Surat Perjanjian Pemborongan Nomor : 37/SPP-DIR/2005 Tanggal : 28 Juli 2005
PT. VIRAMA KARYA (PERSERO) KONSULTAN TEKNIK DAN MANAJEMEN
Jl. Hang Tuah Raya No. 26 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Email : [email protected]
BEKERJASAMA DENGAN
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI
DAN
(BAGIAN DARI ROW PLAN)
PERHITUNGAN DRAINASE
OKTOBER 2005
RENCANA TEKNIK AKHIR JALAN TOL SEMARANG - BAWEN
PEKERJAAN
PT. JASA MARGA (PERSERO)
(INDONESIA HIGHWAY CORPORATION)
PLAZA TOL TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA 13550, KOTAK POS 4354 JAKARTA 12043TELEPON (021) 841-3528,841-3630 FAKSIMILE (021) 841-3540 PT. POLA AGUNG 0 000 0 100 0 200 0 300 0 40 0 0 500 0 60 0 0 70 0 0 80 0 0 9 00 1 TS = 0+ 506 .53 0 SC = 0 +6 34 .64 8 C S = 0 + 9 76 .1 12 S T = 1 + 1 0 pedalangan
PEKERJAAN
RENCANA TEKNIK AKHIR JALAN TOL
SEMARANG - BAWEN
KATA PENGANTAR
Berdasarkan Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Nomor :
37/SPP-DIR/2005., tanggal 28 Juli 2005, Persero PT. Virama Karya bekerja sama
dengan PT. Tata Guna Patria, PT. Delta Tama Waja dan PT. Pola Agung diberikan tugas untuk melaksanakan pekerjaan Rencana Teknik Akhir Jalan Tol Semarang-Bawen. Bersama dengan ini Konsultan mempersiapkan dan menyusun Laporan Analisa Hidrologi dan Perhitungan Drainase.
Laporan Analisa Hidrologi dan Perhitungan Drainase ini berisikan mengenai uraian mengenai pemahaman Konsultan akan maksud dan tujuan, lingkup pekerjaan serta hasil analisa data-data hidrologi dan perhitungan drainase. Sesuai dengan tugas tersebut, maka Tim Konsultan menyiapkan Konsep Laporan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Keranga Acuan Kerja.
Pada kesempatan ini Konsultan menyampaikan terima kasih kepada PT. Jasa Marga (Persero), yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan Pekerjaan Rencana Teknik Akhir Jalan Tol Semarang - Bawen, dan kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran Proses penyusunan laporan ini.
Jakarta, Oktober 2005
Ir. Bhudjono
Team Leader
Persero PT Virama Karya bekerja sama dengan PT. Tata Guna Patria, PT Delta Tama Waja dan PT Pola Agung Jl. Hangtuah Raya No. 26 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan Telp. (021) 7397545 Fax. (021) 7204331
Persero PT Virama Karya
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum --- I-1
1.2 Maksud dan Tujuan--- I-1
1.3 Lingkup Pekerjaan --- I-1
BAB II ANALISA HIDROLOGI
2.1 Konsep Dasar Perencanaan Hidrologi --- II-1
2.2 Konsep Dasar Perencanaan Drainase --- II-8
BAB III PENUTUP
3.1 Resume Hasil Analisa Hidrologi --- III-1
LAMPIRAN- LAMPIRAN
- Analisa Hidrologi
- Perhitungan Hidrolika
- Tabel Hidrolika
- Simulasi Debit dan TW (Pada Box Culvert dan RCP)
Persero PT Virama Karya
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
Rencana Teknik Akhir Jalan Tol Semarang-Bawen I - 1
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 U M U M
Laporan Analisa Hidrologi ini merupakan bagian dari pekerjaan Rencana Teknik Akhir Tol Semarang – Bawen sepanjang 23.700 Km, yang meliputi daerah administrative Kotamadya Semarang dan Kabupaten Semarang. Secara lengkap rute Tol Semarang – Bawen kami sajikan pada Gambarn 1.1. Peta Lokasi Pekerjaan.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan pekerjaan Analisa Hidrologi dalam kaitannya dengan pekerjaan Rencana Teknik Akhir Tol Semarang – Bawen adalah :
1. Menganalisa data Hidrologi di daerah proyek, dengan mempertimbangkan seri data curah hujan terbaru dari beberapa stasiun curah hujan yang mewakili dengan lokasi daerah proyek. 2. Mengevaluasi kondisi daur hidrologis yang dipengaruhi oleh factor
iklim maupun topogarfi daerah proyek, kontribusi dan pengaruhnya terhadap kondisi hidrologis daerah proyek.
1.3 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan dalam Analisa Hidrologi ini adalah :
1. Mengumpulkan data curah hujan dari stasiun curah hujan terdekat dengan lokasi proyek, minimal 10 (sepuluh) tahun terakhir.
2. Menganalisa curah hujan dalam kaitannya untuk mendapatkan besaran curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu.
3. Menghitung debit rencana dari suatu daerah tangkapan (Catchment Area) yang dibatasi oleh rute jalan tol tersebut.
4. Menganalisa dan mengambil kesimbulan faktor-faktor karakteristik hidrologis tertentu pada lokasi proyek, diantaranya : pengaruh air tanah, keberadaan sumber-sumber air.
Persero PT Virama Karya
BAB II
ANALISA HIDROLOGI
2.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN HIDROLOGI
• Metodologi
Sarana bagan alir dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini :
Gambar 2.1. Metodologi Kerja Perencanaan Hidrologi
• Pengumpulan Data
Desain lebih ditekankan pada kompilasi ketinggian banjir yang pernah terjadi dan dibandingkan terhadap output dari analisis data curah hujan,
Mulai
Input Data Hujan
Melengkapi Data Hujan
Output Data Hujan
Hujan Rata-rata
A
A
Intensitas Hujan
Output Hujan Rencana Hujan Efektif
Selesai
Distribusi Ditolak
Ranking Data Hujan
Uji Abnormal Tidak Normal Data Normal Uji Distribusi Distribusi Frekuensi Distribusi Diterima
Output Hujan Rencana
Persero PT Virama Karya
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
dimana perhitungan desain akan menggunakan elevasi banjir yang tertinggi. Data-data tersebut antara lain:
a. Data curah hujan harian yang didapat dari Semarang, Dinas Pengairan Kab. Semarang atau Badan Meteorologi dan Geofisika.
b. Peta Rupa Bumi – Bakosurtanal.
c. Peta Lembar Geologi – Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi. d. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air – Prop. Jawa Tengah.
• Distribusi Frekuensi/Statistis
Penggunaan distribusi krekuensi / statistis menggunakan tiga metode yaitu :
i) Distribusi Gumbel (4)
Harga ekstrim Gumbel adalah :
XT =
S
S
Y
Y
X
n n T.
−
+
...(2) Dimana :XT = besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu (T tahun)
X
= harga rata-rata sampelYT = reduced private, merupakan fungsi dari probabilitas
=
)
(
1
)
(
(
x
T
x
T
In
In
r r−
−
−
Yn = reduced private mean (rata-rata YT), merupakan fungsi dari
pengamatan
Sn = reduced private standard deviation, merupakan koreksi dari
penyimpangan
S = deviasi standar sampel
Syarat distribusi Gumbel :
1. koefisien skewness : Cs = 1.14
2. koefisien kurtosis : Ck = 5.40
ii) Distribusi Log Pearson (1)
Dirumuskan :
Log R = Log
R
+KT.SX
Persero PT Virama Karya
Log
R
=n
R
∑
log
SX =1
)
log
(log
2−
−
∑
n
R
R
G = 3 3)
).(
2
).(
1
(
)
log
(log
.
xS
n
n
R
R
n
−
−
−
∑
Dimana :RT = besarnya curah hujan pada periode ulang tertentu (T tahun)
R = tinggi curah hujan harian maksimum (mm)
SX = deviasi standar
G = koefisien assimetri Pearson
kT = koefisien skewness Pearson, untuk nilai-nilai tertentu didapat
dari interpolasi.
Distribusi Log Pearson III tidak memberikan batasan syarat terhadap koefisien skewness.
iii) Distribusi Log Normal (5)
Persamaan kurva frekuensi : Log X =
Log
x
+
Y
.
Sx
Dimana :
x
Log
= rata-rata logaritma xY = faktor frekuensi, tergantung dari kala ulang
SX = deviasi standar
Syarat-syarat distribusi log normal : Cs = 3 Cv
Dari hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan tiga perbandingan distribusi tersebut, diambil curah hujan rancangan dengan nilai terbesar untuk masing-masing periode ulang setelah dilakukan pengujian terhadap koefisien skewness dan kurtosisnya.
Persero PT Virama Karya
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
• Intensitas Hujan
Dalam analisis ini perhitungan lama intensitas curah hujan (I) ditentukan berdasarkan ‘asumsi’ distribusi hujan terpusat selama 6 jam per hari
(Proyek Jatiluhur) dan dirumuskan berdasarkan rumus Mononobe (2) :
It = ) 3 / 2 ( 24
24
.
24
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
t
R
Dimana :It = rata-rata intensitas curah hujan dari awal sampai jam ke t
(mm/jam)
R24 = curah hujan rencana (mm)
24 = standar presentase dalam 1 hari (R24 = 100%).
t = lama hujan (jam)
Sehingga rumus diatas menjadi :
It = ) 3 / 2 ( 24
6
.
6
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
tc
R
Intensitas curah hujan diasumsikan berdasarkan distribusi hujan terpusat selama 6 jam per hari yang dirumuskan :
Rt = ) 3 / 2 ( 24
6
.
6
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
t
R
Curah hujan pada jam ke T, dirumuskan : Rt = T.Rt – (T-1).Rt(T-1)
Dimana :
Rt = intensitas curah hujan pada jam ke T (mm)
T = lama hujan dari awal sampai jam ke T (jam)
Rt(T-1) = rata-rata intensitas curah hujan dari awal sampai jam ke T-1
• Intensitas Hujan Efektif
Curah hujan efektif dirumuskan (2) :
Ief = I x α
Dimana :
Ief = curah hujan efektif
I = intensitas curah hujan
Persero PT Virama Karya
α = koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran (α) dilakukan dari beberapa pendekatan antara lain berdasarkan tata guna lahan dan jenis permukaan tanah. Nilai koefisien berdasarkan rumus :
α = 1 – (6.6/I241/2)
dimana :
α = koefisien pengaliran
I24 = intensitas curah hujan
Catatan :
Penerapan rumus tersebut diatas dilakukan untuk daerah-daerah yang mempunyai catchment area yang luas (Daerah Aliran Sungai), dimana agak menyulitkan untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien pengaliran yang eksak.
Nilai koefisien pengaliran dapat juga ditetapkan dengan meninjau kondisi fisik, karakteristik tanah dan tata guna lahan, dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Koefisien Pengaliran
No. Jenis Permukaan Koefisien α
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jalan Aspal Bahu Jalan Jalan Beton Talud Timbunan Daerah Perkotaan Daerah Pinggir Kota Daerah Permukiman Taman dan Kebun Daerah Persawahan 0.70 – 0.95 0.70 – 0.85 0.70 – 0.95 0.40 – 0.65 0.70 – 0.95 0.60 – 0.70 0.40 – 0.60 0.20 – 0.40 0.45 – 0.60 Catatan :
Penerapan nilai-nilai koefisien diatas digunakan untuk daerah-daerah yang mempunyai
catchment area yang sempit (koridor jalan utama) sehingga nilai-nilai koefisien
Persero PT Virama Karya
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
• Debit Banjir
i) Metode Rasional
Debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional, apabila luas
daerah aliran (catchment area) lebih kecil dari 5.00km2 (SNI) yang
dirumuskan sebagai berikut :
Q = f x α x I x A
Dimana :
Q = debit banjir rencana (m3/det)
f = faktor konversi (f = 0.278)
α = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan pada durasi yang sama dengan waktu
konsentrasi dan pada periode ulang hujan tertentu (mm/jam)
A = luas daerah aliran (km2)
Rumus Rasional digunakan untuk menghitung kapasitas saluran samping dan gorong-gorong yang berada disepanjang koridor jalan utama. Berdasarkan pengamatan site visit, rencana alinemen proyek melewati daerah yang sangat bergelombang (rolling) diperkirakan setiap 1 km akan ditempatkan 2 sampai 3 gorong-gorong baik berupa pipa maupun boks.
Periode ulang yang akan digunakan dalam metode ini maksimum 25 tahun, disesuaikan terhadap umur proyek yang akan dikerjakan.
ii) Metode Regresi
Metode regresi digunakan untuk memperkirakan debit puncak banjir daerah aliran sungai ddengan data minim.
Parameter yang digunakan antara lain : a. Area (A)
Luas daerah aliran sungai ditentukan dari base map skala 1:25.000
b. Rata-rata curah hujan harian (
R
)Rata-rata curah hujan harian (Mean annual maximum 1 day point
rainfall) dipengaruhi oleh faktor koefisien Thiessen dan luas
pengaruhnya.
c. Kemiringan sungai (S)
Persero PT Virama Karya
Beda tinggi antara titik tertinggi pada alur sungai utama dengan elevasi sungai di jembatan. Nilai minimal S = 0.100%.
d. Luas genangan (AL)
Luas genangan atau danau adalah luas yang berpengaruh terhadap debit puncak banjir disebelah hilirnya.
Persamaan regresi dari parameter-parameter tersebut untuk menentukan debit banjir tahunan rata-rata adalah :
X
=(
8
.
00
)(
10
−6)(
A
)
V(
R
)
2.445(
S
)
0.117(
1
+
A
L)
−0.85dimana :
V = 0.02 – 0.0275 log A
Debit banjir berdasarkan periode ulang dirumuskan :
QN = C x
X
Dimana :
QN = debit banjir rencana
C = faktor pembesar
Tabel 2.2 Faktor Pembesar “C”
Periode Ulang (T) Variasi Reduksi (Y) Faktor C
5 10 20 50 100 1.50 2.25 2.97 3.90 4.60 1.28 1.56 1.88 2.35 2.78
Persero PT Virama Karya
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
2.2. KONSEP DASAR PERENCANAAN DRAINASE (1) Metodologi Analisis Saluran
Secara bagan alir dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Metodologi Analisis Saluran
Mulai Cross Section - Lebar Cross - Gradien Cross - Panjang Saluran - Elevasi Saluran - To, Td - Time of Concentration - Dalam Air - Perimeter - Wet Perimeter - Hdraulik Gradien - Freeboard - Penampang Ekonomis Long Section - Intensitas hujan
Geometrik Hidrologi Catchment Area Q rencana A A Q rencana Qr < Qs Selesai N Y
(2) Perencanaan Saluran Samping
Saluran samping (side ditch) direncanakan berdasar aliran seragam (uniform flow) dengan rumus kontinuitas :
Qs = F x V
Dimana :
Qs = kapasitas saluran (m3/det)
Persero PT Virama Karya
F = luas penampang basah saluran (m2)
V = kecepatan aliran (m/det)
Besarnya kecepatan aliran dihitung dengan Rumus Manning :
V =
1
2/3 1/2xSo
xR
n
dDimana:
nd = koefisien kekasaran manning
R = jari-jari hidrolis saluran
=
P
F
F = luas penampang basah saluran (m2)
P = keliling basah saluran (m)
So = kemiringan dasar
(3) Waktu Konsentrasi
Waktu pengaliran menuju saluran atau time of inlet dirumuskan :
To = 167 . 0
1
28
,
3
3
2
⎥
⎥
⎦
⎤
⎢
⎢
⎣
⎡
o dS
n
x
x
x
Dimana :To = waktu pengaliran menuju saluran (men)
l = panjang alur terpanjang (m)
nd = koefisien hambatan
so = kemiringan aliran
waktu pengaliran dalam saluran atau time of flow dihitung berdasarkan sifat-sifat hidrolis saluran dan dirumuskan :
td =
(det)
V
L
td =(
)
60
men
Vx
L
Dimana :td = waktu pengaliran dalam saluran (men)
L = panjang saluran drainase (m)
Persero PT Virama Karya
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
Sehingga waktu konsentrasi (tc) dapat dirumuskan :
Tc = to + td =
60
1
28
,
3
3
2
167 , 0Vx
L
S
nd
x
x
x
o+
⎥
⎥
⎦
⎤
⎢
⎢
⎣
⎡
(4) Koefisien ManningNilai Koefisien Manning untuk analisi dasar perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3. Koefisien Manning (ND)
NO. JENIS PERMUKAAN MIN. NORMAL MAK. 1.
2. 3.
4.
Gorong-gorong slab
Gorong-gorong beton, bebas kikisan
Gorong-gorong beton, saluran pembuangan dengan bak kontrol, apron dan lurus Gorong-gorong baja bergelombang
0.018 0.010 0.013 0.013 0.025 0.011 0.015 0.016 0.030 0.013 0.017 0.017 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Saluran tanah, lurus dan seragam, bersih baru dibuat
Saluran tanah lurus dan seragam, berumput pendek, sedikit tanaman pengganggu Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang tanpa tetumbuhan
Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang dengan beberapa tanaman penganggu Saluran tanah, berkelok-kelok dan tenang dengan banyak tanaman penganggu atau tanaman air pada saluran yang dalam
Saluran tanah, dasar tanah dengan tebing dari batu pecah
Saluran tanah hasil galian atau kerukan tanpa tetumbuhan
Saluran tanah hasil galian atau kerukan dengan semak-semak kecil ditebing
0.016 0.022 0.023 0.025 0.030 0.028 0.025 0.035 0.018 0.027 0.025 0.030 0.035 0.030 0.028 0.050 0.020 0.033 0.030 0.033 0.040 0.035 0.033 0.060 13. 14. 15. 16.
Saluran pasangan batu disemen Saluran pasangan batu
Saluran beton dipoles Saluran beton tidak dipoles
0.017 0.023 0.015 0.014 0.025 0.032 0.017 0.017 0.030 0.035 0.020 0.020
(5) Kemiringan Dasar Saluran
Untuk menghitung kemiringan saluran samping, dimana kimiringan topografi terlalu curam atau landai dapat digunakan rumus:
Persero PT Virama Karya
So = 2 3 / 2
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
R
Vxnd
Dimana: So = kemiringan aliranV = kecepatan aliran (m/det)
Nd = koefisien hambatan
R = jari-jari hidrolis saluran (m)
(6) Kemiringan Dinding Saluran
Bentuk penampang saluran disarankan mempunyai kemiringan yang paling efisien dari segi ekonomis dan masih memperhitungkan segi keamanannya. Umumnya digunakan kemiringan 1:1~1.5 (kententuan ini untuk saluran unlined dicth dengan material tanah lempung).
(7) Tinggi Jagaan (freboard)
Freeboard adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air
kondisi rencana, didasarkan rumus :
W =
0
.
5
xd
Dimana:
W = tinggi jagaan (m)
d = kedalaman air di saluran (m)
(8) Saluran Pengumpul
Saluran pengumpul (interceptor) ditempatkan pada daerah galian atau timbunan yang cukup tinggi, diletakkan pada bantarannya. Bentuk saluran dapat didesain berbagai bentuk, akan tetapi bentuk yang paling ideal adalah bentuk segitiga, mengikuti bentuk blade dari backhoe.
Tinggi maksimal galian atau timbunan didapat dari perhitungan stabilitas terhadap longsoran dan tergantung dari faktor kohesi serta sudut geser material tanah dimana perhitungan ditinjau pada saat lereng baru selesai dibangun.
Lebar bantaran (berm) dari galian atau timbunan didasarkan pada rumus:
b = 3.6H1/3-3
Dimana:
b = lebar bantaran (m)
Persero PT Virama Karya
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
Lebar bantaran juga harus memperhatikan faktor jalan inspeksi untuk kepentingan pemeliharaan. Kelemahan yang mungkin menjadi kendala adalah keterbatasan lahan atau damija yang ada. Sesaat setelah dikerjakan harus segera dilakukan penanaman rumput yang berfungsi untuk melindungi terhadap gerusan jika tiba-tiba terjadi hujan.
Kualitas tanah (borrow material) yang digunakan untuk pondasi saluran juga harus mengikuti standar yang ditetapkan dalam spesifikasi.
(9) Saluran Median
Saluran median (separator) ditempatkan pada daerah super elevasi. Bentuk saluran dapat didesain sebagai saluran terbuka atau gorong-gorong. Penyesuaian terhadap kondisi yang diinginkan akan membentuk berbagai alternatif desain. Konsep hidrolika yang digunakan sama dengan konsep perencanaan saluran samping. Terjunan (chut way) digunakan jika elevasi outlet gorong-gorong mempunyai selisih elevasi yang besar terhadap dasar saluran (terutama pada ddaerah timbunan), konstruksi terjunan bersifat dan dianalisis sama dengan konsep saluran diperkeras (linen ditch).
(10) Periode Ulang
Perencanaan bangunan air menggunakan periode ulang yang disesuaikan terhadap tipe bangunan :
Tabel 2.4 Periode Ulang
No. Jenis Bangunan Periode Ulang Board Free (w)
1. Saluran samping (langsung ke sungai) 10 tahun 0.2 m
2. Saluran samping (masuk kegorong-gorong) 25 tahun 0.25 m
3. Gorong-gorong 25 tahun 0.2 D
4. Sungai (Q < 200 m3/det) 50 tahun 1.5 m
5. Sungai (Q > 200 m3/det) 100 tahun 2.5 m
*) D : Diameter gorong-gorong / tinggi gorong-gorong
Persero PT Virama Karya
(11) Metodologi Analisis Dimensi Gorong-gorong
Secara bagan alir dapat dilihat pada Gamber 2.3 berikut ini :
Gamber 2.3 Metodologi Kerja Analisis Gorong-gorong
Mulai - Hidrograf - Q banjir Konversi ke British system Luas penampang culvert Estimasi tipe
Analisis hidrolika Q culvert
Flow of water Qbanjir Qculvert Kurva kapasitas Selesai - Cross section - Alinemen V rencana GEODETIC - GEOMETRIK - Panjang culvert - Tinggi culvert - Slope - HWL - NWL, Y N (12) Perencanaan Gorong-gorong
Penentuan tipe gorong-gorong (pipa atau boks) dilakukan setelah diketahui besarnya debit banjir rencana yang akan mendapatkan nilai diameter atau ukuran yang optimal dan akan disesuaikan terhadap kemudahan pelaksanaan dilapangan maupun tersedianya barang dipasaran.
Penggunaan metode ini mengacu pada sistim yang dipakai oleh Bureu of Public Roads (USAID).
Persero PT Virama Karya
LAPORAN ANALISA HIDROLOGI DAN PERHITUNGAN DRAINASE
Dalam merencanakan gorong-gorong perlu dipertimbangkan mengenai topografi daerah aliran/alur karena hal ini menyangkut beberapa ketetapan antara lain :
i) Bentuk gorong-gorong
ii) Dimensi gorong-gorong
iii) Elevasi dasar inlet dan outlet
iv) Panjang gorong-gorong
v) Kemiringan gorong-gorong, ditetapkan antara 0.5 – 2.0%
Gorong-gorong yang diperhitungakan terhadap kondisi keadaan aliran bebas free flow :
Aliran bebas (free flow) dan transisi
Prinsipnya sama dengan saluran terbuka. Pada aliran bebas terdapat dua
kondisi, yaitu :
a. Mulut gorong-gorong tidak tenggelam.
Dengan syarat
<
1
.
2
D
h
h = kedalaman air (m)
D = diameter gorong-gorong (m)
b. Mulut gorong-gorong tenggelam dan pengalirannya bersifat transisi.
Perubahan kondisi aliran dalam gorong-gorong dari aliran bebas ke aliran tekan disebut aliran transisi, dengan persyaratan :
1.2 D < h < 1.5D
c. Free board (tinggi jagaan), supaya aliran dalam gorong-gorong masih berupa aliran terbuka, sehingga (w) = 0.2 x D.
Dimana D = diameter gorong-gorong, atau tinggi gorong-gorong.
Persero PT Virama Karya
BAB III
KESIMPULAN
3.1 RESUME HASIL ANALISA HIDROLOGI
Resume hasil analisa hidrologi untuk rencana jalan Tol Semarang – Bawen adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Stasiun Pos Pengamat hujan yang dipakai pada ruas jalan Tol Semarang – Bawen sepanjang 24.700 Km sejumlah 9 (sembilan) Stasiun Pos Pengamat Hujan, yang mewakili ke lima daerah administrative pada lokasi proyek, stasiun penakar curah hujan (PPH) tersebut adalah : 1. PPH Kalisari No 42 a 2. PPH Ungaran No 65 3. PPH Klepu No 68 b 4. PPH Tuntang-1 No 83 5. PPH Tuntang-2 No 85 a 6. PPH Bawen No 74 7. PPH Pager Sari No 73 a 8. PPH Susukan No 64
2. Periode pengumpulan data curah hujan dari ke 10 Stasiun Pos Pengamat Hujan itu dilakukan selama 10 tahun terakhir, yaitu data pengamatan dari tahun 1994 sampai dengan 2004
3. Perhitungan curah hujan harian maksimum rencana, dihitung berdasarkan rata-rata matematis dari 3 (tiga) metode analisa probabilitas yang ada yaitu, Metode Gumbel, Metode Log Pearson Type III, Metode Log Normal, dengan periode ulang antara 5 tahun s/d 100 tahun, hasil perhitungan disampaikan pada Lampiran Analisa Hidrologi.
4. Perhitungan Intensitas curah hujan yang terjadi mempergunakan metode Talbot, hasil perhitungan disampaikan pada Lampiran Analisa Hidrologi.
5. Perhitungan debit rencana pada luasan daerah tangkapan tertentu, dihitung menggunakan Metode Rational, hasil perhitungan disampaikan pada Lampiran Analisa Hidrologi.