• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA WACANA ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI KELAS VIII SMP BINA NEGARA I ARJASARI KABUPATEN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA WACANA ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI KELAS VIII SMP BINA NEGARA I ARJASARI KABUPATEN BANDUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA WACANA ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

DI KELAS VIII SMP BINA NEGARA I ARJASARI KABUPATEN BANDUNG

Lia sri mulyani NIM 0821.0140 liasrimulyani86@yahoo.com

( STKIP SILIWANGI ) ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ‘’Model Pembelajaran Membaca Wacana Argumentasi dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme di Kelas VIII SMP Bina Negara I Arjasari Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan membaca wacana argumentasi, sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran ini dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme serta ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah mendapat pembelajaran membaca wacana argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir, sedangkan untuk menguji tingkat signifikan menggunakan uji t. Kesimpulanpenelitian ini adalah kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca wacana argumentasi sebelum menggunakan pendekatan konstruktivisme hasilnya rendah dengan skor rata-rata 4,6. Hasil pembelajaran tersebut tidak memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimal) dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bila dibandingkan dengan sesudah digunakannya pendekatan konstruktivisme, mengalami peningkatan dengan skor rata-rata 7,4 termasuk dalam kategori cukup.Hal ini menjadi tanda positif pada penelitian ini, sehingga pendekatan konstruktivisme dapat diterima.

Kata kunci: Konstruktivisme, signifikan, KKM, kategori.

PENDAHULUAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, baik SD, SMP, maupun SMA, pembelajan bahasa ditujukan agar siswa terampil berbahasa. Terampil berbahasa berarti siswa harus memiliki empat komponen keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 1987:22).

Keempat komponen keterampilan berbahasa tersebut dalam pelaksanaannya tidak dapat dipisah-pisahkan, karena setiap komponen saling menukung satu sama lainnya. Menurut para pemerhati bahasa, pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah belum berhasil sepenuhnya.Kurangnya keberhasilan tersebut banyak terjadi pada pencapaian aspek penggunaan bahasa. Sebagian besar kurangnya keberhasilan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia karena masih sulitnya menggunakan bahasa Indonesia secara aktif produktif terutama dalam kegiatan pembelajaran wacana argumentasi (Suryanto, at al.dalam Nurhayati, 2000:13).

Hal ini mengindikasikan bahwa keterampilan pembelajaran wacana argumentasi merupakan suatu keterampilan yang masih dianggap sulit. Permasalahan ini menjadi tantangan bagi para pengajar dan guru bahasa Indonesia untuk memberikan pembelajaran yang lebih baik dan mampu mengubah anggapan negatif siswa terhadap keterampilan pembelajaran membaca wacana argumentasi.

Kurang berhasilnya pembelajaran bahasa Indonesia, terutama membaca wacana argumentasi di sekolah dipengaruhi beberapa faktor.Salah satu faktor penyebab gagalnya pembelajaran membaca wacana argumentasi adalah adanya asumsi yang keliru dari para pengajar bahasa Indonesia.Mereka berasumsi bahwa, pembelajaran membaca wacana argumentasi merupakan bakat yang ada sejak lahir (Sujanto, 1988:58). Padahal menurut Syamsudin (1992:58) membaca wacana argumentsi seperti juga halnya pembelajaran yang lainnya merupakan suatu proses perkembangan. Pembelajaran membaca wacana argumentsi menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, dan latihan keterampiln khusus.

(2)

Selain guru dan siswa, faktor lain yang turut mendukung tercapainya keberhasilan pembelajaran membaca wacan argumentsi di sekolah adalah penggunaan metologi pengajaran, penggunaan pembelajaran tersebut harus mampu memberikan keberhasilan kepada siswa sebagai subjek belajar, sehingga pembelajaran tersebut mampu menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Berdasarkan pengamatan di lapangan selama peneliti melaksanakan program pengalaman lapangan, siswa merasa belum menguasai dan memahami sepenuhnya apabila pembelajaran membaca wacana argumentasi dilaksanakan di kelas. Oleh karena itu, dituntut kreatifitas dari para pengajar untuk memilih dan menggunakan metode dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin memberikan sebuah alternatif pembelajaran membaca wacana argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Peneliti memilih pendekatan konstruktivisme agar siswa mampu menuangkan ide, gagasan, pikiran, pendapat, dan pesan yang akan disampaikan.

Di dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme bahwa dalam proses ini siswalah yang harus mendapat penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Sehingga kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam perkembangan kognitif siswa.

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini, penulis memberikan suatu rumusan untuk dijadikan bahan objek penelitian yaitu faktor apa saja yang menjadi penghambat bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca wacana argumentasi, dan apakah pendekatan konstruktivisme epektif digunakan dalam pembelajaran membaca wacan argumentasi.

Dalam proses pembelajaran wacana argumentasi dengan menggunakan pendekatan konstruktivism, merupakan pembelajaran yang memerlukan pelatihan dan bimbingan. Serta penggunaan metode yang kurang tepat dapat mempengaruhi pembelajaran.Dalam permasalahan tersebut penulis memberikan kesimpulan sementara bahwa faktor penghambat dalam pembelajaran membaca wacana argumentasi yaitu lingkungan, kondisi siswa, motivasi siswa, di dalam pembelajaran dan bahan bacaan.

Objek penelitian ini yaitu seluruh siswa SMP Bina Negara 1 kelas VIII A yang berjumlah 20 siswa. KAJIAN TEORIDAN METODE

Adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah ia menempuh berbagai pengalaman (pada akhir pelajaran ) Sudjana (1989:45). Kutipan diatas member gambaran bahwa pembelajaran merupakan rumusan dari kurikulum sehingga apabila proses pembelajaran selesai diharapkan para siswa mempunyai kemampuan yang sesuai dengan yang telah ditentukan dalam kurikulum.Bila selama ini guru selalu bertanya apa yang harus saya ajarkan pada kurikulum 2006, jawabannya adalah guru diberi keleluasaan untuk berfikir secara kreatif untuk menyajikan materi atau bahan kajian yang tersirat dalam pembelajaran, tetapi tidak melemceng dari tujuan kurikulum,yaitu harus mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Proses pembelajaran dapat berjalan baik apabila terjadi interaksi di antara individu di dalam kelas, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Arif,S.Sadiman at al. (1987:29) ‘’proses belajar dapat terjadi kesan adanya interaksi individu dengan lingkungannya’’. Sejalan dengan pernyataan tersebut Nana Sudjana (1987:29) menyatakan ‘’ bahwa dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan utama adanya proses perubahan tingkahlaku siswa melalui pengalaman yang di perolehnya’’.

Kata ‘’wacana’’ berpadan dengan kata discourse dalam bahasa inggris, pada masa kini wacana sering digunakan selain dalam bahasa dan sastra, juga dalam bidang sosiologi, politik, dan filsapat.Di luar bidang bahasa dan sastra, lebih sering digunakan kata ‘’diskursus’’atau dengan kata sifat di banding kata ‘’wacana’’ sehingga discourse analysismenjadi analisis wacana.Pengertian wacana menurut Tarigan (1987:27) adalah ‘’satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disapmaikan secara lisan maupun tulisan’’.

Menurut Keraf (2003:3) adalah’’ suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara’’. Menurut pendapat Rusyana (1982:4) argumentasi adalah ‘’karanganyang memberikan alasan akan kebenaran atau kepalsuan sesuatu dengan maksud agar pembaca

(3)

dapat diyakinkan sehingga terdorong untuk melakukan sesuatu’’.

Pengertian konstruktivisme menurut Mc Brien &Brandt (dalam Isjoni, 2007) menyebutkan ‘’pendekatan konstruktivisme adalah salah satu pendekatan pengajaran berdasarkan pada penyidikan tentang bagaimana manusia belajar’’.Dalam konstruktivisme guru guru tidak lagi menduduki tempat sebagai ilmu, tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, namun guru lebih diposisikan sebagaifasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapatbelajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa, mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa (Suherman, at.al 2001:76).

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen yaitu uji coba suatu teori atau suatu konsep yang telah disajikan kepada siswa (Oemar,1993:151). Metode eksperimen yang penulis gunakan yaitu metode “Pre experimental design” atau metode eksperimen semu.Teknik yang digunakan yaitu pengumpulan data dan pengolahan data.Yang uraiannya sebagai berikut: Teknik tes menurut Suharsimi (2006:150), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam teknik tes ini penulis melakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pembelajaran, dengan tes awal dan tes akhir. Teknik non tes penulis lakukan adalah dengan wawancara terbuka, dengan tujuan agar responden yang di wawancarai dapat mengetahui tujuan dari wawancara tersebut.

Teknik pengolahan data yang penulis gunakan yaitu memeriksa hasil tes awal dan tes akhir, mencari perbedaan tes awal dan tes akhir, menguji signifikan hasil tes awal dan tes akhir, dan pengujian hipotesis.Pembelajaran ini menggunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang mengacu pada standar kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD).

Deskripsi dan analisis hasil penelitian menunjukan bahwa pada waktu siswa mengikuti tes

awal tanpa menggunakan pendekatan konstruktivisme hasilnya rendah dengan skor rata-rata 4,6 hal itu menunjukan tidak mencapai ketuntasan pada KKM yang telah ditentukan. Setelah siswa mengikuti tes akhir, menunjukan adanya peningkatan dengan skor rata-rata 7,4 termasuk ke dalam kategori cukup. Hal ini menjadikan positif pada penelitian ini.

SIMPULAN

Berdasarkan pada hasil pengolahan data yang telah penulis lakukan, penulis dapat memberikan simpulan bahwa perbandingan hasil tes awal siswa dan tes akhir siswa menunjukan adanya signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir mengalami peningkatan.Dengan itu penggunaan metode dengan pendekatan konstruktivisme, dinyatakan diterima. DAFTAR PUSTAKA

Syamsuddin, A.R, 1992. Studi Wacana.

Bandung:Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBSIKIPBANDUNG.

Guntur Henry Tarigan, 1983. Membaca Ekspresif. Bandung :Angkasa.

Departemen Pendidikan Nasional.2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa DanSastra Indonesia Buku I.

Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT. GramediaPustaka Utama.

Yani Eka Arfina.2005.kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya : PT. Tiga Dua. Yudha Asep Wirajaya, 2008. Berbahasa Dan

Bersastra Indonesia Kelas VIII.Jakarta: Pusat Perbukuan bse.

Hidayat, K. 1995. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia.Bandung : Bina Cipta.

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. 1992.

(Quantum Learning) Membiasakan Belajar Nyaman danMenyenangkan.Jakarta : KAILA.

Arikonto, Suharni.1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :Bhineka Cipta. Widyamartaya, A. 1990.Seni Menuangkan Gagasan.

Yogyakarta : Kanisius.

Suherman, ‘’at.al. 2002. Model Pembelajaran Aktif dan Kreatif, Berbasis Kompetensi.Bandung. Local Education Centre (LEC)

(4)
(5)
(6)

Referensi

Dokumen terkait

Kolaborasi antara dosen dan guru dalam mengimplementasikan penggunaan media audio visual untuk meningkatkan antusias siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Sumbergempol ini

Dengan uji selang waktu pemberian air dan uji toleransi beberapa jenis leguminosa herba terhadap kondisi lingkungan, diharapkan dapat diperoleh informasi yang lebih jelas

Oleh itu satau Projek Inovasi Trainer Kit Sistem Pemasangan Perpaipan Domestik (Trainer Kit SPPD) telah dibangunkan oleh pensyarah Unit Penyelenggaraan Bangunan,

digunakan untuk area pejalan kaki. Ruas ini harus dibebaskan dari seluruh rintangan, berbagai objek yang menonjol dan penghalang vertikal paling sedikit 2,5 meter dari permukaan

Pada beberapa konfigurasi sistem, nilai parameter yang digunakan (seperti laju permintaan data real time) akan dibuat dengan keadaan yang lebih buruk dari sistem sebenarnya.. Hal

Persiapan sampai pengambilan data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran lingkungan kerja non fisik, motivasi, dan kinerja karyawan di PT Pos Indonesia (Persero) Kantor Regional

Hasil ini menunjukan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, free cash flow dan profitabilitas