• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

B. Analisa hasil Penelitian

Meneliti kelengkapan dokumen-dokumen akad kredit dan melakukan tindakan pengamanan yang diperlukan secara lebih dini jika didapati adanya dokumen- dokumen yang kurang lengkap.

• Memonitor proses penyelesaian dokumen kredit, misalnya melalui kerjasama dengan Notaris

• Melakukan pemberkasan untuk debitur yang akan diproses melalui BUPLN/Pengadilan.

Dalam hal ini jika berkas dari debitur yang menunggak sudah diserahkan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) ke BUPLN/Pengadilan, ini menyatakan bahwa hubungan antara PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan debitur KPR-BTN sudah berakhir, sekaligus menyatakan bahwa BUPLN/Pengadilan telah diberi kuasa oleh PT.Bank Tabungan Negara (Persero) untuk menjual/melelang rumah debitur yang menunggak tersebut. Kemudian hasil penjualannya akan diserahkan ke PT. Bank Tabungan Negara (Persero) setelah dikurangi biaya administrasi yang dibebankan BUPLN/Pengadilan selama proses penjualan/pelelangan rumah tersebut.

calon nasabah/debitur dalam mendapat fasilitas kredit pemilikan rumah ini.

Sistem pengendalian yang berlaku dijalankan pada setiap tahap permohonan KPR, ini terlihat dari pengendalian yang dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan diputuskannya kredit tersebut. Hal ini berarti, pihak PT.Bank Tabungan Negara (Persero) sangat berhati-hati dalam menganalisa calon debitur yang benar-benar produktif agar nantinya tidak akan terjadi penyalahgunaan pemberian kredit.

Namun demikian dalam tahap I prosedur pemberian KPR ini, PT. Bank Tabungan Negara masih memberlakukan persyaratan tambahan yang harus dipenuhi oleh calon debitur atau nasabah yang ingin mendapatkan fasilitas KPR.

Sebagai contoh, calon debitur atau nasabah harus memilih atau menunjuk sendiri rumah mana yang mereka inginkan untuk mereka tempati lewat developer yang ada. Sementara menurut teori, seharusnya ini tidak disebutkan dalam tahap I dari prosedur pemberian KPR. Selain itu, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

hanya melayani atau memberikan fasilitas KPR khusus bagi nasabah Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. sendiri, dengan kata lain KPR hanya diberikan bagi siapa saja yang telah menjadi penabung atau pemegang rekening giro di PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, yang dalam hal ini tidak ada disebutkan dalam teori yang ada.

Dalam hal kelengkapan dokumen dokumen persyaratan kredit, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) memberikan pengecualian bagi debitur yang memiliki bangunan/perumahan yang tidak memiliki sertifikat IMB, ini dikarenakan bangunan tersebut adalah bangunan lama yang tidak mempunyai IMB, sebagai

gantinya debitur harus melampirkan surat keterangan dari kantor lurah setempat bahwasanya rumah tersebut memang tidak memiliki sertifikat IMB. Dalam hal ini, prosedur tersebut tidak ada disebutkan dalam teori yang ada.

Hal lain adalah dalam hal pelaksanaan tindakan inspeksi On the Spot (peninjauan/pemeriksaan langsung), menurut teori yang ada tindakan inspeksi ini seharusnya baru dilakukan pada tahap Pengawasan, namun pada pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) tindakan inspeksi On The Spot ini justru merupakan bagian dari prosedur pemberian KPR yang benar-benar harus dilaksanakan dengan segera.

Pada tahap analisa kredit, selain digunakan kriteria 5C dalam menilai calon debitur, sebaiknya pihak kreditur dalam hal ini PT. Bank Tabungan Negara (Persero), menggunakan analisa kualitatif dan kuantitatif didalam pelaksanaannya, dimana analisa kualitatif digunakan untuk melakukan penilaian terhadap karakter pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Selain itu juga dilakukan penilaian terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan mempertimbangkan posisi pasar, persaingan serta prospek usaha nasabah. Sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan modal dan kapasitas usaha yang akan dibiayai, agunan yang harus layak dari sisi nilai materialnya maupun aspek legalitasnya, resiko usaha serta kemampuan calon debitur dalam membayar kembali pinjamannya. Agar analisa tersebut lebih akurat, metode analisa tersebut dikombinasikan. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan analisa taksai/penilaian agunan dan bank checking oleh analisa kredit dan analisa yuridis oleh legal.

Adanya pemisahan batas wewenang tersebut dalam penganalisaan permohonan

kredit dapat menghindari terjadinya kecurangan yang dilakukan pejabat bank dan ini menunjukkan sistem pengendalian intern pada pemberian KPR berjalan dengan efektif.

2. Analisa Pengawasan Kredit Pemilikan Rumah

Pada dasarnya pengawasan atas kredit pemilikan rumah (KPR) yang diterapkan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) telah sesuai dengan teori yang ada. Namun demikian ada suatu pelaksanaan tindakan pengawasan yang sebenarnya dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) pada saat prosedur pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) kepada nasabah atau debitur diterapkan, tetapi masih tetap dilaksanakan lagi pada tahap pengawasan ini.

Pelaksanaan tindakan pengawasan yang dimaksud adalah Pengawasan Aktif (inspeksi on the spot) ini memang benar-benar harus dilakukan mulai dari saat nasabah atau debitur mengajukan permohonan untuk mendapatkan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) sampai pada saat permohonan tersebut disetujui PT.

Bank Tabungan Negara (Persero). Sebagai contoh dari pelaksanaan tindakan pengawasan aktif ini adalah, dalam hal PT. Bank Tabungan Negara (Persero) merasa ragu-ragu atas jawaban yang diberikan nasabah atau debitur mengenai jumlah penghasilan mereka (terutama untuk para pedagang). Karenanya tindakan inspeksi on the spot yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tahap prosedur pemberian kredit masih diperlukan lagi pada tahap pengawasan ini, hal ini semata-mata dimaksudkan agar kredit yang diberikan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) benar-benar dipergunakan untuk maksud yang sebenarnya guna mendapatkan rumah atau debitur kredit pemilikan rumah (KPR).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan mengenai ”Analisa Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan ” maka penulis mencoba untuk menarik beberapa kesimpulan:

1. Prosedur pemberian KPR yang diterapkan PT. Bank Tabungan Negara telah sesuai dengan prosedur pemberian KPR yang berlaku, walaupun pihak PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) masih memberlakukan syarat tambahan yang harus dipenuhi oleh calon debitur yaitu memilih atau menunjuk sendiri rumah mana yang mereka inginkan untuk ditempati. Namun secara keseluruhan sistem pengendalian intern yang terdapat dalam pemberian KPR ini berjalan cukup efektif.

2. Sistem Pengendalian intern sangat diperlukan dalam menjalankan ketentuan- ketentuan yang berlaku pada setiap perusahaan, agar tidak terjadinya penyelewengan yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dari pengendalian intern yaitu aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha, meyakini akurasi dan kehandalan data akuntansi, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya secara ekonomis dan efisien serta mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.

3. Pihak pembeli rumah tidak akan disebut Debitur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. apabila mereka membeli rumah dari pihak developer tidak meminjam uang dari PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.Pihak pembeli rumah baru akan disebut sebagai debitur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk kalau dalam proses pembelian rumah yang ia inginkan melibatkan PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk yaitu dengan meminjam dana dari pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk . Dengan kata lain, debitur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) melakukan pembayaran setiap bulannya bukanlah untuk mencicil pembelian rumah, akan tetapi membayar cicilan pinjamannya, karena PT. Bank Tabungan Negara (Persero) tidak melakukan pembelian rumah yang kemudian dijual dengan cara mencicil kepada debiturnya.

4. Pelaksanaan tindakan pengwasan aktif (on the spot) yang biasanya dilakukan pada tahap pengawasan ternyata juga merupakan salah satu bagian kegiatan yang harus terus menerus dilakukan oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dalam memberikan KPR kepada calon debiturnya.

5. Bila timbul permasalahan seperti nasabah menunggak membayar angsurannya, maka diambil tindakan pembinaan, penyelamatan dan pencegahan. Khusus untuk tindakan pencegahan, hal ini dilakukan dengan cara membentuk satu unit pelaksana kolektor pada bagian pembinaan dan pengawasan kredit. Kemudian dinbentuk pula unit pelaksana dokumen atau barang jaminan. Jika berkas dari debitur yang menunggak sudah diserahkan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) ke BUPLN (Badan Urusan Piutang dan

Lelang Negara), ini berarti PT. Bank Tabungan Negara (Persero) sudah memberi kuasa pada PUPLN (Panitia Urusan Piutang Negara) untuk menjual atau melelang rumah debitur yang menunggak tersebut.

6. Pengawasan dan pembinaan kredit adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena disamping untuk menjamin kredit tersebut telah benar- benar dipergunakan dengan sebaik-baiknya sekaligus menumbuhkan kesadaran debitur untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran yang telah ditentukan setiap bulannya. Dengan demikian debitur KPR PT.

Bank Tabungan Negara (Persero) dapat terhindar dari kemungkinan pengenaan denda karena keterlambatan mereka dalam memenuhi kewajiban mereka.

B. Saran

Dari kesimpulan-kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tindakan pengawasan aktif yaitu inspeksi on the spot yang diterapkan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) pada tahap prosedur pemberian kredit justru lebih baik dan sebaiknya diteruskan, meskipun tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan, yang seharusnya tindakan inspeksi on the spot ini baru dilaksanakan pada tahap pengawasan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan keraguan dari pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) atas jawaban yang diberikan calon debitur, srta untuk memastikan apakah memang formulir permohonan KPR yang telah diisi

adalah data yang sebenarnya, bukan data fiktif belaka. Jadi sebaiknya tindakan inspeksi on the spot ini perlu dilaksanakan mulai dari saat calon debitur mengajukan permohonan KPR nya sampai pada saat permohonan KPR nya disetujui PT. Bank Tabungan Negara (Persero), karena langkah ini jelas merupakan suatu langkah untuk mencegah timbulnya tunggakan angsuran.

2. Sebaiknya penggunaan sistem pengendalian intern yang berada di perusahaan harus dilaksanakan merata pada setiap bagian agar mengurangi terjadinya penyimpangan yang dapat merugika perusahaan dan pada setiap bulannya dapat juga dilakukan pemeriksaan pada setiap jalannya kegiatan perusahaan agar tidak melenceng dari tujuan awal.

3. Ditengah ketatnya persaingan dunia perbankan dewasa ini, penggunaan teknologi informasi hampir dimanfaatkan semua bank khususnya teknologi informasi (TI). Penggunaan TI selain mendukung kegiatan operasional dan meningkatkan produktivitas bisnisnya juga membuat bank memiliki competitive advantage. Namun, secanggih dan semodern apapun teknologi yang digunakan, tetap yang menjadi kunci kesuksesan bisnis suatu bank adalah kualitas pelayanan yang dimiliki oleh bank tersebut.

Oleh karena itu PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Medan diharapkan mampu mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas pelayanannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alvin A Arens, Randal, Mark, 2003. Auditing dan Pelayanan Verivikasi, Edisi Kesembilan, Jilid 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Baidaie, M.Chatim.2005.Corporate Governance dan Kebijakan Audit.Edisi Revisi. Yayasan Pendidikan Internal Audit, Institut Pendidikan dan Pelatihan Audit dan Manajemen, Jakarta.

Baridwan, Zaki, 1998. Sistem Akuntansi : Penyusunan Prosedur dan Metode, Edisi Kelima, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Boynton, Johnson, Kell, 2003. Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta.

Guy, Dan M, Alderman, C Wayne, Witers, Alan J, 2002. Auditing, Edisi Kelima Erlangga, jakarta.

Jusuf, Jopie, 2003. Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, Edisi Pertama, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

---, 2007. Analisis Kredit, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mulyadi, 2002. Auditing, Buku 1, Edisi Enam, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyono, Teguh, Pudjo, 1988. Pengawasan Kredit, LIPI, Jakarta.

Niswonger, Warren, Reeve, Fees, 2000. Prinsip-Prinsip Akuntansi, Edisi 19, Penerjemah: Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Erlangga, Jilid I, Jakarta.

Rivai,Veithzal, 2007. Bank and Financial Institution Management, Edisi Pertama, PT. Raja Gravindo Persada, Jakarta.

Sawyer, Lawrence B, Mortimer A, Dittenhoter, James H. Sche

Sinungan, Muchdarsyah, 1991. Dasar-Dasar dan Teknik Managemen Kredit Baina Aksara, Jakarta.

Suyatno, Thomas, 2007. Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Keempat, Cetakan Kesepuluh, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Dokumen terkait