• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memberikan Kritik

Dalam dokumen sma10bhsind BhsDanSastraIndo SriUtami (Halaman 123-127)

BAB 8 KEPENDUDUKAN

8.3 Memberikan Kritik

Pada pelajaran ini Anda akan berhadapan dengan sebuah wacana yang membahas tentang membuminya chicklit dan teenlit di kalangan remaja. Dari wacana ini Anda akan tahu banyak bagaimana seorang remaja menulis sebuah chicklit yang bisa menjadi best seller penerbit. Berdasar wacana tersebut, Anda dapat dengan bebas mem-berikan tanggapan, kritik, atau dukungan. Pada pelajaran ini, Anda akan kembali dituntut untuk berani mengeluarkan pendapat dengan alasan-alasan yang bisa dipahami.

Bacalah wacana yang dikutip dari internet berikut dengan saksama!

Penulis Belia, Mengubah “Diary ” Menjadi Novel

“So?”

“So, I’m a lucky girl. Jarang lho, Dio minta maaf sama cewek. Dia kan paling dingin kalo sama cewek. Lo tau kan, banyak banget cewek yang cari muka di depan dia, banyak cewek yang berebut jadi pacar dia, tapi dia nggak nanggepin, kan?”

Kutipan di atas adalah sekelumit penggalan percakapan antara Finta dan Karra dua tokoh cerita yang terdapat dalam novel remaja teenlit berjudul Dealova karya Dyan Nuranindya. Novel serial teenlit dengan gaya bahasa dan isinya mengenai berbagai persoalan khas remaja kota besar seperti Dealova ini dalam dua tahun belakangan sangat digandrungi oleh remaja-remaja di kota-kota besar. Tak pelak novel-novel teenlit ini pun penjualannya menduduki peringkat atas atau masuk dalam kategori best seller di toko buku-toko buku di berbagai kota untuk buku-buku jenis fiksi akhir-akhir ini.

NovelDealova yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU), penerbit yang memopulerkan novel chicklit dan teenlit di Indonesia ini misalnya, sekarang sudah terjual tak kurang dari 35.000 eksemplar. Tiras buku sebesar ini cukup fantastis untuk jenis buku di luar buku pelajaran di Indonesia. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila novel teenlit ini masuk dalam kategori bukubest seller. Karena, umumnya untuk satu jenis buku penerbit hanya mencetak dari 2.000 hingga 5.000 eksemplar saja.

Satu hal yang mengejutkan dari fenomena maraknya novel-novel remaja teenlit ini adalah dari sisi penulisnya. Berbeda de-ngan novel dewasa chicklit yang didominasi novel-novel terjemahan atau penulisnya orang luar, novel teenlit ditulis oleh

5. Tukarkan pekerjaan Anda dengan pekerjaan teman Anda untuk saling mengoreksi kesa-lahan!

6. Perbaiki kesalahan yang terdapat dalam kutipan yang telah diko-reksi teman Anda!

7. Bacalah hasil pekerjaan Anda di depan guru dan teman! Min-talah evaluasi dari mereka dan perbaiki kekurangannya agar tulisan Anda sempurna! 8. Muatlah di majalah dinding

sekolah! Bila perlu kirim ke salah satu surat kabar atau majalah.

penulis-penulis lokal. Lebih mengejutkan lagi, penulis-penulis itu beberapa di antaranya berusia masih sangat muda, bahkan belia. Penulis-penulis belia itu ada yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), bahkan ada pula yang masih sekolah dasar (SD), waktu mereka mulai menulis novel. Fenomena ini tentunya cukup mengejutkan, karena umumnya penulis-penulis remaja tersebut langsung merengkuh sukses dalam menerbitkan sebuah novel. Siapa mereka? Apa yang mendorong dan mengajari mereka menjadi penulis novel di usia yang sangat muda?

Sudah punya kebiasaan menulis sejak kecil. Ya, kebiasaan menulis apa pun sejak kecil ini umumnya dimiliki oleh penulis-penulis belia. Gisantia Bestari penulis-penulis novel Cinta Adisty, misalnya, kebiasaan menulis atau membuat ilustrasi sudah dilakukannya sejak kelas II SD. Waktu itu Gisa, begitu Gisantia Bestari biasa dipanggil, sudah mulai menulis dan melukis apa saja yang dia amati, didengar, dikerjakan hingga ia khayalkan ke dalam lembaran-lembaran kertas terpisah. Kebiasaan ini dilakukan Gisa terus-menerus sampai akhirnya, saat ia duduk di kelas III SD Al-Azhar Kemang, salah satu puisinya dimuat di majalah anak-anak Bobo. Gisa sangat senang dan surprise waktu itu karena ia tidak mengira puisi itu akan dimuat. “Ayah yang inisiatif ngirim ke Bobo, aku iyain aja, ternyata malah dimuat,” cerita Gisa.

Saat ini Gisa sudah duduk di kelas II SMP. Awal bulan Novem-ber tahun 2004 lalu novelnya Novem-berjudul Cinta Adisty diterbitkan pertama kali oleh penerbit GPU. “Aku menulisnya waktu itu delapan bulan. Awalnya pakai tulisan tangan. Pas, udah selesai kepikiran buat nerbitin. Cuma kata ayah kalo pengen nerbitin mesti diketik. Kan, males sebenarnya. Akhirnya ngetik lagi dari awal, enggak benar-benar nyalin, sih. Karena banyak yang berkembang dan berubah. Setelah selesai, ya udah dikasih ke penerbit,” kata Gisa menjelaskan. Novel Cinta Adisty yang setelah terbit tebalnya 288 halaman ini sebenarnya bukan novel pertama Gisa. Novel pertamanya diselesaikannya saat kelas V SD, judulnya Caty dan Cermin Ajaib. Namun, saat ini masih berupa tulisan tangan yang belum diketik.

Seperti halnya Gisa, penulis-penulis lain, seperti Maria Adelia penulis novel Aku vs Sepatu Hak Tinggi, Sasya Fitriana penulis novel Beautiful Stranger, dan Herlinatiens penulis novel Jilbab Spears, juga punya kebiasaan menulis sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. “Dari kecil sudah suka nulis. Pertama-tama sih waktu SD nulis cerpen-cerpen dan cerita bersambung. Ketika SMP baru nulis novel, cuman novel itu kebanyakan enggak sampai selesai atau setengah-setengah aja. Kalaupun selesai cuma disimpan aja, enggak diapa-apain lagi. Lalu, ketika SMA ngerjain ini, tiba-tiba ingin nyelesaikan, aja. Lagi semangat, gitu. Teman-teman juga rata-rata ngasih dukungan. Setelah selesai nulis dijilid, tapi masih pakai fotokopian, lalu disebarin ke teman-teman. Ternyata, banyak yang suka, sejak itu jadi tambah semangat,” kata Maria Adelia.

Novel Maria Adelia berjudul Aku vs Sepatu Hak Tinggi ini juga diterbitkan oleh penerbit GPU tahun 2004 lalu saat Adelia berusia 16 tahun. Seperti novel teenlit lain, novel ini pun sukses di pasar.

Gbr. 8.3 Beberapa chicklit yang

menjadi best seller.

w w w .g oog le .c om

Bahkan, sudah digarap versi film layar lebarnya. Hebatnya lagi, skenario film ini juga dikerjakan oleh Adelia sendiri. Jadi, selain sebagai penulis novel, Adelia saat ini sudah punya pengalaman menjadi penulis skenario film layar lebar kendati skenario untuk novelnya sendiri.

“Pertamanya sih memang agak susah, masih nyontek-nyontek. Misalnya, kalau suara hati itu istilah atau penjelasannya di skenario itu seperti apa, karena di skenario itu dialognya cuma kalimat langsung. Jadi, penjelasannya tuh dikit-dikit aja. Selain itu, susah-nya nulis skenario itu ada maksimalsusah-nya. Kan film itu maksimal pan-jangnya paling dua jam. Skenarionya satu lembar dihitung satu menit. Jadi, maksimal 120 lembar, tapi waktu itu sampe 139 lembar. Sampai bingung yang dipotong itu bagian yang mana? Tapi, akhirnya lama-lama lancar-lancar aja,” kata Adelia yang saat ini tercatat sebagai siswi SMA Theresia Jakarta.

Adelia saat ini lagi menyelesaikan novel keduanya. Temanya masih tetap sama, yaitu tentang dunia remaja. “Novel kedua ini memang temanya remaja, tapi tema yang beda. Cara penulisannya juga beda. Novel pertama kan banyak yang kurang. Nah, yang kedua ini ingin lebih nyempurnain. Aku nulis sejak tahun baru, sudah hampir sebulan. Sekarang sudah tiga perempatnya, cuma belumending-nya saja,” kata Adelia. Sementara itu, novel perta-manya ia selesaikan dalam waktu lebih kurang dua bulan. Menarik-nya, selain membuat cerpen dan novel, Adelia juga hobi menulis puisi. Oleh karena itu, di dalam novelnya pun ada puisi-puisi ciptaannya. “Aku suka banget nulis puisi. Nah, kalau di kelas lagi bete dengerin gurunya, kadang-kadang aku nulis puisi,” jelas Adelia tentang hobinya yang lain.

Tak berbeda dengan Adelia, Sasya Fitriana yang novel karyanya berjudul Beautiful Stranger diterbitkan penerbit DAR!-Mizan juga memulai hobi menulisnya dengan menulis cerita pendek alias cerpen. “Awalnya ada temen yang minta dibikinin cerpen atau tugas karangan buat sekolah (SD). Sudah gitu kok lama-kelamaan kok seneng gitu, ya. Jadi, mulai dari situ, mulai bikin cerpen. Sampai kelas VI masih cerpen, I SMP baru mulai bikin novel.”

Sasya Fitriana saat ini sudah duduk di kelas I SMA Taruna Bakti Bandung. Kendati novel pertamanya baru diluncurkan Desem-ber tahun lalu, ia sudah memulai menulis novel itu sejak kelas III SMP. “Aku baru dapat kabar dari Mizan setelah tujuh bulan novel itu aku masukin ke sana. Setelah itu baru dicetak,” kata Sasya. Saat ini ia tengah menyelesaikan dua novel sekaligus. Salah satunya ia beri judul Suddenly Something sama seperti novel pertamanya yang judulnya juga memakai bahasa Inggris. “Enggak tahu juga sih kenapa judulnya pakai bahasa Inggris. Kelihatannya bagus aja pakai bahasa Inggris,” ujar Sasya.

Selain kebiasaan menulis puisi dan cerpen sejak kecil, ke-biasaan menulis diary atau buku harian, ternyata juga memberi dorongan orang menjadi penulis. Hal ini yang dialami oleh Dyan Nuranindya. “Awalnya sih gara-gara aku seneng nulis diary. Terus suatu hari kemudian aku baca lagi. Tapi, kayaknya kok isinya sial Gbr. 8.4

Beberapa chicklit yang menjadi best seller

w w w .g oog le .c om

melulu, kok enggak ada indah-indahnya. Terus aku iseng nulis di diary cerita yang bagus-bagus, indah-indah, kan asyik, tuh! Itu mulai kelas VI-an SD, tapi biasanya jadinya cuma cerpen-cerpen pendek aja. Abis kalo nulis novel enggak pernah selesai, idenya udah keburu ilang dulu. Dealova aku tulis sejak kelas II SMP, tapi baru bisa diterbitin pas SMU,” kata Dyan menjelaskan.

Seperti juga penulis-penulis novel remaja lainnya, Dyan dari awal juga tidak berencana menjadi penulis novel. “Jadi, istilahnya seperti kepeleset! Sebenarnya enggak kepikiran sama sekali untuk nulis, cuma iseng aja. Nah, baru ada yang dorong nulis itu pas SMU, temen-temen SMU. Mereka tuh yang dorong-dorong untuk nerbitin. Tadinya aku enggak mau, malu!” ujar Dyan. Dari tiga novel yang sudah ia selesaikan baru satu novel yang sudah diterbitkan, yakni Dealova. Kendati awalnya hanya iseng, Dyan saat ini sudah bertekad untuk terus menulis. Saat ini pun ia juga sedang menulis sebuah novel.

Apabila ditengok lebih jauh, ada hal menarik dari isi novel-novel tulisan penulis-penulis remaja tersebut. Hal yang menarik itu selain pada kesamaan setting tema, yakni pergaulan dunia remaja saat ini, juga ada kesamaan pesan yang ingin disampai-kan penulis tersebut kepada pembacanya. Pesan-pesan penulis yang notabene semuanya adalah remaja putri kepada pembaca yang sebagian besar juga perempuan ini adalah mereka ingin cewek atau perempuan adalah sosok yang harus kuat, tidak cengeng, dan mandiri sehingga tidak mudah untuk diombang-ambingkan, dilecehkan dalam berbagai persoalan di pergaulan baik itu percintaan maupun persaingan mengejar prestasi dengan kaum lawannya, yakni kaum laki-laki.

“Waktu aku nulis itu aku mikir perempuan itu harus kuat, jangan mau kalah dengan cowok. Makanya, di situ Dealova aku tulis sebagai cewek yang tomboi karena aku memang suka sama cewek-cewek tomboi. Kalo menurut aku cewek tomboi itu perlu. Biar cowok enggak maen-maenin, enggak dianggap lemah, biar cewek itu bisa jaga diri,” kata Dyan menjelaskan. Hal yang ham-pir sama juga yang ingin disampaikan Gisantia Bestari dalam Cinta Adisti. “Aku cerita cewek yang enggak suka pacaran, atau percintaan yang biasanya berakhir menyedihkan. Kan, itu enak, enggak perlu sedih karena patah hati ditinggal cowok atau pu-tus,”kata Gisa. Sementara itu dalam novelnya, Maria Adelia ingin membuat orang untuk mencintai dan menghargai dirinya sendiri dan tidak menilai orang dari luarnya saja. “Remaja-remaja seka-rang itu kebanyakan kalo suka sama oseka-rang jadi jaim-jaim, gitu. Harusnya kalau sayang yang benar, kan harus apa adanya. Dan belajar untuk tidak menilai orang dari luarnya aja. Misalnya, orang yang berantakan luarnya bisa aja hatinya baik. Belum tentu luarnya baik, hatinya juga baik,” kata Adelia.

Hal lain yang menarik dari penulis-penulis remaja sekarang ini adalah kendati diawali dengan coba-coba atau tidak disengaja menulis novel, umumnya mereka langsung mendulang sukses di karyanya yang pertama. Hal ini tentunya cukup mengejutkan karena biasanya seorang penulis butuh waktu yang cukup lama untuk bisa

1. Bentuklah kelompok, masing-masing kelompok 3—4 siswa! 2. Diskusikan wacana di atas dalam

kelompok yang sudah Anda bentuk!

a. Contoh topik yang bisa di-bahas:

- kiat-kiat menjadi penulis

chicklit.

- tema yang diangkat dalam

chicklit.

- hal apa yang bisa didapat

dari membaca chicklit. b. Anda juga dapat mengambil

masalah lain yang sedang di-perdebatkan di masyarakat (apa yang sedang diperde-batkan itu, muncul dari mana masalah itu, kapan muncul-nya masalah itu, dan apa yang menjadi latar bela-kangnya).

c. Cantumkan sumber artikel yang memuat soal yang diperdebatkan!

d. Sertakan bukti pendukung untuk alasan atau kritik yang Anda berikan! 3. Setiap kelompok diskusi,

diha-ruskan mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok yang lain memberikan tanggapan, dukungan atau kritik!

meraih sukses. Ternyata, hal itu seakan tidak berlaku bagi penulis-penulis novel remaja sekarang ini. Perkembangan ini ten-tunya patut disambut karena bagaimana pun pasar buku remaja memang sangat menjanjikan dan lebih menggembirakan lagi pasar itu diisi oleh buku-buku karya penulis-penulis lokal berbakat yang masih sangat belia.(WEN/NUR/UMI/STN)

Sumber: www.google.com

Dalam dokumen sma10bhsind BhsDanSastraIndo SriUtami (Halaman 123-127)