• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Abortus Inkomplit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Abortus Inkomplit"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I STATUS KASUS STATUS KASUS 1.1 IDENTITAS 1.1 IDENTITAS  Nama

 Nama : Ny. E: Ny. E Umur

Umur : : 40 40 tahuntahun Pekerjaan

Pekerjaan : : Ibu Ibu rumah rumah tanggatangga Agama

Agama : : IslamIslam Alamat

Alamat : : Selajambe Selajambe 16/09 16/09 CisaatCisaat Masuk

Masuk RS RS tanggal tanggal : : 05 05 November November 2014, 2014, jam jam 20.45 20.45 wibwib

1.2 ANAMNESA

1.2 ANAMNESA

KELUHAN

KELUHAN UTAMA UTAMA ::

Keluar darah dari kemaluan sejak 5 hari s

Keluar darah dari kemaluan sejak 5 hari sebelum datang ke RS.ebelum datang ke RS.

RIWAYAT

RIWAYAT PENYAKIT PENYAKIT SEKARANG SEKARANG ::

Ibu merasa hamil 3 bulan, ibu mengeluh keluar darah berwarna merah s

Ibu merasa hamil 3 bulan, ibu mengeluh keluar darah berwarna merah s egar daegar da ri kemaluan, darah yang keluar terasa semakin banyak disertai gumpalan-gumpalan da ri kemaluan, darah yang keluar terasa semakin banyak disertai gumpalan-gumpalan da rah. ibu juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.

rah. ibu juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.

RIWAYAT

RIWAYAT PENYAKIT PENYAKIT DAHULU DAHULU ::

Riwayat hipertensi selama kehamilan disangkal, hepatitis disangkal, riwayat Riwayat hipertensi selama kehamilan disangkal, hepatitis disangkal, riwayat asma disangkal.

(2)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan asma.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL :

Pasien tidak mengkonsumsi obat selain yang diberikan oleh dokter, sering terlambat makan, makan 1-2 kali/hari bahkan terkadang tidak makan.

RIWAYAT PENGOBATAN :

Belum minum obat apapun selama sebelum ke RS

RIWAYAT HAID :

Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, teratur, durasi haid 7 hari, siklus 30 ha ri, HPHT 08 agustus 2014.

RIWAYAT PERSALINAN :

Gravida (4), Partus (2), Abortus (1)

RIWAYAT ALERGI

Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.

RIWAYAT OPERASI :

(3)

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

KESAN UMUM : Baik

KESADARAN :Compos Mentis TANDA VITAL Suhu : 36.50C Pernapasan : 20 kali/menit  Nadi : 88 kali/menit Tekanan darah : 120/80 mmHg STATUS GENERALIS

 Mata : Ikterik (-/-), Anemis (-/-)

 Hidung : Napas cuping hidung (-), epistaksis(-), deviasi septum(-)  Mulut : Kering (+), sianosis (-)

 Leher : Pembesaran KGB submandibula (-)  Telinga : Sekret (-/-)

STATUS LOKALIS

 Thorax

o I: Retraksi Intercosta (-) o P: Focal fremitus simetris o P: Sonor

o A: Vesikuler (+/+), Ronkhi basah (-/-), Wheezing (-/-)

(4)

 Extremitas

o Atas : Akral hangat, CRT < 2detik,

o Bawah : Akral hangat, CRT < 2detik, edema (-)

STATUS OBSTETRI

 Abdomen

o Leopold I : Tidak dilakukan o Leopold II : Tidak dilakukan o Leopold III : Tidak dilakukan o Leopold IV : Tidak dilakukan

 Denyut Jantung Janin : - Taksiran Berat Janin :

- His :

-PEMERIKSAAN GINEKOLOGI Inspeksi :

Genitalia eksterna :

vagina bersih, terdapat rambut pubis, ulkus (-) pembengkakan vulva (-), klitoris (-), ke  lu ar darah yg mengalir (+) , pus (-), lendir (-)

Genitalia Interna (inspekulo) : Tidak dilakukan

Vaginal toucher :

Dinding vagina teraba licin, tidak teraba adanya massa, porsio teraba bulat lunak tebal , nyeri goyang porsio (-), tidak ada nyeri tekan di kedua adneksa.

(5)

1.4 Pemeri ksaan U SG

Terlihat masihada sisa - si sa hasil konsepsi didal am kavum uteru s .

1.5 Diagnosis

(6)

BAB II

Analisis Kasus

1.  Bagaimana cara mendiagnosis Abortus Inkomplit?  Definisi Abortus

Berakhirnya kehamilan melalui cara apapun (spontan / provakatus) sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan < 20 minggu berdasarkan HPHT atau  berat janin < 500 gr.

 Definisi abortus inkomplit

Sebagian hasil konsepsi yang telah keluar dari cavum uteri dan masih ada yang tertinggal.

 Tanda & gejala abortus inkomplit  Anamnesis

Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi, nyeri / kram perut di  bagian atas simphisis.

  Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan menggunakan spekulum, terdapat banyak bekuan darah didalam vagina, serviks terlihat mendatar dan lunak.

 Pemeriksaan Penunjang

USG : Besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan, kantung gestasi yang sulit dinilai, massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.

(7)

2.  Apa yang membedakan Abortus Inkomplit dengan jenis perdarahan pada kehamilan muda lainnya?

 Abortus iminens

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus. Perdarahan  pervaginam pada usia kehamilan < 20 minggu, ostium uteri masih tertutup, hasil konsepsi masih baik berada didalam kandungan, mulas sedikit atau bahkan tidak ada keluhan lain selain perdarahan pervaginam, besar uterus masih sesuai usia kehamilan, tes kehamilan urine masih positif.

 Abortus insipiens

Abortus yang sedang mengancam kondisi janin. Serviks yang telah mendatar, ostium uteri telah membuka, hasil konsepsi masih berada didalam kavum uteri masih dalam  proses pengeluaran, mulas karena kontraksi uterus yang sering dan kuat, perdarahan  bertambah seiring pembukaan serviks dan usia kehamilan, besar uterus masih sesuai usia kehamilan, gerak dan detak jantung janin masih jelas meskipun mungkin sudah terganggu,

 Abortus Inkomplet

sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri namun masih ada yang tertinggal. Kanalis serikalis masih terbuka, teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol dari ostium uteri eksternum, perdarahan tergantung jumlah jaringan yang masih tersisa, besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan, massa hiperekoik yang  bentuknya tidak beraturan.

(8)

 Abortus Kompletus

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri sudah menutup, uterus sudah mengecil, perdarahan sedikit, besar uterus tidak sesuai usia kehamilan.

 KET

Kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. nyeri merupakan keluahn utama pada KET,  perdarahan merupakan tanda penting kedua, hal ini menandakan kematian janin dan  berasala kavum uteri karena pelepasan desidua, perdarahan tidak banyak dan berwana

kecokelatan.

 Mola Hidatidosa

Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenari hidropik. Adanya mola harus dicurigai pada wanita dengan amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari usia kehamilan, tidak ditermkan tanda kehamilan pasti (balotemen dan DJJ). Peninggian kadar hCG, snow flake pattern & honey comb appearance pada USG.

3.  Penyebab dari Abortus?  Faktor Genetik 

(9)

Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen tunggal atau mutasi pada beberapa lokus yang tidak terdeteksi pada  pemeriksaan kariotip.

 Faktor Anatomi

Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.

1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta ). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua. 2) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah

endometrium.

3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis.

Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda. Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi (prosedur diagnostik).

Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu

(10)

mioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya ROB pada  pasien ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan operasi.

 Faktor Autoimun

Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun. Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematous  (SLE) dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan diantara pasien SLE sekitar 10%, dibanding  populasi umum. Bila digabung dengan peluang terjadi pengakhiran kehamilan

trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan. aPA merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari fosfolipid. paling sedikit ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti klinis yang penting, yaitu  Lupus Anticoagulant   (LAC), anticardiolipid antibodies (aCLs), biologically false- positive syphilis (FP-STS). APS (antiphospholipid syndrome) sering juga ditemukan pada beberapa keadan obsetrik, misalnya pada  preeklamsia, IUGR dan prematuritas. Beberapa keadaan lain yang berhubungan

dengan APS yaitu trombosis arteri-vena, trombositopeni autoimun, anemia hemolitik, korea dan hipertensi pulmonum.

The International Consensus Workshop pada tahun 1998 mengajukan klasifikasi kriteria untuk APS, yaitu meliputi:

 Trombosis vaskular

- satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, pencitraan atau histopatologi.

(11)

 Komplikasi kehamilan

-  tiga atau lebih kejadian abortus dengan sebab yang tidak jelas, tanpa kelainan anatomik, genetik atau hormonal.

- satu atau lebih kematian janin dimana gambaran morfologi seara sonografi normal

-  satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan  berhubungan dengan preeklamsia berat atau insufisiensi plasenta yg berat

 Kriteria laboratorium

- aCL; IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi pada 2 kali atau lebih pemeriksaan dengan jarak lebih dari atau sama dengan 6 minggu - aCL diukur dengan metode ELISA standar 

 Antibodi fosfolipid/antikoagulan

- pemanjangan tes skrining koagulasi fosfolipid (aPTT, PT dan CT)

-  kegagalan untuk memperbaiki tes skrining yang memanjang dengan  penambahan plasma platelet normal

- adanya perbaikan nilai tes yang memanjang dengan penambahan fosfolipid -  singkirkan dulu kelainan pembekuan darah yang lain dan pemakaian heparin.

(12)

spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.

 Faktor Lingkungan

Diperkirakan 1% -  10% malformaasi janin akibat paparan obat, bahan kimia, atau radiasi, umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik antaara lain nikotin yang telah diketahui memiliki efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan  janin serta memacu neurotoksin. dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi

vetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.

 Faktor Hormonal

a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.

 b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya produksi progesteron).

c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran.

(13)

dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus. Karena  progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut  berperan dalam peristiwa kematiannya.

 Faktor Hematologik 

 beberapa kasus abortus berulang dengan defek plasenta dan adanya mikrotrombin  pada pembuluh darah plasenta. berbagai komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang eran penting pada inplantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi. pada kehamilan terjadi keadaan hipokoagulasi dikarenakan:

  peningkatan kadar faktor prokoagulan   penurunan faktor koagulan

  penurunan aktivitas fibrinolitik 

kadar faktor VII, VIII, X dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal, terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu.

Bukti lain menunjukkan bahwa sebelu terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik. penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukan bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan saat kehamilan berusia 8-11 minggu. perubahan rasio tromboksan- prostasiklin memacu vasospasme serta agregasi trombosit, yang akan menyebabkan

(14)

Defisienisi faktor XII (Hageman) berhubungan dengan trombosis sistematik maupun plasenter dan telah dilaporkan juga hubungan dengan abortus berulang pada lebih dari 22% kasus.

Homosistein merupakan asam amino yang dibentuk selama konversi metionin ke sistein. Hiperhomosisteinemi, bisa kongenital maupun akuisita, berhubunga dengan trombosis dan penyakit vaskular dini. kondisi ini berhubungan dengan 22% Kondisi ini berhubungan dengan abortus berulang. Gen pembawa akan diturunkan secara autosom resesif. Bentuk terbanyak yang didapat adalah defisiensi folat. Pada pasien ini penambahan folat akan mengembalikan kadar homosistein normal dalam beberapa hari.

4. Tindakan apa yang perlu dilakukan pada pasien dengan Abortus inkomplit?  Dilatasi dan Kuretase

Diawali dengan dilatasi servik lalu mengeluarkan jaringan dengan melakukan kerokan  pada uterus dengan alat kuret, atau dengan aspirasi vakum, atau bahkan keduanya. Komplikasi penyerta termasuk perforasi, laserasi servik, perdarahan, atau pengeluaran  janin dan plasenta tidak lengkap semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Dengan alasan ini, tindakan kuretase dilakukan sebelum usia kehamilan 14 minggu. Aspirasi vakum digunakan pada kehamilan trimester pertama.

 Dilatasi Hygroscopic

Trauma dari dilatasi dapat diminimalisasi dengan pemakaian alat yang secara perlahan mendilatasi servik. Cara kerja alat ini dengan menyerap air pada jaringan servik hingga terbuka dan melunak secara perlahan.

(15)

 Laparotomy

Dalam beberapa keadaan, hysterotomy atau abdominal hysterectomy lebih dipilih dibanding tehnik diatas. Hal ini dilakukan jika terdapat penyakit pada uterus, atau pasien ingin disteril.

 Misoprostol

Penatalaksanaan pada kejadian abortus tidak mengalami perubahan yang berarti dalam 60  –  70 tahun ini. Evakuasi sisa jaringan dengan cara dilatasi dan kuretase tetap menjadi pilihan utama sejak tahun 1930, namun prosedur ini dapat menyebabkan morbiditas iatrogenik. Seiring dengan perkembangan pengobatan, prostaglandin analog (seperti misoprostol) menunjukkan tingkat efektivitas yang baik terhadap evakuasi  jaringan.

Misoprostol telah digunakan secara luas pada bidang Obstetri dan Ginekologi antara lain sebagai pematangan servik dan penatalaksanaan abortus. Berawal dari analog  prostaglandin E1 yang semula ditujukan untuk pengobatan peroral ulcus pepticus. Untuk

kasus abortus dan pematangan servik, pemberian melalui vaginal merupakan pilihan. Banyak penelitian menyatakan pemberian intravagina lebih efektif dibandingkan  pemberian peroral. Hal ini didukung oleh penelitian farmakokinetik yang menunjukkan

sistem bioavailibilitas misoprostol intravagina tiga kali lebih tinggi dibanding pemberian  peroral.

(16)

Laporan Kuratase

a. Os di posisikan litotomi

 b. Dilakukan tindakan aseptin dan antiseptic di daerah vulva, vagina, dan sekitarnya c. Dipasang speculum bawah, dipegang oleh asisten

d. Dengan bantuan speculum atas, bibir portio diidentifikasi, dijepit dengan tenakulum

e. Dilanjutkan kuretage dengan sendok kuret, secara sistematis sesuai dgn arah jarum jam sampai bersih

f. Sisa abortus : ± 50 gr  g. Perdarahan: ± 30 cc h. Lepas alat

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary. F. 2010. Williams Obstetry. Edisi 23 Cetakan Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam

Abortus komplit adalah perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan masih muda (umumnya dibawah 10 minggu) dimana seluruh bagian janin telah keluar dari kavum uteri

Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT ) tentang efek tirah baring pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang mengalami perdarahan pada usia

3,6 Terbatasnya kemampuan tuba fallopi untuk mengembang menyebabkan kehamilan ektopik mengalami ruptur tuba sehingga dapat timbul perdarahan ke dalam kavum

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih

- Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien mengeluh sering keluar darah dari kemaluan,.. sering ditemukan, berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Perdarahan timbul akibat

Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi perdarahan pervaginam pada kehamilan &lt;20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus tanpa disertai dilatasi