• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Buying Consortium untuk Meningkatkan Daya Saing (Studi Kasus : Sentra UMKM Alas Kaki Seruni - Sidoarjo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Sistem Buying Consortium untuk Meningkatkan Daya Saing (Studi Kasus : Sentra UMKM Alas Kaki Seruni - Sidoarjo)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Industri Pengolahan merupakan industri yang menyumbang nilai PDB paling tinggi diantara industri lainnya. Salah satu sub industri pengolahan yang sedang berkembang sejak beberapa dekade terakhir adalah industri alas kaki. Semenjak adanya krisis moneter pada tahun 2007 silam, UMKM mulai dianggap sebagai alat penggerak perekonomian negara yang cukup efektif. Namun, perkembangan industri alas kaki di Indonesia tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perekonomian dan perkembangan UMKM Alas kaki. Hal ini dapat terlihat masih banyak UMKM yang belum berkembang akibat berbagai kesulitan yang dihadapi seperti bahan baku, modal, dan sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan perbaikan pada salah satu proses bisnis UMKM yaitu proses pengadaan bahan baku khususnya aktivitas pembelian bahan baku bersama (buying consortium). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat yang akan didapat oleh UMKM apabila menerapkan sistem pembelian bersama.. Untuk merancang sistem pembelian bersama digunakan konsep vendor managed inventory dengan metode common replenishment epoch. Selain itu, dapat ditentukan kebijakan harga bahan baku yang optimal dan akurat dengan menggunakan Activity Based Costing. Penentuan harga sendiri merupakan hal yang paling penting dan sulit untuk dilakukan serta menbutuhkan banyak pertimbangan. Oleh karena itu, diperlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui apakah kebijakan harga yang telah ditetapkan sesuai preferensi atau tidak.

Kata Kunci—Activity Based Costing (ABC), Buying

Consortium, Common Replenishment Epoch CRE, Vendor Managed Inventory

I. PENDAHULUAN

Menurut pehitungan PDB, hingga akhir triwulan III pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi terbesar disumbang oleh industri pengolahan dengan laju pertumbuhan sebesar 1,62%. Hal ini menyebabkan nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia naik hingga 3,21%.. Berikut adalah grafik laju pertumbuhan PDB negara menurut Lapangan Usaha.

Tabel 1 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (Persen) Lapangan Usaha a B c d e Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2.34 6.15 4.8 4.26 0.65 Pertambangan dan Penggalian -0.75 0.11 -0.09 1.86 -0.01 Industri Pengolahan 2.86 -3.99 6.36 5.86 1.62 Listrik, Gas, dan

Air Bersih 4.61 1.04 5.56 5.56 0.04 Konstruksi 4.3 3.97 7.98 7.45 0.51 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5.19 1.79 6.91 8.02 1.22 Pengangkutan dan Komunikasi 1.88 4.2 10.48 10.29 1.02 Keuangan, Real

Estat, dan Jasa Perusahaan

1.71 2.21 7.41 6.93 0.7 Jasa – Jasa 2.67 1.81 4.44 5.2 0.42

PDB 2.8 3.21 6.17 6.29 6.17

PDB Tanpa Migas 3.08 3.4 6.88 6.84

Ket*) : a adalah Triw II–2012 Terhadap Triw I–2012, b adalah Triw III-2012 Terhadap Triw II-2012, c adalah Triw III-2012 Terhadap Triw III-2011, d adalah Triw I s/d III 2012 Terhadap Triw I s/d III 2011 dan e adalah Laju Pertumbuhan

Sumber : BPS,2012

Salah satu jenis industri pengolahan yang merupakan unggulan negara Indonesia adalah industri alas kaki yang masuk dalam kelompok industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki. Selain untuk konsumsi dalam negeri, industri alas kaki di Indonesia juga memproduksi sepatu dan sandal untuk dikirim ke negara lain. Industri alas kaki di Indonesia dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu industri besar dan industri kecil. Objek pada penelitian ini adalah UMKM yang termasuk salah satu industri kecil. Hingga tahun 2011, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 32.910 unit usaha. UMKM (Unit Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu alat penggerak perekonomian negara yang paling efektif. Hal ini dapat dilihat

Perancangan Sistem Buying Consortium untuk

Meningkatkan Daya Saing (Studi Kasus : Sentra

UMKM Alas Kaki Seruni - Sidoarjo)

Denisa Hadi Pradipta, Suparno, Imam Baihaqi

Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

dari kontribusi UMKM bagi perekonomian negara pasca krisis moneter pada tahun 2007 dimana harga bahan baku impor dan cicilan utang meningkat serta sektor perbankan, industri, dan pasar modal yang terpuruk akibat krisis moneter global. Ironisnya, hampir 50% UMKM masih belum terjangkau oleh perbankan.

Selain modal usaha, masalah lain yang harus dihadapi oleh pemilik UMKM termasuk UMKM alas kaki adalah kesulitan dalam mencari bahan baku alas kaki khususnya kulit. Kesulitan dalam mendapatkan kulit disebabkan adanya kebijakan pemerintah yang lebih ketat terhadap impor kulit. Setiap kulit yang datang akan diperiksa dan ini membutuhkan waktu sedikitnya 5 hari dan tentunya bukan waktu yang sebentar jika barang yang diperiksa merupakan input untuk proses produksi. Ironisnya, barang jadi berbahan baku kulit seperti tas, sepatu, dan lain-lain justru dipermudah masuk ke Indonesia.

Tabel 1 Nilai Usaha Mikro dan Kecil Menurut Kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia dan Jenis Kesulitan Utama Tahun 2011

Total usaha Tidak Punya Kesulitan Utama Punya Kesulitan Utama a b c d 32910 6175 26735 3764 5833 228 917 e f g h 12938 272 66 2747 Ket*) = a adalah bahan baku, b adalah pemasaran, c adalah transportasi, d adalah skill, e adalah modal, f adalah energi, g adalah upah buruh, dan h adalah penyebab lainnya.

Sumber : BPS,2011

Kesulitan terbesar yang dialami oleh pemilik UMKM adalah belum mampu melakukan strategi pemasaran yang tepat serta kesulitan dalam mendapatkan modal dan bahan baku. Berdasarkan data [2], mayoritas penyebab sulitnya dalam mendapatkan bahan baku adalah kelangkaan dan harga beli yang relatif mahal.

Dibandingkan dengan sentra UMKM alas kaki yang lain, produk sepatu dari Sentra UMKM Alas Kaki Seruni kurang kompetitif apabila dibandingkan dengan produk sepatu dari sentra UMKM Wedara dan Mojokerto. Hal ini disebabkan availibilitas barang di toko terdekat masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan seringnya barang stockout dan UMKM harus menunggu kedatangan barang dengan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan pada aktivitas supply chain pada UMKM seperti metode pembelian pada proses pengadaan bahan baku untuk meningkatkan produktivitas UMKM.

Selain itu, dengan adanya perdagangan bebas kawasan Asean dan China (ACFTA), seharusnya dapat menjadi peluang dan pendorong munculnya produk–produk berkualitas dan kreatif dari UMKM di Indonesia termasuk UMKM alas kaki. Sangat disayangkan bahwa dengan adanya ACFTA yang seharusnya dapat dimanfaatkan UMKM di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas, jumlah usaha mikro dan kecil di

Indonesia jutru semakin menurun. Hal ini dikarenakan sulit dan tingginya harga kulit di Indonesia, maka untuk menekan harga pokok produksi alas kaki dapat dilakukan dengan mengendalikan bahan baku pendukung alas kaki lain yaitu sol sepatu. Macam sol sepatu sendiri lebih dari 100 macam jenis dan terdiri dari dua jenis bahan baku yaitu PVC dan TPR. Berdasarkan letaknya, sol sepatu terbagi menjadi dua yaitu sol luar dan sol dalam. Pada penelitian ini, hanya menggunakan sol sepatu bagian dalam yang terbuat dari PVC dan TPR.

Salah satu proses supply chain management yang dapat dilakukan untuk menekan harga pokok produksi sepatu adalah merancang strategi untuk purchasing atau pembelian yang dalam hal ini adalah sol alas kaki khususnya sol sepatu. Menurut Paul (2006) dalam [15], pembelian merupakan kegiatan potensial yang memiliki fungsi nilai tambah pada strategi organisasi. Salah satu metode pembelian yang banyak diteliti dan dikembangkan oleh para ahli dalam beberapa dekade terakhir adalah pembelian bersama atau buying consortium. Buying consortium merupakan suatu sistem kooperasi sejenis (horizontal) dan independen yang mengumpulkan permintaan pembelian untuk dilakukan pemesanan tunggal dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan bersama [16]. Untuk mengatasi permasalahan industri alas kaki di Indonesia, dapat diaplikasikan strategi buying consortium untuk para pemilik UMKM alas kaki.

Sistem buying consortium telah banyak diterapkan di berbagai negara salah satunya adalah Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, lebih dari 2000 perguruan tinggi, sekolah, perusahaan, dan rumah sakit menerapkan sistem buying consortium. Penerapan buying consortium tidak hanya untuk lembaga profit tapi juga dapat diaplikasikan pada lembaga non – profit. Tujuan utama penerapan sistem buying consortium pada UMKM Seruni adalah tercapainya harga jual bahan baku yang lebih rendah serta peningkatan availibilitas barang. Dalam sistem buying consortium, hal penting yang harus dilakukan oleh para anggotanya adalah komitmen dan kepercayaan yang kuat. [16]

Buying consortium atau pembelian bersama memiliki beberapa terminologi seperti group purchasing atau cooperative purchasing [5]. Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa usaha kecil yang telah menggunakan sistem buying consortium seperti Koperasi Pura Group di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Kurangnya penerapan pembelian bersama di Indonesia disebabkan masih banyak pemilik usaha yang tidak mengerti dampak positif dari sistem tersebut. Selama ini belum terdapat agen atau badan non komersil yang berfungsi mengakomodasi dan mengorganisir pembelian bahan baku pada UMKM.

Untuk menentukan berapa alokasi optimal kuantitas barang yang dipesan ke suplier maupun dikirim ke UMKM, dapat menggunakan pendekatan common replenishment epoch. Sedangkan untuk aktivitas pembelian sendiri menggunakan konsep dari vendor managed inventory. Karena permintaan sol sepatu dari para pemilik UMKM relatif stabil, dapat digunakan pendekatan simulasi monte carlo untuk peramalan permintaan dan lead time. Namun, akan dilakukan beberapa skenario untuk menentukan service level yang tepat sehingga dapat mengantisipasi terjadinya fluktuasi demand dan lead time.

(3)

Penentuan harga jual merupakan salah satu proses tersulit dalam suatu usah. Agar penentuan harga lebih akurat, digunakan metode Activity Based Costing dalam melakukan penentuan harga. Namun karena agen buying consortium merupakan lembaga non – profit, untuk penentuan harga barang dapat dilakukan lebih mudah dan sederhana daripada lembaga berbasis profit. Setelah itu, dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui variabel penting yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan harga. Untuk melakukan analisis sensitivitas digunakan one way sensitivity analysis ,two way sensitivity analysis, dan diagram tornado.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi perbaikan sistem pembelian pada Sentra UMKM Alas Kaki Seruni. Karena dengan adanya sistem pembelian bersama, akan didapatkan harga jual bahan baku yang lebih rendah serta penghematan pada biaya persediaan baik untuk agen consortium maupun UMKM. Pada penelitian ini, data yang digunakan berasal dari kondisi nyata sistem pembelian dengan metode observasi dan wawancara Selain itu, penelitian ini tidak sampai melakukan implementasi sistem pembelian bersama. Karena penelitian ini hanya memberikan kajian penerapan pembelian bersama untuk sistem pembelian pada UMKM karena belum pernah dilakukan sebelumnya.

II. URAIANPENELITIAN A. Tahap Telaah

1) Buying Consortium (Pembelian Bersama)

Sekitar 50% dari nilai penjualan industri manufaktur dialokasikan untuk pembelian. Baik pembelian untuk bahan baku, komponen (mesin), dan kebutuhan pendukung [1]. Banyaknya lembaga/organisasi yang menerapkan sistem pembelian bersama dikarenakan sistem ini banyak memberikan keuntungan pada aktivitas pengadaan bahan baku [19].

Banyak istilah yang berkaitan dengan pembelian bersama seperti consortium purchasing, group purchasing, cooperative purchasing, atau buying consortium. Pada penelitian ini, istilah yang digunakan adalah buying consortium. Menurut [16], buying consortium adalah kerjasama antar organisasi independen yang bersifat horizontal yang bertujuan untuk mencapai keuntungan melalui pembelian pesanan. Berikut adalah kerangka kerja pembelian bersama.

Gambar 1 Teori Kerangka Kerja Buying Consortium [16] Berikut adalah manfaat menjadi anggota pembelian bersama :

1. Mendapatkan informasi daftar suplier yang sesuai dengan kebutuhan anggota

2. Mendapatkan penghematan biaya pembelian

3. Adanya pertukaran dan peningkatan informasi sesama anggota

4. Meningkatkan kualitas dan performansi manajemen pemilik usaha

2) Konsep Inventory (Persediaan)

Inventory atau persediaan adalah resources atau sumber daya yang diam karena menunggu untuk diproses lebih lanjut. Menurut [14], bentuk dari sumber daya pada persediaan (material) ada tiga yaitu bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi.

Untuk mengelola aktivitas persediaan, diperhitungkan biaya–biaya seperti purchasing cost (biaya pembelian), order cost (biaya pemesanan), holding/carrying cost (biaya penyimpanan), dan shortage cost (biaya kekurangan). Selain itu, terdapat beberapa masalah yang harus dihadapi oleh persediaan seperti bagaimana menentukan jumlah material yang diperlukan untuk proses selanjutnya / dipesan, kapan sebaiknya material dipesan atau dijadikan buffer dalam proses produksi, dan sebagainya

Adanya inventory berkaitan erat dengan safety stock. Tujuan dari pengadaan safety stock adalah untuk menyeimbangkan antara sejumlah ekstra persediaan dan proteksi terhadap munculnya kekurangan stok [13]. Umumnya safety stock digunakan untuk mengatasi ketidakpastian permintaan pada saat dilakukan pemesanan hingga barang yang dipesan tiba. Penentuan safety stock berkaitan erat dengan service level yang ditetapkan sebelumnya.

Safety stock = Opening Stock – Free opening stock Dimana free opening stock merupakan jumlah stok yang digunakan sedangkan opening stock merupakan stok awal sebelum terjadi penggunaan stok.

3) Activity Based Costing (Penentuan Harga Berdasarkan Aktivitas)

Activity based costing (ABC) atau biaya berdasarkan aktivitas adalah salah satu metode perhitungan biaya berdasarkan uraian aktivitas yang diperlukan untuk membentuk suatu produk [7]. Sedangkan menurut [12], ABC merupakan perhitungan biaya berdasarkan analisis biaya dari kumpulan aktivitas pada organisasi sehingga dapat diidentifikasi consumption rate dari tiap aktivitas. Kelebihan metode ABC dibandingkan metode tradisional adalah lebih baik dalam mengalokasikan pola konsumsi biaya overhead, sehingga lebih akurat untuk menghasilkan harga pokok produksi. Selain itu, metode ABC juga dapat memberikan informasi perihal biaya dan performansi aktivitas dan sumber daya. Perhitungan pada produk jasa lebih sulit dikarenakan output yang dihasilkan bersifat intangible.

4) Analisis Sensitivitas

Analisa sensitivitas merupakan salah satu instrumen teknik analisis keputusan yang digunakan untuk membentuk dan menyelesaikan model keputusan [4]. Selain itu, analisis sensitivitas juga penting untuk mengidentifikasi dampak dari alternatif yang telah dipilih apabila parameter yang digunakan memiliki nilai yang berbeda [9]. Parameter yang digunakan umumnya tidak mempengaruhi hasil dari alternatif. Namun tidak jarang dari hasil analisa sensitivitas juga mempengaruhi bahkan mengubah hasil alternatif yang dipilih. Hal ini disebabkan terdapat beberapa parameter penting yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan namun alternatif tersebut tidak dapat memenuhi nilai parameter yang

A B C D E Buying Consortium A B C D E Kerjasama (Horizontal) Pembeli Suplier Kerjasama (Vertikal)

(4)

ditargetkan. Analisis sensitivitas juga digunakan untuk mengidentifikasi parameter yang sensitif, sehingga pengambil keputusan dapat memilih solusi / alternatif yang sesuai dengan target parameter yang diinginkan.

5) Simulasi Monte Carlo

Simulasi Monte Carlo merupakan salah satu tipe simulasi probabilistik yang hasilnya mendekati solusi dengan metode sampling dari proses yang acak. [17]. Sebelum melakukan simulasi, terlebih dahulu ditentukan distribusi probabilitas dari variabel kemudian melakukan sampling acak dari distribusi untuk menghasilkan data. Penggunaan simulasi ini cukup fleksibel dikarenakan apabila terdapat kebijakan atau kondisi organisasi berubah, akan berdampak pada output yang dihasilkan.

Gambar 2 Tahapan Pengerjaan Simulasi Monte Carlo (Tersine,1994)

Setelah dilakukan simulasi monte carlo, selanjutnya dilakukan validasi dan verifikasi terhadap output hasil simulasi. Validasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan apakah model konseptual telah sesuai dengan sistem riil atau tidak. Menurut [8], validasi merupakan proses penting untuk menentukan kesuksesan suatu simulasi.karena output dari simulasi dapat mempengaruhi keputusan dalam proyek. Pada penelitian ini, uji validasi yang digunakan adalah uji parameter dua rata – rata.

6) Vendor Managed Inventory (VMI)

Salah satu strategi pada supply chain management yang menggunakan information sharing adalah vendor managed inventory (VMI). Menurut [10], supply chain adalah suatu sistem yang dimulai dari pembelian material dari suplier hingga distribusi ke pelanggan. Dengan perkembangan teknologi saat ini, memungkinkan bagi anggota supply chain (rantai pasok) untuk berbagi informasi dan bekerja sama untuk meningkatkan efisiensi produktivitas mereka. Dalam VMI, vendor atau agen consortium bertanggungjawab untuk mengatur stok yang dipesan oleh pelanggan berdasarkan informasi yang telah ada sebelumnya.

Selain efektif untuk mengurangi biaya rantai pasok pada pelanggan, VMI juga berfungsi untuk meningkatkan ketersediaan material serta efisiensi penggunaan modal kerja, administrasi, dan service level [11]. Berikut adalah kerangka dari pola kerjasama pada vendor managed inventory.

Gambar 3 Pola Kerjasama pada Vendor Managed Inventory [11]

Pada prakteknya, banyak anggota rantai pasok yang enggan untuk ikut berpartisipasi dalam strategi VMI. Hal ini terutama dikarenakan investasi teknologi yang mahal dan kurangnya kepercayaan antar anggota.

7) Common Replenishment Epoch (CRE)

Common replenishment epoch (CRE) merupakan salah satu metode koordinasi dalam supply chain antara vendor dan pembeli. Dalam CRE, vendor menentukan alokasi waktu dan jumlah pengiriman pada periode tertentu. Dengan adanya koordinasi antara vendor dan pembeli, dapat mengurangi biaya persediaan bagi keduanya [6]. Vendor umumnya menawarkan diskon pada pembeli agar mau untuk melakukan pemesanan pada CRE atau waktu tertentu [18]. Pada CRE, permintaan diasumsikan berdistribusi normal.

B. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan empat tahapan, yaitu: 1. Tahapan Studi dan Survei Pendahuluan

Studi pustaka merupakan dasar untuk membuat kerangka kerja yang akan digunakan untuk menyelesaikan penelitian. Studi pustaka berfungsi sebagai pedoman dalam menyelesaikan permasalahan untuk mencapai tujuan penelitian. Pustaka yang digunakan untuk referensi diambil dari buku teks, tugas akhir, dan jurnal. Survei pendahuluan merupakan kegiatan observasi yang dilakukan untuk mempelajari sistem dari objek amatan. Survei pendahuluan dilakukan untuk merancang sistem buying consortium dengan menyesuaikan keadaan di lapangan. Sehingga pendekatan yang dibuat dapat mencakup keseluruhan kepentingan objek dan mencapai tujuan penelitian. Survei pendahuluan ini dilakukan dengan metode wawancara di UMKM alas kaki Seruni.

Dari hasil survei tersebut, akan didapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti rata-rata kebutuhan baku tiap UMKM, harga beli sol sepatu dari suplier dan toko terdekat, lead time pemesanan ke suplier, lead time yang dibutuhkan UMKM ketika bahan baku yang dicari stockout, dan biaya-biaya aktivitas.

2. Tahapan Perancangan Pembelian Bersama

Sebelum merancang aktivitas yang dilakukan oleh agen pembelian bersama, terlebih dahulu dilakukan simulasi monte carlo pada data permintaan dan masing–masing lead time. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang menyerupai kondisi sistem walaupun dengan data yang minimum. Untuk validitas pada hasil simulasi, dilakukan uji parameter dua rata– Model 1. Parameter 2. Variabel 3. Relationship Mengembangkan distribusi probabilitas untuk variabel Merubah frekuensi distribusi ke frekuensi kumulatif Simulasi Model Evaluasi kebijakan pada model

Apakah model baru memberikan perbaikan yang dibutuhkan, diinginkan, dan mudah dikerjakan? Tidak Keputusan Mulai Kebijakan Keputusan Bilangan Acak Teori Probabilitas Terdapat masalah Ya Konseptualisasi Pembeli : Efisiensi Rantai Pasok Suplier : Efisiensi Rantai Pasok Kerjasama Ketergantungan Pembeli Keuntungan Operasional Bagi Pembeli Meningkatkan Stabilitas Aliran Material Kerjasama Pembeli dan Suplier

(5)

rata. Untuk menentukan perbedaaan antara sebelum dan sesudah penerapan pembelian bersama, dilakukan evaluasi kondisi eksisting dan perbaikan sistem.

Selanjutnya, dilakukan penentuan kebijakan pengiriman ke UMKM dengan menentukan interval optimal untuk melakukan replenishment (tic) dan potongan diskon (Z) yang

diberikan ke UMKM. Setelah nilai tic dan Z diketahui, dapat

dilakukan penjadwalan pengiriman sol sepatu ke tiap-tiap UMKM.

Ketika penjadwalan pengiriman ke UMKM telah selesai dibuat, selanjutnya ditentukan kebijakan alokasi pemesanan ke suplier. Kebijakan tersebut berupa penjadwalan waktu dan jumlah pemesanan serta service level yang akan digunakan untuk masing-masing bahan baku sol sepatu.

3. Tahapan Penentuan Harga dan Analisis Sensitivitas Penentuan harga pada penelitian ini menggunakan metode activity based costing (ABC). Hal ini dikarenakan metode ini lebih akurat dan mempertimbangkan aktivitas biaya overhead yang terserap pada produk/jasa daripada metode tradisional. Dengan menggunakan metode ABC, penentuan harga dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama terdiri dari identifikasi dan klasifikasi aktivitas, penetapan pemicu biaya aktivitas dan pusat biaya homogen, dan menghitung pool rate untuk tiap pusat biaya homogen. Tahap kedua terdiri dari identifikasi pembebanan biaya overhead ke jasa serta menentukan harga jual sol sepatu per pasang. Setelah itu, dilakukan analisis sensitivitas harga jual berdasarkan variabel permintaan, harga beli, dan biaya pemesanan ke suplier. Untuk melakukan analisis sensitivitas menggunakan one way sensitivity analysis, two way sensitivity analysis, dan diagram tornado.

4. Tahapan Pembahasan, Analisis Data, serta Penarikan Simpulan dan Saran

Pada tahap ini, dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data-data yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Selain itu, tahapan ini juga merupakan tahapan akhir pengerjaan penelitian yang terdiri dari penarikan simpulan dan saran. Penarikan simpulan merupakan jawaban atas rumusan permasalahan dan tujuan yang telah ditentukan pada awal penelitian. Sedangkan saran berisi rekomendasi yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.

C. Perancangan Pembelian Bersama

Perancangan pembelian bersama dimulai dengan melakukan simulasi monte carlo pada kebutuhan sol sepatu, lead time pemesanan ke suplier, dan lead time yang dibutuhkan oleh UMKM hingga barang tersedia. Setelah dilakukan simulasi pada ketiga data tersebut, dilakukan uji validasi dengan menggunakan uji parameter dua rata-rata. Dari hasil uji validasi tersebut, diketahui bahwa hasil simulasi telah valid. Setelah itu, dilakukan evaluasi kondisi eksisting pada sistem dengan menghitung total biaya vendor dan pembeli.

Kemudian dilakukan kebijakan pengiriman sol sepatu ke UMKM dengan menentukan tiC dan Z terlebih dahulu. Untuk

menentukan kedua nilai tersebut dilakukan dengan mencari biaya yang paling minimum. Dari pengolahan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai tiC pada TPR adalah

27/365 dan 17/365 serta Z bernilai 151.22. Sedangkan nilai

tiCdan Z pada PVC masing-masing adalah 1/12 dan 63.53.

Selanjutnya, dapat ditetapkan penjadwalan pengiriman sol sepatu ke tiap UMKM berdasarkan nilai tiC.

Kebijakan alokasi pemesanan ke suplier ditetapkan setelah terdapat informasi tentang kebijakan pengiriman ke tiap UMKM. Nilai tiap skenario tiC untuk vendor sama dengan

suplier. Namun karena dipilih total biaya yang paling minimum, maka tiC yang dipilih untuk pemesanan PVC

maupun TPR adalah 1/12 yang berarti pemesanan dilakukan tiap sebulan sekali. Kemudian dilakukan skenario service level untuk menentukan service level yang tepat bagi UMKM. Dari hasil skenario tersebut, diketahui bahwa baik pada sol sepatu PVC maupun TPR memiliki service level sebesar 90%.

Selanjutnya, dilakukan evaluasi kondisi perbaikan pada sistem untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diterapkan pembelian bersama.

Tabel 3 Rekapan Total Biaya Sebelum dan Sesudah Pembelian Bersama Total biaya pembeli Total biaya vendor Total biaya keseluruhan Sebelum (Rp) 1,667,179,605 151,712,449 1,818,892,05 Sesudah (Rp) 1,255,263,859 46,525,398 1,301,789,258 Penghematan (Rp) 411,915,746 105,187,051 517,102,797 Penghematan% 24.71% 69.33% 28.43%

Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa total penghematan setelah penerapan pembelian bersama hampir 30% secara keseluruhan. Dengan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa sistem pembelian bersama layak dan dapat diterapkan pada Sentra UMKM Alas Kaki Seruni –Sidoarjo.

D. Penentuan Harga Jual Sol Sepatu dan Analisis Sensitivitas

Identifikasi dan klasifikasi aktivitas merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk menentukan harga pokok produksi. Pada penelitian ini, aktivitas biaya overhead dikelompokkan menjadi tiga yaitu, pendukung, pengiriman, dan pembelian dan operasional. Sedangkan untuk tingkat aktivitas terdiri dari service level, facility level, dan unit level. Penentuan pada pemicu biaya dilakukan berdasarkan satuan apa yang menyebabkan biaya tersebut muncul seperti jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, jumlah kegiatan, dan sebagainya. Selanjutnya aktivitas yang telah diidentifikasi, dikelompokkan berdasarkan klasifikasi, tingkat, dan pemicu biaya aktivitas. Hal ini diperlukan untuk menghitung nilai pool rates untuk tiap pool (pusat biaya homogen).

Pada tahap kedua, dilakukan pembebanan biaya overhead ke jasa dengan mengalikan pool rates dengan kapasitas yang dipakai untuk melakukan aktivitas tersebut. Berikut adalah tabel perhitungan harga jual sol sepatu PVC dan TPR.

Tabel 4 Rekapan Perhitungan Penentuan Harga Jual Sl Sepatu

PVC TPR

(6)

PVC TPR Biaya aktivitas overhead

(Rp) 24,296,879 33,271,573 HPP (Rp) 889,696,879 423,671,573 Jumlah pasang sepatu 172300 48800 Harga jual per pasang

(Rp) 5,163.65 8,681.79

Harga jual setelah

penyesuaian (Rp) 5,324.53 8,842.67

Karena agen consortium bukan merupakan lembaga yang komersil, maka perlu dilakukan penyesuaian harga untuk mengalokasikan sisa biaya overhead yang tidak terserap sebelumnya. Selanjutnya, dilakukan analisis sensitivitas pada harga jual dengan variabel permintaan, biaya pengiriman, dan harga beli sol sepatu ke suplier. Dari hasil pengolahan, didapatkan bahwa variabel yang sensitiv terhadap perubahan nilai adalah variabel harga beli.

III. SIMPULAN/RINGKASAN

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Penerapan pembelian bersama lebih menguntungkan karena terdapat penghematan pada total biaya pembeli dan vendor serta availibilitas barang yang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan agen pembelian bersama yang mengendalikan dan mengatur keluar arus keluar masuk barang.

2. Harga beli sol sepatu dari sudut pandang UMKM semakin murah. Hal ini dapat dilihat sebelum adanya penerapan pembelian bersama untuk harga beli sol sepatu PVC adalah Rp 125,000 dan TPR adalah Rp 240,000. Namun setelah adanya pembelian bersama, harga beli sol sepatu PVC adalah 106,500 dan TPR adalah 176,900.

3. Biaya inventory atau persediaan semakin menurun karena biaya penyimpanan dan harga beli bahan baku yang semakin menurun. Harga beli bahan baku dan biaya penyimpanan memiliki keterkaitan karena untuk menentukan biaya penyimpanan, diperoleh dari fraksi biaya penyimpanan dikali dengan harga beli bahan baku.

Dari ketiga hasil simpulan di atas, dapat dilihat bahwa penerapan pembelian bersama dapat meningkatkan profit karena terdapat penghematan biaya-biaya dan harga sol sepatu. Sehingga dengan adanya pembelian bersama, dapat meningkatkan daya saing UMKM agar lebih berkembang dari sebelumnya.

Berikut adalah saran sebagai perbaikan dan pengembangan penelitian Tugas Akhir berikutnya:

1. Penerapan pembelian bersama tidak hanya satu jenis bahan baku saja. Selain itu, perlu memperhitungkan kemungkinan adanya defect pada bahan baku

2. Dapat dipertimbangkan kemungkinan adanya suplier lebih dari satu

UCAPANTERIMAKASIH

Penulis Denisa Hadi Pradipta sangat bersyukur atas rahmat dan karunia Allah SWT. Terima kasih kepada Bapak Restu M.H dan Ibu Sri R.D.H selaku orang tua atas dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D selaku dosen pembimbing dan Pak Imam Baihaqi ST, M.Sc, Ph.D selaku dosen ko pembimbing atas kritik, saran, dan nasehat selama pengerjaan Tugas Akhir. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas segala bantuan dan dukungan dalam penyelesaian penelitian Tugas Akhir ini.

DAFTARPUSTAKA

[1] Arnold, T. J. (1996). Introduction to Materials Management,2nd.ed. Prentice Hall.

[2] BPS. (2011). Profil Industri Mikro & Kecil Tahun 2011. Indonesia: BPS.

[3] BPS. (2012). Statistik Indonesia 2012. Indonesia: BPS.

[4] Clemen, R. T. (1952). Making Hard Decision - An introduction to Decision Analysis,2nd.ed. Belmont: Duxbury Press.

[5] Essig, M. (2000). Purchasing Consortia as Symbiotic Relationships: Developing The Concept of "Consortium Sourcing". European Journal of Purchasing & Supply Management, 13 -22.

[6] Feng, Y & Viswanathan, S. (2007). Impact of Demand Uncertainty on Coordinating Supply Chain Inventories Through Common Replenishment Epoch. Journal of the Operational Research Society , 964 - 971.

[7] Hansen, D., & Mowen, M. (1995). Cost Management - Accounting and Control. Ohio: South - Western.

[8] Harrell et. al. (1950). Simulation Using Promodel,2nd.ed. New York: The McGraw-Hill.

[9] Hillier, F., & Lieberman, J. G. (2001). Introduction to Operation Research. Singapore: McGraw-Hill Book.Co.

[10] Jung S, et. al. (2005). Vendor Managed Inventory and Its Effect in The Supply Chain. 545 - 552.

[11] Kauremaa J., et. al. (2009). Pattern of Vendor - Managed Inventory : Findings from a Multiple - Case Study. International Journal of Operations & Production Management, 1109 - 1139.

[12] Kaplan, R., & Cooper, R. (1999). The Design of Cost Management System Text and Case. United States of America: Prentice-Hall, Inc. [13] Magee, J., & Boodman, D. (1980). Production Planning and Inventory

Control,2nd.ed. New Delhi: Tata McGraw - Hill Publishing Co. Ltd and Pearl Offset Press.

[14] Nasution, A. H. (2003). Perencanaan dan Pengendalian Produksi - Edisi Pertama Cetakan Kedua. Surabaya: Penerbit Guna Widya.

[15] Pressey, A.D et. al. (2009). Purchasing Practices in Small - to Medium - Sized Enterprises: An Examination of Strategic Purchasing Adoption, Supplier Evaluation and Supplier Capabilities. Journal of Purchasing and Supply Management, 214 - 226.

[16] Tella, E., & Virolainen, V. (2005). Motives Behind Purchasing Consortia. International Journal of Production Economics, 161 – 168 [17] Tersine, R. J. (1994). Principles of Inventory & Materials Management

4th.ed. Prentice Hall.

[18] Viswanathan, S & Piplani, R. (2001). Coordinating Supply Chain Inventories Through Common Replenishment Epochs. European Journal of Operational Research, 277 -286.

[19] Zhu, C., & Liang, L. (2009). SME Oriented Purchasing Consortium Based on MAS. International Symposium on Information Engineering and Electronic Commerce.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daging bekicot kedalam ransum sampai dengan taraf 3 % tidak berpengaruh nyata terhadap performans produksi

Penelitian dilakukan pada mahasiswa dari kedua sekolah tersebut karena Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom (FEB UT) dan Sekolah Bisnis dan Manajemenn

Anda boleh dikatakan pehandal dalam generasi ini. Anda mempunyai daya pemerhatian yang tajam m alah dapat mendalami isi hati orang lain. Anda yang menguasai dan mengawal keadaan.

Penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Berbagai Konsentrasi Larutan Propolis dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Aggregatibacter

Dan ini berarti adanya pengakuan kedudukan hukum perempuan dalam proses pembagian waris pada hukum adat Banjar didasarkan oleh ajaran Islam dan norma hukum adat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perbandingan pengaruh metode inklusi dengan metode problem solving terhadap keterampilan

Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya