• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI STANDARISASI KONSELING UNTUK MENINGKATKAN PROFESI KONSELOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI STANDARISASI KONSELING UNTUK MENINGKATKAN PROFESI KONSELOR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI STANDARISASI KONSELING UNTUK

MENINGKATKAN PROFESI KONSELOR

Siti Fitriana, S.Pd., M.Pd Dosen PPB/BK IKIP PGRI Semarang

fitrifitriana26@yahoo.co.id

Abstrak: Tuntutan akan profesionalisasi pelayanan bimbingan dan konseling saat ini di Indonesia memang semakin gencar, kental, dan mengkristal. Pelayanan ini diarahkan untuk semua sasaran pada setting sekolah, maupun luar sekolah yang secara keseluruhannya mencakup spektrum yang amat luas. Pelayanan ini tidak lain adalah untuk membantu pengembangan diri individu secara total dan optimal sesuai dengan keunikan dan kehidupan yang membahagiakan. Konselor adalah tenaga pendidik profesional di bidang bimbingan dan konseling. Profesionalisasi bimbingan dan konseling sangat terkait erat dengan dinamika perkembangan masyarakat dan aspek legal. Dengan demikian, upaya profesionalisasi profesi bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan secara optimal dengan memperhatikan berbagai keunikannya, baik keunikan dalam objek spesifik maupun pelaksanaannya. Profesionalisasi ini dilaksanakan melalui pendidikan profesional di perguruan tinggi bagi para calon tenaga profesional bimbingan dan konseling baik jalur pendidikan akademik maupun jalur pendidikan profesi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kata-kata kunci: Standarisasi Konseling, Profesi Konselor.

Kecenderungan belajar sepanjang hayat dan bekerja dalam masyarakat global, menempatkan layanan bimbingan dan konseling sebagai layanan yang harus dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dan berlangsung sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat adalah proses dan aktivitas yang terjadi dan melekat dalam kehidupan manusia sehari-hari dan menuntut manusia harus selalu menyesuaikan, memperbaiki, mengubah, dan meningkatkan mutu perilaku untuk dapat memfungsikan diri secara efektif di dalam lingkungan.

Arah dan perspektif baru tersebut di atas menunjukkan BK sebagai upaya proaktif dan sistematik di dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa konteks tugas dan eksektasi kinerja konselor tidak dapat ditetapkan dengan menggunakan pasal 39 ayat (2) UU

(2)

Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yang mengatur konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru, sehingga mengarahkan konselor indonesia untuk menduplukasi ekspektasi kinerja guru, padahal masing-masing pendidik itu menyelenggarakan layanan ahli yang unik. Ini berarti bahwa konteks tugas dan ekspektasi kinerja indonesia harus disusun berdasarkan kajian mendalam termasuk kajian komparatif terhadap konteks tugas dan ekspektasi kinerja pengampu barbagai layanan perbantuan.

Keberadaan pelayanan konseling dalam sistem pendidikan di Indonesia dijalani melalui suatu proses panjang sejak kurang lebih empat puluh tahun yang lalu. Pada saat ini keberadaan konseling dalam setting pendidikan khususnya persekolahan telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional. Pelayanan konseling telah mendapat tempat disemua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan prasekolah sampai dengan perguruan tinggi. Rekognisi semacam ini terus mendorong perlunya tenaga profesional yang secara khusus dipersiapkan untuk menyelenggarakan layanan konseling.

Pelayanan bimbingan dan konseling berada di dalam keseluruhan pelayanan bagi perkembangan dan kebahagiaan hidup kemanusiaan. Dengan berbagai potensi, kebutuhan dan kondisi dirinya, setiap individu dikehendaki berkembang secara optimal, menjalani dan mencapai taraf kehidupan yang ebrmartabat serta membahagiakan. Untuk terwujudnya hal yang dimaksud itu pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian dari keseluruhan pelayanan kemanusiaan, merupakan pelayanan profesi yang dikembangkan dan dilaksanakan dengan penuh keprofesionalannya.

Berbagai upaya pengembangan ke arah profesionalisasi konseling telah banyak dilakukan dan telah membawa posisi konseling, khususnya dalam setting persekolahan lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang semakin maju dan dalam rentang diversifakasi kebutuhan yang amat luas menuntut profesi konseling untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut. Pada tatanan masyarakat dewasa ini pelayanan konseling tidak

(3)

hanya dibutuhkan masyarakat dalam setting pendidikan persekolahan tetapi juga dalam setting masyarakat luas.

Sebagai suatu profesi yang sedang berkembang, konseling harus merebut kepercayaan public melalui peningkatan mutu unjuk kerja konseling. Kekuatan eksistensi suatu profesi konseling profesi bergantung kepada public trust, masyarakat harus percaya bahwa layanan yang diperlukan hanya dapat diperoleh dari konselor yang memiliki kompetensi dan keahlian yang terandalkan. Kepercayaan ini dapat memberikan makna terhadap profesi dan meningkatkan anggota profesi akan menjalankan fungsinya di dalam cara-cara profesiona.

Profesionalisasi konseling dapat dilihat dalam konteks upaya: Mengokohkan dan mempromosikan identitas, kelayakan, dan akuntabilitas konselor profesional secara nasional maupun internasional, Menegaskan identitas profesi konseling dan masyarakat konselor yang secara nasional telah memenuhi standar, Memantapkan kerjasama antara Lembaga Pendidikan Tenaga Konselor dengan organisasi progesi konseling (ABKIN) dalam mendidik dan menyiapkan konselor profesional, Mendorong perkembangan profesi konselor sesuai dengan tuntutan dinamika perkembangan masyarakat, Memberikan perlindungan kepada profesi konselor serta para penggunanya, Mengupayakan untuk dapat memperoleh standarisasi profesi, sertifikasi kompetensi, lisensi, dan akreditasi lembaga penyelenggara pendidikan. Kegiatan ini dapat berupa program-program pengembangan yang secara langsung diimplementasikan berdasarkan otoritas dan kebijakan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berwenang, Kolaborasi dengan stakeholders dan pihak-pihak pengguna layanan profesi konseling, validasi standardisasi profesi yang berbasis kebutuhan lapangan baik secara nasional maupun internasional, dan kredensialisasi.

Profesi konselor merupakan pekerjaaan atau karier yang bersifat pelayanan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pelanggan berdasarkan norma-norma yang berlaku, dengan melaksanakan pelayanan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang mementingkan pemenuhan kebutuhan pengguna sesuai dengan martabat,nilai, potensi, dan keunikan individu berdasarkan kajian dan penerapan ilmu dan teknologi dengan acuan dasar ilmu

(4)

pendidikan dan psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan konseling yang diwarnai oleh budaya pihak-pihak yang terkait.

Konselor profesional merupakan tenaga profesional yang mempunyai sertifikasi, lisensi untuk menyelenggarakan layanan profesional bagi masyarakat yang di hasilkan oleh program studi bimbingan dan konseling jenjang S1, S2, S3 termasuk pendidikan profesi di dalamnya yang di atur dan berdasarkan pada regulasi perilaku profesional yaitu kode etik dan seorang konselor profesional memiliki keyakinan yang menyangkut komitmen seorang profesional untuk tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan finansial disamping itu juga harus memiliki visi dan misi secara luas dan mendalam dalam bidang profesinya, dapat melakukan aksi pelayanan yang tepat dan akurat, disertai dedikasi yang tinggi.

Perkembangan pendidikan dan kehidupan masyarakat yang semakin mendunia yang diiringi dengan berbagai perubahan dan kemajuan serta masalah-masalah yang melekat di dalamnya menimbulkan berbagai tantangan dan sekaligus menumbuhkan harapan bagi seluruh warga masyarakat. Berbagai upaya pengembangan ke arah profesionalisasi konseling telah banyak dilakukan dan telah membawa posisi konseling, khususnya dalam setting persekolahan yang lebih baik dari sebelumnya. Sebagai suatu profesi yang sedang berkembang, konseling harus merebut kepercayaan public (public trust) melalui peningkatan mutu unjuk kerja konseling, maka untuk pengembangan standarisasi dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut Pelayanan konseling harus diselenggarakan oleh tenaga ahli yang profesional.

Tantangan, harapan, kesenjangan, dan persaingan yang terus menerus sebagai suatu kenyataan yang dihadapi manusia dalam berbagai setting kehidupan, yaitu keluarga, sekolah, lembaga formal dan non formal, dunia usaha dan industri, organisasi pemuda dan kemasyarakatan, menjadi potensi timbulnya berbagai permasalahan. Kondisi semacam ini menjadi fokus, perhatian, serta medan pelayanan konseling semakin melebar maka diperlukan tenaga ahli yang profesional dibidangnya.

(5)

Bimbingan dan konseling sebagai suatu profesi yang mempunyai konteks tugas dan ekspektasi unik dan memandirikan dalam berbagai setting, terutama sekali di lembaga pendidikan khususnya dalam pendidikan formal. Kehidupan global dan kemajuan teknologi membawa perubahan yang sangat berarti, tetapi juga menyisakan sejumlah permasalahan bagi warga bangsa, baik dalam dimensi diri pribadi, maupun dalam hubungannya dengan individu lain dalam masyarakat. Dengan demikian untuk mendapatkan profesi konseling yang handal maka diperlukan seorang konselor yang betul-betul memiliki kompetensi profesional dan memenuhi persyaratan akademik yang ditentukan sehingga mampu menghasilkan konselor yang handal pula yang akan menyelenggarakan pelayanan profesional bimbingan dan konseling di lapangan.

STANDARISASI PROFESI KONSELING

Pertimbangan dan arah standarisasi profesi konseling di Indonesia bertolak dari perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan kebutuhan masyarakat berkenaan dengan pelayanan konseling. Kondisi yang berkembang dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Adanya pelayanan konseling untuk semua (counseling for all) dan konseling sepanjang hayat (life long counseling) menjadi sangat relevan dengan dan sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan kondisi kehidupan masyarakat yang mendunia. Pelayanan konseling yang diarahkan untuk membantu pengembangan individu dalam setting sekolah dan masyarakat luas harus diselenggarakan oleh tenaga ahli yang profesional.

2. Pendidikan tenaga konseling konseling yang selama ini dilakukan di LPTK, pada jenjang S1, S2, dan S3 perlu dikaji ulang sesuai dengan arah profesi konseling yang dapat diakses untuk setting persekolahan maupun dalam setting masyarakat luas. Kompetensi konselor profesional perlu dirumuskan dalam kaitannya dengan standar profesi konseling. Kompetensi ini menjadi acuan atau dasar pengembangan program dan penyelenggaraan pendidikan tenaga konseling dalam setiap jenjang pendidikan. Pemetaan spektrum kompetensi dan jenjang pendidikan Sarjana, Magister, dan Doktor dan Pendidikan profesi Konselor harus merujuk

(6)

pada standar profesi yang dimaksud. Program pendidikan profesi konselor lebih terfokus kepada penyiapan praktisi konselor profesional yang berkewenangan menyelenggarakan pelayanan profesi konseling di masyarakat luas.

3. Jurusan/ program studi bimbingan dan konseling sebagai penyelenggara program pendidikan prajabatan tenaga konseling profesional perlu memnuhi standar profesi yang diharapkan. Hal ini mencakup kurikulum, dosen, sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya sehingga memenuhi standar minimum bagi terselenggaranya pendidikan profesional konseling. Pemenuhan standar profesi dapat secara langsung meningkatkan keprofesionalan konsleing dengan dampak yang berganda, terhadap: mutu pendidikan program sarjana (S1) konseling itu sendiri, mutu pelayanan konseling yang dipraktekkan para lulusan S1 bimbingan dan konseling, mutu perkembangan peserta didik di sekolah yang mendpat layanan konseling tamatan S1 konseling, serta mutu perkembangan dan perilaku individu/ kelompok warga masyarakat yang telah mendapat pelayanan konseling, termasuk dari para konselor yang berpraktik secara mandiri (privat).

4. Pelayanan konseling yang mengarah kepada pelayanan pendidikan dan kemasyarakatan yang mendunia menuntut standar profesi yang memnuhi persyaratan nasional dan internasional. Dalam hal ini, pelayanan dan program-program pendidikan tenaga konseling profesional harus didasarkan pada standar konseling yang tidak hanya memperoleh pengakuan nasional tetapi juga internasional.

KOMPETENSI DASAR PROFESI KONSELING

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi dan kredensi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan sebagai perangkat perilaku efektif yang tekait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

(7)

Kompetensi profesi konseling yang dirumuskan ini merupakan kompetensi dasar umum yang harus dikuasai oleh semua keahlian konseling, yang selanjutnya dapat dikembangkan secara lebih terfokus ke dalam konteks kekhususan setting konseling yaitu sebagai berikut:

1. Kompetensi dasar profesi konseling merupakan rangkaian kemampuan personal, keilmuan dan teknologi, serta sosial yang secara menyeluruh membentuk kemampuan standar suatu profesi. Kompetensi dasar ini harus dikuasai oleh tenaga profesional bimbingan dan konseling, sejak S1 untuk memberikan jaminan kepada pengguna memperoleh pelayanan yang benar-benar bermutu dan terhindar dari malpraktik.

2. Kompetensi profesi konseling bisa diperoleh sejak S1 perguruan tinggi. Dalam kaitan ini, kompetensi ini disusun dan dikelompok-kelompokkan berdasarkan arah pengembangan kemampuan berkarya sebagaimana tertuang dalaam SK Mendiknas No. 232/2000 dan No.045/U/2002, yaitu:

o Kompetensi pengembangan kepribadian yaitu kompetensi berkenaan dengan pengembangan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berbudi luhur, berkepribadian mantap, mandiri dan mempunyaai rasa tanggung jawab.

o Kompetensi keilmuan dan ketrampilan yaitu kompetensi berkenaan dengan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan dalam bidang tertentu.

o Kompetensi keahlian berkarya yaitu kompetensi berkenaan dengan landasan kemampuan keahlian berkarya berlandaskan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai.

o Kompetensi perilaku berkarya yaitu kompetensi berkenaan dengan perilaku berkarya menurut tingkat keahlian berlandaskan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai.

o Kompetensi kehidupan bermasyarakat yaitu kompetensi berkenaan dengan pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian berkarya.

(8)

PROFESI KONSELING DI INDONESIA

Profesi konseling bisa dilihat dalam visi dan misi yang dipakai dalam konteks dan perspektif pendidikan dan kehidupan masrayakat luas secara menyeluruh dan komprehensif adalah sebagai berikut:

a. Profesi konseling merupakan keahlian pelayanan pengembangan pribadi dan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan pelanggan sesuai dengan masalah yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan pelanggan sesuai dengan martabat, nilai, potensi, dan keunikan individu berdasarkan kajian dan penerapan ilmu dan teknologi dengan acuan dasar ilmu pendidikan dan psikologis yang dikemas dalam kaji-terapan konseling yang diwarnai oleh budaya Indonesia. Dengan demikian paradigma konseling di Indonesia adalah layanan bantuanpsiko-pedagogis dalam bingkai budaya.

b. Konseling sebagai ilmu dan profesi harus mampu memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan nasional dan kehidupan masyarakat pada umumnya. Visi profesi konseling tidak lagi dibatasi pada keempat bidang dinding sekolah, melainkan menjangkau bidang-bidang di luar sekolah yang memberikan nuansa dan corak pada penyelenggaraan pendidikan yang lebih sensitif, antisipatif, proaktif, dan responsif terhadap perkembangan peserta didik dan warga masyarakat.

c. Dari sudut pandang profesi bantuan (helping profession) pelayanan konseling seharusnya diabdikan bagi peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan dengan cara memfasilitasi perkembangan individu atau kelompok individu sesuai dengan kekuatan, kemampuan potensial dan aktual serta peluang-peluang yang dimilikinya, dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta kendala yang dihadapi dalam perkembangan dirinya. Pandangan terhadap manusia dari segi potensinya yang positif adalah segala sesuatu yang memberikan ciri pada konseling dalam konteks pendidikan yang membedakannya dari perspektif medis/klinins yang cenderung melihat dari sudut patologi.

(9)

d. Orientasi konseling bergeser dari supply-side ke demand-side yang mennuntut upaya proaktif dalam melayani masyarakat yang menjadi target layanan, menggunakan berbagai sumber dan teknologi informasi untuk memperkaya peran profesi onal, mengembangkan manajemen informasi dan jaringan kerja konselor, serta memanfaatkan berbagai jalur dan setting layanan baik formal maupun non formal.

e. Profesi konseling senantiasa terbuka untuk berkembang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta tuntunan lingkungan akademis dan profesional, sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan nasional dan kehidupan manusia pada umumnya.

f. Pelayanan profesi konseling didasarkan atas hakikat konseling sebagai filsafat, komitmen, pandangan hidup, sikap, tindakan dan pandangan mendunia yang mewarnai komitmen tenaga profesi. Atas dasar hal tersebut, dilihat dari substansi pelayanannya, spesifikasi pelayanannya, bidang pelayanan profesi konseling. Untuk dapat melaksanakan pelayanan konseling terhadap berbagai bidang di atas maka tenaga konseling profesional yang harus dilakukan terlebih dulu adalah perlu menguasai kompetensi dasar pelayanan profesi konseling, yang selanjutnya dapat dilengkapi dengan orientasi khusus sesuai dengan keahlian dan minatnya.

APLIKASI PROFESI KONSELOR DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI INDONESIA.

a. Keintelektualan

Pekerjaan konselor dalam pelayanan profesi bimbingan dan konseling didasarkan dan sarat dengan kaidah-kaidah serta pertimbangan intelektual yang didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan. Kegiatan bimbingan dan konseling lebih bersifat mental daripada manual, lebih memerlukan proses berpikir daripada sekedar rutin. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, konselor dinuntut untuk berpikir dan menangani permasalahan klien, demikian pula klien melalui bantuan konselor diharapkan mampu memikirkan pengembangan diri dan pemecahan masalah yang

(10)

dihadapinya. Melalui proses berpikir ini hasil pelayanan bimbingan dan konseling merupakan hasil belajar yang bukan sekedar “resep” yang sudah jadi untuk diikuti klien.

b. Kompetensi yang dipelajari

Pekerjaan konselor pada berbagai kompetensi yang tidak diperoleh begitu saja, misalnya melalui pewarisan ilmu dari pewaris kepada keturunannya, melainkan melalui proses pembelajaran secara intensif. Kemampuan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling tidak bisa diperoleh dalam sekejap, misalnya melalui mimpi, atau melalui semedi sekian lama, atau melalui pengorbanan sesaji kepada pemegang tuah sakti. Konselor harus dengan sungguh-sungguh serta mencurahkan segenap pikiran dan usaha untuk mempelajari materi keilmuan, pendekatan, metode, teknik serta nilai dan sikap berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling memerlukan pemahaman dan keterampilan tersendiri yang harus dipelajari dengan seksama. Kompetensi seperti ini dibarengi dengan tuntutan untuk berpikir secara terus menerus mengikuti dan mengakomodasi perkembangan ilmu dan teknologi merupakan keharusan bagi konselor. Pemberlakuan kredensialisasi yang meliputi program-program sertifikasi, akreditasi, dan lisensi merupakan upaya menguji dan memberikan bukti penguasaan dan kewenangan atas kompetensi konselor dalam pelayanan profesionalnya.

c. Objek praktis spesifik

Pekerjaan konselor yang berupa praktik pelayanan bimbingan dan konseling terarah kepada objek spesifik yang tidak ditangani oleh profesi lain. Konselor menangani individu normal yang mengalami gangguan/hambatan dalam memahami, menerima, mengambil keputusan, dan mengarahkan diri dalam menjalani kehidupannya sehari-hari secara tidak efektif yang berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan individu selanjutnya. Gangguan kehidupan efektif sehari-hari inilah yang menjadi objek spesifik pelayanan bimbingan dan

(11)

d. Komunikasi

Segenap aspek pelayanan bimbingan dan konseling, meliputi aspek-aspek keilmuan dan teknologinya, kompetensi dan substansi pelayanannya, serta aspek-aspek sosial dan hukumnya, termasuk aturan kode etik, serta aturan kredensial dan perundangan, dapat dikomunikasikan kepada siapapun yang berkepentingan. Komunikasi ini dimungkinkan dipraktekkannya profesi bimbingan dan konseling secara tepat, dan dilaksanakannya pengawasan atas mutu praktik serta perlindungan terhadap praktisi bimbingan dan konseling. Penyelenggaraan pendidikan profeional bimbingan dan konseling pada dasarnya diselenggarakan untuk dan dalam rangka komunikasi profesional bimbingan dan konseling.

PENUTUP

Profesi konseling merupakan pekerjaaan atau karier yang bersifat pelayanan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pelanggan berdasarkan norma-norma yang berlaku, dengan melaksanakan pelayanan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang mementingkan pemenuhan kebutuhan pengguna sesuai dengan martabat,nilai, potensi, dan keunikan individu berdasarkan kajian dan penerapan ilmu dan teknologi dengan acuan dasar ilmu pendidikan dan psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan konseling yang diwarnai oleh budaya pihak-pihak yang terkait.

Penyelenggaraan pendidikan tenaga profesional konseling, terutama pendidikan prajabatan menjadi tanggung jawab perguruan tinggi, sementara pendidikan dalam jabatan dikembangkan secara kolaboratif antara perguruan tinggi, pengguna, organisasi profesi. Pendidikan prajabatan tenaga profesi konseling dikembangkan bersama oleh perguruan tinggi dan organisasi profesi dengan mengacu kepada kompetensi dan standar profesi yang digariskan.

Bimbingan dan konseling sebagai suatu profesi yang mempunyai konteks tugas dan ekspektasi unik dan memandirikan dalam berbagai setting, terutama sekali di lembaga pendidikan khususnya dalam pendidikan formal. Kehidupan global dan kemajuan teknologi membawa perubahan yang sangat berarti, tetapi juga menyisakan

(12)

sejumlah permasalahan bagi warga bangsa, baik dalam dimensi diri pribadi, maupun dalam hubungannya dengan individu lain dalam masyarakat.

Untuk dapat melaksanakan pelayanan konseling terhadap berbagai bidang di atas maka tenaga konseling profesional yang harus dilakukan terlebih dulu adalah perlu menguasai kompetensi dasar pelayanan profesi konseling, yang selanjutnya dapat dilengkapi dengan orientasi khusus sesuai dengan keahlian dan minatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Surya. 2003. Standardisasi Bimbingan dan Konseling. Makalah disampaikan dalam acara “Pertemuan Ilmiah dan Konferda ABKIN Propinsi Jawa Tengah: Semarang Februari 2003.

Mungin Eddy Wibowo. 2003. Standardisasi Profesi Konseling. Makalah disajikan pada penataran Guru SMU Negeri Provinsi Jawa Tengah Mata Pelajaran Bimbingan dan Konseling.

Prayitno. 1997. Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: P2LPTK.

Pengurus Besar ABKIN. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ABKIN. Hasil Kongres nasional X di Semarang 15-16 April 2005.

Pengurus Besar ABKIN. 2007. Naskah Akademik Penataan Profesionalisasi Konselor dalam Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa atas dasar apa yang dipertimbangkan dan disebutkan sebagai pendapat Pengadilan Agama dalam putusannya mengenai permohonan izin untuk menjatuhkan

Dalam melaksanakan hemodialisa dikenal beberapa macam metode, yaitu : 1) Continuous Peritoneal Ambulatory dialisis (CAPD). CAPD atau dialisis peritoneal ambulatorik

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Metode yang Digunakan

Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9, OSB yang direkat dengan IC dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan tahan kondisi

First Order Differential Equations for Which Exact Solutions are obtainable - Standard forms of First Order Differential Equations.. -

ANALISIS KELAYAKAN BUKU TEKS KIMIA SMA/MA KELAS XII MATERI SENYAWA TURUNAN ALKANA BERDASARKAN KRITERIA TAHAP SELEKSI DARI 4S TMD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gawea tembung andhahan saka tembung lingga

ULP Polres Tabanan Tahun Anggaran 2016, melaksanakan penjelasan dokumen pengadaan untuk pekerjaan Pemeliharaan Ranmor Roda 2 Opsnal Polres Tabanan TA..