PUSAT UNGGULAN IPTEK PERGURUAN TINGGI INDONESIA
Pusat Unggulan Ipteks
Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL)
Universitas Hasanuddin
urnal
Rumput Laut Indonesia
J
PUI-P2RL-UNHAS
ISSN 2548-4494
Vol. 1 No. 2, Desember 2016
SINOPSIS
Jurnal Rumput Laut Indonesia merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Unggulan Ipteks
Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) yang terdapat di Universitas
Hasanuddin. Jurnal Rumput Laut Indonesia memuat tulisan hasil penelitian dan
pengembangan yang terkait dengan aspek ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial yang
berhubungan dengan rumput laut.
PENANGGUNG JAWAB
Ketua PUI-P2RL Universitas Hasanuddin
DEWAN REDAKSI
Dr. Inayah Yasir, M.Sc. (Ketua)
Andi Arjuna, S.Si., M.Na. Sc.T. Apt. (Sekretaris)
Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA. (Anggota)
Moh. Tauhid Umar, S.Pi., M.P (Anggota)
Raiz Karman, S.Pd. (Anggota)
DEWAN PENYUNTING
Prof. Dr. Ir. Agus Heri Purnomo, M.Sc. (Ekonomi Sumberdaya)
Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA. (Ekologi)
Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc. (Bioteknologi dan Pasca Panen)
Prof. Dr. Jana Tjahna Anggadiredja, M.S. (Teknologi Pangan dan Farmasi)
Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc. (Budidaya Rumput Laut)
Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc (Pasca Panen)
Agung Sudariono, Ph.D. (Pakan Akuakultur)
Dr. Ir. Andi Parenrengi, M.Si. (Bioteknologi)
Asmi Citra Malina, S.Pi., M.Agr., Ph.D (Biotek)
Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc (Penyakit Rumput Laut)
Dr. Ir. St. Hidayah Triana, M.Si. (Rekayasa Genetika)
Dr. Lideman, S.Pi., M.Sc (Reproduksi Biologi)
ALAMAT REDAKSI:
Jurnal Rumput Laut Indonesia, Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan
Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin.
Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai V Kampus Unhas Tamalanrea Km. 10.
Makassar 90245
Telepon
: 085212108106
: [email protected]
Website
: http://journal.indoseaweedconsortium.or.id/
SAMPUL DEPAN:
Panen Bibit Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii
di Unit Bisnis Pembibitan
Rumput Laut PUI-P2RL-UNHAS (Foto: Inayah Yasir)
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 103-107 ISSN 2548-4494
Pengaruh Pupuk Organik Cair yang Mengandung Vitamin Terhadap Pertumbuhan
Bibit
Kappaphycus alvarezii
yang Dipelihara dalam Sistem Resirkulasi
The Effect of Liquid Organic Fertilizer Containing Vitamin on the Growth of
Kappaphycus alvarezii
Seed Cultured in Water Recirculation Systems
Muhammad Hendra1, Rajuddin Syamsuddin1,3, Muchlis Syamsuddin1, Inayah Yasir2,3
Diterima: 15 September 2016 Disetujui: 11 Oktober 2016
ABSTRACT
This research aims to determine effect of various doses of vitamin-contain liquid organic fertilizer on seaweed seed
Kappaphycus alvareziigrowth cultured under water recirculation system. The research was conducted on December 2014– January 2015 at the Center for Brackish Water Aquaculture (BPBAP), Takalar Regency. This research was conducted using three treatments of dose, 100 ppm, 200 ppm, and 300 ppm, with three replicates each and one control. The experimental organism used in this research was seaweedK. alvareziiderived from coastal waters of Takalar. Observation of water quality parameters in the study includes temperature, pH, light intensity, ammonium, nitrate, phosphate, magnesium and carbon dioxide. The results obtained were descriptively analyzed, Dosages of 200 ppm and 300 ppm showed 0.567 g of absolute growth average, higher than dosages of 100 ppm showed 0.367 g of absolute growth average.
Keywords:Kappaphycus alvarezii, growth, fertilizer, recirculation.
PENDAHULUAN
Kappaphycus alvarezii adalah jenis rumput laut tropis penghasil utama karaginan. Peningkatan per-mintaan karaginan untuk pasar global setiap tahun mencapai 5,0% (Basmal, 2006). Produksi karagi-nan per tahun mencapai ± 58.930 ton, yang diman-faatkan untuk dairy product 33,0%, food grade
25,0%, produk daging dan ayam 15,0%, water gel
15,0%, pasta gigi 6,0% dan lainnya 6,0% (Porse
dalamBasmal, 2006). Namun, tingginya
perminta-an pasar tersebut tidak luput dari isu rendahnya kualitas dan kontinuitas produksi karaginan (Sea-Plant, 2006). Salah satu penyebab permasalahan ini adalah pertumbuhan dan produksiK. alvareziiyang sangat dipengaruhi oleh musim (Doty, 1985). Saat ini pembudidaya mengalami kesulitan memperoleh bibit berkualitas dan berkesinambung-an, sehingga diperlukan suatu teknik yang mampu menghasilkan bibit rumput laut unggul dan tersedia setiap saat. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Pembe-rian pupuk cair diperlukan rumput laut sebagai bahan dasar penyusun protein dan pembentukan klorofil yang diperlukan dalam proses fotosintesa. Pupuk cair dipercaya lebih baik karena langsung dapat larut dalam air, sehingga dapat langsung digunakan oleh tumbuhan. Pemberian pupuk cair media ENS (Enriched Natural Seawater) dapat me-macu pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik harian (Aslan, 2003).
1Departemen Perikanan, FIKP Universitas Hasanuddin
2Departemen Ilmu Kelautan, FIKP Univ. Hasanuddin
3PUI-P2RL Universitas Hasanuddin Rajuddin Syamsuddin ( )
Email: [email protected]
Hasil yang dapat diperoleh melalui sistem resir-kulasi dengan memberian pupuk cair yaitu tallus rumput laut mengalami pertumbuhan yang relatif pada kombinasi perlakuan tertentu. Untuk menge-tahui pengaruh pemberian pupuk cair pada rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan sistem resirku-lasi maka dilaksanakanlah penelitian ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014–Januari 2015 bertempat di BPBAP (Balai Perikanan dan Budidaya Air Payau) Takalar, Desa Makalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Rumput laut yang akan digunakan sebagai biota uji dalam penelitian ini adalah Kappaphycus alvarezii
yang diambil langsung dari Desa Batu-Batu, Keca-matan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Bibit tersebut dibawa ke BPBAP Takalar dan diaklimati-sasikan terlebih dahulu di dalam wadah baskom agar bibit tidak mengalami stress. Selanjutnya bibit, kemudian ditimbang dengan menggunakan timba-ngan elektrik dan dimasukkan ke dalam wadah galon.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem resirkulasi air. Sistem resirkulasi adalah sistem air yang dipakai terus menerus dengan memakai filtrasi. Sistem ini memerlukan aliran air yang dapat terkendali serta pompa untuk mengalir-kan air tersebut.
Bibit yang telah tersedia terlebih dahulu dikultur dengan menggunakan pisau cutter dengan berat setiap bibit sekitar 10-15 g. Hal ini dilakukan agar dapat memilih bibit yang baik dengan menyeleksi bagian tallus yang terdapat banyak bintik/biji spora. Bibit yang akan dipelihara terlebih dahulu
ditim-Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 103-107
104 Hendra, dkk.
bang dengan menggunakan timbangan elektrik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bobot awal bibit dan juga sebelum adanya perlakuan pemberian pupuk pada bibit K. alvarezii. Bibit yang telah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam wadah galon yang telah diisi air laut dengan kadar garam 35 ppt. Kemudian bibit tersebut diamati selama 30 hari hingga menghasilkan tunas dan spora.
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari sebuah rangka kayu (rangka penelitian), botol galon sebanyak 12 buah dengan masing-masing volume air laut 11,0 l, pipa air dan pipa bening sebagai saluran sistem resirkulasi air, baskom sebanyak 4 buah dengan volume air laut 17 l tiap baskom, dan empat buah pompa celup. Contoh rangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1A dan Gambar 1B.
Gambar 1. Rangka penelitian dengan metode (A) dan wadah penelitian yang sedang berlangsung (B)
Penanganan teknis dari metode ini (sesuai pada Gambar 1B), yaitu dengan meletakkan satu buah pompa celup ke dalam masing-masing baskom. Satu buah baskom memompa/mengalirkan air ke dalam tiga buah galon (perlakuan). Kemudian jumlah air yang terdapat dalam baskom dialirkan naik ke atas permukaan galon. Selanjutnya air yang diterima pada galon dialirkan lagi turun ke dalam baskom melalui sebuah pipa yang terdapat pada lubang mulut galon. Proses ini berlangsung secara berulang kali selama waktu penelitian berakhir tanpa adanya pergantian air.
Pupuk yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk organik cair yang mengandung unsur hara lengkap, (Auksin, Sitokinin dan Giberellin) dan kandungan lainnya yaitu Asam Amino, Asam Humik dan Alginat). yang mampu memberi rang-sangan pertumbuhan, perkembangan, dan produksi tanaman rumput laut secara optimal.
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Data pertumbuhan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya, data kualitas air yang diper-oleh juga dianalisa secara deskriptif dengan meng-gunakan tabel dan referensi. Penelitian ini menggu-nakan metode penelitian deskriptif yang dilakukan secara survei pada rumput laut K. alvarezii dari Desa Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara. Untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk organik cair yang mengandung vitamin yang diberikan ter-hadap pertumbuhan bibit rumput lautKappaphycus alvarezii pada sistem resirkulasi air dilakukan beberapa pengukuran parameter yang meliputi :
Pertumbuhan Mutlak
Laju Pertumbuhan mutlak Kappaphycus alvarezii
ini dihitung dengan menggunakan rumus Effendi (1997), sebagai berikut:
Ket.
W = pertumbuhan mutlak (g) Wt = berat akhir bibit (g) Wo= berat awal bibit (g)
Perlakuan dan Pemberian Pupuk
Untuk mengamati adanya perubahan bibit secara signifikan terhadap K. alvarezii dilakukanlah pemberian dosis pupuk yang diharapkan dapat merangsang pertumbuhan bibit sampelK. alvarezii. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah sistem resirkulasi air dimana perputaran air secara tertutup tanpa adanya perlakuan pergantian air. Hal ini dirasa perlu dilakukan selain untuk mempermudah oksigen terlarut metode ini juga diharapkan dapat menjaga kandungan nutrien pada dosis pupuk organik cair terhadap kelangsungan pertumbuhan bibit K. alvarezii. Setiap perlakuan pemberian dosis pupuk terhadap bibit K. alvarezii
adalah 100 ppm/50 l (A), 200 ppm/50 l (B), 300 ppm/50 l (C), 0 / 50 l (D).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana satu buah baskom mengalirkan air ke dalam tiga buah galon atau disebut satu perlakuan. Setiap perlakuan memiliki total volume air sebanyak 50.000 ml, yang terdiri dari tiga buah galon masing-masing 11.000 ml dan satu buah baskom 17.000 ml. Perlakuan pertama diberi pupuk dengan dosis 100
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 103-107
Pengaruh pupuk organik cair yang mengandung ... 105
ppm Perlakuan kedua 200 pm dan perlakuan ketiga 300 ppm. Serta kontrol yang tanpa pemberian pupuk sebagai pembandingnya.
Bibit yang telah diberi pupuk kemudian diamati dengan rentan waktu selama empat sampai enam pekan. Pada periode ini bibit K. alvarezii akan mengalami pertumbuhan yang signifikan dimana tallus perlahan mulai tumbuh dan biji spora akan nampak terlihat. Selain itu, untuk menjaga kualitas bibit maka dilakukanlah pengontrolan setiap harinya. Air laut yang akan dimasukkan disaring dengan menggunakan filter back agar air laut tetap steril sehingga dapat digunakan dalam keadaan bersih.
Pengukuran kualitas air pada wadah penelitian, di-antaranya: suhu air dengan menggunakan termome-ter, pH dengan menggunakan kertas pH, salinitas air diukur setiap hari dengan menggunakan handre-fraktometer dan intensitas cahaya menggunakan Lux meter. Pengukuran konsentrasi Fosfat (PO4),
Nitrat (NO3), Amonium (NH4), Magnesium (Mg)
dan Sulfat (SO4) dianalisis di Laboratorium
Kuali-tas Air, Jurusan Perikanan, FakulKuali-tas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengambilan sampel air hanya dilakukan satu kali saja yakni pada periode pertengahan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Mutlak
Rata-rata pertumbuhan mutlak bibitK. alvarezii ter-hadap pengaruh pupuk organik cair dengan metode sistem resirkulasi selama 30 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak terendah diperoleh pada penambahan pupuk cair 100 ppm, sedangkan penambahan 200 ppm maupun 300 ppm menyebabkan pertumbuhan mutlak sebesar 0,567 (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-Rata Pertumbuhan Mutlak bibit Kappa-phycus alvarezii
Perlakuan Pertumbuhan MutlakRata-rata
A (100 ppm) 0,367
B (200 ppm) 0,567
C (300 ppm) 0,567
Penggunaan pupuk yang mengandung vitamin dan hormon dengan dosis 100 ppm menghasilkan per-tumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan 200 ppm dan 300 ppm. Kandungan pupuk organik yang tertera pada botol kemasan adalah: unsur hara Hormon IBA (Indole Butynic Acid), Hormon NAA (Naphtaleine Acitic Acid), vitamin B1, vitamin A, C, D dan vitamin E. Kandungan vitamin dan hormon ini dapat memberikan ketahanan bibit yang
lebih baik selama pemeliharaan di dalam wadah terkontrol. Fungsi hormon adalah mempercepat pembentukan dan perpanjangan batang, meningkat-kan permeabilitas sel terhadap air, meningkatmeningkat-kan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Semua hal ini merupa-kan unsur penunjang dalam perkembangan bibit, sehingga pertumbuhan bisa berlangsung cepat. Selain itu, hormon tumbuh lainnya seperti Cyto-kinin (Zeatin) berperan dalam memacu proses pembelahan sel dan pembentukan organ.
Faktor utama lambatnya pertumbuhan bibit adalah kurangnya karbondioksida (CO2) terlarut sehingga
mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan oleh rumput laut. Keberadaan gas karbondioksida (CO2) dipengaruhi oleh kualitas air.
Kelebihan gas ini di perairan akan mempengaruhi organisme yang melakukan proses respirasi. Keku-rangan gas ini akan mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis. Penelitian ini juga dilakukan pada musim kemarau dengan keadaan suhu cukup tinggi yakni mencapai 32oC.
Parameter Kualitas Air
Suhu
Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perkembangan organisme laut, karena dapat menentukan derajat metabolisme organisme. Suhu air yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 30oC-31oC (Tabel 2). Kisaran tersebut
cukup tinggi karena penelitian dilakukan pada musim kemarau. Kisaran temperatur antar 25o
C-30oC adalah suhu optimum untuk mencapai laju
fotosintesa tertinggi bagi Eucheuma (Soegiarto, 1998). Namun menurut Aslan (1998) kisaran suhu optimum untuk rumput laut tumbuh dengan baik pada perairan adalah 27oC-30oC.
Salinitas
Salinitas merupakan jumlah kadar garam yang ter-dapat dalam air laut. Nilai salinitas yang diperoleh selama penelitian masih berada dalam ambang kelayakan (Tabel 2) untuk mendukung pertum-buhan K. alvarezii yang dibudidayakan. Rumput laut dapat hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas tertentu, seperti Eucheuma dilihat secara fisologis tumbuhan ini bersifat stenohalin, hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit antara 28 sampai 34 ppt dengan nilai optimum salinitas 33 ppt (Anonim, 1990).
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 103-107
106 Hendra, dkk.
Tabel 2. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama penelitian dan kisaran kualitas air yang layak untuk budidayaK. alvareziidari berbagai sumber
Parameter Kisaran Referensi
Pengukuran Kelayakan
Suhu (oC) 30-31 27-30 Kusnender (2002)
Salinitas (ppt) 30-32 28-34 Kusnender (2002)
pH 7,94-8,5 7,3-8,2 Kusnender (2002)
Fosfat PO4 (ppm) 0,20-1,00 0,50-1,88 KepraundalamPapalia (1997)
Ammonium NH4 (ppm) 0,357 0,1-0,3 Atmadjaet al.(1996)
Nitrat NO3 (ppm) 3,0-3,5 0,9-3,5 Atmadjaet al.(1996)
Magnesium Mg (ppm) 1.270 1.000,0-1.900 Winarno (1990)
Karbon Dioksida tt -
-Intensitas Cahaya 50.214 16.140-86.080 Kordi & Tancung (2007)
pH
Nilai pH selama penelitian berkisar antara 7,8–8,5 (Tabel 2). Nilai ini sesuai dengan kebutuhan rum-put laut K. alvareziiberkisar 6,0-9,0 (Sukadiet al., 2005), sedangkan menurut Angka & Suhartono (2000) adalah 6,0–8,5.
Fosfat (PO4)
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai fosfat yang diukur memiliki kisaran 0,20–1,00 ppm. Hal ini menunjukan bahwa kadar fosfat yang terdapat di perairan sangat mendukung untuk pertumbuhan rumput laut. Hal ini sesuai dengan pendapat KapraundalamPapalia (1997) bahwa kisaran fosfat yang layak untuk pertumbuhan rumput laut adalah 0,1-3,5 ppm.
Nitrat (NO3)
Nitrat (NO3-) merupakan salah satu bentuk nitrogen
yang diserap oleh tanaman air utamanya rumput laut. Berdasarkan hasil pengukuran nilai nitrat berkisar antara 3,0–3,5 ppm. Atmadja et al.(1996) mengemukakan bahwa rumput laut K. alvarezii
membutuhkan kisaran kadar nitrat sebesar 0,9-3,5 ppm.
Amonium (NH4)
Amonium merupakan senyawa produk utama nitro-gen dalam perairan yang berasal dari organisme akuatik. Data amonium yang diperoleh pada pene-litian ini yaitu berkisar antara 0,357 ppm. Kisaran tersebut termasuk dalam kategori standar. Kadar amonium yang baik untuk kelangsungan hidup alga laut adalah sebesar 0,5 ppm.
Magnesium (Mg)
Magnesium adalah logam alkali tanah yang cukup melimpah di perairan alami. Garam-garam magne-sium bersifat mudah larut dan cenderung bertahan sebagai larutan, meskipun telah mengalami presi-pitasi (Effendi, 2003). Kadar magnesium perairan
di lokasi penelitian adalah 1270,10 ppm. Masih masuk ke dalam konsentrasi yang layak (Tabel 2).
Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida (CO2) berperan penting bagi
kehi-dupan organisme air. Kadar karbondioksida di per-airan sangatlah sedikit. Hasil analisis di labora-torium menunjukkan kadar CO2 tak terdeteksi
se-hingga hal ini sangat mempengaruhi bibit rumput laut. Menurut kurangnya karbondioksida (CO2)
ter-larut dalam perairan utamanya pada siang hari da-pat mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan oleh organisme akuatik dan mem-perlambat pertumbuhan organisme tersebut dalam perairan.
Intensitas Cahaya
Kebutuhan cahaya sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Fotosintesis berfungsi untuk mengu-bah mengu-bahan anorganik yang diserap oleh rumput laut menjadi bahan organik yang siap digunakan untuk menunjang pertumbuhannya. Kisaran intensitas ca-haya berkisar 50.214 lux. Intensitas caca-haya tersebut cukup untuk mendukung pertumbuhanK. alvarezii. Kepadatan proses fotosintesis secara maksimal ter-jadi pada intensitas penyinaran antara 16.140–86.80 lux (SaenongdalamKordi & Tancung, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kekurangan kandungan CO2menyebabkan laju
per-tumbuhan rumput laut berkurang. Pemberian pu-puk dengan dosis 200 ppm dan 300 ppm menun-jukkan nilai pertumbuhan mutlak mencapai 0,567, lebih tinggi dari pertumbuhan mutlak yang dicapai dengan pemberian dosis 100 ppm. Parameter kua-litas air masih dalam kisaran yang layak untuk pertumbuhan rumput laut, kecuali kandungan gas karbondioksida terlarut yang tidak terdeteksi.
Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 103-107
Pengaruh pupuk organik cair yang mengandung ... 107
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ambo Tuwo atas saran dan tanggapannya terha-dap naskah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Angka, S.L. & M.T. Suhartono. 2000.Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB, Bogor.
Anonim. 1990. Petunjuk Teknik Budidaya Rumput Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Bekerjasama dengan International Development Research Center Melalui Proyek Indonesia Fisheries Information System (INFIS). Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
Aslan, L.M. 2003. Budidaya, Pengolahan dan
Pe-masaran Rumput Laut. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kani-sius, Yogyakarta.
Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistijo & R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanografi LIPI, Jakar-ta.
Basmal, D. 2006. Industri Hidropolysakarida
Berbasis Rumput Laut. Forum Rumput Laut
-Revitalisasi Usaha Budidaya Rumput Laut yang Berkelanjutan dan Apresiasi Penguatan Modal, Bali, 25-27 April.
Doty, M.S. 1985. Kappaphycus alvarezii (Gigarti-nales, Rhodophyceae) from Malaysia. In: Taxonomy of Economic Seaweed with Refe-rence to Some Pacific and Carribean Species
(J.A. Abbot & J.N. La Jolla Eds.). California, California Sea Grant College Program, California.
Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Effendi, M.I. 2003.Telaah Kualitas Air (Bagi
Pe-ngelolaan Sumber Daya dan Lingkungan).
Kanisius, Yogyakarta.
Kordi, M.G.H.K & A.B. Tancung. 2007. Penge-lolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Kusnendar, E. 2002. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut dalam Rangka Program Inter-sifikasi Pembudidayaan Ikan. Direktur Jen-deral Perikanan. Direktorat JenJen-deral Pembudi-daya, Jakarta.
Papalia, S. 1997. Pengaruh Konsentrasi Fitohor-mon Auksin dan Lama Waktu Perendaman Terhadap Laju Pertumbuhan dan Mutu Rum-put Laut Eucheuma cottoni. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin, Makas-sar.
SEAPlant, 2006. Kualitas Rumput Laut dan Dam-paknya di Pasar Karaginan Indonesia. Forum Revitalisasi Usaha Budidaya Rumput Laut yang Berkelanjutan dan Apresiasi Penguatan Modal. SEAPlant.Net Initiative IFC-PENSA. Bali, 25-27 April 2006.
Soegiarto, A. 1998.Rumput Laut (Algae); Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. Lembaga Oseanologi National. LIPI, Jakarta Utara. Sukadi, F., E. Kusnendar, A. Mulyana, A. Surono,
E. Ahda, Danakusumah, J. Sulistijo, I. Basmal, Effendi, A. Zatnika, I. Ismanadji, N. Run-tuboy, M. Suitha, R. Yunaidar, I.B. Santoso, I. Batubara, N. Setiawan, Kurnia, Taufik, A.B. Jindan, C. Marhel & Saunin. 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan Rum-put Laut. Sinar Harapan, Jakarta.
Format Penulisan Jurnal Rumput Laut Indonesia
Naskah merupakan hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan hurufTime New Roman font 11.Panjang naskah tidak lebih dari 10 halaman yang diketik satu spasi pada kertas ukuran A4, dengan jarak 2,5cm dari semua sisi, tanpaheadnotedanfootnote.
Bagian awal tulisan terdiri atas judul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; nama penulis denganfootnote berisi nama institusi penulis dan alamat email penulis korespondensi; serta abstrak dan keywords yang ditulis dalam bahasa Inggris. Abstrak tidak lebih dari 250 kata yang berisi tentang inti permasalahan atau latar belakang penelitian, cara penelitian atau pemecahan masalah, dan hasil yang diperoleh. Keywords merupakan kata yang menjadi inti dari uraian abstrak.Keywordsmaksimal lima kata, istilah yang lebih dari satu kata dihitung sebagai satu kata. Bagian utama tulisan terdiri atas, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran. Bagian akhir tulisan terdiri atas ucapan terima kasih (jika ada), dan daftar pustaka.
Dalam penulisan naskah, semua kata asing ditulis dengan huruf miring. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat yang kurang dari sepuluh harus dieja. Rumus matematika ditulis secara jelas denganMicrosoft Equationatau aplikasi lain yang sejenis dan diberi nomor.
Tabel harus diberi judul yang jelas dan diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul tabel diletakkan sebelum tabel. Batas tabel berupa garis hanya menjadi pembatas bagian kepala tabel dan penutup tabel, tanpa garis pembatas vertikal. Tabel tidak dalam bentuk file gambar (jpg). Keterangan diletakkan di bawah tabel.
Gambar diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul gambar diletakkan di bawah gambar dengan posisi tengah (center justified). Gambar diletakkan di tengah, kualitas gambar harus jelas dan tidak pecah bila dibesarkan (minimal 1000 px). Gambar dilengkapi dengan keterangan yang jelas. Bilamana gambar dalam bentuk grafik yang dibuat di excel, maka gambar dikirimkan dalam bentuk excel, kecuali bila menggunakan Word 2010 atau yang lebih mutakhir, sehingga gambar dapat diedit bilamana diperlukan.
Penulisan daftar pustaka menggunakan sistemHarvard Referencing Standard. Semua pustaka yang tertera dalam daftar pustaka harus dirujuk di dalam naskah. Kemutakhiran referensi sangat diutamakan. Bila penulis pertama memiliki lebih dari satu referensi dengan tahun yang sama, maka penandaan tahun ditambahkan dengan a, b, c, d, dst berdasarkan urutan kemunculan di dalam tulisan. Penulisan disesuaikan dengan tipe referensi, yaitu buku, artikel jurnal, prosiding seminar atau konferensi, skripsi, tesis atau disertasi, dan sumber rujukan dari website.
A. Buku dan Tulisan Dalam Buku:
Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul Buku dicetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi. Contoh:
O’Brien, J.A. & J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems. Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.
B. Tulisan dalam Buku:
Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Judul Tulisan. In (Nama belakang, nama depan disingkat dari editor) (Ed.) Judul Buku dicetak miring. Vol. Nomor. Penerbit. Tempat Publikasi, Rentang Halaman. Contoh:
Zhang, J. & B. Xia. 1992. Studies on two newGracilariafrom South China and a summary ofGracilariaspecies inChina. In Abbott, I. A. (Ed.) Taxonomy of Economic Seaweeds with Reference to Some Pacific and WesternAtlantic Species, Vol. III. Report no. T-CSGCP-023, California Sea Grant College Program, La Jolla, CA, pp. 195–206.
C. Artikel Jurnal:
Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Jurnal dicetak miring, Vol, Nomor, rentang halaman. Contoh:
Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The Journal of Artistic and Creative Education, 6 (1): 94-111.
D. Prosiding Seminar atau Konferensi:
Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Konferensi dicetak miring. Tanggal, Bulan dan Tahun, Kota, Negara, Halaman. Contoh:
Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-schafts Informatik. 16-18 February 2011, Zurich, Swis, pp. 776-786.
E. Skripsi, Tesis atau Disertasi:
Penulis (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi, Tesis, atau Disertasi dicetak miring.Universitas, Kota. Contoh:
Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.
F. Sumber Rujukan dari Website:
Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator dicetak miring (URL). Tanggal Diakses. Contoh:
Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave new world?. http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf. Diakses tanggal 18 Juni 2013.