• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Akibat Perbuatan Dosa dan Cara Menghapusnya

27

siksaan.25 Al-Dzâhabî mendefinisikan dosa besar, dalam bagian awal kitabnya al-Kabâir : Dosa besar adalah apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam Al-Qur‟an dan as-Sunnah. Namun kemudian ia menyimpulkan dan mendefinisikan ulang, bahwa dosa besar yaitu dosa yang diancam dengan hukuman di dunia, seperti pembunuhan, zina dan pencurian, atau ancaman di akhirat dengan siksa, atau murka, atau pelakunya dilaknat melalui hadits Nabi.26

nilai kesempurnaan spiritual dirinya. Ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an pada QS. Al- Baqarah [2]: 155 yang berbunyi 27 :

























“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar ” (QS.

Al-Baqarah [2]: 155)

Dosa merupakan masalah penting dalam Islam, karena keduanya menyangkut hubungan baik antara manusia dengan Allah, dengan masyarakat dan lingkungannya serta bagi dirinya sendiri. Ketentraman, kesejahteraan, dan kebahagiaan manusia banyak ditentukan oleh seberapa jauh ia terhindar dari perbuatan dosa dan kesalahan, atau seberapa banyak ketaatan dan kebaikan yang ia perbuat. Sebaliknya penderitaan, kesengsaraan, dan kesedihan manusia ditentukan oleh seberapa banyak dosa yang ia lakukan. Orang-orang yang berbuat dosa diancam Allah dengan hukuman berat, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya orang yang berbuat taat dan kebaikan dijanjikan dan diberikan Allah pahala yang besar, baik di dunia maupun di akhirat. 28

Adapun akibat dari perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri di antaranya yaitu 29:

27 Muhsin Qiraati, Dosa Salah Siapa, Terj. Najib Husain al Idrus, (Depok: Qorina, 2003), h. 169

28 Yahya Jaya, Peranan Taubat dan Maaf Dalam Kesehatan Mental, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 30-35

29 Muhsin Qiraati, Dosa Salah Siapa, Terj. Najib Husain al Idrus, h. 169- 170

29

a) Siksaan di dunia

Dijelaskan pada firman Allah SWT. QS. Al-Mâidah [5]: 49 :



































































“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Q.S Al-Mâidah [5]: 49)

Kemudian pada QS. As-Syûra [42]: 30 :





















“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.

As-Syûra [42]: 30) b) Balasan dosa di akhirat

Allah SWT. berfirman pada QS. An-Naml [27]: 90:



























“Dan barang siapa yang membawa kejahatan, Maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS. An-Naml [27]: 90)

c) Terhapusnya perbuatan baik

Di antara dampak dosa adalah gugurnya amal baik, maksudnya adalah apabila orang yang melakukan dosa juga melakukan perbuatan baik, maka ia tidak akan mendapatkan pahala atas perbuatan baiknya itu. Dalam Al-Qur`an, pembahasan tentang terhapusnya amal kebaikan disebutkan sebanyak 16 kali. Ayat-ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa kekafiran, kemusyrikan, pendustaan ayat-ayat Allah, pengingkaran hari kebangkitan, murtad, dan penentangan terhadap Nabi merupakan tindakan yang menggugurkan amal kebajikan. Salah satu firman Allah QS. Az-Zumar [39]: 65 yaitu :





























“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. “ (QS. Az-Zumar [39]: 65) d) Kerasnya hati

Dijelaskan oleh firman Allah SWT. QS. An-Nahl [16]: 108 :

31























“Mereka Itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. An-Nahl [16]: 108)

e) Menghapus nikmat





















“ Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.

Asy-Syurâ [42]: 30) f) Tidak terkabulnya doa

Dijelaskan oleh firman Allah SWT. Pada QS. Al-A‟râf [7]:

55: 30

















Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-A‟râf [7]: 55)

Untuk membersihkan diri dari dosa, maka manusia harus bertaubat, karena dengan bertaubat maka dosa-dosa akan dihapus dan diampuni oleh Allah swt. Sebagaimana Rasulullah saw. berkata :

30 Yahya Jaya, Peranan Taubat dan Maaf Dalam Kesehatan Mental, h. 170-172

31)

Telah menceritakan kepada kami Ahmad Sa‟îd Ad-Dârimî berkata:

telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullâh ar- Roqâsyiyu berkata: telah menceritakan kepada kamu Wuhaid bin Khâlid berkata: Menceritkan kepada kami ma‟mar dari Abdul Karîm,, dari Abî „Ubaidah bin Abdillâh, dari ayahnya, berkata : Rasulullâh SAW bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa sama seperti orang yang tidak berdosa” (HR. Ibnu Mâjah)

Pada sebuah riwayat mengatakan bahwa Allah akan mengampuni segala macam dosa, adapun riwayat tersebut yaitu :

31 Abû Abdullâh Muhammad bin Yazîd bin Abdullâh bin Majah al-Quzwainî, Juz 1, Sunan Ibn Majah, No. 4250, h. 1419

32 Abû Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Mûsa bin al-Dhahhak al-Sulamî al- Dharir al-Bughî al-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, (Beirut, Dar Ihya‟ al-Turats, tth), No. 3540, Juz 5, h. 440

33

Dari „Abdullâh bin Ishâq al-Jauharî al-Basrî berkata, dari Abû

„Âshim berkata dari Katsîr bin Fâid berkata dari Sa‟îd bin „Ubaid berkata: aku mendengar dari Bakr bin „Abdillâh al-Mudzannî berkata: dari Anas bin Malik, “Aku mendengar dari Rasulullâh SAW bersabda: “Allah „azza wa jalla berfirman: “Hai Anak Adam, Sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap hanya kepada Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai Anak Adam! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit kemudian engkau minta ampun kepada Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai Anak Adam! Jika engkau datang kepada Ku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” (HR. At- Tirmidzi) 33

Di dalam kitab At-Tadzkirah karya al- Qurthubî (w.681) menjelaskan bahwa secara garis besar, dosa-dosa yang harus ditaubati itu bisa berupa kekafiran atau lainnya. Bagi orang kafir, bertaubat artinya dia beriman disertai penyesalan atas kekafiran yang telah lalu. Jadi, tidak sekedar beriman saja. Bagi dia sekedar beriman belum bisa disebut bertaubat.

Adapun dosa-dosa selain kekafiran, di antaranya ada yang berupa pelanggaran terhadap hak-hak Allah, dan ada pula pelanggaran terhadap hak-hak selain Allah. bertaubat dari dosa-dosa yang berupa pelanggaran terhadap hak-hak Allah, caranya cukup dengan meninggalkannya saja.

Tetapi, ada di antara dosa-dosa ini yang menurut syara‟ tidak cukup dengan meninggalkannya saja. Sebagian harus ditambah dengan qadha`,

33 Syaikh Alabni berkata “Hadist ini hasan sebagaimana yang dikatakan oleh at0Tirmidzi. Hadits ini mempunyai syawâhid (penguat ) dari hadits Abû Dzar. Diriwayatkan oleh Ad-Dârimî (II/32) dan Ahmad (V/167,172) padanya ada rawi lemah. Akan tetapi hadits ini memiliki banyak syawâhid, maka dihasankan oleh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdits ash-Shahîhah (No.127), bahkan dalam Kitâb Hidayatur Ruwât (no. 2276) ketika mengomentari hadist ini beliau berkata “Hadist ini Hasan sebagaimana yang dikatan oleh At- Tirmidzi, bahkan hadist ini shahih karena memiliki dua syawâhid dan yang lainnya.”

seperti shalat, puasa, dan sebagian lainnya harus ditambah dengan kaffârah, seperti melanggar sumpah dan sebagainya. Adapun hak-hak manusia, maka harus disampaikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Kalau mereka tidak ada, hendaklah bersedekah atas nama mereka. Dan barangsiapa tidak bisa melepaskan diri dari dosa-dosa terhadap sesama manusia dengan cara bersedekah atau mengembalikan hak-hak mereka, karena miskin umpamanya, maka harapan satu-satunya tinggal ampunan dari Allah dan anugerah-Nya semoga diberikan.34

Di antara tanda-tanda rahmat dan kelembutan Allah adalah nikmat taubat dan penerimaan taubat dari sisi Allah SWT. Taubat berarti meninggalkan dosa, kembali menuju Allah dan memohon ampunan kepada-Nya. Dalam pandangan Islam , taubat memiliki beberapa syarat, yaitu 35:

1. Meninggalkan dosa 2. Menyesali perbuatan

3. Bertekad tidak akan mengulangi dosa lagi 4. Menebus dosa yang telah dilakukan

Taubat adalah menanggalkan pakaian kotor dan mengenakan pakaian bersih. Taubat adalah membersihkan diri dari noda (dosa) dan membuatnya menjadi harum. Pada permulaan QS. Hud [11]: 3, Allah SWT. berfirman :

34 Al-Qurthubî, At-Tadzirah Bekal Menghadapi Kehidupan Abadi Terj. H. Anshori Umar Sitanggal,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 106-107

35 Muhsin Qiraati, Dosa Salah Siapa, Terj. Najib Husain al Idrus, h. 17

35



















































Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.“(QS. Hud [11]: 3) Berdasarkan ayat di atas permohonan ampun (istighfâr) dan taubat dijelaskan dalam satu ayat menandakan bahwa dua perkara ini memiliki perbedaan. Yang pertama berarti membersihkan jiwa dan yang kedua berarti meraih kesempurnaan. Pertama-tama manusia harus menyucikan diri dari dosa-dosa dan kemudian menghiasi diri dengan sifat-sifat Ilahi.

Benar, manusia harus menghilangkan dari dalam hatinya sesembahan selain Allah dan memberikan tempat (dalam hatinya ) untuk sesembahan yang benar, yaitu Allah SWT. Banyak ayat-ayat Al-Qur`an yang mengajak manusia untuk memohon dan meminta ampunan dari Allah SWT. Al- Qur`an lebih dari 80 kali berbicara tentang taubat dan penerimaannya.36

Jika seseorang bertaubat kepada Allah dan melakukan amal shalih, maka kembali khasyyah (rasa takut) dan cahaya itu ke dalam hatinya.

Apabila ia terus melakukan kemaksiatan maka bertambahlah kotoran dosa itu di dalam hatinya sampai menutupi serta menguncinya. Maka ia tidak

36 Muhsin Qiraati, Dosa Salah Siapa, Terj. Najib Husain al Idrus, h. 180

lagi mengenal yang baik dan tidak mengingkari kemungkaran. Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Abû Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda 37 :

















“Sesungguhnya orang mukmin itu jika berbuat dosa maka terbentuklah titik hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkan dan beristighfar maka mengkilap hatinya. Dan jika menambah (dosa) maka bertambahlah (bintik hitamnya) sampai menutupi hatinya. Itulah “rain” yang disebut oleh Allah dalam Al- Qur`an : “ sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka38.” (HR. Ahmad, II/297) Sedangkan dalam firman Allah SWT. mengatakan tentang penghapusan dosa bagi manusia,39 :

























Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Ankabût [29]: 7)

37 Tim Ahli Ilmu Tauhid, Kitâb Tauhid Terj. Agus Hasan Bashori, Cet. 1, h. 37

38 (Q.S Al-Muthaffifin [83]: 14)

39 Ir. Akmaldin Noor,dkk, Al-Qur‟an Tematis Allah SWT dan Kepercayaan Manusia, (Jakarta: Yayasan SIMAQ, 2010), h. 166-167

37

















































Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Al-Mâidah [5]: 93)

















Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Mâidah [5]: 74)

Dari beberapa ayat tentang penghapusan dosa di atas, dapat disimpulkan bahwa Allah akan memberikan pengampunan kepada hamba- Nya yang bersungguh-sungguh dalam taubatnya. Dan pada ayat terakhir Allah mengajak manusia untuk bertaubat (memohon ampun kepada Allah) dan beristighfar kepada-Nya. Allah berusaha membangkitkan semangat manusia dengan cara menyebutkan bahwa Dia adalah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Barangkali, dengan cara seperti ini manusia akan sadar dan kembali ke jalan yang benar, membersihkan jiwa mereka dengan bertaubat dan mencapai kesempurnaan sebagai manusia melalui taubat yang sebenar-benarnya (nashûhah).40 Al-Qurthubî juga

40 Muhsin Qiraati, Dosa Salah Siapa: Terj. Najib Husain Al Idrus, h.182

mengutip pendapat Abu Bakar Al-Daqqaq Al-Mashri, bahwa at-taubah an- nashûhah adalah mengembalikan kezhaliman, meminta halal dalam pertikaian, dan selalu dalam ketaatan.41

41 Al-Qurthubî, Al- Jami‟ li Ahkâm Al-Qur`an, Cet. II, h. 18,

39

Dokumen terkait