• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Jaringan Kerja Metode CPM (Critical Path Method)

4.3.2 Analisa penjadwalan menggunakan metode CPM (Percepatan 1) . 33

Nilai IF yang memiliki nilai disajikan pada tabel 4.2 pada kegiatan D, E, F, G, H, C, G1, K1, L, M, N, M2, P, Q, R, J1, L1, N2, J2 maka perlu dilakukan penjadwalan ulang, meskipun tidak mempengaruhi penyelesaian proyek. Total waktu kerja setelah penambahan waktu kerja jalur kritis adalah 217 hari.

No Aktivitas Kode Aktivitas Pendahulu

Aktivitas

Selanjutnya Hari Fasilitas sarana, prasana dan alat

kesehatan

Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas

3 Penyiapan badan jalan C B G 35

4 Lapis fondasi agregat kelas A D B G 20

5 Lapisan pondasi bawah beton

kurus E B G 63

6 Perkerasan beton semen Fc 30 F B G 70

7

Timbunan biasa dari sumber

galian G C,D,E,F H,I,J 47

8 Perkerasan telfold batu gunung H G K 49

9 Baja tulangan polos BjTP-280 I G K 12

10 Baja tulangan sirip BjTP-280 J G K 14

11 Beton Struktur Fc 30 Mpa K H,I,J - 14

Sumber: Analisa 2023

Hasil dari analisa jaringan kerja menggunakan metode CPM yang dilakukan pada percepatan 1 menunjukkan deskripsi pekerjaan atau langkah kerja yang dilakukan, kode, aktivitas pendahulu (Predeccessor), aktivitas selanjutnya (successor) dan durasi kegiatan. Misalnya untuk kegiatan pertama yaitu kegiatan dengan kode A yang berdurasi total 14 hari, karena aktivitas tersebut sebagai mulainya (start) aktivitas, maka tidak ada aktivitas pendahulu, sedangkan aktivitas selanjutnya (successor) ialah aktivitas dengan kode B yang memiliki durasi 13 hari.

Pada aktivitas ke lima yaitu aktivitas lapisan pondasi bawah beton kurus dengan kode E yang memiliki durasi 63 hari, aktivitas yang mendahului (predeccessor) yaitu aktivitas dengan kode B dan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian dengan kode G.

Kemudian pada aktivitas ke 11 yaitu aktivitas beton Struktur Fc 30 Mpa”dengan kode K memiliki durasi 14 hari, aktivitas pendahulu (predeccessor) yaitu pekerjaan perkerasan telfold batu gunung, baja tulangan polos BjTP-280 dan

Baja tulangan sirip BjTP-280 dengan kode H, I, J dan aktivitas selanjutnya (successor) tidak ada dikarenakan aktivitas beton Struktur Fc 30 Mpa adalah aktivitas terakhir.

Berdasarkan komponen kegiatan dan durasi kegiatan yang tercantum pada Tabel 4.3, menggunakan diagram panah kemudian digunakan untuk membuat gambar jaringan kerja dengan mempertimbangkan logika ketergantungan dalam hal aktivitas pendahulu (predecessor) dan aktivitas selanjutnya (successor) dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram jaringan percepatan 1 dengan menggunakan metode CPM Menunjukkan bentuk jaringan (perencanaan jaringan) menurut metode CPM, dengan tugas terletak di panah dan lingkaran ialah event dengan ES (Earlist Start), EF (Earlist Finish), LS (Late Start) dan LF (Late Finish) serta nomor kegiatan.

Seperti pada kegiatan A pada anak panah ada kejadian 0 di awal kegiatan 1, lalu A di akhir, dan seterusnya hingga Latihan K. Panah merah adalah jalur kritis, dan melakukan hitungan bolak-balik, maka oleh karena itu jalur kritis juga dapat dilihat pada Gambar 4.2. Jika nilainya adalah bahwa peristiwa memiliki jumlah ES=LS dan EF=LF yang sama, maka jalur kritisnya adalah A, B, F, G, H, K, dll. Jalur non- kritis adalah C, D, E, I, J dengan total durasi 207 hari.Hasil perhitungan jaringan dengan menggunakan CPM ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil perhitungan percepatan 1 menggunakan metode CPM

No Kode Hari ES EF LS LF

TF FF IF

(LF- ES- D)

(EF- LS- D)

(TF- FF)

1 A 14 0 14 0 14 0 0 0

2 B 13 14 27 14 27 0 0 0

3 C 35 27 62 27 97 35 0 35

4 D 20 27 47 27 97 50 0 50

5 E 63 27 90 27 97 7 0 7

6 F 70 27 97 27 97 0 0 0

7 G 47 97 144 97 144 0 0 0

8 H 49 144 193 144 193 0 0 0

9 I 12 144 156 144 193 37 0 37

10 J 14 144 158 144 193 35 0 35

11 K 14 193 207 193 207 0 0 0

Sumber: Analisa 2023

Tabel 4.4 memperlihatkan cara perhitungan jalur kritis dalam perencanaan dengan menggunakan Critical Path Method. Dari hasil perhitungan free float, total float dan inteferen float di atas, dapat diketahui bahwa TF yang nilainya = 0 adalah kegiatan A, B, F, G, H, K, ini menunjukkan bahwa tugas tidak tertunda oleh waktu berapa pun dan disebut aktivitas kritis. Nilai TF yang memiliki nilai tugas tersebut memiliki tenggang waktu dalam tabel, yaitu kegiatan C, D, E, I, J, karenanya disebut kegiatan non-kritis atau kritis sebagian.

Nilai FF=0 dalam tabel berarti bahwa tidak ada aktivitas yang diperlambat tanpa memengaruhi dimulainya aktivitas yang segera mengikuti.

Nilai IF yang memiliki nilai untuk kegiatan C, D, E, I, J yang tertera pada tabel perlu dilakukan penjadwalan ulang meskipun tidak mempengaruhi penyelesaian proyek. Total waktu kerja setelah penambahan waktu kerja jalur kritis adalah 207 hari.

4.3.3 Analisa penjadwalan menggunakan metode CPM (Percepatan 2)

Pada percepatan 2, beberapa aktivitas yang bisa dilaksanakan secara bersamaan digabungkan menjadi satu seperti aktivitas dengan kode A dalam waktu

14 hari pekerjaan mobilisasi, cuti idul fitri, sosialisasi, promosi dan pelatihan, alat pelindung kerja dan alat pelindung diri dan asuransi, perizinan terkait keselamatan konstruksi bisa dilaksanakan secara bersamaan karena mobilisasi, sosialisasi, promosi dan pelatihan, alat pelindung kerja serta alat pelindung diri, dan asuransi, perizinan terkait keselamatan konstruksi bisa dilakukan dengan beberapa perwakilan anggota yang sudah ditunjuk, sehingga semua anggota dalam tim tidak perlu melakukannya, untuk sisa anggota dalam tim bisa melakukan aktivitas cuti idul fitri.

Kemudian aktivitas ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi, fasilitas sarana, prasana dan alat Kesehatan, rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas dengan kode B bisa dilaksanakan secara bersamaan dalam waktu 13 hari karena bisa dilakukan dengan beberapa perwakilan anggota yang sudah ditunjuk, sehingga semua anggota dalam tim tidak perlu melakukannya.

Untuk aktivitas baja tulangan polos BjTP-280 dan baja tulangan sirip BjTP- 280 seperti pada aktivitas I bisa dilaksakan secara bersamaan dalam waktu 14 hari karena aktivitas tersebut dilakukan pada satu lokasi yang sama.

Berikut hasil dari analisa penjadwalan percepatan 2 dengan menggunakan metode CPM dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Analisa percepatan 2 menggunakan Metode CPM

No Aktivitas Kode Aktivitas

Pendahulu

Aktivitas

Selanjutnya Hari

1

Mobilisasi

A - C 14

Cuti Idul Fitri

Sosialisasi, promosi dan pelatihan Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri

Asuransi dan perizinan terkait keselamatan konstruksi 2

Ahli K3 konstruksi atau ahli

keselamatan konstruksi B - C 13

No Aktivitas Kode Aktivitas Pendahulu

Aktivitas

Selanjutnya Hari Fasilitas sarana, prasana dan alat

kesehatan

Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas

3 Penyiapan badan jalan C A,B D,E,F 35

4 Lapis fondasi agregat kelas A D C G,H 20

5 Lapisan pondasi bawah beton

kurus E C G,H 63

6 Perkerasan beton semen Fc 30 F C G,H 70

7 Timbunan biasa dari sumber

galian G D,E,F I 47

8 Perkerasan telfold batu gunung H D,E,F I 49 9

Baja tulangan polos BjTP-280

I G,H J 14

Baja tulangan sirip BjTP-280

10 Beton Struktur Fc 30 Mpa J I - 14

Sumber: Analisa 2023

Hasil dari analisa jaringan kerja menggunakan metode CPM yang dilakukan pada percepatan 2 menunjukan deskripsi pekerjaan atau langkah pekerjaan yang dijalankan, kode, aktivitas pendahulu (Predeccessor), aktivitas selanjutnya (successor) dan durasi kegiatan. Misalnya untuk kegiatan pertama yaitu kegiatan dengan kode A yang berdurasi total 14 hari, karena aktivitas tersebut sebagai mulainya (start) aktivitas, maka tidak ada aktivitas pendahulu, sedangkan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu aktivitas dengan kode B yang memiliki durasi 13 hari.

Pada aktivitas ke lima yaitu aktivitas “lapisan pondasi bawah beton kurus”, kode E yang berlangsung selama 63 hari, , aktivitas yang mendahului (predeccessor) yaitu aktivitas dengan kode B dan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian dengan kode G. Kemudian pada aktivitas ke 10 yaitu aktivitas beton Struktur Fc 30 Mpa dengan kode K memiliki durasi 14 hari, aktivitas yang mendahului (predeccessor) yaitu pekerjaan baja tulangan sirip BjTP-

280 dengan kode I dan aktivitas selanjutnya (successor) tidak ada dikarenakan aktivitas beton Struktur Fc 30 Mpa adalah aktivitas terakhir.

Berdasarkan elemen aktivitas dan durasi aktivitas yang tercantum dalam Tabel 4.5, diagram panah kemudian digunakan untuk membuat gambar jaringan dengan mempertimbangkan logika ketergantungan dalam hal aktivitas pendahulu (predecessor) dan aktivitas selanjutnya (successor) dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Diagram jaringan percepatan 2 dengan menggunakan metode CPM Gambar 4.3 memperlihatkan bentuk jaringan (network planning) dengan menggunakan metode CPM, dimana tugasnya berada pada anak panah dan lingkaran adalah eventnya, dimana ES (Earlist Start), EF (Earlist Finish), LS (Late Start) dan LF (Late Finish) serta nomor kegiatan. Seperti pada kegiatan A pada anak panah, ada kejadian 0 di awal kegiatan A, kemudian kejadian 1 di akhir, dan seterusnya sampai kegiatan J. Panah merah adalah jalur kritis, dan menghitung naik turun. Lintasan kritis juga terlihat pada Gambar 4.3. Jika kejadian nilai memiliki jumlah ES=LS dan EF=LF yang sama, jalur kritisnya adalah A, C, F, H, I, J dan jalur non kritisnya adalah B, D, E, G dengan durasi total dari 196 hari.Hasil perhitungan jaringan dengan menggunakan CPM ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil perhitungan percepatan 2 menggunakan metode CPM

No Kode Hari ES EF LS LF

TF FF IF

(LF- ES- D)

(EF- LS- D)

(TF- FF)

1 A 14 0 14 0 14 0 0 0

2 B 13 0 13 0 14 1 0 1

3 C 35 14 49 14 49 0 0 0

4 D 20 49 69 49 119 50 0 50

5 E 63 49 112 49 119 7 0 7

No Kode Hari ES EF LS LF

TF FF IF

(LF- ES- D)

(EF- LS- D)

(TF- FF)

6 F 70 49 119 49 119 0 0 0

7 G 47 119 166 119 168 2 0 2

8 H 49 119 168 119 168 0 0 0

9 I 14 168 182 168 182 0 0 0

10 J 14 182 196 182 196 0 0 0

Sumber: Analisa 2023

Tabel 4.6 memperlihatkan cara perhitungan jalur kritis dalam perencanaan dengan menggunakan Critical Path Method. Dari hasil perhitungan free float, total float dan inteferen float di atas, terlihat bahwa TF yang nilainya = 0 adalah kegiatan A, C, F, H, I, J. Ini menunjukkan bahwa tugas tidak ada, jika masa tenggang telah berakhir, itu disebut aktivitas kritis. Nilai TF yang memiliki nilai tugas-tugas ini memiliki masa tenggang dalam tabel, jadi tugas B, D, E, G, oleh karena itu disebut tugas non-kritis atau semi-kritis.

Nilai FF=0 dalam tabel berarti bahwa tidak ada aktivitas yang diperlambat tanpa memengaruhi dimulainya aktivitas yang segera mengikuti.

Jika nilainya seperti yang ditunjukkan pada tabel untuk kegiatan B, D, E, G, diperlukan perencanaan ulang, meskipun tidak mempengaruhi penyelesaian proyek. Total waktu kerja setelah penambahan waktu kerja jalur kritis adalah 196 hari.

4.4 Analisis Jaringan Kerja Metode PDM (Precedence Diagram Method) Berdasarkan hasil analisis penjadwalan dengan metode PDM, bentuk skema implementasi proyek Jalan Sungai Manggis di Kecamatan Sambutan Kota Samarinda akan dilaksanakan sesuai dengan Time Schedule yang disusun oleh kontraktor riset implementasi dan pengembangan implementasi percepatan menggunakan metode PDM.

4.4.1 Analisa Penjadwalan sesuai Time Schedule

Berikut hasil dari analisa penjadwalan sesuai time schedule dengan menggunakan metode PDM dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Analisa time schedule menggunakan Metode PDM No Aktivitas Kode Hari Aktivitas

Pendahulu

Aktivitas

Selanjutnya Konstrain

1 Mulai aktivitas A 0 - D, E, F,

G, H, I FS 2 Cuti Idul Fitri B 14 D, E, F,

G, H, I C, G1, K FS

3

Mobilisasi minggu

ke 4 C 7 B J FS

4 Mobilisasi minggu ke 33

C1 7 M3, N2 - FS

5

Sosialisasi, promosi

dan pelatihan D 4 A B FS

6

Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri

E 6 A B FS

7

Asuransi dan perizinan terkait keselamatan konstruksi

F 5 A B FS

8

Ahli K3 konstruksi atau ahli

keselamatan konstruksi minggu ke 1

G 6 A B FS

9

Ahli K3 konstruksi atau ahli

keselamatan konstruksi minggu ke 4

G1 7 B J FS

No Aktivitas Kode Hari Aktivitas Pendahulu

Aktivitas

Selanjutnya Konstrain 10

Fasilitas sarana, prasana dan alat kesehatan

H 6 A B FS

11

Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas

I 7 A B FS

12

Timbunan biasa dari sumber galian minggu ke 8 dan ke 9

J 14 C,G1,K K1,L,M

,N,O FS

13

Timbunan biasa dari sumber galian minggu ke 24

J1 5 M2,N1,

P,Q,R M3,N2 FS

14

Timbunan biasa dari sumber galian minggu ke 30 hingga minggu ke 33

J2 28 M3,N2 - FS

15

Penyiapan badan jalan minggu ke 4 hingga minggu ke 7

K 28 B J FS

16

Penyiapan badan

jalan minggu ke 14 K1 7 J M1 FS

17

Lapis fondasi agregat kelas A minggu ke 12 dan ke 13

L 14 J M1 FS

No Aktivitas Kode Hari Aktivitas Pendahulu

Aktivitas

Selanjutnya Konstrain 18

Lapis fondasi agregat kelas A minggu ke 24

L1 6 M2,N1,

P,Q,R M3,N2 FS

19

Perkerasan beton semen Fc 30 minggu ke 15

M 7 J M1 FS

20

Perkerasan beton semen Fc 30 minggu ke 16 dan ke 17

M1 14 K1,L,M,

N,O M2,N1,

P,Q,R FS

21

Perkerasan beton semen Fc 30 minggu ke 19-20 dan ke 22- 23

M2 28 M1 J1,L1,O1 FS

22

Perkerasan beton semen Fc 30 minggu ke 25 hingga ke 27

M3 21 J1,L1,O1 C1,J2 FS

23

Lapisan pondasi bawah beton kurus minggu ke 15

N 7 J M1 FS

24

Lapisan pondasi bawah beton kurus minggu ke 18 hingga ke 23

N1 42 M1 J1,L1,O1 FS

25

Lapisan pondasi bawah beton kurus minggu ke 25 hingga ke 26

N2 14 J1,L1,O1 C1,J2 FS

26

Perkerasan telfold batu gunung minggu ke 10 hingga ke 15

O 42 J M1 FS

No Aktivitas Kode Hari Aktivitas Pendahulu

Aktivitas

Selanjutnya Konstrain 27

Perkerasan telfold batu gunung minggu ke 24

O1 7 M2,N1,

P,Q,R M3,N2 FS

28

Beton Struktur Fc 30

Mpa P 14 M1 J1,L1,O1 FS

29

Baja tulangan polos

BjTP-280 Q 12 M1 J1,L1,O1 FS

30

Baja tulangan sirip

BjTP-280 R 14 M1 J1,L1,O1 FS

Sumber: Analisa 2023

Hasil dari analisa jaringan kerja menggunakan metode PDM yang dilakukan pada time schedule menunjukkan job description dan/atau aktivitas kerja mana yang sedang dilakukan, kode, aktivitas pendahulu (Predeccessor), aktivitas selanjutnya (successor) dan durasi kegiatan. Misalnya, pada aktivitas pertama, aktivitas awal, aktivitas ditandai dengan kode A dengan total durasi 0 hari, logika/konstrain FS (Finish to Start) dan nilai Lead/Lag 0, karena aktivitas tersebut sebagai mulainya (start) aktivitas, maka tidak ada aktivitas pendahulu, sedangkan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu aktivitas sosialisasi, promosi dan pelatihan, alat pelindung kerja dan alat pelindung diri, asuransi dan perizinan terkait keselamatan konstruksi, Ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi minggu ke 1, fasilitas sarana, prasana dan alat kesehatan, rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas dengan kode D, E, F, G, H, I dengan hubungan logika/konstrain FS (Finish to Start) dan nilai Lead/Lag 0. Pada aktivitas ke sembilan yaitu aktivitas ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi pada minggu ke 4 dengan kode G1 yang memiliki durasi 7 hari, aktivitas yang mendahului (predeccessor) yaitu Cuti Idul Fitri dengan kode B dan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu pekerjaan Timbunan biasa dari sumber galian minggu ke 8 dan ke 9 dengan kode J dengan hubungan logika/konstrain FS (Finish to Start) dan nilai Lead/Lag 0. Kemudian pada aktivitas ke 29 yaitu pekerjaan baja tulangan polos BjTP-280 dengan kode Q memiliki durasi 12 hari, aktivitas yang mendahului (predeccessor) yaitu pekerjaan “Beton Struktur Fc 30 Mpa” dengan kode P dan

aktivitas selanjutnya (successor) yaitu pekerjaan Baja tulangan sirip BjTP-280 dengan kode R dengan hubungan logika/konstrain FS (Finish to Start) dan nilai Lead/Lag 0.

Tabel menunjukkan deskripsi pekerjaan atau pekerjaan saat ini, kode, durasi aktivitas, aktivitas pendahulu (predecessor), aktivitas selanjutnya (successor) dan konstrain. Bentuk jaringan metode PDM ditunjukkan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Diagram jaringan kerja sesuai time schedule dengan menggunakan metode PDM

Gambar 4.4 memperlihatkan jaringan kerja dengan menggunakan metode PDM, dengan masing-masing aksi atau node dihubungkan dengan anak panah (constraints). Seperti kegiatan A terhubung dengan kegiatan D, E, F, G, H, I yang terhubung dengan anak panah (konstrain) yang ditunjukkan pada gambar tersebut, begitulah seterusnya hinga berakhir pada kegiatan Finish serta dilakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur. Berdasarkan hasil analisisi dan melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur pada metode PDM, ditentukan lintasan kritis ES = LS, EF = LF, LF – ES = Durasi, maka didapat lintasan kritis pada pekerjaan proyek Jalan Sungai Manggis di Kecamatan Sambutan Kota Samarinda adalah A, B, I, J, J2, K, M1, M3, N1, O, O1, jalur yang tidak kritis yaitu D, E, F, G, H, C, G1, K1, L, M, N, M2, P, Q, R, J1, L1, N2, J2 dan total waktu pengerjaan adalah 217 hari.

4.4.2 Analisa Penjadwalan menggunakan metode PDM (Percepatan 1)

Dokumen terkait