BAB 2 LANDASAN TEORI
2.6 PDM (Presedence Diagram Method)
2.6.2 Teknik Perhitungan PDM
Metode PDM adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi Activity on Node (AON). Di sini kegiatan umumnya ditulis dengan simpul segi empat
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
sedangkan anak panah hanya menunjukkan hubungan antar kegiatan (Soeharto I. , 1999). Model lambang kegiatan PDM ditunjukan pada Gambar 2.11.
ES JENIS KEGIATAN
EF
LS LF
NO.KEG DURASI
Gambar 2. 11 Lambang Kegiatan PDM (Ervianto, 2005)
Pada gambar 2.11 memperlihatkan bentuk aktivitas atau event dari metode PDM, yang meliputi nama jenis aktivitas, nilai ES, nilai LS, nilai EF, nilai LF, nomor kegiatan dan durasi.
Dalam hal suatu pekerjaan mempunyai kegiatan awal yang terdiri dari beberapa kegiatan dan diakhiri dengan sejumlah kegiatan tertentu, kegiatan awal dan kegiatan akhir, baik fiktif/dummy, dapat ditambahkan. Model jaringan dummy start dan finish dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2. 12 Dummy Start dan Finish pada PDM (Ervianto, 2005)
Gambar 2.12 menunjukkan hubungan jaringan metode PDM yang meliputi kegiatan awal dan akhir, baik kegiatan dummy.
Jalur PDM kritis memiliki sifat yang sama dengan CPM atau AOA, yaitu (Soeharto, 1997):
1. Waktu mulai awal dan akhir harus sesuai dengan ES = LS 2. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama dengan EF = LF
START
A
FINISH
D G
H E
B
C F I
ES JENIS KEGIATAN
EF
LS LF
NO. KEG. DURASI
ES JENIS
KEGIATAN
EF
LS LF
NO. KEG. DURASI 3. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan antara waktu selesai
paling akhir dengan waktu mulai paling awal LF-ES = D
4. Jika hanya sebagian dari kegiatan yang kritis, maka seluruh kegiatan dianggap kritis
Dalam hal mengidentifikasi kegiatan kritis dan jalur kritis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis maju dan analisis mundur sebagai berikut (Ervianto, 2005). Model jaringan hubungan aktivitas i dan j ditunjukkan pada Gambar 2.13.
Gambar 2. 13 Hubungan Kegiatan i dan j (Ervianto, 2005)
Gambar 2.13 menunjukkan hubungan jaringan metode PDM untuk mengidentifikasi kegiatan yang bersifat kritis dan jalur kritis dapat dilakukan melalui perhitungan maju (Forward Analysis) dan perhitungan mundur (Backward Analysis).
1. Perhitungan maju dilakukan untuk mencapai Earliest Start (ES) dan Earliest Finish (EF). Jika lebih dari satu anak panah terlibat dalam kegiatan maka yang terbesar diambil. Kegiatan i adalah kegiatan predecessor, sedangkan kegiatan j adalah kegiatan yang dianalisa. Besaran ESj dan EFj adalah sebagai berikut seperti pada persamaan (2.4) dan (2.5).
ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij (2.4)
EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj (2.5) Tanpa SFij atau FFij dan kegiatan non splitable, hasilnya seperti pada persamaan (2.6)
ESj= EFj – Dj (2.6)
FF ij
FS ij
SS ij
SF ij
2. Perhitungan mundur dilakukan untuk mendapatkan Latest Start (LS) dan Latest Finish (LF). Jika lebih dari satu anak panah yang keluar dari kegiatan maka yang terkecil akan dipilih.. Kegiatan j adalah successor, sedangkan kegiatan i adalah kegiatan yang dianalisis. Besarnya LSi dan LFi adalah seperti pada persamaan (2.7) dan (2.8):
LSi = LSj – FSij atau LSi = LFj – SFij atau LFi – Di (2.7) LFi = LFj – FFij atau LFi = LSj – FSij (2.8) Tanpa SFij atau FSij dan kegiatan non splitable maka hasilnya seperti pada persamaan (2.9)
LFi=LSi + Di (2.9)
3. Adapun lintasan kritis dicirikan oleh beberapa kondisi, seperti pada persamaan (2.10).
ES=LS atau EF=LF atau LF– ES=Durasi Kegiatan (2.10) 4. Float, adalah waktu yang tersedia untuk suatu tugas sehingga tugas tersebut
dapat ditunda atau ditunda, baik sengaja maupun tidak sengaja, tanpa menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek secara keseluruhan.
a. Total float: Waktu yang tersedia untuk menunda suatu tindakan tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan, seperti pada persamaan (2.11).
Total Float (TF)i = Minimum (LSi – EFi) (2.11) b. Free float: Waktu yang tersedia untuk menunda tindakan tanpa
mempengaruhi dimulainya tindakan segera setelahnya, seperti pada persamaan (2.12).
Free Float (FF)i = Minimum (ESi – EFi) (2.12) 5. Menurut (Husen, 2008) Lag adalah sejumlah waktu tunggu dari suatu periode
kegiatan J terhadap kegiatan I yang telah dimulai, terjadi pada hubungan SS dan SF.
6. Menurut (Husen, 2008) Lead adalah waktu tunggu antara dimulainyaperiode kegiatan j sesudah kegiatan i sebelum selesai, terjadi pada hubungan FS dan FF.
7. Kegiatan Splitable, adalah kegiatan yang durasi totalnya sedemikian rupa sehingga dapat dihentikan sementara dan kemudian dilanjutkan kembali
KEGIATAN A
KEGIATAN A1 KEGIATAN A2
setelah jangka waktu tertentu (Ervianto, 2005). Model kegiatan splitable yang dapat dibagi ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Kegiatan Splitable (Ervianto, 2005)
Gambar 2.14 menunjukkan bahwa tugas yang dapat dipisah memiliki bilangan bulat floating-point, sehingga dapat dijeda dan dilanjutkan beberapa saat kemudian. Pada Gambar 2.14, Anda dapat melihat bahwa pada waktu yang ditentukan, tugas A1 dihentikan sementara untuk pelaksanaan tugas A2 berikutnya. Penghitung naik dan turun untuk aktivitas yang dapat dibagikan tercantum dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hitungan Maju dan Mundur Kegiatan Splitable (Ervianto, 2005) KEGIATAN SPLITABLE
Hitungan Maju (Forward Analysis)
Hitungan Mundur (Backward Analysis) ESj = EFj – Dj - Interupsi LSi = LFi – Di - Interupsi EFj = ESj + Dj + Interupsi LFi = LSi + Di + Interupsi
EFj - ESj = Dj + Interupsi LFi - LSi = Di + Interupsi
Pada tabel 2.1 menunjukan perhitungan maju dan mundur suatu kegiatan yang disebut kegiatan splitable yaitu kegiatan yang memiliki total float.
8. Kegiatan Non Splitable, adalah kegiatan yang tidak memiliki total float sehingga tidak dapat dihentikan dalam pengerjaannya (Ervianto, 2005). Model kegiatan Non Splitable ditunjukan pada Gambar 3.15.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KEGIATAN A1
KEGIATAN A2
Gambar 2. 15 Kegiatan Non Splitable (Ervianto, 2005)
Gambar 2.15 menunjukkan aktivitas non splitable, aktivitas yang tidak memiliki nilai total float sehingga tidak diijinkan untuk berhenti ditengah pelaksanaan. Pada gambar, dapat melihat bahwa tugas A1 berlanjut dengan tugas tanpa berhenti di tengah tugas dan dilanjutkan dengan tugas A2. Adapun hitungan maju dan hitungan mundur untuk kegiatan non splitable ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hitungan Maju dan Mundur Kegiatan Non Splitable (Ervianto, 2005)
KEGIATAN SPLITABLE Hitungan Maju
(Forward Analysis)
Hitungan Mundur (Backward Analysis)
ESj = EFj – Dj LSi = LFi – Di
EFj = ESj + Dj LFi = LSi + Di
EFj - ESj = Dj LFi - LSi = Di
Tabel 2.2 menunjukkan perhitungan maju dan perhitungan mundur suatu kegiatan yang disebut kegiatan non splitable yaitu kegiatan yang tidak memiliki total float.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
21
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Jalan Sungai Manggis, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda. Studi ini menganalisis optimasi penjadwalan proyek menggunakan metode CPM dan PDM. Lokasi proyek ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Peta Lokasi (Sumber Google Earth)
Gambar 3.1 garis berwarna merah menunjukkan lokasi kegiatan yang dikerjakan pada ruas jalan Sungai Manggis, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda.
3.2 Pengumpulan Data
Penelitian ini mengumpulkan data dengan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah studi kasus ialah sebuah studi yang dilakukan pada sejumlah objek tertentu; kesimpulan yang ditarik dari ini hanya berlaku untuk objek yang diteliti.
2. Studi Literatur
Dalam survei literatur, penulis mengumpulkan data dari berbagai buku, literatur dan teori dari pihak terkait seperti konsultan dan internet. Bisa
dibilang, data ini menjadi dasar perhitungan analisis desain menurut metodologi CPM dan PDM.
3. Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data sekunder, yaitu time schedule.
3.3 Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik yaitu. H.
menggunakan pedoman dan standardisasi yang digunakan sebagai literatur diskusi.
Oleh karena itu dibahas apa yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa penjadwalan proyek pembangunan jalan Sungai Manggis dengan menggunakan metode CPM dan PDM.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, perlu diperoleh data seperti jadwal, yang kemudian diolah dalam bentuk jaringan kerja yang didefinisikan metode yang diyakini memberikan teknik dasar untuk menentukan urutan, durasi, dan kekritisan kegiatan proyek sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan durasi proyek secara keseluruhan. Jaringan ini merupakan analisis pemrograman proyek CPM dan PDM.
3.4 Prosedur Penelitian
sesuai dengan langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti selama penelitian.
Secara umum, tahapan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan penelitian, yang akan membantu penelitian mendapatkan perhatian lebih selama penelitian berlangsung. Tahapan penelitian adalah:
1. Persiapan
Persiapan ini dimulai dengan pengumpulan sumber literatur yang berhubungan dengan penjadwalan proyek.
2. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data yaitu pencarian data yang diperlukan berupa data sekunder. Pada penelitian ini, data sekunder yang diperoleh dari data proyek kemudian dianalisis pada bab berikutnya dengan menggunakan metode CPM dan PDM dalam jaringan (network planning).
3. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus yang dijelaskan dalam kerangka teoritis Bab II. Berdasarkan rumus-rumus tersebut, dapat dilakukan perhitungan untuk merencanakan proyek dengan menggunakan metode CPM dan PDM.
4. Hasil dan Pembahasan
Pada tahap ini akan dibahas hasil penelitian dengan membandingkan perhitungan penulis dengan data proyek untuk mendapatkan hasil analisis rencana proyek CPM dan PDM.
5. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini dibuat kesimpulan dan usulan dari hasil analisis perhitungan yang diperoleh dalam penelitian ini.
3.5 Bagan Alir Penelitian
Gambar 3. 2 Bagan Alir Penelitian
25
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan (Data)
Pekerjaan peningkatan jalan Sungai Manggis di Kecamatan Sambutan Kota Samarinda dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Samarinda tahun 2022.
Proyek pembangunan jalan ini terletak tepat di sebelah Jalan Sungai Manggis di Kecamatan Sambutan dengan total biaya proyek Rp. 9.673.403.000,00. Adapun kontraktor pelaksana yang ditunjuk adalah CV. Bamba Persada sebagaimana diputuskan dalam kontrak nomor: 620/K-01.05.005/100.07/2022 pada tanggal 18 April 2022.
Berdasarkan data yang diterima dari kontraktor CV. Bamba Persada, oleh karena itu data yang dibutuhkan untuk penelitian ini diperoleh dalam bentuk time schedule. Selanjutnya data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis lebih lanjut dalam hal perencanaan proyek dengan menggunakan jaringan (network planning) dengan menggunakan metode CPM dan metode PDM.
4.2 Uraian Pekerjaan
Lingkup pekerjaan proyek pembangunan jalan Sungai Manggis dapat dilihat pada jadwal yang telah disiapkan oleh kontraktor. Ruang lingkup pekerjaan proyek adalah sebagai berikut:
1. Mobilisasi
2. Sosialisasi, promosi dan pelatihan
3. Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri
4. Asuransi dan perizinan terkait keselamatan konstruksi 5. Ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi 6. Fasilitas sarana, prasana dan alat Kesehatan
7. Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas
8. Timbunan biasa dari sumber galian 9. Penyiapan badan jalan
10. Lapis fondasi agregat kelas A
11. Perkerasan beton semen Fc 30 12. Lapisan pondasi bawah beton kurus 13. Perkerasan telfold batu gunung 14. Beton struktur Fc 30 Mpa 15. Baja tulangan polos BjTP-280 16. Baja tulangan sirip BjTP-280
4.3 Analisis Jaringan Kerja Metode CPM (Critical Path Method)
Hasil analisis tenggat waktu akan dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh kontraktor dan dimaksudkan untuk dipercepat dengan menggunakan metode CPM.
4.3.1 Analisa Penjadwalan sesuai Time Schedule
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil analisis perencanaan untuk semua kegiatan yang termasuk dalam perencanaan dengan metode CPM berikut ini.
Tabel 4.1 Analisa time schedule menggunakan Metode CPM
No Aktivitas Kode Aktivitas
Pendahulu
Aktivitas
Selanjutnya Hari
1 Mulai aktivitas A - D, E, F,
G, H, I 0
2 Cuti Idul Fitri B D, E, F,
G, H, I C, G1, K 14
3 Mobilisasi minggu ke 4 C B J 7
4 Mobilisasi minggu ke 33 C1 M3, N2 - 7
5 Sosialisasi, promosi dan
pelatihan D A B 4
6 Alat pelindung kerja dan alat
pelindung diri E A B 6
7
Asuransi dan perizinan terkait
keselamatan konstruksi F A B 5
No Aktivitas Kode Aktivitas Pendahulu
Aktivitas
Selanjutnya Hari
8
Ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi minggu ke 1
G A B 6
9
Ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi minggu ke 4
G1 B J 7
10
Fasilitas sarana, prasana dan
alat kesehatan H A B 6
11
Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas
I A B 7
12 Timbunan biasa dari sumber
galian minggu ke 8 dan ke 9 J C, G1, K K1, L, M,
N, O 14
13 Timbunan biasa dari sumber
galian minggu ke 24 J1 M2, N1,
P, Q, R M3, N2 5
14
Timbunan biasa dari sumber galian minggu ke 30 hingga minggu ke 33
J2 M3, N2 - 28
15 Penyiapan badan jalan minggu
ke 4 hingga minggu ke 7 K B J 28
16 Penyiapan badan jalan minggu
ke 14 K1 J M1 7
17
Lapis fondasi agregat kelas A
minggu ke 12 dan ke 13 L J M1 14
18
Lapis fondasi agregat kelas A
minggu ke 24 L1 M2, N1,
P, Q, R M3, N2 6 19
Perkerasan beton semen Fc 30
minggu ke 15 M J M1 7
20
Perkerasan beton semen Fc 30
minggu ke 16 dan ke 17 M1 K1, L, M, N, O
M2, N1,
P, Q, R 14
No Aktivitas Kode Aktivitas Pendahulu
Aktivitas
Selanjutnya Hari 21 Perkerasan beton semen Fc 30
minggu ke 19-20 dan ke 22-23 M2 M1 J1,L1,O1 28 22 Perkerasan beton semen Fc 30
minggu ke 25 hingga ke 27 M3 J1,L1,O1 C1,J2 21 23 Lapisan pondasi bawah beton
kurus minggu ke 15 N J M1 7
24
Lapisan pondasi bawah beton kurus minggu ke 18 hingga ke 23
N1 M1 J1,L1,O1 42
25
Lapisan pondasi bawah beton kurus minggu ke 25 hingga ke 26
N2 J1,L1,O1 C1,J2 14
26
Perkerasan telfold batu gunung
minggu ke 10 hingga ke 15 O J M1 42
27
Perkerasan telfold batu gunung
minggu ke 24 O1 M2,N1,
P,Q,R M3,N2 7
28 Beton Struktur Fc 30 Mpa P M1 J1,L1,O1 14 29 Baja tulangan polos BjTP-280 Q M1 J1,L1,O1 12 30 Baja tulangan sirip BjTP-280 R M1 J1,L1,O1 14 Sumber: Analisis 2023
Hasil dari analisa jaringan kerja menggunakan metode CPM yang dilakukan pada time schedule menunjukkan gambaran pekerjaan yang dilakukan atau aktivitas kerja, kode, aktivitas pendahulu (Predeccessor), aktivitas selanjutnya (successor) dan durasi kegiatan. Misalnya pada aktivitas pertama yaitu aktivitas “mulai aktivitas” kode A ditandai, total durasinya adalah 0 hari, karena aktivitas tersebut sebagai mulainya (start) aktivitas, maka tidak ada aktivitas pendahulu, sedangkan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu aktivitas sosialisasi, promosi dan pelatihan, kesehatan dan keselamatan kerja dan alat pelindung diri, asuransi dan perijinan keselamatan konstruksi, ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi minggu 1, fasilitas medis, infrastruktur dan peralatan , rambu lalu lintas dan semua
peralatan yang diperlukan atau kode manajemen lalu lintas D, E, F, G, H, I. Pada aktivitas ke sembilan yaitu aktivitas ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi pada minggu ke 4 dengan kode G1 yang memiliki durasi 7 hari, aktivitas yang mendahului (predeccessor) yaitu Cuti Idul Fitri dengan kode B dan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu pekerjaan Timbunan biasa dari sumber galian minggu ke 8 dan ke 9 dengan kode J. Kemudian pada aktivitas ke 29 yaitu pekerjaan baja tulangan polos BjTP-280 dengan kode Q memiliki durasi 12 hari, aktivitas yang mendahului (predeccessor) yaitu pekerjaan Beton Struktur Fc 30 Mpa dengan kode P dan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu pekerjaan Baja tulangan sirip BjTP- 280 dengan kode R.
Berdasarkan elemen aktivitas dan durasi aktivitas yang tercantum dalam Tabel 4.1, diagram panah kemudian digunakan untuk membangun gambaran jaringan dengan mempertimbangkan logika ketergantungan dalam hal aktivitas pendahulu (predecessor) dan aktivitas selanjutnya (successor) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Diagram jaringan kerja sesuai time schedule dengan menggunakan metode CPM
Gambar 4.1 menunjukkan bentuk jaringan (perencanaan jaringan) menggunakan metode CPM, dengan kegiatan ditempatkan pada tanda panah dan lingkaran adalah kejadian dimana nilai ES (Earlist Start), EF (Earlist Finish), LS (Late Start) dan LF (Late Finish) serta nomor kegiatan. Seperti pada anak panah latihan A memiliki kejadian 0 di pangkal dan event 1 diakhir latihan A, dan seterusnya sampai latihan J2. Panah berwarna merah merupakan jalur kritis dan dalah jalur kritis dan dihitung di kedua arah, sehingga jalur kritis juga terlihat pada Gambar 4.1. Jika nilai event memiliki jumlah ES=LS dan EF=LF yang sama, maka jalur kritisnya adalah A, B, I, J, J2, K, M1, M3, N1, O, O1 dan jalur yang tidak kritis yaitu D, E, F, G, H, C, G1, K1, L, M, N, M2, P, Q, R, J1, L1, N2, J2 dengan jumlah durasi 217 hari. Hasil perhitungan jaringan dengan menggunakan CPM ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil perhitungan sesuai time schedule menggunakan metode CPM
No Kode Durasi ES EF LS LF
TF FF IF (LF-
ES- D)
(EF- LS- D)
(TF- FF)
1 A 0 0 0 0 0 0 0 0
2 B 14 7 21 7 21 0 0 0
3 C 7 21 28 21 49 21 0 21
4 C1 7 189 196 189 217 21 0 21
5 D 4 7 11 0 7 -4 7 -11
6 E 6 7 13 0 7 -6 7 -13
7 F 5 7 12 0 7 -5 7 -12
8 G 6 7 13 0 7 -6 7 -13
9 G1 7 21 28 21 49 21 0 21
10 H 6 7 13 0 7 -6 7 -13
11 I 7 7 14 0 7 -7 7 -14
12 J 14 49 63 49 63 0 0 0
13 J1 5 161 166 161 168 2 0 2
14 J2 28 189 217 189 217 0 0 0
15 K 28 21 49 21 49 0 0 0
16 K1 7 63 70 63 105 35 0 35
No Kode Durasi ES EF LS LF
TF FF IF (LF-
ES- D)
(EF- LS- D)
(TF- FF)
17 L 14 63 77 63 105 28 0 28
18 L1 6 161 167 161 168 1 0 1
19 M 7 63 70 63 105 35 0 35
20 M1 14 105 119 105 119 0 0 0
21 M2 28 119 147 119 161 14 0 14
22 M3 21 168 189 168 189 0 0 0
23 N 7 63 70 63 105 35 0 35
24 N1 42 119 161 119 161 0 0 0
25 N2 14 168 182 168 189 7 0 7
26 O 42 63 105 63 105 0 0 0
27 O1 7 161 168 161 168 0 0 0
28 P 14 119 133 119 161 28 0 28
29 Q 12 119 131 119 161 30 0 30
30 R 14 119 133 119 161 28 0 28
Sumber: Analisa 2023
Tabel 4.2 memperlihatkan cara perhitungan jalur kritis dalam perencanaan dengan menggunakan Critical Path Method. Dari hasil perhitungan free float, total float dan inteferen float di atas, terlihat bahwa TF yang nilainya = 0 adalah aktivitas A, B, J, J2, K, M1, M3, N1, O, O1, Artinya tidak ada tenggang waktu keterlambatan untuk kegiatan tersebut, oleh karena itu tindakan ini merupakan tindakan yang kritis.
Nilai TF yang memiliki aktivitas memiliki tenggang waktu dalam tabel, yaitu D, E, F, G, H, C, G1, K1, L, M, N, M2, P, Q, R, J1, L1, N2, J2 sehingga disebut kegiatan non-kritis atau kritis sebagian.
Nilai FF=0 pada tabel menunjukkan bahwa tidak ada kegiatan yang diperlambat tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan segera setelahnya, sedangkan ada kegiatan yang diperlambat dan dimulainya kegiatan yaitu, kegiatan yang dapat mempengaruhi D, E, F, G, H, I.
Nilai IF yang memiliki nilai disajikan pada tabel 4.2 pada kegiatan D, E, F, G, H, C, G1, K1, L, M, N, M2, P, Q, R, J1, L1, N2, J2 maka perlu dilakukan penjadwalan ulang, meskipun tidak mempengaruhi penyelesaian proyek. Total waktu kerja setelah penambahan waktu kerja jalur kritis adalah 217 hari.
4.3.2 Analisa penjadwalan menggunakan metode CPM (Percepatan 1)
Pada percepatan 1, beberapa tindakan yang dapat dilakukan secara bersamaan digabungkan menjadi satu, misalnya izin keamanan bangunan dapat dilakukan secara bersamaan, seperti mobilisasi, sosialisasi, promosi dan pelatihan, keselamatan dan kesehatan kerja dan alat pelindung diri, dan asuransi, gedung izin keamanan dapat dilakukan dengan beberapa perwakilan anggota yang ditunjuk, jadi tidak semua anggota tim harus melakukan ini, anggota tim lainnya dapat berpartisipasi dalam kegiatan cuti Idul Fitri.
Kemudian aktivitas ahli K3 konstruksi atau ahli keselamatan konstruksi, struktur, infrastruktur dan keselamatan alat kesehatan, persinyalan dan peralatan yang diperlukan atau manajemen lalu lintas dengan kode B dapat dilakukan secara bersamaan dalam waktu 13 hari, serta dengan lebih representatif anggota dari satu yang sudah dinominasikan untuk dimiliki, sehingga tidak semua anggota tim harus melakukan ini.
Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis penjadwalan percepatan 1 dengan metode CPM berikut ini.
Tabel 4.3 Analisa percepatan 1 menggunakan Metode CPM
No Aktivitas Kode Aktivitas
Pendahulu
Aktivitas
Selanjutnya Hari
1
Mobilisasi
A - B 14
Cuti Idul Fitri
Sosialisasi, promosi dan pelatihan Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri
Asuransi dan perizinan terkait keselamatan konstruksi 2 Ahli K3 konstruksi atau ahli
keselamatan konstruksi B A C,D,E,F 13
No Aktivitas Kode Aktivitas Pendahulu
Aktivitas
Selanjutnya Hari Fasilitas sarana, prasana dan alat
kesehatan
Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu lintas
3 Penyiapan badan jalan C B G 35
4 Lapis fondasi agregat kelas A D B G 20
5 Lapisan pondasi bawah beton
kurus E B G 63
6 Perkerasan beton semen Fc 30 F B G 70
7
Timbunan biasa dari sumber
galian G C,D,E,F H,I,J 47
8 Perkerasan telfold batu gunung H G K 49
9 Baja tulangan polos BjTP-280 I G K 12
10 Baja tulangan sirip BjTP-280 J G K 14
11 Beton Struktur Fc 30 Mpa K H,I,J - 14
Sumber: Analisa 2023
Hasil dari analisa jaringan kerja menggunakan metode CPM yang dilakukan pada percepatan 1 menunjukkan deskripsi pekerjaan atau langkah kerja yang dilakukan, kode, aktivitas pendahulu (Predeccessor), aktivitas selanjutnya (successor) dan durasi kegiatan. Misalnya untuk kegiatan pertama yaitu kegiatan dengan kode A yang berdurasi total 14 hari, karena aktivitas tersebut sebagai mulainya (start) aktivitas, maka tidak ada aktivitas pendahulu, sedangkan aktivitas selanjutnya (successor) ialah aktivitas dengan kode B yang memiliki durasi 13 hari.
Pada aktivitas ke lima yaitu aktivitas lapisan pondasi bawah beton kurus dengan kode E yang memiliki durasi 63 hari, aktivitas yang mendahului (predeccessor) yaitu aktivitas dengan kode B dan aktivitas selanjutnya (successor) yaitu pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian dengan kode G.
Kemudian pada aktivitas ke 11 yaitu aktivitas beton Struktur Fc 30 Mpa”dengan kode K memiliki durasi 14 hari, aktivitas pendahulu (predeccessor) yaitu pekerjaan perkerasan telfold batu gunung, baja tulangan polos BjTP-280 dan
Baja tulangan sirip BjTP-280 dengan kode H, I, J dan aktivitas selanjutnya (successor) tidak ada dikarenakan aktivitas beton Struktur Fc 30 Mpa adalah aktivitas terakhir.
Berdasarkan komponen kegiatan dan durasi kegiatan yang tercantum pada Tabel 4.3, menggunakan diagram panah kemudian digunakan untuk membuat gambar jaringan kerja dengan mempertimbangkan logika ketergantungan dalam hal aktivitas pendahulu (predecessor) dan aktivitas selanjutnya (successor) dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Diagram jaringan percepatan 1 dengan menggunakan metode CPM Menunjukkan bentuk jaringan (perencanaan jaringan) menurut metode CPM, dengan tugas terletak di panah dan lingkaran ialah event dengan ES (Earlist Start), EF (Earlist Finish), LS (Late Start) dan LF (Late Finish) serta nomor kegiatan.
Seperti pada kegiatan A pada anak panah ada kejadian 0 di awal kegiatan 1, lalu A di akhir, dan seterusnya hingga Latihan K. Panah merah adalah jalur kritis, dan melakukan hitungan bolak-balik, maka oleh karena itu jalur kritis juga dapat dilihat pada Gambar 4.2. Jika nilainya adalah bahwa peristiwa memiliki jumlah ES=LS dan EF=LF yang sama, maka jalur kritisnya adalah A, B, F, G, H, K, dll. Jalur non- kritis adalah C, D, E, I, J dengan total durasi 207 hari.Hasil perhitungan jaringan dengan menggunakan CPM ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil perhitungan percepatan 1 menggunakan metode CPM
No Kode Hari ES EF LS LF
TF FF IF
(LF- ES- D)
(EF- LS- D)
(TF- FF)
1 A 14 0 14 0 14 0 0 0
2 B 13 14 27 14 27 0 0 0
3 C 35 27 62 27 97 35 0 35
4 D 20 27 47 27 97 50 0 50
5 E 63 27 90 27 97 7 0 7
6 F 70 27 97 27 97 0 0 0
7 G 47 97 144 97 144 0 0 0
8 H 49 144 193 144 193 0 0 0
9 I 12 144 156 144 193 37 0 37
10 J 14 144 158 144 193 35 0 35
11 K 14 193 207 193 207 0 0 0
Sumber: Analisa 2023
Tabel 4.4 memperlihatkan cara perhitungan jalur kritis dalam perencanaan dengan menggunakan Critical Path Method. Dari hasil perhitungan free float, total float dan inteferen float di atas, dapat diketahui bahwa TF yang nilainya = 0 adalah kegiatan A, B, F, G, H, K, ini menunjukkan bahwa tugas tidak tertunda oleh waktu berapa pun dan disebut aktivitas kritis. Nilai TF yang memiliki nilai tugas tersebut memiliki tenggang waktu dalam tabel, yaitu kegiatan C, D, E, I, J, karenanya disebut kegiatan non-kritis atau kritis sebagian.
Nilai FF=0 dalam tabel berarti bahwa tidak ada aktivitas yang diperlambat tanpa memengaruhi dimulainya aktivitas yang segera mengikuti.
Nilai IF yang memiliki nilai untuk kegiatan C, D, E, I, J yang tertera pada tabel perlu dilakukan penjadwalan ulang meskipun tidak mempengaruhi penyelesaian proyek. Total waktu kerja setelah penambahan waktu kerja jalur kritis adalah 207 hari.
4.3.3 Analisa penjadwalan menggunakan metode CPM (Percepatan 2)
Pada percepatan 2, beberapa aktivitas yang bisa dilaksanakan secara bersamaan digabungkan menjadi satu seperti aktivitas dengan kode A dalam waktu