• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENAFSIRAN ABDURRAHMAN AL-SA’DI DAN

B. Analisa Semantik Kata Wasi>lah

34

perantara itu mencintai Allah SWT dan berjihad di jalan-Nya dan Allah SWT juga mencintai orang tersebut.60

Namun, sebenarnya ber-tawaṣul sesama manusia itu tiada larangan dalam ayat al-Qur’a>n dan hadis bahwa tawaṣul kepada Allah SWT melalui orang-orang yang dekat dengan Allah SWT ber-tawassul kepada para Nabi, para Rasul, para sahabat Rasulullah SAW para Tabi‟in, para Syuhada, dan para

„Alim saleh. Ini disebabkan karena walaupun kita ber tawassul kepada orang-orang yang dekat dengan Allah SWT namun pastinya kita memohon kepada Allah SWT. Karena Allah SWT tempat kita meminta.

Jadi kesimpulannya para ulama menyepakati bahwa ayat tersebut dijadikan dalil yang membenarkan apa yang disebut istilah tawassul yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menyebut nama nabi Muhammad SAW dan para wali (orang-oramg yang dekat dengan Allah SWT), yaitu berdoa kepada Allah SWT dengan tujuan meraih harapan apa yang di inginkan yaitu mendapatkan Ridho Allah SWT.

Sedangkan ulama yang melarang adanya tawassul dengan nama nabi Muhammad SAW dan para wali dikhawatirkan akan hal tersebut tidak dipahami oleh masyarakat awam yang sering kali menduga bahwa mereka itulah baik yang sudah wafat atau yang masih hidupitu yang dapat mengabulkan permohonan mereka dan memiliki peranan yang mengurangi peranan Allah SWT yang Maha mengabulkan doa atau permohonan. Keyakinan seperti ini jelas terlarang, bahkan termasuk kedalam menyekutukan Allah SWT.61

35

mempertahankan makna fundamentalnya.62 Wasi>lah

تليطو

adalah

bentuk Mashdar dari Fi‟il Ma>dhi (kata kerja lampau) wasala

لطو

yang hampir mirip maknanya dengan wasi>lah keduanya bisa diartikan sebagai sesuatu yang menyambung dan mengantarkan sesuatu dengan yang lain. Menurut kamus al-Munawwir

– لطو

تليطو : (الله ىلا لطىجو لطوو

) Beramal (sebagai wasi>lah) untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT.63

Sedangkan menurut kamus Ar-Roghib Al-Ashfahani kata wasi>lah artinya menyampaikan sesuatu dengan keinginannya. Kata ini lebih khusus lagi dari kata

تلصىلا

karena pada kata

تلطىلا

ada kandungan makna dengan keinginan.Hakikat makna

ىلا لطىج الله

adalah menjaga jalan-Nya dengan ilmu, ibadah dan menjalankan kemuliaan-kemuliaan syariat-Nya itulah yang akan mendekatkan seseorang kepada Allah SWT kata

لطىتلا

artinya

orang yang ingin mendekat kepada Allah SWT disebutkan juga bahwa memiliki makna selain dari makna tersebut adalah berani mencuri. 64

Derivasi kata wasi>lah dalam al-Qur’a>n. Disebutkan dalam kitab Mu‟jam al-Mufa>hras li al-Fa>zh al-Qur’a>n bahwa dalam al- Qur’a>n term kata wasi>lah disebutkan terdapat dalam dua ayat yaitu dalam QS al-Maidah [5]:35 dan QS al-Isra [17]:57.65

Surah al-Maidah [5]: 35

62Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Mnusia, Terj. Agus Fahri Husein, dkk, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm. 12.

63A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Lengkap Arab-Indonesia, hlm. 1559.

64Ar-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qur‟an, Penjelasan Makna Lengkap Kosa Kata Asing (Ghairb) Dalam Al-Qur‟an, (Depok: Pustaka Khazanah Fawa‟id, 2017), hlm.

772.

65Muhammad Fuad Abdul, Al-Mu‟jam Al-Mufahras, (Cairo: Dar al-Kutub al-

„Ilmiah, 1904), hlm. 571.

36

ٖهِلْيِب َط ْيِف اْو ُدِهاَجَو َتَلْي ِطَىْلا ِهْيَلِا آْىُؼَتْباَو َهّٰللا اىُقاجا اىُىَمٰا ًًَِْرالا اَهُّيَآًٰ

ْم ُنالَع ل َ َن ْى ُح ِل ْـُج

Artinya: wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah Wasi>lah (jalan untuk mendekatkan diri) kepada- Nya dan berjihadlah (berjuanglah) dijalan-Nya agar kamu beruntung.66

Surah al-Isra [17]:57

ًًَْ ِر الا َكِٕىٰٰۤلوُا َنْى ُجْسٍَ َو ُبَس ْقَا ْمُه ُّيَا َتَلْي ِطَى ْلا ُمِهِّبَز ىٰلِا َنْىُؼَتْبًَ َنْىُعْدًَ

ا ًز ْو ُر ْح َم َناَم َكِّبَز َبا َرَع انِا ۗٗهَباَرَع َنْىُؿاَخٍََو ٗهَتَمْحَز

Artinya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka (sendiri) mencari jalan kepada Tuhan (masing-masing berharap) siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka juga mengharapkan rahmat-Nya. Sesungguhnya, azab Tuhanmu itu adalah yang (harus) ditakuti.67

2. Makna Relasional

Makna relasional adalah sesuatu yang bersifat konotatif yang diberikan dan ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata itu pada posisi khusus, berada pada hubungan yang berbeda dengan semua kata penting lainnya dalam sistem tersebut.68 Dan untuk mendapatkan makna relasional kata wasi>lah maka peneliti melakukan analisis sintagmatik dan paradigmatik, yakni sebagai berikut:

a) Analisis Hubungan Sintagmatik

66Depertemen Agama RI, (Edisi Penyempurnaan 2019), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an 2019), hlm. 152

67Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan (Edisi Penyempurnaan 2019), (Jakarta: Lajnah PentashihanMushaf Al-Qur‟an 2019), hlm. 401.

68Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan Dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Al-Qur‟an, Terj. Agus Fahri Husein, dkk, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm. 7.

37

Analisis hubungan sintagmatik menurut Chaer dalam buku linguistik umum yang dikutip dari teori yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure bahwa, hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur- unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, dan bersifat linear.69

Sederhananya analisis sintag matik memperhatikan kata-kata yang berada didepan dan di belakang kata yang akan dibahas, sehingga saling berkaitan antara satu dengan yang lain.

Kata wasi>lah disandingkan dengan kata

ؽتبا

yang

didalam al-Quran disebutkan dalam dua bentuk kata yakni fi‟il Amr dan fi‟il Mudhari. Dalam bentuk kata fi‟il Amr

ىغتبا

menjadi

ىؼتبو

dalam surah al-Maidah [5]: 35.

َتَلْي ِط َى ْلا ِهْيَلِا آْىُؼَتْباَو َهّٰللا اىُقاجا اىُىَمٰا ًًَِْرالا اَهُّيَآًٰ

ٖهِلْيِب َط ْيِف اْو ُدِهاَجَو نْى ُح ِل ْـُج ْم ُنالَعَل

Kata

اىقجا

adalah Fi‟il Amr dan berkaitan dengan kata

ىؼتبو

karena memiliki huruf Waw Ataf yang berarti ia

bersambung sehingga darinya berkaitan dengan kata

ىؼتبو

dan

تليطىلا

(meminta atau mencari), karena kata kerjanya bermakna Maful (keterangan), dan

ىغتبا

dalam bentuk Fi‟il Mudhari menjadi kata

ىؼتبً

dalam QS al-Isra [17]:57.

69 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), hlm. 349.

38

ْمُه ُّيَا َتَلْي ِط َى ْلا ُمِهِّبَز ىٰلِا َنْىُؼَتْبًَ َنْىُعْدًَ ًًَِْرالا َكِٕى لوُا ٰٰۤ

انِا ۗٗهَباَرَع َنْىُؿاَخٍََو ٗهَتَمْحَز َنْىُجْسٍََو ُبَسْقَا َكِّبَز َبا َرَع

ا ًز ْو ُر ْح َم َناَم

yang berarti mencari, kemudian dalam pandanannya dengan kata Wasi>lah dijelaskan bahwa dalam mencari Al-Qurbah atau amal-amal saleh yang bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. yang digunakan untuk memohon dan meminta sehingga membawa kepada keridhoan-Nya.

Al-Hafizh Ibnu Jarir berkata: “Wahai orang- orang yang telah membenarkan apa apa yang Allah SWT dan nabi Muhammad SAW. Kabarkan kepada mereka, membenarkan pahala yang Dia janjikan kepada mereka, dan siksa yang Dia ancamkan kepada mereka:

takutlah kalian kepada Allah SWT...” Selanjutnya Beliau berkata lagi: “Laksanakanlah apa yang yang diperintahkan-Nya kepadamu dan tinggikanlah apa yang dilarang-Nya kepadamu, itulah ketaatan kepada- Nya. Buktikanlah keimanan dan pembenaranmu terhadap Tuhan dan Nabi mu, dengan mengerjakan amal sholeh”. Al-Hafizh Ibnu Katsi>r mengutip ucapan Ibnu Abbas ra bahwa makna wasi>lah didalam ayat tersebut adalah amal ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Demikian pula apa yang di kutipnya dari mujahid, Wa‟il, al-Hasan, „Abdullah bin Katsir. As-Sudi, Ibnu Zaid menukil perkataan Qatadah mengenai ayat tersebut, yaitu: “Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mentaati-Nya dan mengerjakan amalan yang membuat-Nya senang.

b) Analisis Paradigmatik

Analisis paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang tedapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan

39

yang bersangkutan. Analisis paradigmatik berusaha mengkoparasikan kata yang memiliki kesamaan makna dan kata yang berlawanan.70

1. Sinonim kata Wasi>lah

a. Al-Qurba

بسق

memiliki informasi tentang makna yang hampir sama dengan kata wasi>lah yakni berarti dekat, mendekatkannya yang dapat digunakan pada tempat, kedudukan dan hubungan.

بسقتلا

artinya berusaha kuat melakukan

sesuatu untuk mencapai kedudukan dengan dekat dengan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Contohnya dalam al-Qur’a>n Surah at- Taubah [9]:99 Allah berfirman:

ِثٰى ٰم اظلا َق َلَخ ْي ِرالا َهّٰللا انَا اْوَسًَ ْمَلَوَا َلَع َجَو ْمُهَلْث ِم َق ُلْخاً ْنَا ىٰٓلَع ٌزِداَق َضْزَ ْاِلّ َو

ا ِاِلّ َنْىُمِلّٰغلا ىَبَاَؿ ِۗهْيِؿ َبٍَْز الَّ ًلًَجَا ْمُهَل ا ًز ْى ُـ ُل

Artinya: Diantara orang-orang Arab Badui ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Dia memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai (sarana) mendekatkan diri kepada Allah dan (sarana untuk memperoleh) doa-doa Rasul.

Ketahuilah, sesunggguhnya (infak) itu (suatu sarana) bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah) kelak Allah akan memasukkan mereka kedalam rahmat

70Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), hlm. 350.

40

(surga)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.71

Sama halnya dengan kata wasi>lah yang melakukan pendekatan kepada Allah SWT dengan cara yang diridhoi-Nya taat dan melakukan amal saleh.

b. Wasi>lah

تليصىلا

terambil dari dasar kata wasala yang berarti bersatu, yaitu bercampurnya sesuatu dengan sesuatu sehingga menjadi padu, tidak ada lagi jarak yang bisa memisahkan yang satu dengan yang lainnya, seperti bertemunya ujung sehingga menjadi lingkaran. Kata wasȋlah dalam al-Qur’a>n terulang 12 kali dalam 10 ayat pada 7 surah. Contohnya dalam QS al- Maidah [5]:103

ٍما َح َ

لَّاو ٍت َلْي ِصَو َلَّاو ٍتَبِٕىٰۤا َط َلَّاو ٍةَرْي ِحَب ًِْْۢم ُهّٰللا َلَعَج اَم

ۙ ْم ُهُر َ

َ ْلَا َو َۗب ِر َنْلا ِهّٰللا ىَلَع َن ْوُرََْـًَ ا ْوُسَـَل ًًَِْرالا اًِنٰلاو َنْىُل ِقْعٌَ َ لَّ

Artinya: Aku tidak pernah menetapkan sedikitpu (aturan) menyangkut bahi>rah,

sa>ibah,washila>h, dan, ha>m. Akan tetapi,

orang-orang yang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah SWT.. dan kebanyakan mereka tidak mengerti.72

71Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan (Edisi Penyempurnaan 2019), (Jakarta: Lajnah PentashihanMushaf Al-Qur‟an 2019), hlm. 278.

72Depertemen Agama RI, (Edisi Penyempurnaan 2019), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an 2019), hlm. 168.

41

c. As-sabi>la

لًيبظلا

adalah jalan yang mudah dilalui, jamak dari kata

لبط

, kata

ليبظلا

juga digunakan bagi segala sesuatu yang dapat menghantarkan pada sesuatu yang lainnya, baik sesuatu itu berupa kebajikan ataupun keburukan. Contohnya dalam al- Qur’a>n surah an-Nahl [16]:125

ِتَى َظ َح ْلا ِتَغِعْىَْلْاَو ِتَمْن ِحْلاِب َكِّبَز ِلْيِب َط ىٰلِا ُعْدُا ُمَلْعَا َى ُه َكابَز انِا ًُۗ َظْحَا َيِه ْيِتالاِب ْمُهْلِداَجَو

ًًَْ ِدَتْه ُ ْلْاِب ُمَلْعَا َىُهَو ٖهِلْيِب َط ًَْع الَض ًَْمِب

Artinya:Serulah (manusia) kejalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yyang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pulang) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.73

Trem kata

تليطىلا

yang mendekati adalah kata

تليصىلا

dan

لًيبظلا

karena

memiliki arti yang menyambungkan, jalan dan perantara. Kata

تليطىلا

mirip

maknanya dengan kata

تليصىلا

yang

keduanya bisa diartikan dengan sesuatu yang menymbung dan mengantarkan sesuatu

73Depertemen Agama RI, (Edisi Penyempurnaan 2019), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an 2019), hlm. 391.

42

dengan yang lain. Menurut ar-Raghib al- Asfahani dalam Mufradat Ga>rib al-Qur‟a>n, makna

تليطىلا

lebih spesifik

pengertiannya dari kata

تليصىلا

karena kata

تليطىلا

adalah upaya menyambung yang

didasari oleh keinginan yang kuat. 74 2. Antonim Kata Wasi>lah

Mencegah

) عىم )

, dalam kamus al-Ma‟ani kata

عىم

berlawanan dengan kata

تليطىلا

yang memiliki arti mencegah. Kemudian dalam QS. Al-Baqarah [2]:

114 disebutkan karena menghalangi dalam menyembah Allah SWT.

ٗه ُم ْطا ا َهْيِؿ َس َل ْرًُّ ْنَا ِهّٰللا َد ِج ٰسَم َعَىام ًْامِم ُمَلْعَا ًَْمَو ٓا َه ْىُل ُخ ْداً ْنَا ْمُه َ

ل َناَم ا َم َكِٕى ٰٰۤ

لوُا ۗا َه ِباَس َخ ْيِف ىٰع َطَو ِةَس ِخ ٰ ْاِلّ ىِف ْمُهَلاو ٌيْص ِخ اَيْهُّدلا ىِف ْمُهَل ۗە َنْيِـِٕىٰۤاَخ ا ِاِلّ

ٌمْي ِغَع ٌبا َرَع

Artinya: Siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang melarang masjid-masjid Allah SWT.. digunakan sebagai tempat berzikir didalamnya…75

c) Analisis Sinkronik dan Diakronik

74Quraish Shihab, et al, Ensiklopedia Al-Qur‟an (Kajian Kosa Kata), Jilid 3 hlm.

1076.

75Depertemen Agama RI, (Edisi Penyempurnaan 2019), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an 2019), hlm. 23.

43

Istilah sinkronis dan dikronis secara sederhana adalah dapat dipahami sebagi suatu analisis terhadap kosa kata yang titik tekannya terhadap waktu atau sejarahdari kosa kata tersebut. Dalam hal ini akan menjelaskan tentang perkembangan suatu kosa kata yang dipahami oleh masyarakat pada masa tertentu.

Sinkronik adalah aspek kata yang tidak memiliki perubahan konsep atau kata tersebut.

Sedangkan diakronik adalah aspek kata yang mengalami perubahan dari konsep atau kata tersebut. Berkenaan dengan perubahan yang terjadi pada beberapa istilah kunci dalam al- Qur’a>n analisis semantik historis membagi priode waktu penggunaannya mengalami perubahan konsep atau kata tersebut.76

1. Pra Qur‟anik, pada periode ini adalah masa sebelum Islam datang. Dalam memahami arti kosa kata pada masa pra Qur‟anik syair- syair jahiliyah adalah salah satu media yang representativent untuk digunakan.

2. Qur‟anik, Pada masa Qur‟anik disini adalah masa dimana Islam telah datang. Islam bersama al-Qur’a>n dan syariat-syariatnya membawa konsep-konsep baru yang berbeda dengan konsep yang telah dipegang pada masa jahiliyah. Maka, beberapa kata kunci al-Qur’a>n ada yang berubah maknanya dari makna pada masa jahiliyah kepada masa islam, meskipun pada dasarnya tidak menghapus makna aslinya, karena makna asli dari suatu kata akan selalu melekat pada kata tersebut.

76Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan Dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Al-Qur‟an, Terj. Agus Fahri Husein, dkk, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm. 31.

44

Yang menjadi titik fokus pada masa Qur‟anik adalah selama masa al-Qur’a>n di turunkan di tengah orang jahiliyah. Islam yang diperkenalkan Nabi Muhammad SAW bersamaan dengan turunnya wahyu Allah SWT dengan syariatnya dan konsep-konsep baru yang berbeda dengan konsep yang dipegang orang jahiliyah terdahulu.

Asbabun Nuzul QS. Al-Isra [17]:57 berkenaan dengan beberapa orang Arab yang menyembah jin, setelah sekian lama menyembah jin mereka belum sadar juga bahwa jin yang mereka sembah telah masuk islam

“Menjelaskan sebab turunnya firman Allah SWT.. ula>‟ikalazi>na yadu‟u>na yabtagu>na ila>rabbihimul-wasi>lah, „Abdullah bin Mas‟ud berkata, “Ayat ini turun berkaitan dengan beberapa orang Arab yang menyembah sekelompok jin. Suatu saat jin- jin itu masuk Islam, sementara orang-orang yang menyembah mereka tidak menyadari hal tersebut, maka turunlah ayat ini.77

Dari sinilah Allah SWT menyeru kaum mukmin supaya melakukan taqwa dengan mencari wasi>lah atau jalan yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya dengan melakukan amal saleh.

3. Pasca Qur‟anik

Periode masa pasca Qur‟anik dalam hal ini adalah periode masa sekarang. Dalam hal ini berkitan dengan istilah wasi>lah secara

77Muchlis M Hanaf, Asbabul Nuzul Al-Qur‟an:Kronologi dan Sebab Turunnya Wahyu Al-Qur‟an, (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an : Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2017), hlm. 308-309.

45

garis besar memperoleh apa yang diharapkan dari-Nya. Ber-tawasul dapat dilakukan dengan berbagai tindakan- tindakan melalui doa, melalui sifat-sifat Allah SWT dan nama-nama Allah SWT.

Secara sosio kultur, wasi>lah yang berakar dalam kehidupan umat manusia sangat terikat erat dengan keberadaan infrastruktur suatu masyarakat. Pada hakikatnya wasi>lah ialah prantara dengan ilmu, akidah dan mencari keutamaan syariat sebagi bentuk peribadatan, namun dalam praktinya mengalami pergeseran dari syariat.

4. Weltanschauug

Sebagaimana yang diketahui bahwa hasil akhir dari pandangan konseptual masyarakat yang mengkaji istilah-istilah kunci yang menggunakan bahasa itu sendiri.

Makna kata wasi>lah adalah mengambil sesuatu prantara yang dapat dijadikan prantara untuk mendekatkan diri kepada- Nya. Dalam kehidupan sehari hari prantara bermaksud agar mudah seseorang untuk mencapi sesuatu yang di inginkan.

Mengaplikasikan ayat al-Qur’a>n yang berbicara dengan kata wasi>lah sebagi sebuah pesan untuk manusia untuk menjalakan amal soleh dengan sesuatu yang ridha-Nya.

Analogi kata wasi>lah dalam kehidupan masyarakat bahwasannya seorang yang menginginkan sesuatu pasti melakukan perbuatan yang disenangi kepada yang tertuju. Sehingga dengan mudah apa yang ingin didapatkan.

46

Dokumen terkait