Sporetik mg 100 X S 2 dd I

R/ Tab Analsik X S 3 dd tab I

R/ Garamycin cream tube I Sue

Pro : Ny. Su Sien Umur :

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat yang ada dalam resep maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien terkena infeksi pada kulit.

2. Spesialite Obat pada Resep

Tabel 5.3 Spesialite Obat Resep 3

No Nama Obat Produk Lain Komposisi Gol. Khasiat 1 Sporetik® (Sanbe Farma) Cefspan® (Kalbe Farma) Cefarox® (Gracia Pharmindo) Starcef® (Dexa Medica) Sefiksim 100 mg G Antibiotika 2 Analsik® (Sanbe Farma) Cetalgin® (Soho) Neurodial® (Kimia Farma) Proneuron® (Meprofarm) Metampiron 500 mg, diazepam 2 mg G Analgetika

(44)

3 Garamycin® Cream (Schering Plough) Licogenta (Berlico) Salticin (Interbat) Gentiderm (Dankos) Gentamisin sulfat 1 mg/g krim G Antibiotika topikal

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Minum/Memakai Obat Anda?

4. Pelayanan Informasi Resep a Sporetik® (Sanbe Farma)

1. Kegunaan : Sebagai antibiotika, menghambat pertumbuhan bakteri

2. Bentuk Obat : kapsul

3. Cara Pemakaian : sehari 2 kali 1 kapsul

4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Gunakan sesuai dengan petunjuk dan aturan pakai serta jangan melebihi dosis yang dianjurkan.

• Gunakan obat sampai habis.

• Disimpan di tempat yang kering.

b. Analsik® (Sanbe Farma)

1. Kegunaan : Sebagai analgetika, meredakan nyeri. 2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 3 kali 1 tablet 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dimakan sesudah makan.

• Jangan digunakan melebihi dosis yang diberikan.

• Jangan mengemudikan kendaraan setelah memakan obat ini.

(45)

c. Garamycin Cream (Schering Plough)

1. Kegunaan : Sebagai antibiotika topikal, menghambat pertumbuhan mikroba pada kulit.

2. Bentuk Obat :krim

3. Cara Pemakaian : dioleskan pada daerah yang terinfeksi. 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dibersihkan daerah yang terinfeksi dengan air hangat terlebih dahulu.

• Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

(46)
(47)

Dr. Mohamad Riza R/ Neurodial tab No. X S 1 dd tab I

Pro : Fauzan Umur : 34 tahun

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat yang ada dalam resep maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien mengalami nyeri.

2. Spesialite Obat pada Resep

Tabel 54 Spesialite Obat Resep 4

No Nama Obat Produk Lain Komposisi Gol. Khasiat 1 Neurodial® (Kimia Farma) Analsik® (Sanbe Farma) Cetalgin® (Soho) Proneuron® (Meprofarm) Metampiron 500 mg, diazepam 2 mg G Analgetika

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Minum Obat Anda?

4. Pelayanan Informasi Resep Neurodial® (Kimia Farma)

1. Kegunaan : Sebagai analgetika, meredakan nyeri. 2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 1 kali 1 tablet 4. Hal-hal yang harus diinformasikan

(48)

• Jangan digunakan melebihi dosis yang diberikan.

• Jangan mengemudikan kendaraan setelah memakan obat ini.

• Jika rasa sakit telah hilang hentikan pemakaian.

(49)
(50)

Dr. Arina Indriany

R/ Vomilat cp No. XXX S 1 dd cp I

R/ Mediamer B6 tab No.X X S 3 dd t I ac

R/ OBH Nelco Fl No. I S 3 dd CI kalau batuk R/ Pectocil tab No. X S 3 dd t I

Pro : Ny. Rina Umur :

1. Kasus

Berdasarkan komposisi obat yang ada dalam resep maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasien mengalami batuk berdahak.

2. Spesialite Obat pada Resep

Tabel 5.5 Spesialite Obat Resep 5

No Nama Obat Produk Lain Komposisi Gol. Khasiat 1 Vomilat® (Kalbe Farma) - Vitamin B6 30 mg, asam folat 400 mcg B Vitamin untuk ibu hamil 2 Mediamer B6® (Dexa Medica) - Pyrathiazine theoclate 40 mg, pyridoksin HCl 37,5 mg G Antiemetis 3 OBH Nelco (Nellco) OBH new (Berlico) Glycyrrhizae succus 167 mg, amonium klorida 100 mg. B Ekspektoransia

(51)

4 Pectocil (Ethica) Fluimucyl (Zambon Spa) Acetylcysteine 200 mg W Mukolitikum

3. Three Prime Question

a. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda?

b. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda?

c. Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah Minum Obat Anda?

4. Pelayanan Informasi Resep a. Vomilat® (Kalbe Farma)

1. Kegunaan : membantu memenuhi kebutuhan vitamin B6 dan asam folat bagi ibu hamil

2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 1 kali 1 tablet

c. Mediamer B6® (Darya varia)

1. Kegunaan : mencegah muntah pada masa kehamilan, muntah-muntah dalam perjalanan dan setelah operasi

2. Bentuk Obat : tablet

3. Cara Pemakaian : sehari 3 kali 1 tablet

4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dimakan sebelum makan.

• Jangan mengendarai kendaraan bermotor setelah memakan obat ini.

• Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya.

c. OBH Nelco® (Nellco)

1. Kegunaan : ekspektoran pada gangguan batuk berdahak

2. Bentuk Obat : sirup

3. Cara Pemakaian : sehari 3 kali 1 sendok makan

4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dimakan sesudah makan.

• Jangan digunakan melebihi dosis yang diberikan.

(52)

c. Pectocil® (Ethica)

1. Kegunaan : pengobatan tambahan pada gangguan saluran pernapasan yang disertai dahak kental

2. Bentuk Obat : kapsul

3. Cara Pemakaian : sehari 3 kali 1 kapsul

4. Hal-hal yang harus diinformasikan

• Dimakan sesudah makan.

• Jangan digunakan melebihi dosis yang diberikan.

(53)

5.1 Pelayanan Swamedikasi Kasus 1

Seorang pasien wanita dewasa datang ke apotek dengan keluhan sakit kepala. Berdasarkan keluhan pasien tersebut maka obat yang diberikan Panadol®Kaplet.

a. Spesialite Obat

Tabel 5.6 Spesialite Obat Swamedikasi 1

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat Panadol® (Sterling) Parasetamol 500 mg Biogesic® (Biomedis) Pamol® (Interbat) Sanmol® (Sanbe Farma) B Analgetik, antipiretik b. Pelayanan Informasi

1) Kegunaan : Meringankan sakit kepala, sakit pada gigi, nyeri sendi dan nyeri otot

2) Bentuk obat : Kaplet

3) Cara pemakaian : 3 - 4 kali sehari 1- 2 Kaplet 4) Hal yang perlu diinformasikan :

• Obat diminum setelah makan

• Kalau sakit sudah hilang sebaiknya dihentikan

• Bila rasa sakit tidak sembuh selama 3 hari segera periksakan ke dokter

(54)

Kasus II

Seorang bapak datang ke apotek dengan keluhan flu, demam dan sakit kepala obat yang diberikan adalah Mixagrip®

a. Spesialite Obat

Tabel 5.7 Spesialite Obat Swamedikasi 2

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat Mixagrip® (Dankos) Paracetamol 125 mg, fenilpropanola min HCl 6 mg, klorfeniramin maleat 1 mg. Molexflu® (Molex Ayus)

W Flu, demam, sakit kepala

b. Pelayanan Informasi Obat

1) Kegunaan : Meringankan sakit kepala, sakit pada gigi, nyeri sendi dan nyeri otot

2) Bentuk obat : Kaplet

3) Cara pemakaian : 3 - 4 kali sehari 1- 2 Kaplet 4) Hal yang perlu diinformasikan :

• Obat diminum setelah makan

• Bila demam telah turun segera hentikan pemakaian.

• Jangan mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin selama mengkonsumsi obat ini.

• Bila sakit tidak sembuh dalam tiga hari konsultasikan dengan dokter.

(55)

Kasus III

Seorang ibu datang ke apotek dengan keluhan diare maka obat yang diberikan New Diatabs®.

a. Spesialite Obat

Tabel 5.8 Spesialite Obat Swamedikasi 3

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat New Diatabs® (Medifarma) Activated Attapulgite 600 mg - B Pengobatan diare

b. Pelayanan Informasi Obat

1) Kegunaan : Meringankan sakit kepala, sakit pada gigi, nyeri sendi dan nyeri otot

2) Bentuk obat : Kaplet

3) Cara pemakaian : 1- 2 Kaplet tiap kali buang air besar 4) Hal yang perlu diinformasikan :

• Obat ini diminum maksimal 12 tablet/hari

• Banyak minum air putih.

• Obat disimpan di tempat kering dan terlindung dari cahaya, jauhkan dari jangkauan anak-anak

(56)

Kasus IV

Seorang bapak datang ke apotek dengan keluhan kaki pegal dan kram pada betis setelah berolah raga. Berdasarkan keluhan tersebut, maka obat yang diberikan adalah Counterpain Krim®.

a. Spesialite Obat

Tabel 5.9 Spesialite Obat Swamedikasi 4

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat Counterpain® (Bristol Myers Squib) Metil salisilat, mentol, eugenol. Lafalos® (Sanbe Farma), Painkila® (Mugi) B Meringankan sakit pinggang, otot kaku, pegal dan nyeri leher, pegal akibat olah raga dan terkilir.

b. Pelayanan Informasi Obat

1) Kegunaan : Meringankan sakit kepala, sakit pada gigi, nyeri sendi dan nyeri otot

2) Bentuk obat : Kaplet

3) Cara pemakaian : 3 - 4 kali sehari 1- 2 Kaplet 4) Hal yang perlu diinformasikan

• Hindari pada pemakaian pada daerah kulit yang luka, berdekatan dengan mata, ke dalam rongga hidung dan mulut,

(57)

Kasus V

Seorang wanita datang ke apotek dengan keluhan anaknya yang berumur 2 tahun menderita demam. Berdasarkan keluhan tersebut maka diberikan

Sanmol®

a. Spesialite Obat yang diberikan

Tabel 5.10 Spesialite Obat Swamedikasi 5

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat Sanmol® (Sanbe Farma) Paracetamol 120 mg Pamol® (interbat) Ottopan® (Otto)

B Mengobati demam sakit kepala, sakit otot dan sakit persendian

b. Pelayanan Informasi Obat

1) Kegunaan : Meringankan sakit kepala, sakit pada gigi, nyeri sendi dan nyeri otot

2) Bentuk obat : Kaplet

3) Cara pemakaian : 3 - 4 kali sehari 1- 2 sendok teh. 4) Hal yang perlu diinformasikan

• Jangan digunakan lebih dari dosis yang telah ditentukan.

• Bila demam turun segera hentikan penggunaan obat.

• Bila sakit berlanjut konsultasikan dengan dokter.

(58)

Kasus VI

Seorang Ibu mengeluh sakit kepala, maka obat yang diberikan adalah Paramex® tablet.

a. Spesialite Obat

Tabel 5.11 Spesialite Obat Swamedikasi 6

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat Paramex® (Konimex) Tiap tablet : Propifenazon 150 mg, Paracetamol 250 mg, Deksklorfeniramin Maleat 1 mg, Kafein 50 mg Saridon® (Roche) B Analgetik b. Pelayanan Informasi

1) Kegunaan : Meredakan sakit kepala 2) Bentuk obat : Tablet

3) Cara pemakaian : 3 kali sehari 1 tablet 4) Hal-hal yang perlu diinformasikan :

• Obat diminum setiap 8 jam sesudah makan.

• Hentikan segera pemakaian bila rasa sakit telah hilang.

• Bila setelah 3 hari gejala sakit kepala tidak berkurang, segera hubungi dokter.

• Obat ini dapat menimbulkan rasa kantuk, jangan mengemudikan kendaraan.

Gambar

Tabel 1. Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia
Tabel 5.6  Spesialite Obat Swamedikasi 1
Tabel 5.7  Spesialite Obat Swamedikasi 2
Tabel 5.8  Spesialite Obat Swamedikasi 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji korelasi bivariat antara variabel bebas tingkat stres dan variabel terikat nilai SDLR dengan metode Spearman diperoleh nilai signifikansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh pendidikan kesehatan Pertolongan Pertama

1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.. 2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II Kecamatan Sumbang Kabupaten

Saya pergi maulitan ke Medas bersama ayah, ibu dan kakaq. Setelah makan dan minum saya bermain lari-larian bersama kakaq misan. Fonem /ai/ pada kata

Untuk mengidentifikasi perbedaan pendidikan kesehatan metode demonstrasi secara langsung dengan metode menggunakan media audio visual tentang cuci tangan terhadap

Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018.. Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan. secepat

The PSA includes ability to understand problem, select causes and effects, differentiate which causes in phenomenon as variables of determined effect, determine