• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI ASET TETAP 1. Definisi

Dalam dokumen KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH (Halaman 61-84)

G. AKUNTANSI ASET TETAP

Pengakuan Aset Tetap Tanah akan sangat andal bila telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah.

Pengadaan tanah yang direncanakan untuk diserahkan/dijual kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap tanah, melainkan disajikan sebagai persediaan.

d. Pengukuran

Pengukuran Aset Tetap berupa Tanah diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Aset Tetap Tanah dinilai dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan jika penilaian berdasarkan biaya perolehan tidak memungkinkan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak kepemilikan tanah, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai tidak termasuk biaya yang timbul atas penyelesaian sengketa tanah.

2) Nilai tanah meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

3) Nilai perolehan Aset Tetap yang berasal dari hibah dicatat sebesar jumlah yang tercantum dalam dokumen hibah, atau jika tidak ada maka menggunakan nilai wajarnya saat perolehan.

4) Nilai perolehan aset tetap berupa tanah tidak memperhatikan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap, seluruh nilai perolehan dikapitalisasi sebagai nilai tanah dan tidak mengalami penyusutan.

5) Untuk keperluan penyusunan neraca awal, dalam hal biaya perolehan tidak ada, biaya perolehan Aset Tetap Tanah yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap tanah baru, diukur menggunakan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan apabila biaya perolehan tidak ada.

e. Penyajian

Aset Tetap Tanah disajikan dalam pos Aset Tetap pada Neraca sesuai klasifikasi dalam Peraturan Wali Kota Tangerang Selatan yang mengatur mengenai Kode Rekening. penyajian Aset Tetap Tanah disajikan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1) Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh Pemerintah Daerah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai Aset Tetap Tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, serta diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2) Dalam hal tanah dimiliki oleh Pemerintah Daerah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai Aset Tetap Tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, serta diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan, bahwa tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh pihak lain.

3) Dalam hal tanah dimiliki oleh Pemerintah Daerah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah yang lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan pada neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup mengungkapkan tanah tersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

4) Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan disajikan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh Pemerintah Daerah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai Aset Tetap Tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, serta diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

b) Dalam hal Pemerintah Daerah belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan sebagai Aset Tetap Tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, serta diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

c) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh Pemerintah Daerah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai Aset Tetap Tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, serta diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

d) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai Aset Tetap Tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, namun adanya sertifikat ganda harus diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

5) Tanah yang digunakan/dipakai oleh instansi pemerintah yang berstatus tanah wakaf tidak disajikan dan dilaporkan sebagai Aset Tetap Tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, melainkan cukup diungkapkan secara memadai pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

6) Penilaian kembali atas nilai Aset Tetap Tanah dapat dilakukan berdasarkan perintah peraturan perundang-undangan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat Aset Tetap Tanah dibukukan dalam Ekuitas.

4. Akuntansi Peralatan dan Mesin a. Definisi

Aset Tetap Peralatan dan Mesin adalah peralatan dan mesin yang dimiliki dan digunakan dalam kegiatan operasional oleh Pemerintah Daerah, yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan serta dalam kondisi siap pakai serta memenuhi nilai satuan minimun kapitalisasi untuk peralatan dan mesin, mencakup alat-alat berat, alat kantor, alat angkutan, alat kedokteran, alat komunikasi dan lain sebagainya.

b. Klasifikasi dan Jenis Aset Tetap Peralatan dan Mesin

Aset Tetap Peralatan dan Mesin diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:

1) Alat Besar;

2) Alat Angkutan;

3) Alat Bengkel dan Alat Ukur;

4) Alat Pertanian;

5) Alat Kantor dan Rumah Tangga;

6) Alat Studio, Komunikasi, dan Pemancar;

7) Alat Kedokteran dan Kesehatan;

8) Alat Laboratorium;

9) Komputer;

10) Alat Eksplorasi;

11) Alat Pengeboran;

12) Alat Produksi, Pengolahan dan Pemurnian;

13) Alat Bantu Eksplorasi;

14) Alat Keselamatan Kerja;

15) Alat Peraga;

16) Peralatan Proses/Produksi;

17) Rambu-rambu; dan 18) Peralatan Olahraga.

c. Pengakuan

Peralatan dan Mesin diakui sebagai aset tetap jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal Pemerintah Daerah;

4) diperoleh dengan maksud untuk digunakan; dan

5) memenuhi nilai satuan minimun kapitalisasi untuk peralatan dan mesin.

Pengakuan Peralatan dan Mesin akan sangat andal bila telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah.

Pengadaan Peralatan dan Mesin yang direncanakan untuk diserahkan/dijual kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap Peralatan dan Mesin, melainkan disajikan sebagai persediaan.

d. Pengukuran

Pengukuran Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Aset Tetap Peralatan dan Mesin dinilai dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan jika penilaian berdasarkan biaya perolehan tidak memungkinkan. Biaya perolehan peralatan dan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap pakai, yang mencakup harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan peralatan dan mesin tersebut.

2) Untuk penilaian setelah perolehan awal Aset Tetap Peralatan dan Mesin disajikan sebesar nilai tercatat (nilai buku), yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan yang diukur dengan menggunakan Metode Garis Lurus sampai dengan tanggal Neraca/tanggal pelaporan.

3) Penyusutan dengan menggunakan Metode Garis Lurus berpedoman pada Peraturan Wali Kota tersendiri.

4) Pengukuran Aset Tetap Peralatan dan Mesin memperhatikan kebijakan Pemerintah Daerah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap untuk peralatan dan mesin.

Nilai satuan minimum perolehan peralatan dan mesin ditentukan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Hal ini berarti jika biaya perolehan peralatan dan mesin kurang dari Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), maka peralatan dan mesin tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai aset tetap.

5) Untuk keperluan penyusunan neraca awal, dalam hal biaya perolehan tidak ada, biaya perolehan Aset Tetap Peralatan dan Mesin yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap peralatan dan mesin baru, diukur menggunakan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan apabila biaya perolehan tidak ada.

e. Penyajian

1) Aset Tetap Peralatan dan Mesin disajikan dalam pos Aset Tetap pada Neraca sesuai klasifikasi dalam Peraturan Wali Kota Tangerang Selatan yang mengatur mengenai Kode Rekening.

2) Aset Tetap Peralatan dan Mesin disajikan sebesar nilai tercatat (nilai buku), yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan sampai dengan tanggal Neraca/tanggal pelaporan.

3) Penilaian kembali atas nilai Aset Tetap Peralatan dan Mesin dapat dilakukan berdasarkan perintah peraturan perundang- undangan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat Aset Tetap Peralatan dan Mesin dibukukan dalam Ekuitas.

5. Akuntansi Gedung dan Bangunan a. Definisi

Aset Tetap Gedung dan Bangunan adalah gedung dan bangunan yang dimiliki dan digunakan dalam kegiatan operasional oleh Pemerintah Daerah dan dalam kondisi siap dipakai, termasuk dalam pengertian gedung dan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut, termasuk juga:

1) jalan lingkungan yang terletak dalam 1 (satu) komplek bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut;

2) kolam renang;

3) pagar mewah;

4) tempat olahraga;

5) galangan kapal, dermaga;

6) taman mewah;

7) tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;

atau 8) menara.

b. Klasifikasi dan Jenis Aset Tetap Gedung dan Bangunan

Aset Tetap Gedung dan Bangunan diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:

1) Bangunan Gedung meliputi Bangunan gedung tempat kerja dan Bangunan gedung tempat tinggal;

2) Monumen meliputi Candi/Tugu Peringatan/Prasasti;

3) Bangunan Menara (Bangunan Menara Perambuan); dan 4) Tugu Titik Kontrol/Pasti (Tugu/Tanda Batas).

c. Pengakuan

Gedung dan Bangunan diakui sebagai aset tetap jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal Pemerintah Daerah;

4) diperoleh dengan maksud untuk digunakan; dan

5) memenuhi nilai satuan minimun kapitalisasi untuk gedung dan bangunan.

Pengakuan Gedung dan Bangunan harus dipisahkan dengan tanah di mana gedung dan bangunan tersebut didirikan.

Pengakuan Gedung dan Bangunan akan sangat andal bila telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah.

Pengadaan Gedung dan Bangunan yang direncanakan untuk diserahkan/dijual kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap Gedung dan Bangunan, melainkan disajikan sebagai persediaan.

d. Pengukuran

Pengukuran Aset Tetap berupa Gedung dan Bangunan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Aset Tetap Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan jika penilaian berdasarkan biaya perolehan tidak memungkinkan. Biaya perolehan gedung dan bangunan merupakan biaya yang dikeluarkan sampai gedung dan bangunan tersebut siap pakai, yang meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan gedung dan bangunan tersebut.

2) Untuk penilaian setelah perolehan awal Aset Tetap Gedung dan Bangunan disajikan sebesar nilai tercatat (nilai buku), yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan yang diukur dengan menggunakan Metode Garis Lurus sampai dengan tanggal Neraca/tanggal pelaporan.

3) Penyusutan dengan menggunakan Metode Garis Lurus berpedoman pada Peraturan Wali Kota tersendiri.

4) Pengukuran Aset Tetap Gedung dan Bangunan memperhatikan kebijakan Pemerintah Daerah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap untuk gedung dan bangunan.

Nilai satuan minimum perolehan gedung dan bangunan ditentukan sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

Hal ini berarti jika biaya perolehan gedung dan bangunan kurang dari Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), maka gedung dan bangunan tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai aset tetap.

5) Untuk keperluan penyusunan neraca awal, dalam hal biaya perolehan tidak ada, biaya perolehan Aset Tetap Gedung dan Bangunan yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap gedung dan bangunan baru, diukur menggunakan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan apabila biaya perolehan tidak ada.

e. Penyajian

1) Aset Tetap Gedung dan Bangunan disajikan dalam pos Aset Tetap pada Neraca sesuai klasifikasi dalam Peraturan Wali Kota Tangerang Selatan yang mengatur mengenai Kode Rekening.

2) Aset Tetap Gedung dan Bangunan disajikan sebesar nilai tercatat (nilai buku), yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan sampai dengan tanggal Neraca/tanggal pelaporan.

3) Penilaian kembali atas nilai Aset Tetap Gedung dan Bangunan dapat dilakukan berdasarkan perintah peraturan perundang- undangan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat Aset Tetap Gedung dan Bangunan dibukukan dalam Ekuitas.

6. Akuntansi Jalan, Jaringan dan Irigasi a. Definisi

Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi adalah jalan, jaringan dan irigasi yang dibangun oleh Pemerintah Daerah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Jalan, jaringan dan irigasi tersebut, selain digunakan dalam kegiatan pemerintah, juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Jalan, jaringan dan irigasi umumnya berupa aset infrastruktur yang biasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan;

2) Sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain penggunaannya;

3) Tidak dapat dipindah-pindahkan; dan

4) Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya.

Aset infrastruktur tidak termasuk bangunan, kendaraan, tempat parkir atau aset lain yang terkait dengan gedung dan bangunan atau akses ke gedung dan bangunan. Aset yang termasuk dalam kategori Jalan, jaringan dan irigasi antara lain jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, termasuk jalan kereta api dan landasan pacu pesawat terbang. Jalan dapat berupa jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan terbatas.

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi terdiri dari 2 (dua) jenis jaringan, yakni jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi, yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya.

b. Klasifikasi dan Jenis Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi

Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:

1) Jalan dan Jembatan;

2) Bangunan Air terdiri dari:

a) Bangunan Air Irigasi;

b) Bangunan Pengairan Pasang Surut;

c) Bangunan Pengembangan Rawa dan Polder;

d) Bangunan Pengaman Sungai/Pantai dan Penanggulangan Bencana Alam;

e) Bangunan Pengembangan Sumber Air dan Air Tanah;

f) Bangunan Air Bersih/Air Baku; dan g) Bangunan Air Kotor.

3) Instalasi terdiri dari:

a) Instalasi Air Bersih/Air Baku;

b) Instalasi Air Kotor;

c) Instalasi Pengolahan Sampah;

d) Instalasi Pengolahan Bahan Bangunan;

e) Instalasi Pembangkit Listrik;

f) Instalasi Gardu Listrik;

g) Instalasi Pertahanan;

h) Instalasi Gas;

i) Instalasi Pengaman; dan j) Instalasi Lain.

4) Jaringan terdiri dari:

a) Jaringan Air Minum;

b) Jaringan Listrik;

c) Jaringan Telepon; dan d) Jaringan Gas.

c. Pengakuan

Jalan, Jaringan dan Irigasi diakui sebagai aset tetap jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal Pemerintah Daerah; dan

4) diperoleh dengan maksud untuk digunakan.

Pengakuan Jalan, Jaringan dan Irigasi harus dipisahkan dengan tanah di mana jalan, jaringan dan irigasi tersebut didirikan.

Pengakuan Jalan, Jaringan dan Irigasi akan sangat andal bila telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah.

Pengadaan Jalan, Jaringan dan Irigasi yang direncanakan untuk diserahkan/dijual kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi, melainkan disajikan sebagai persediaan.

d. Pengukuran

Pengukuran Aset Tetap berupa Jalan, Jaringan dan Irigasi diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi dinilai dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan jika penilaian berdasarkan biaya perolehan tidak memungkinkan. Biaya perolehan jalan, jaringan dan irigasi merupakan biaya yang dikeluarkan sampai jalan, jaringan dan irigasi tersebut siap pakai, yang meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan jalan, jaringan dan irigasi tersebut.

2) Untuk penilaian setelah perolehan awal Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi disajikan sebesar nilai tercatat (nilai buku), yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan yang diukur dengan menggunakan Metode Garis Lurus sampai dengan tanggal Neraca/tanggal pelaporan.

3) Penyusutan dengan menggunakan Metode Garis Lurus berpedoman pada Peraturan Wali Kota tersendiri.

4) Nilai perolehan aset tetap berupa jalan, jaringan dan irigasi tidak memperhatikan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap, seluruh nilai perolehan dikapitalisasi sebagai nilai jalan, jaringan dan irigasi.

5) Untuk keperluan penyusunan neraca awal, dalam hal biaya perolehan tidak ada, biaya perolehan Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap jalan, jaringan dan irigasi baru, diukur menggunakan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan apabila biaya perolehan tidak ada.

e. Penyajian

1) Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi disajikan dalam pos Aset Tetap pada Neraca sesuai klasifikasi dalam Peraturan Wali Kota Tangerang Selatan yang mengatur mengenai Kode Rekening.

2) Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi disajikan sebesar nilai tercatat (nilai buku), yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan sampai dengan tanggal Neraca/tanggal pelaporan.

3) Penilaian kembali atas nilai Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi dapat dilakukan berdasarkan perintah peraturan perundang-undangan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat Aset Tetap Jalan, Jaringan dan Irigasi dibukukan dalam Ekuitas.

7. Akuntansi Aset Tetap Lainnya a. Definisi

Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap yang tidak termasuk Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan, Jaringan dan Irigasi, maupun Konstruksi Dalam Pengerjaan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Aset Tetap Lainnya antara lain koleksi kepustakaan, hewan dan tanaman, Aset Tetap dalam Renovasi, barang bercorak seni budaya, dan sebagainya.

Hewan dan tanaman dicatat sebagai Aset Tetap apabila hewan atau tanaman tersebut digunakan berulang kali dan terus menerus selama lebih dari 1 (satu) tahun untuk menghasilkan barang atau jasa lainnya termasuk ternak, sapi perah, domba untuk diambil bulunya, hewan yang digunakan sebagai alat transportasi atau tanaman peneduh jalan.

Aset Tetap dalam Renovasi merupakan biaya renovasi yang memenuhi syarat kapitalisasi atas Aset Tetap Bukan Milik tapi masih dalam Lingkup Entitas Pelaporan atau Aset Tetap Bukan Milik di Luar Entitas Pelaporan.

Renovasi atas Aset Tetap Bukan Milik tapi masih dalam Lingkup Entitas Pelaporan meliputi:

1) Renovasi Aset Tetap Milik Entitas Akuntansi Lain.

Renovasi atas Aset Tetap Bukan Milik di Luar Entitas Pelaporan Pemerintah Daerah meliputi:

1) Renovasi Aset Tetap milik pemerintah lainnya;

2) Renovasi Aset Tetap milik pihak lain selain pemerintah (swasta, BUMN/D, yayasan dan lain-lain).

b. Klasifikasi dan Jenis Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:

1) Bahan Perpustakaan terdiri dari:

a) Bahan Perpustakaan Tercetak;

b) Bahan Perpustakaan Terekam dan Bentuk Mikro;

c) Kartografi, Naskah dan Lukisan;

d) Musik;

e) Karya Grafika (Graphic Material);

f) Three Dimensional Artifacts and Realita; dan g) Tarscalt.

2) Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/Olahraga terdiri dari:

a) Barang Bercorak Kesenian;

b) Alat Bercorak Kebudayaan; dan c) Tanda Penghargaan.

3) Hewan

a) Hewan Piaraan;

b) Ternak; dan c) Hewan Lainnya.

4) Biota Perairan terdiri dari:

a) Ikan Bersirip (Pisces/Ikan Bersirip);

b) Crustacea (Udang, Rajungan, Kepiting dan sebangsanya);

c) Mollusca (Kerang, Tiram, Cumi-Cumi, Gurita, Siput dan sebangsanya);

d) Coelenterata (Ubur-Ubur dan sebangsanya);

e) Echinodermata (Tripang, Bulu Babi dan sebangsanya);

f) Amphibia (Kodok dan sebangsanya);

g) Reptilia (Buaya, Penyu, Kura-Kura, Biawak, Ular Air dan sebangsanya);

h) Mammalia (Paus, Lumba-Lumba, Pesut, Duyung dan sebangsanya);

i) Algae (Rumput Laut dan Tumbuh-Tumbuhan Lain yang Hidup di dalam Air); dan

j) Biota Perairan Lainnya.

5) Tanaman yang sesuai dengan kriteria Aset Tetap yaitu tanaman tersebut digunakan berulang kali dan terus menerus selama lebih dari 1 (satu) tahun untuk menghasilkan barang lainnya contohnya tanaman keras, tanaman industri, tanaman perkebunan, tanaman pangan, atau tanaman hortikulutura.

6) Barang Koleksi Non Budaya 7) Aset Tetap Dalam Renovasi c. Pengakuan

Aset Tetap Lainnya selain Aset Tetap Dalam Renovasi diakui sebagai aset tetap jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

Dalam dokumen KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH (Halaman 61-84)

Dokumen terkait