Oleh :
Oleh :
Ainun
Ainun Rachmatica
Rachmatica
17030234030/KB
17030234030/KB 2017
2017
Eucharistia
Eucharistia Oktavia
Oktavia F.L.
F.L.
17030234031/KB2017
17030234031/KB2017
Emilisia
Emilisia Fatimah
Fatimah
17030234051/KB
17030234051/KB 2017
2017
Excel
Excel Aida
Aida Fransiska
Fransiska
17030234057/KB
17030234057/KB 2017
2017
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
ALAM
KIMIA
KIMIA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan
1.1
1.1 Latar Latar Belakang Belakang 33 1.2
1.2 Rumusan Rumusan Masalah Masalah 44 1.3
1.3 Tujuan Tujuan 44
BAB II Pembahasan BAB II Pembahasan
2.1
2.1 Pengertian Pengertian Logika Logika 55 2.2
2.2 Sejarah Sejarah Logika Logika 1010 2.3
2.3 Macam Macam Logika Logika 1111 2.4
2.4 Fungsi Fungsi dan dan Manfaat Manfaat Logika Logika 1616 BAB III BAB III 3.1 3.1 Kesimpulan Kesimpulan 2020 3.2 3.2 Saran Saran 2020 DAFTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berfikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang dikehendaki (Ashori, 2005)
Menurut Himsworth, manusia adalah makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi (Hardiman, 2014)
Pada era sekarang terdapat begitu banyak orang yang melakukan tindakan tanpa berfikir panjang. Akibat dari tindakan tersebut, tidak sedikit orang yang mengalami kesalahan atau kegagalan yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru. Dalam er (Setiawan, 2011)a modern ini, proses yang lambat dianggap merugikan. Manusia modern lebih memilih sesuatu yang instan tanpa mengetaui kebenaran dan penyelesaiannya. Hal semacam ini menggambarkan bahwa manusia tersebut merupakan manusia yang tidak berpedoman pada fakta maupun teori secara keilmuan. Manusia modern enggan untuk melihat fakta dan menalar secara logis melalui proses berfikir. Hal semacam tidak seharusnya dimiliki terutama oleh seorang ilmuan yang berhubungan dengan ilmu alam. Dalam hal ini, tindakan tersebut sangat bertolak belakang dengan ilmu filsafat. Filsafat ilmu menjelaskan bahwa terdapat alat dalam ilmu alam yang biasa disebut “Tools of Science”. Salah satu komponen “Tools of Science” adalah logika (Setiawan, 2011). Logika berperan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, logika memiliki peran penting dalam penyelesaian masalah di kehidupan keseharian karena
tanpa menggunakan logika, maka manusi akan jauh dari kebenaran (Setiawan, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari logika?.
1.2.2 Bagaimana sejarah munculnya logika? 1.2.3 Apa saja jenis logika?.
1.2.4 Bagaimana fungsi dan manfaat logika dalam kehidupan?. 1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari logika. 1.3.2 Mengetahui sejarah munculnya logika. 1.3.3 Mengetahui jenis dari logika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Logika
Dalam kehidupan keseharian, manusia selalu berfikir logis untuk menanggapi suatu kejadian atau keadaan disetiap tempat. Dalam situasi tersebut, manusia dituntut untuk dapat berfikir mengenai fakta atau kebenaran atau hanya isu yang simpang siur. Untuk mencapai sebuah kebenaran, manusia harus menggunakan logika. Logika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat, namun logika juga merupakan alat dari ilmu alam atau “Tools of Science”. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu (Setiawan, 2011). Logika berfungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan jembatan penghubung antara filsafat dan ilmu.
Dalam definisi verbal, terdapat beberapa definisi mengenai logika. Logika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu logos (epistimologi) yang berarti hasil pemikiran dari proses pertimbangan akal pikiran yang diutarakan melalui k ata dan dinyatakan dalam bahasa (Rakhmat, 2013). Kata Logos (Ontologi) adalah sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), mengenai kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa (Rakhmat, 2013). Selain itu, Logos (Aksiologi) juga berarti suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran (Setiawan, 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa logika adalah sesuatu yang diutarakan, suatu pemikiran yang merupakan hasil dari proses pertimbangan akal serta diutarakan melalui kata dan bahasa guna meneliti
ketepatan penalaran.
Dalam bahasa Arab, logika berasal dari kata mantiq yang diambil dari kata nathaqa. Dalam buku Logicand Language of Education, mantiq disebut sebagai “Penyelidikan dasar -dasar dan metode-metode berfikir benar” (Setiawan, 2011). Sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai hukum yang memelihara hati
nurani dari kesalahan dalam berfikir (Setiawan, 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa logika atau mantiq merupakan kaidah yang menuntun manusi untuk berfikir benar dan menghasilkan kesimpulan yang benar.
Secara tradisional, logika dapat dipelajari sebagai cabang filosifi, tetapi dapat dianggap sebagai cabang matematika (Rakhmat, 2013). Logika dapat dimasukkan sebagai kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi (Rakhmat, 2013).
Berikut merupakan pengertian logika menurut beberapa ahli, sebagai berikut (Rakhmat, 2013):
1. Aristoteles,
Pada penalarannya, Aristoteles mengungkapkan bahwa logika merupakan ilmu untuk membuat penyimpulan. Menurut Aristoteles, logika merupakan batu fondasi yang penting bagi semua jenis pengetahuan. Buah pikirnya yang brilian terkumpul dalam kompilasi yang diberi nama to
organon. Organon dalam hal ini memiliki arti sebagai alat, instrumen atau metode untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Namun demikian Aristoteles lebih menekankan soal silogisme
2. Encyclopedia Britannica
Encyclopedia Britannica dalam mengatakan bahwa logika adalah studi sistematik tentang sruktur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang sahih dengan menggnkan metode yang mengesampingkan isi atau bahan psoposisi dan hanya membhas bentuk logisnya saja. Perbedaan antara bentuk dan bahan ini diadakan apabila kita membedakan ketepatan logik (Logical Soundness) atau Kesahihan (validity) sebuah penalaran dengan kebenaran premis-premisnya, yang menjadi pangkal
tolkanya.
3. William S. Sahakian
Pada penalarannya, William S Sahakian mengatakan bahwa logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih, hakikat dari pengertian ini adalah untuk menegaskan bahwa logika harus dipahami lewat sebuah penalaran, karena sebuah penalaran akan dikatakan logis
jika menggunkan konsep berpikir dalam logika. maka dengan demikian, dalam memahami logika terlebih dahulu harus dipahami apa itu penalaran.
4. Immanuel Kant
(Kant, 2003) Immanuel Kant, mengungkapkan pendapatnya mengenai logi. Dalam pengungkapannya, beliau mengatakan bahwa logika adalah the science of the laws of understanding. artinya logika menurut Imanuel Kant adalah, logika dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama logika umum (universal ), dan kedua logika khusus ( particular ), yakni hukum cara berpikir yang benar terhadap suatu kelompok objek-objek khusus (the laws of correct thinking upon a particular class of objects).
5. K. Prent C.M.T Adisubrata
Dalam Mundiri mengatakan bahwa logika adalah berasal dari bahasa latin ‘logos’ yang berarti perkataan atau sabda (Mundiri, 2008). Kemudian menurutnya juga istilah lain sering juga disebut mantiq, berasal dari kata arab yang diambil dari kata nataqa yang berarti berkata atau berucap (Mukhtar Latif, 2014).
6. George F. Kneller
Dalam buku Logic of Lenguage Education, dalam Susanto mendefinisikan logika disebut sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode berfikir benar (correct reason) (Susanto, 2011). 7. Irving M.Copi
Dalam Mundiri memaknai kata logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dan penalaran yang salah (Mundiri, 2008).
8. Irving, W. Poespoprodjo
Dalam Susanto memberikan definisi logika yakni “Logika menunjukkan, meletakkan, menguraikan dan membuktikan hukum-hukum dan aturan-aturan yang akan menjaga kita agar tidak terjerumus dalam kekeliruan (kesetatan) (Susanto, 2011).
9. Jan Hendrik Rapar
Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional”. 10. Sheldon Lachman
Mengemukakan: Logic is the systematic discipline concerned with the organization and development of the formal rules, the normative prosedures and the criteria of valid inference (logika adalah cabang ilmu yang sistematis mengenai penyusunan dan pengemebangan dari aturan formal, prosedur normatif, dan
ukuran-ukuran bagi penyimpulan yang sah). 11. Amsal Bakhtiar
Logika adalah sarana untuk berpikir dengan sistematis, tertaur, terarah, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih dari satu (Amsal Bakhtiar, 2004).
12. Darsono Prawironegoro
Dalam Mukhtar bahwa logika adalah suatu metode yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Bentuk-bentuk pemikiran yaitu pengertain atau konsep, proposisi atau pertanyaan
dan penalaran. 13. William Alston,
Mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of inference, more precisely the attempt to devise criteria for separating valid from invalid inferencesw (logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan yang tidak sah).
14. Hasbullah Bakry
Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
Dalam penerapannya, terdapat hukum dasar logika. Terdapat empat hukum dasar logika oleh John Stuart Mill (1806-1873) disebut sebagai postulat-postulat universal semua penalaran (universal postulates of all reasoning) dan oleh Friedrich Uberweg (1826-1871) disebut sebagai Aksioma Inferensi. Tiga dari keempat hukum dasar tersebut dirumuskan oleh Aristoteles. Sedangkan untuk hukum satu lagi ditambahkan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716). Hukum- hukum tersebut, sebagai berikut (Rakhmat, 2013): (Lanur, 1983)
1. Hukum Identitas (Law og Identity) yang menegaskan bahwa sesuatu itu sama dengan dirinya sendiri. (P=P)
2. Hukum Kontradiksi (Law of Contradiction) yang menyatakan sesuatu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. (Tidak mungkin P=Q dan sekaligus P
≠Q)
3. Hukum Tiada Jalan Tengah ( Law of Excluded Middle) yang mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain (P = Q atau P ≠ Q).
4. Hukum Cukup Alasan (Law of Sufficient Reason) yang menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu haruslah berdasarkan alasan yang cukup. Itu berarti tidak ada perubahan yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hukum ini ialah pelengkap hukum identitas.
2.2 Sejarah Logika
a. Pada Zaman Yunani Kuno
Kaum Sofis beserta Plato (247-347 M) telah merintis dan memberi saran dalam bidang ilmu logika. Sokrates (399-469 M) dengan metode bidan (metode mayeutisnya) telah banyak memebrikan dasar bagi ilmu logika. namun, setelah ditelaah melalui sumber-sumber yang ada, penemuan ilmu logika baru ditemukan oleh Aristoteles (Lanur, 1983). Aristoteles meninggalkan enam buku yang oleh murid-muridnya di beri nama To Organon (Lanur, 1983). Buku-buku tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Categoriae (tentang pengertian-pengertian).
2. De Interpretatione (tentang keputusan-keputusan). 3. Analytical Priora (tentang silogisme).
4. Analytical Posteriora (tetang pembuktian). 5. Topica (tentang metode berdebat).
6. De sophisticis Elenchis (tentang kesalahan-kesalahan berfikir).
Logika terus berkembang, sehingga mengalami sistematis, logika sistematis ini terjadi karena logika mengikuti metode ilmu ukur. Logika ini dikembangkan oleh Galenus dan Sextus Empiricus. Setelah mengalami sistematis, selanjutnya logika mengalami dekadensi. Akibat proses ini,logika menjadi sangat dangkat dan sederhana (Lanur, 1983).
b. Abad Pertengahan (Abad IX-XVI)
Pada masa ini, buku Aristoteles berupa De Interpretatione dan Categoriae masih dipakai. Pada jaman ini pula, terdapat usaha untuk melakukan sistematis pada ilmu logika. usaha ini dipelopori oleh Thomas Aquinas (Lanur, 1983).
Logika moderen munculpada abad XIII-XV. Tokoh pentng yang menjadi pelopor berkembangnya ilmu logika moderen, sebagai berikut :
1. Petrus Hispanus (1232-1315), 2. Roger Bacon (1214-1292),
3. Raymundus Lullus (1232-1315),
4. Wilhemus Ockham (1295-1349), dan lain sebagainya.
Logika dengan metode baru, terutama ditemukan oleh Raymundus Lullus. Metode ini kemudian disebut dengan Ars Magna. Metode ini merupakan semacam aljabar pengertian yang bermaksud untuk membuktikan kebenaran-kebenaran yang tinggi. Logika yang dicetuskan oleh aristoteles terus berkembang. Namun pada dasarnya, ilmu logika pertama kali dinyatakan oleh Aristoteles, sehingga Aristoteles dikenal sebagai Bapak Logika (Lanur, 1983).
2.3 Macam Logika
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak lepas dengan akal budi. Akal budi yang dimaksud merupakan pikiran atau logika yang dimiliki manusia secara alami ataupun dengan proses pembelajaran. Dengan demikian, logika dapat dibedakan menjadi dua macam. Kedua macam logika ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena kedua logika ini saling melengkapi untuk menghasilkan pemikiran yang benar. Kedua logika ini dibedapat sebagai berikut (Lanur, 1983):
a. Logika Alamiah (Kodratiyah)
Logika Alamiah atau kodratiyah merupakan hasil kinerja akal budi manusia yang berfikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan untuk berlogika alamiah telah dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir. Akal budi ini dapat bekerja menurut hukum logika secara spontan. Oleh sebab itu, kecenderungannya yang subyektif dan bekerja secara spontan, tidak jarang dapat mengakibatkan kesesatan dalam berfikir. Dengan alasan seperti diatas, maka logika alamiah atau kodratiyah memerlukan suatu azas pastik yang dapat memberikan kebenaran melalui fakta. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
Berikut merupakan beberapa contoh dari Logika Alamiah:
Seorang muda harus menghormati seorang yang lebih tua. Seorang anak harus patuh pada orang tuanya.
Seorang yang ingin mengambil barang, harus menggunakan tangan kanan.
Berbicara dengan orang yang lebih tua harus menggunakan bahasa yang sopan.
b. Logika Ilmiah
Logika ilmiah menjadi logika yang dapat membantu logika alamiah dalam menghindari kesesatan. Logika ini muncul karena keterbatasan logika alamiah yang masih bersifat subyektif.dengan logika ini, dapat membuat akal budi menjadi lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah merupakan ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran (standar pemikiran). Dengan berlogika secara ilmiah, maka akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, teliti, mudah, dan aman. Logika ilmiah dapat menghindari kesalahan atau ketidaktepatan pemikiran. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi. logika alamiah ini terjadi melalui percobaan-percobaan, sehingga percobaan itu melahirkan suatu ilmu dan pengetahuan yang baru
Berikut merupakan contoh dari logika ilmiah :
Ada orang yang mengaku bahwa dia telah sanggup menyelam dalam air selama 7 jam tanpa bantuan oksigen dan peralatan apapun. Pengakuan / pernyataan seperti ini jelas tidak dapat dijelaskan secara logika, karena secara medis manusia bertahan hidup tanpa oksigen hanya 5 menit saja.
seseorang memikirkan kendaraan yang bisa berjalan di atas air maka terciptalah kapal laut yang bisa menyebrang dan mengangkut muatan banyak baik manusia, hewan dan lain-lain.
Macam logika menurut obyek logika The Liang (Rakhmat, 2013): 1. Logika Formal (Minor)
Logika formal adalah logika yang mempelajari azas, aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati oleh setiap manusia agar memiliki pikiran yang tepat dan benar.
2. Logika Material (Mayor)
Logika Material adalah logika yang mempelajari sumber-sumber pengetahuan, proses pengetahuan yang akhirnya disimpulkan untuk mendapatkan metode. Logika material juga dapat didefinisikan sebagai mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya, mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan
metode ilmu pengetahuan itu.
Selain macam logika diatas,terdapat macam logika yang dibedakan menurut dengan jalan pikirannya. Yang dimaksud “jalan pikiran” dalam hal ini merupakan cara penarikan kesimpulan dari setiap logika (Rakhmat, 2013).
Secara jalan pikiriannya, logika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Rakhmat, 2013):
1. Logika Deduktif
Logika deduktif merupakan bentuk inferensia yang bertujuan untuk menarik kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan umum menuju kepernyataan khusus dengan menggunakan penalaran atau rasio. Penarikan kesimpulan deduktif menggunakan pola berfikir silogisme (Rakhmat, 2013).
Logika Deduktif mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja.
Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyatakan yang tercantum ini biasa disebut dengan premis. Premis ini kemudian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu premis mayor dan premis minor. Pengetahuan yang didapat dari logika deduktif atau berfikir secara deduktif adalah hasil penarikkan kesimpulan dari kedua premis yang ada.
(Rakhmat, 2013) Ketepatan penarikan kesimpulan dalam penalaran deduktif bergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor , kebenaran premis minor , dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak terpenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif .
Berikut ini merupakan contoh dari logika deduktif :
Premis Mayor Semua mahluk hidup dapat bernapas. Premis Minor Dian Sastro adalah mahluk hidup. Kesimpulan Jadi, Dian Sastro dapat bernapas.
Premis Mayor Semua perempuan dapat melahirkan. Premis Minor Glen Fredly bukan perempuan.
Kesimpulan Jadi, Glen Fredly tidak dapat melahirkan.
Premis Mayor Semua larutan yang dapat mengubah kertas lakmus menjadi biru merupakan larutan basa.
Premis Minor Larutan NaOH dapat mengubah kertas lakmus menjadi biru.
Kesimpulan Jadi, Larutan NaOH merupakan larutan basa.
2. Logika Induktif
Logika induktif merupakan cara berfikir menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual atau khusus. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan
secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental (Rakhmat, 2013). Logika Induktif mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sempai pada kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi (probability).
Dalam penerapannya logika induktif ini memiliki dua keuntungan, yaitu:
a. Lebih Ekonomis
Menurut Muhammad dalam bukunya “Pengantar Logika Dasar Penalaran” induktif dalam kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksi/dikurangi menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang yang dikumpulkan manusia bukan merupakan koleksi atau kumpulan dari berbagai fakta melainkan esensi dari fakta-fakta tersebut. Demikian juga pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan pada struktur dasar yang mendasari wujud fakta tersebut. Pada logika ini, setiap manusi diharuskan dapat menggambarkan fakta yang ada dengan pendiskrisian yang jelas. Seperti, gula itu manis, garam itu asin.
Pernyataan seperti ini sudah dapat membuktikan bahwa manusia tersebut telah bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis (Rakhmat, 2013).
b. Melakukan Penalaran Lanjut
Dengan adanya logika induktif, maka seorang dapat melakukan penalaran yang lebih lanjut. Dengan memperhatikan ciri dari logika ini,
maka seorang dapat menarik sebuah kesimpulan berdasarkan fakta dari beberapa hal secara khusus sehingga menghasilkan kesimpulan yang
Berikut ini merupakan contoh logika induktif (Mahendra, 2012):
Fakta 1 : Dian Sastrowardoyo adalah bintang iklan wanita berparas cantik.
Fakta 2 : Chealsea Islan adalah bintang iklan wanita yang berparas cantik.
Kesimpulan : Semua bintang iklan wanita berparas cantik. 2.3 Fungsi dan Manfaat Logika dalam Kehidupan
a. Fungsi Logika
Sebelum istilah logika muncul (sejak Thales) logika tidak diperlukan, namun dengan Aristoteles memperkenalkan logika, di sini peran logika dirasa penting, sehingga segala sesuatu harus menggunkan logika dan banyak lagi ungkapan tentang keharusan menggunakan logika, dalam kehidupan sehari-hari (Rakhmat, 2013). Tidak sedikit para filsafat maupun ahli yang mempertanyakan fungsi logika. Hal ini disebabkan seorang manusia dapat berfikir walaupun tanpa logika. Namun, sebagai masyarakat ilmiah (kosmopolitan), logika tidak dapat lepas dari pemikiran. Masyarakat ilmiah yang dimaksud adalah masyarakat yang melibatkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tentunya logika itu harus digunakan. Dengan adanya logika, maka masyarakat ilmiah yang berkutat dengan ilmu alam atau ilmu yang ditututu kebenarannya, dapat menghindari sesat pikir dalam memberi argumen, alasan, ide, maupun rancangan berfikir.
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberpa fungsi logika. Menurut Jan Hendrik Rapar, mengungkapkan bahwa dengan logika, kita akan dapat :
1. Dapat membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional; kritis; lurus; tepat; tertib; metodis; serta berpikir koheren.
2. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, erta objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam.
4. Meningkatkan rasa ingin menggapai kebenaran guna menghindari kekeliruan dan kesesatan.
Dari empat point diatas kita dapat mengerti mengapa ilmu pengetahuan harus mempelajari logika, karena tanpa logika ilmu pengetahuan tersebut tidak akan mencapai kebenaran yang benar atau seorang akan mengalami sesat pikir. Tidak ada ilmu pengetahuan tanpa logika, sebagaimana dikatakan Aristoteles (384 SM-322 SM), bahwa Logika merupakan suatu alat (master key) untuk mencapai kebenaran. Sejak dari itulah Aristoteles dikenal sebagai Bapak Logika (Rakhmat, 2013).
Hal diatas merupakan logika dalam cakupan yang luas. Namun aplikasi logika dalam cakupan sempit dapat terjadi pada kalangan Mahasiswa, terkhusunya pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika. Selain itu, mahasiswa yang berhubungan dengan ilmu pasti, akan membutuhkan logika dalam perkuliahannya. Selain itu juga, mahasiswa jurusan Hukum, akan memerlukan logika untuk mencari kebenaran melalui fakta dan menyelaraskannya dengan ketentuan yang ada. Logika ini akan sangat berguna bagi mahasiswa tersebut, karena logika dapat membantu menyelaraskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat diterapkan dalam semua lapangan ilmu pengetahuan (Rakhmat, 2013).
b. Manfaat logika
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam berfikir maka seorang manusia akan menggunakan logika untuk menciptakan hasil pemikiran yang logis. Logis dalam hal ini yaitu masuk akal. Dalam pengaplikasiannya, logika memiliki beberapa manfaat yang secara sadar maupun tidak sadar telah melatih pribadi
terus mengembangkan ilmu logika yang dimiliki, maka seorang itu akan merasakan dampak dari aktivitasnya. Berikut adalah manfaat ilu logika (Rakhmat, 2013):
Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa pikirannya.
Mendidik kekuatan akal benak dan mengembangkannya yang sebaik- baiknya dengan mengajar dan membudayakan mengadakan penelitian- penelitian tentang teknik berpikir.
Mempelajari logika mendidik kita beranggapan jernih dan kritis.
Logika memungkinkan kita mengemban disiplin intelektual yang dibutuhkan dalam memutuskan atau unik kesimpulan.
Logika menolong kita menginterpretasikan kenyataan dan pendapat orang beda secara memadai.
Logika mengajar kita mengenai teknik-teknik memutuskan asumsi dan implikasi.
Logika menolong kita mendeteksi penalaran-penalaran yang keliru dan tidak jelas.
Logika memancing pemikiran-pemikiran ilmiah dan reflektif.
Mengenali dan memakai bentuk-bentuk umum tertent1u dengan teknik penarikan konklusi yang benar dan menghindari kesalahan-kesalahan
yang dapat dijumpai.
Dapat memperpanjang susunan penalaran tersebut untuk menuntaskan problem-problem yang lebih kompleks.
Daya impian fantasi semakin tinggi sehingga manusia menjadi berpikir lebih kreatif.
Sehingga dalam mempelajari ilmu logika itu hampir sama seperti mempelajari ilmu pasti. Hal ini mengartikan, bahwa sama-sama tidak langsung memperoleh manfaat dengan ilmu itu sendiri, tetapi ilmu-ilmu itu sebagai perantara yang merupakan suatu jembatan. Dengan demikian, maka ilmu logika dapatjuga di sebut sebagai ilmu pertimbangan atau ukuran; dala m bahasa Arab di sebut ‘Ilmulmizan atau Mi’jarul’ulum.
Manfaat lain:
1. Menjaga kita supaya selalu berfikir benar. 2. Efektif dalam berfikir ataupun berargumentasi.
3. Berfikir sistematis sesuai aturan-aturan berfikir benar.
4. Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.
Dalam ilmu logika, hal yang dipelajari hanyalah berupa aturan-aturan berfikir secara benar, maka tidak secara otomatis seseorang yang telah belajar ilmu logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam berfikir. Hal mengenai kebenaran tergantung seperti apa seorang itu menerapkan aturan-aturan berfikir, disiplin dalam menggunakan aturan-aturan, terus mengasahnya dengan berlatih, dan tentu saja punya tekad untuk tetap berada dalam kebenaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Logika adalah sesuatu yang diutarakan, suatu pemikiran yang merupakan hasil dari pertimbangan akal serta diutarakan melalui kata dan bahasa guna meneliti ketepatan penalaran. Ilmu logika terus berkembang seiring berkembangnya jaman, dari Yunani Kuno hingga ditemukan Ilmu logika Modern.
Dalam teorinya, logika memiliki beberapa macam. Dari logika alamiah sampai logika ilmiah. Dengan demikian, dalam kehidupan sehari-hari ilmu logika memberi manfaat sehingga dapat membuat seseorang memiliki hasil pemikiran yang tepat.
3.2 Saran
`Bagi orang membaca makalah ini, Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, kritik dan saran pembaca sangat kami butuhkan demi sempurnanya makalah kami selanjutnya. Supaya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ashori, A. 2005. Filsafat Umum. Dalam: Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers, pp. 3-5.
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada, pp. 212. Hardiman, B. 2014. Filsafat Modern. Dalam: Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche,. Jakarta: Gramedia, pp. 7-12.
Kant, I. 2003. Critique of Pure Reason. Dalam: Critique of Pure Reason. Yogayakarta: Pustaka Pelajar, p. 47.
Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi ke Arah Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, pp. 255-256.
Lanur, A. 1983. Logika Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius. Mahendra, Y. 2012. Ilmu Logika. Ilmu Logika , pp. 1-7.
Mundiri, 2008. Logika. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, pp. 1. Rakhmat, M., 2013. Pengantar Logika Dasar. Jakarta: Gramedia. Setiawan, T., 2011. Logika. Pengertian Logika, pp. 1-8.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara, pp.144.