• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Nurliana Harahap. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Nurliana Harahap. Abstrak"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

13 PENGARUH PROGRAM KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP)

TERHADAP PARTISIPASI KELOMPOKTANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

(Studi Kasus di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara)

Oleh: Nurliana Harahap Abstrak

Program Kredit Ketahanan Pangan (KKP) merupakan program pemerintah yang bertujuan membantu petani dalam mengatasi kekurangan akan modal dalam berusaha tani, karena penurunan produksi akibat kekurangan saprodi akan berkorelasi positif dan erat kaitannya dengan kemiskinan, karena terjadinya penurunan pasokan pangan yang berakibat pada kenaikan harga pangan yang akan memberatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses pangan dan dampak terbesarnya adalah kerawanan pangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

program KKP terhadap peningkatan partisipasi dalam

meningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, dimulai dari bulan Oktober sampai Desember 2010 dengan jumlah responden sebanyak 87 orang anggota kelompoktani yang tersebar di 16 kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa (1) KKP memberikan pengaruh peningkatan partisipasi kelompoktani, (2) Program ketahanan pangan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, (3)

Program KKP memberikan manfaat bagi petani dalam

meningkatkan pendapatan petani di Desa Tanjung Rejo.

Kata kunci: KKP, Peningkatan Partisipasi dan Pendapatan Petani

PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang *) Dosen STPP Medan

(2)

14 berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosialekonomi, budaya dan politik (Unicef, 1990). Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi, yaitu gizi kurang dan gizi lebih.

Akses pangan setiap individu ini sangat tergantung pada ketersediaan pangan dan kemampuan untuk mengaksesnya secara kontinyu (spasial dan waktu). Kemampuan mengakses pangan ini dipengaruhi oleh daya beli, yang berkaitan dengan tingkat pendapatan dan kemiskinan seseorang.

Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya. Indikator ketahanan pangan juga menggambarkan kondisi yang cukup baik. Akan tetapi masih banyak penduduk Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan pangan yang mencukupi. Sekitar tiga puluh persen rumah tangga mengatakan bahwa konsumsi mereka masih berada dibawah kebutuhan konsumsi yangsemestinya. Lebih dari seperempat anak usia dibawah 5 tahun memiliki berat badan dibawah standar, dimana 8 % berada dalam kondisi sangat buruk. Bahkan sebelum krisis, sekitar 42% anak dibawah umur 5 tahun mengalami gejala terhambatnya pertumbuhan (kerdil); suatu indicator jangka panjang yang cukup baik untuk mengukur kekurangan gizi. Gizi yang buruk dapat menghambat pertumbuhan anak secara normal, membahayakan kesehatan ibu dan mengurangi produktivitas angkatan kerja. Ini juga mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit pada penduduk yang berada pada kondisi kesehatan yang buruk dan dalam kemiskinan.

Kebijaksanaan ketahanan pangan seperti kita ketahui merupakan suatu tatanan sistem yang cukup komplek, tatanan tersebut, di tingkat Kabupaten Deli Serdang sebagai

(3)

15 instituisi formal penggeraknya adalah Dewan Ketahanan Pangan yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 41 Tahun 2001. Dewan Bimas Ketahanan Pangan mempunyai tugas ; (1) Koordinasi perumusan kebijakan dibidang pemantapan ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan, distribusi, dan konsumsi serta kewaspadaan kekurangan/ kerawanan pangan, dan (2) evaluasi dan pengendali pelaksanaan pemantapan ketahanan pangan nasional (Dinas Pertanian Kabupaten Deli serdang, 2008)

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang menyandang predikat lumbung beras khususnya di Sumatera Utara dengan areal sawah seluas 46.000 Ha dan jumlah petani yang mencapai hampir 65 % dari jumlah penduduk Deli Serdang, sejak awal kabupaten ini selalu mengikuti pasang surut dinamika perberasan nasional. Berbagai macam hambatan mewarnai pola usahatani di Kabupaten Deli Serdang, baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat kultural dan teknis. Hambatan yang bersifat struktural diantaranya berupa pemilikan lahan yang sempit, keterbatasan pemilikan modal, pendidikan petani yang terbatas, status guntai dan lainnya. Hambatan yang bersifat kultural biasanya berhubungan dengan adat istiadat setempat, seperti dilarang mengolah tanah sebelum melaksanakan sedekah bumi dan upacara ritual lainnya. Gambaran demikian terlihat pula di Desa Tanjung Rejo, Kabupaten Deli Serdang.

Hambatan-hambatan dalam pola usahatani dimaksud akan berdampak terhadap kekurangan ketersediaan beras, yang akan berkorelasi positif dan erat kaitannya dengan kemiskinan, karena terjadinya penurunan pasokan pangan yang berakibat pada kenaikan harga pangan yang akan memberatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses pangan dan dampak terbesarnya adalah kerawanan pangan (Pakpahan, Saliem, Suhartini, dan Syafaat, 1993).

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Masih rendahnya partisipasi petani dalam menjalankan program kredit ketahanan pangan (KKP) di Desa Tanjung Rejo.

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh program kredit ketahanan pangan terhadap partisipasi kelompok dalam meningkatkan

(4)

16 pendapatan petani di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, mengingat lokasi tersebut sebagai salah satu desa yang mendapat Program Kredit Ketahanan Pangan (KKP) pada tahun 2009. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja disebabkan Kecamatan Percut Sei Tuan adalah salah satu wilayah kecamatan yang mempunyai areal persawahan yang cukup luas dan memiliki potensi sawah yang cukup luas dan mendapat program ketahanan pangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Survei. Metode survei, yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta atas suatu gejala-gejala yang ada dan memberi keterangan-keterangan secara faktual (masa kini) tentang institusi sosial ekonomi dari suatu kelompok manusia, suatu obyek kondisi, ataupun suatu peristiwa yang terjadi saat sekarang (Nazir, 1988).

Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara acak sederhana (random sampling) terhadap anggota kelompoktani di Desa Tanjung Rejo sebagai peserta program penerima bantuan KKP. Selain dari anggota kelompok tani peneliti menggali informasi dan data kualitatif dari petugas yang bertanggung jawab dalam program ketahanan pangan yaitu Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Deli Serdang dalam hal ini PPK dan penyuluh. Penentuan ukuran sampel untuk responden petugas yang berperan dalam peningkatan produksi pada Badan Ketahanan Pangan jumlahnya 692 kelompok di desa yang terpilih. Selanjutnya penentuan ukuran sampel responden petani padi sawah. Penentuan sampel menggunakan rumus Yamane atau Slovin berikut :

n =

1

)

(

di

2

N

N

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

(5)

17 n =

87

,

3

1

)

1

,

0

(

692

692

2

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 87 anggota kelompok tani atau 12,5 % dari jumlah populasi dari setiap kelompok. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dari populasi petani yang ada di Desa Tanjung Rejo diambil 87 anggota kelompok tani sebagai sampel penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Program Kredit Ketahanan Pangan (KKP) 1. Ketepatan Sasaran (X1)

Penilaian petani terhadap ketepatan sasaran program KKP di Desa Tanjung Rejo dari 87 responden dapat dilihat berdasarkan hasil pengisian quisioner yang disebarkan ke petani, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Responden Terhadap Ketepatan sasaran KKP (X1)

No. Alternatif Jawaban f1 X1 f1X1

1. Sangat setuju 19 4 76 2. Setuju 59 3 177 3. Tidak Setuju 6 2 12 4. Sangat tidak setuju 3 1 3 Jumlah 87 - 268

Berdasarkan data pada Tabel 1. didapat skor total (f1X1) = 268, dibagi skor maksimal = 348 dikali 100 persen,

maka didapat pandangan petani mengenai penggunaan teknologi tepat guna mencapai 77,01% artinya pandangan petani mengenai ketepatan sasaran dari program KKP dapat membantu peningkatan pendapatan petani.

2. Manfaat KKP (X2)

Penilaian petani terhadap manfaat program KKP di Desa Tanjung Rejo dari 87 responden dapat dilihat berdasarkan hasil pengisian quisioner yang disebarkan ke petani, seperti pada Tabel di 2.

(6)

18 Tabel 2. Penilaian Responden Terhadap manfaat Program

KKP (X2)

No. Alternatif Jawaban f1 X2 f1X2

1. Sangat setuju 26 4 104

2. Setuju 42 3 126

3. Tidak Setuju 16 2 32

4. Sangat tidak setuju 3 1 3

Jumlah 87 - 265

Berdasarkan data pada Tabel 2 didapat skor total (f1X2) = 265, dibagi skor maksimal = 348 dikali 100 persen,

maka didapat pandangan petani mengenai penggunaan teknologi tepat guna mencapai 76,14% artinya pandangan petani mengenai manfaat dari adanya program KKP dapat meningkatkan pendapatan petani.

3. Penggunaan Sarana Produksi (X3)

Penilaian petani terhadap penggunaan sarana produksi pada program KKP di Desa Tanjung Rejo dari 87 responden dapat dilihat berdasarkan hasil pengisian quisioner yang disebarkan ke petani, seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Penilaian Responden Terhadap Penggunaan

Sarana Produksi Program KKP (X3)

No. Alternatif Jawaban f1 X3 f1X3

1. Sangat setuju 43 4 172

2. Setuju 39 3 117

3. Tidak Setuju 3 2 6

4. Sangat tidak setuju 2 1 2

Jumlah 87 - 297

Berdasarkan data pada Tabel didapat skor total (f1X3) = 297, dibagi skor maksimal = 348 dikali 100 persen,

maka didapat pandangan petani mengenai penggunaan sarana prosuksi mencapai 85,34 % artinya pandangan petani mengenai penggunaan sarana produksi melalui program KKP dapat meningkatkan pendapatan mereka. 4. Penetapan Harga (X4)

Penilaian petani terhadap penetapan harga gabah pada program KKP di Desa Tanjung Rejo dari 87

(7)

19 responden dapat dilihat berdasarkan hasil pengisian quisioner yang disebarkan ke petani, seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Penilaian Responden Terhadap Penetapan Harga

pada Program KKP (X4)

No. Alternatif Jawaban f1 X4 f1X4

1. Sangat setuju 18 4 72

2. Setuju 45 3 135

3. Tidak Setuju 22 2 44

4. Sangat tidak setuju 2 1 2

Jumlah 87 - 253

Berdasarkan data pada Tabel 4 didapat skor total (f1X4) = 253, dibagi skor maksimal = 348 dikali 100 persen,

maka didapat pandangan petani mengenai penetapan harga mencapai 72,70% artinya pandangan petani mengenai penetapan harga yang telah disepakati dalam program KKP dapat meningkatkan pendapatan petani. 5. Peningkatan Sikap

Penilaian petani terhadap peningkatan sikap petani pada program KKP di Desa Tanjung Rejo dari 87 responden dapat dilihat berdasarkan hasil pengisian quisioner yang disebarkan ke petani, seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Penilaian Responden Terhadap Peningkatan

Pengetahuan (X5)

No. Alternatif Jawaban f1 X5 f1X5

1. Sangat setuju 57 4 228

2. Setuju 13 3 39

3. Tidak Setuju 15 2 30

4. Sangat tidak setuju 2 1 2

Jumlah 87 - 299

Berdasarkan data pada Tabel 5. didapat skor total (f1X5) = 299, dibagi skor maksimal = 348 dikali 100 persen,

maka didapat pandangan petani mengenai peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani mencapai 85,91 % artinya pandangan petani mengenai peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dapat meningkatkan pendapatan petani.

(8)

20 6. Peningkatan Partisipasi Kelompok

Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS diperoleh nilai F hitung, nilai sign dan keputusannya tertera pada Tabel 6. Pengaruh program KKP terhadap partisipasi kelompoktani dalam implikasi program KKP di Desa Tanjung Rejo dapat dilihat berdasarkan hasil uji regresi yang diperoleh berdasarkan quisioner yang disebarkan ke petani, seperti pada Tabel 6 .

Tabel 6. Daftar Hasil Perhitungan Uji Regresi

Uraian R2 F

hitung Sig. Keputusan1)

Model 12) 0,324 9,687 0,000 0,05 Signifikan

Keterangan:

1)

Terdapat hubungan linear bila nilai sign ≤  Tidak terdapat hubungan linear bila nilai sign > 

2) Pengaruh Program KKP terhadap Partisipasi Kelompok

Nilai R2 yang diperoleh sebesar 0,324 atau 32,4 % mempunyai arti bahwa pengaruh program KKP terhadap partisipasi kelompoktani adalah sebesar 32,4 %, sedangkan sisanya 67,6 % dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas partisipasi kelompok yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel program KKP sebesar 32,4 % sedangkan pengaruh sebesar 67,6% disebabkan oleh variabel-variabel di luar model ini.

Berdasarkan Tabel 6 hasil uji regresi diperoleh bahwa faktor-faktor yang terkait dengan kredit ketahanan pangan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan partisipasi kelompok dalam implikasi program. Hal ini dapat dilihat berdasrkan F hitung Pengujian hipotesis juga dilakukan dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F Tabel. Dari hasil perhitungan didapatkan angka F penelitian sebesar 9,967 > 1,482 sehingga H1 diterima.

7. Pendapatan Petani (Y)

Penilaian petani terhadap peningkatan pendapatan petani dengan adanya program KKP di Desa Tanjung Rejo dari 87 responden dapat dilihat berdasarkan hasil pengisian quisioner yang disebarkan ke petani, seperti pada Tabel 7.

(9)

21 Tabel 7. Penilaian Responden Terhadap Peningkatan

Pendapatan (Y)

No. Alternatif Jawaban Interval f1 Y f1Y

1. Sangat Tinggi 10.125.000 – 11.130.000 26 4 104

2. Tinggi 9.125.000 – 10.000.000 20 3 60

3. Rendah 8.125.000 – 9.000.000 32 2 64

4. Sangat Rendah 7.0000.000 – 8.000.000 9 1 9

Jumlah 87 - 237

Berdasarkan data Tabel 7 didapat skor total (f1X5) =

237, dibagi skor maksimal = 348 dikali 100 persen, maka didapat pandangan petani mengenai peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani mencapai 68,10 % artinya pandangan petani mengenai peningkatan pendapatan dengan adanya program KKP tergolong tinggi. B. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan terhadap 20 orang responden petani yang termasuk bagian dari jumlah sampel. Quisioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang komponen KKP yang terdiri dar 5 komponen yaitu (Ketepatan Sasaran (X1),

Manfaat KKP (X2), Penggunaan Sarana Produksi (X3),

Penetapan Harga (X4) dan Peningkatan Sikap (X5) dan

diberikan kepada petani responden. Besarnya nilai t Tabel untuk uji validitas butir pernyataan adalah 1,701 (N = 20 sehingga dk = 18, dengan tingkat signifikansi sebesar 5%). Selanjutnya hasil uji menggunakan SPSS terhadap butir pernyataan (r hitung) yang dilanjutkan dengan perhitungan t hitung serta membandingkan t hitung tersebut dengan t Tabel dan keputusannya tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Data

No. Pernyataan Nilai korelasi (Pearson Corelation) Probabilitas Korelasi (Sig. 2-tailed) Keputusan

1. Sub variabel X1 0,623 0,000 Valid

2. Sub variabel X1 0,369 0,000 Valid

3. Sub variabel X1 0,536 0,000 Valid

4. Sub variabel X1 0,294 0,005 Valid

(10)

22 Berdasarkan Tabel 8 diperoleh bahwa semua indikator dari variabel bebas (X) yang merupakan komponen Program Ketahanan Pangan yaitu (Ketepatan Sasaran (X1),

Manfaat KKP (X2), Penggunaan Sarana Produksi (X3),

Penetapan Harga (X4) dan Peningkatan Pengetahuan,

Keterampilan dan Sikap (X5) menyatakan hasilnya semua yang

signifikan pada taraf α = 1 %. Artinya ke lima indikator artinya sangat signifikan dalam meningkatkan pendapatan petani.

Uji reliabilitas instrumen penelitian dilakukan secara internal (internal consistency) dengan menggunakan metode

Alpha Cronbach, dengan rumus sebagai berikut (Purwanto,

2007).

Nilai koefisien reliabilitas ini dapat dibandingkan dengan nilai r Tabel pada α = 1 % atau α = 5 % dan db tertentu

(db = N-1), yang tujuannya untuk mengetahui apakah item pertanyaan reliabel untuk digunakan sebagai alat pengukur dengan kriteria keputusan :

(1) Jika r 11 ≤ r Tabel (α, db) r Tabel Product Moment, maka alat ukur

tidak reliabel

(2) Jika r 11 ≥ r Tabel (α, db) r Tabel Product Moment, maka alat ukur

reliabel

Berdasarkan hasil uji perhitungan statistik Alpha

Cronbach diperoleh hasil seperti pada Tabel 9.

Tabel.9. Hasil Uji Reliabilitas

No. Pernyataan Cronbach's

Alpha N of Items r 11 Keputusan 1. Variabel X1 0,908 9 0,707 Reliabel 2. Variabel X2 0,638 3 0,576 Reliabel 3. Variabel X3 0,728 4 0,553 Reliabel 4. Variabel X4 0,886 2 0,950 Reliabel 5. Variabel X5 0,829 5 0,754 Reliabel

Berdasarkan Tabel 9 hasil uji reliabilitas dilihat dari nilai Alpha Cronbach's diperoleh bahwa semua variabel reliabel, sehingga disimpulkan bahwa semua alat ukur yang digunakan dapat mengukur data yang seharusnya diukur.

C. Pembahasan

Dari ke lima indikator pelaksanaan Program KKP secara umum bahwa indikator dari pelaksanaan program KKP tersebut memberikan pengaruh peningkatan partisipasi kelompoktani, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan dengan analisis korelasi rank Spearman terhadap pandangan

(11)

23 petani terhadap lima indikator tersebut didapat nilai F hitung dan F Tabel. Fhitung lebih besar dari FTabel berarti terdapat

pengaruh yang nyata, dan untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan partisipasi kelompoktani, sedangkan untuk melihat peningkatan pendapatan petani dilakukan pengujian terhadap pendapatan sebelum dan setelah pelaksanaan program ketahanan pangan dengan menggunakan uji-t, maka didapat nilai thitung = 22,066 dan

tTabel(79) = 1,991, karena nilai thitung lebih besar dari nilai tTabel

maka terdapat perbedaan yang nyata atau signifikan antara pendapatan sebelum dan setelah program ketahanan pangan.

Tingginya penilaian petani responden terhadap semua indikator pelaksanaan program KKP yaitu 72,72 % - 85.32 % (pada kriteria sangat setuju). Artinya bahwa petani merasakan manfaat yang cukup besar dengan adanya program KKP di Desa Tanjung Rejo, baik dari segi ketepatan sasaran, kemanfaatan program, penggunaan sarana produksi, penetapan harga dan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani. Ditinjau dari persentase penilaian responden terhadap penggunaan sarana produksi sebesar 85,32 % menyatakan bahwa petani sangat tertolong dengan adanya penyediaan saprodi dari KKP, dimana para petani selama ini memperoleh saprodi dari pinjaman modal dari para tengkulak dengan bunga yang tinggi, tetapi setelah adanya program KKP mereka tidak lagi terkait dengan para tengkulak yang menawarkan jasa penyediaan saprodi dengan harga yang mahal. Tentunya dengan adanya KKP ini sangat memberikan manfaat yang besar bagi mereka.

Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan diperoleh bahwa partisipasi kelompoktani signifikan meningkat. Hal ini disebabkan karena apabila masyarakat merasakan manfaat dari suatu program, maka dengan sendirinya masyarakat merasa terpanggil untuk ikut berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Zubaedi (2007) bahwa langkah pertama dalam pengembangan masyarakat adalah terbentuknya Kelompoktani. Melalui kelompok, masing-masing individu belajar, menumbuhkan kesadaran dan menggali kepentingan bersama. Langkah berikutnya adalah membangkitkan partisipasi masyarakat, memupuk dan mengembangkan mekanisme musyawarah dan membangun jaringan lokal sebagai mitra kerja.

(12)

24 Berdasarkan lima indikator yang telah diuraikan di atas, ada manfaat yang dapat dirasakan oleh petani di Desa Tanjung Rejo yaitu dengan adanya program KKP petani terlepas dari adanya sistim ijon yang sering menjerat petani dalam pemenuhan sarana produksi. Cara pengelolaan yang telah dilaksanakan oleh mereka di desa ini yaitu dengan menyisihkan sebagian hasil panen yang disimpan di lumbung desa. Sebagian hasil panen yang ditiipkan lumbung deasan di dikelola bersama dengan ketua kelompok sampai GKP dijual menjadi beras sehingga nilai jualnya lebih tinggi dan menguntungkan bagi petani. Keuntungan yang didapatkan dari penjualan beras tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan saprodi anggota kelompok, sehingga mereka tidak lagi terkait dengan para ijon atau tengkulak. Kegiatan ini masih berlanjut sampai saat ini.

Sedangkan pendapatan petani dengan adanya pelaksanaan program ketahanan pangan di tingkat petani di Desa Tanjung Rejo dengan menggunakan variabel harga pangan, produksi, konsumsi minimal dan pendapatan non pertanian dengan menggunakan empiris indeks ketahanan pangan tingkat rumah tangga petani dari Anderson dan Roemassel (1996) sebagai berikut :

Z = P (q-cm) + N

dimana : Z = Indeks ketahanan pangan P = harga tingkat lokal

q = produksi setelah dikurangi input cm = konsumsi minimal

N = pendapatan non pertanian sehingga:

P.q = pendapatan rumah tangga petani = luas lahan x pendapatan per hektar = 0,685 x Rp. 9.145.000

= Rp. 6.264.325,-

P.cm = konsumsi petani dalam setahun (biaya hidup minimal) = Rp. 4.5000.000,- N = Rp. 3.600.000,- Maka: Z = Rp. 6.264.325 – Rp. 4.500.000 + Rp. 3.600.000,- = Rp. 5.364.325,-

karena Z > 0 maka di Desa Tanjung Rejo program KKP dapat meningkatkan pendapatan petani.

(13)

25 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Program kredit ketahanan pangan (KKP) di Desa Tanjung Rejo telah mampu meningkatkan partisipasi kelompoktani dalam implikasi program bahkan sampai melasanakan keberlnjutkan program.

2. Program ketahanan pangan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. 3. Program Kredit Ketahanan Pangan memberikan manfaat

bagi petani dalam meningkatkan pendapatan petani di Desa Tanjung Rejo terlihat dari penilaian yang diberikan terhadap semua komponen KKP yaitu 72,72 % - 85.32 % (pada kriteria sangat setuju) artinya bahwa petani merasakan manfaat dengan adanya KKP yaitu tidak terlibat dengan pengijon dalam penyediaan modal saprodi.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Memantapkan program kredit ketahanan pangan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani dengan memantapkan peran aktif dari lembaga-lembaga ekonomi pedesaan (KUD, Kios Saprotan, dan lembaga lainnya). 2. Meningkatkan upaya dalam hal ketepatan dari program

KKP baik dari segi ketepatan pengucuran dana juga ketepatan dalam melibatkan petani sebagai penerima dana sehingga hasil yang diharapkan sampai dan tepat pada penerima manfaat.

3. Memberikan kesempatan yang luas bagi petani untuk menentukan pola usahatani yang dikehendaki sesuai dengan kondisi setempat dan mengelola kelanjutan dari program KKP tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2009, Grand Design Pembangunan Ketahanan Pangan Sumatera Utara, Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara, Medan.

(14)

26 ---, 2009. Rumusan Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan kabupaten/ Kota Tahun 2009. Badan Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian.

---, 2008. Program dan Kegiatan Departemen Pertanian Tahun 2008. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Arifin B. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga.

Jakarta.

Anderson dan Roemassel. 1996, Food in Security and Stochatic

Effects of Poverty Asian Journal of Agricultural Economics.

Dinas Peertanian Kabupaten Deli serdang. 2008, Rencana

Strategis dan Program Kerja Pemantapan Ketahanan Pangan 2006-2009. Dewan Bimas Ketahanan Pangan

Kabupaten Deli Serdang.

Departemen Pertanian. 2010. Rancangan Renstra Departemen Pertanian 2010-2014.

Faisal Kasryono. 1984, Suatu Altematif Pembangunan Ekonomi

Pedesaan Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Yayasan Obor. Jakarta.

Harahap dan Subhilhar. 1998. Partisipasi Masyarakat Nelayan Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kodyat. B. 1997, Konsep dan Kebijakan Diversifikasi Pangan

dalam Rangka Ketahanan Pangan. Makalah pada Seminar

Pra WKNPG di Bulog, Jakarta.

Mardikanto T. 2009. Sistim Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Moh. Nazir. 1988, Metode Penelitian. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Ndraha, T. 1987. Pembangunan Masyarakat. Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas Bumi Aksara. Jakarta.

(15)

27 Pakpahan, HP, Saliem, Suhartini dan N. Syafaat. 1993, Penelitian

Tentang Ketahanan Pangan Masyarakat Berpendapatan Rendah. Monograf Series 14, Pusat Penelitian Sosial

Ekonomi Pertanian, Bogor.

Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan, IPB Press, Bogor.

Soetrisno Loekman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan

Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Soetrisno, Loekman. 1999. Paradigma Baru Pembangunan

Pertanian. Sebuah Tinjaun Sosiologis. Kanisius.

Gambar

Tabel  1.  Penilaian  Responden  Terhadap  Ketepatan  sasaran KKP (X 1 )
Tabel  3.  Penilaian  Responden  Terhadap  Penggunaan  Sarana Produksi Program KKP (X 3 )
Tabel 4. Penilaian Responden Terhadap Penetapan Harga  pada Program KKP (X 4 )
Tabel 8.  Hasil Uji Validitas Data  No.  Pernyataan  Nilai korelasi (Pearson  Corelation)  Probabilitas  Korelasi (Sig

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam sebuah kelompok manusia, mungkin saja ada satu atau dua orang yang berpengetahuan lebih dari orang lainnya, mungkin saja seorang pemimpin di sebuah organisasi

Modul ini berfungsi untuk memasukkan data login pengguna kedalam sistem, tugas dari seorang login pengguna adalah melakuan input data sesuai dengan hak aksesnya

Tujuan dari perlindungan aset, integritas data, efektivitas sistem, dan efisiensi sistem dapat dicapai dengan baik jika manajemen organisasi meningkatkan sistem

Bimbingan klasikal merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling sebagai salah satu cara untuk membentuk karakter anak melui lagu dolanan anak yang nantinya akan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun murbei ( Morus alba L. ) berpengaruh dalam meningkatkan kembali jumlah sel germinal, sel sertoli, diameter tubulus

Besar momen gaya (torsi) adalah besar lengan gaya kali besar gaya, dengan lengan gaya Besar momen gaya (torsi) adalah besar lengan gaya kali besar gaya, dengan lengan gaya tegak

Pendekatan kualitatif digunakan karena hal yang akan diteliti berkenaan dengan gejala-gejala sosial budaya, dalam hal ini masyarakat Muna, serta penelitian ini juga berusaha

Dalam kredit bermasalah dapat dikatakan bahwa pihak debitur melakukan wanprestasi, karena pembayaran atau pelunasan kredit yang bermasalah berarti tidak sesuai atau sejalan