DATA MUSTAHIK PENERIMA BANTUAN BAZNAS KABUPATEN JEMBER TAHUN 2020
C. PEMBAHASAN HASIL TEMUAN
2. Analisis Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq Dan Shadaqoh Untuk
Penanggulangan Wabah COVID-19 Di BAZNAS Kabupaten Jember
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilapangan dan merujuk pada empat indikator kesuksesaan dalam melakukan implementasi dan ketentuan yang ada dalam Fatwa MUI. Maka didapatkan data bahwa, selama masa pandemi COVID-19 BAZNAS Kabupaten Jember telah turut berpartispasi dalam membantu penanggulangan wabah COVID-19 dan telah melakukan imlementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq Dan Shadaqoh Untuk Penanggulangan Wabah COVID-19.
BAZNAS Kabupaten Jember telah menjalankan poin-poin tentang indikator implementasi dan ketetuan penerapan yang ada dalam fatwa MUI, hal ini bisa dilihat dari; 1) Dalam melaksanakan implementasi program, BAZNAS Kabupaten Jember melakukannya secara masif di lokasi/daerah yang terdampak wabah COVID-19 diseluruh wilayah Kabupaten Jember. 2) Adapaun target grup/kelompok yang dipilih untuk dijadikan sasaran dalam implementasi program BAZNAS Kabupaten Jember adalah para keluarga, masyarakat dan daerah yang terdampak. Dengan harapan nantinya dapat memperoleh suatu manfaat dan dapat membantu dalam mengatasi permasalahan kebutuhan hidup yang dihadapi. 3) Program kegiatan yang dijalankan BAZNAS Kabupaten Jember selama masa pandemi COVID-19
sangat banyak, seperti untuk bantuan penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya diantaranya; pembagian masker, penyemprotan disinfekan, pembelian Alat Pelindung Diri (APD), alat kesehatan, obat-obatan, melakukan pembuatan handsanitizer yang bekerjasama dengan kampus UIN KHAS Jember sebelum mudahnya mendapatkan handsanitizer, pembagian handsanitizer, pemberian bantuan sembako kepada keluarga terdampak/warga isoman, dan lain sebagainya. Jadi untuk menyukseskan program terebut, BAZNAS Kabupaten Jember mengalokasikan anggaran khusus untuk bantuan penanganan COVID-19, yakni; dari dana sebesar 5%
yang diambil dari zakat dan 52% serta yang diambil dari Infak & Shadaqoh.
4) Pelaksana program yang melakukan tanggung jawab dalam mengelola, melaksanakan, dan mengawasi program implementasi yang dijalankan, adalah BAZNAS Kabupaten Jember. Ketika dilapangan, terdapat tambahan bantuan pelaksana proram, seperti; tim khusus yang bernama BAZNAS Tanggap Bencana (BTB). Biasanya Tim BTB ini berjumlah 13-15. orang, yang mana isinya terdiri dari Anggota BAZNAS Kabupaten Jember, Relawan BAZNAS Kabupaten Jember, Polisi, TNI dan masyarakat.
Keempat poin diatas juga telah sesuai dan masuk kedalam isi yang ada di dalam Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020, yakni; 1) Ketentuan umum (tentang penanggulangan wabah, dan aset kelolaan) dan 2) Ketentuan hukum (Fatwa MUI mengenai pemanfaatan dan kebutuhan penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya) serta dalam 3) Rekomendasi BAZNAS Kabupaten Jember telah menjadikan ini sebagai pedoman, dan berharap
kepada para muzakki untuk segera dalam mengeluarkan zakatnya di BAZNAS Kabupaten Jember demi kemaslahatan bersama di masa pandemi.
Prosedur pemberian bantuan ini dilakukan ketika ada seseorang, lembaga, atau kepala desa yang mengajukan permohonan bantuan kepada BAZNAS Kabupaten Jember akibat diri, keluarga, atau daerahnya terdampak pandemi COVID-19. BAZNAS Kabupaten Jember kemudian akan merespon dan menanyakan apa kebutuhannya, sehingga akan segera dibuat berita acara kegiatan guna melakukan jumlah anggaran, mencatatkan nama kampung/desa-nya dimana, jumlah Kartu Keluarga, Anggota yang akan terjun berapa dan kepala desa RT/RW-Nya siapa. Hal ini dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Jember sebagai upaya untuk memudahkan masyarakat dalam meminta bantuan, serta membuat dokumentasi dan data yang dapat dipercaya bagi BAZNAS Kabupaten Jember. Seperti contoh, Pemimpin Perumahan Tegal Besar Permai yang meminta daerahnya untuk dilakukan penyemprotan disinfektan dan Lembaga NU yang meminta dana untuk dibagikan kepada masyarakat yang terdampak wabah pandemi COVID-19.
Jadi bisa diketahui bahwasannya, BAZNAS Kabupaten Jember telah melakukan penerapan Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq Dan Shadaqoh Untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 dengan baik dan sesuai.
3. Dampak Adanya Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq Dan Shadaqoh Untuk
Penanggulangan Wabah COVID-19 Terhadap Ketahanan Keluarga Yang Memperoleh Bantuan BAZNAS Kabupaten Jember (Ketahanan Keluarga Versi Euis Sunarti)
Dari hasil data yang diperoleh, mengenai dampak adanya Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 tentang pemanfaatan harta zakat, infaq dan shadaqoh untuk penanggulangan wabah COVID-19 terhadap ketahanan keluarga yang memperoleh bantuan BAZNAS Kabupaten Jember, adalah:
Jika ditinjau dari ketahanan keluarga Family Strenght/ Resilience) menggunakan versi Euis Sunarti yang konsepnya menekankan terhadap; 1) Ketahanan Fisik, 2) Ketahanan Sosial dan 3) Ketaanan Psikologis. Selama masa pandemi COVID-19, para keluarga yang memperoleh bantuan dari BAZNAS Kabupaten Jember, memiliki tingkat ketahanan keluarga yang beragam. Namun, terdapat satu persamaan setelah mereka mendapatkan bantuan dari BAZNAS Kabupaten Jember, yakni para keluarga tersebut merasa terbantu, bahkan terdapat keluaga yang keadaanya mengalami perubahan menjadi lebih baik di tengah kondisi pandemi seperti ini. Seperti para keluarga mereka yang menerima bantuan bedah rumah dan MANDI CUCI KAKUS (MCK).
Adapun kondisi ketahanan keluarga yang memperoleh bantuan dari BAZNAS Kabupaten Jember, sebagai berikut; 1) Ketahanan Fisik, dari segi ini banyak keluarga yang mengaku keuangannya mengalami penurunan, terutama bagi mereka yang berjualan dan menjadi buruh tani. Namun, ada juga yang keuangannya tetap stabil, karena sedikitnya kebutuhan dan
tanggungan hidup. Semua narasumber yang penulis wawancarai, memiliki tempat tinggal sendiri. Untuk pendidikan, rata-rata hanya sampai SD. Meski begitu, mereka tetap mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya.
Sehingga anaknya, rata-rata tamatan SMA bahkan ada juga yang sedang berkuliah di perguruan tinggi. Dalam hal kebutuhan pangan, masih bisa tercukupi untuk makan sehari-hari. Namun jika untuk membeli keinginan, seperti membeli pakaian baru, semua jarang membeli, mungkin di momen lebaran saja. Kesehatan keluarga selama masa pandemi tetap terjaga. Tidak ada keluarga yang terkena gejala atau virus COVID-19. Banyak keluarga yang sudah melakukan vaksinisasi, serta mengikuti protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
2) Ketahanan Sosial, dari segi ini, jika dilihat dalam beragama, keluarga yang penulis wawancarai mengaku untuk ibadah banyak yang sering sholat dirumah, namun ada juga beberapa yang rutin ke masjid untuk berjamaah. Para ibu-ibu sering ikut pengajian muslimatan. Suami-istri saling berbagi peran pekerjaan dalam mencari uang, ada yang salah satunya saja bekerja dan ada juga yang sama-sama bekerja. Dalam hal mendidik anak, mereka melakukannya secara bersama. Keluarga saling mendukung dalam hal positif, terutama tekait pendidikan terhadap anak-anak. Mereka memilki harapan agar anak-anak mereka bisa sekolah terus, sehingga dapat menjadi orang sukses dan mengangkat derajat orang tua. Dalam menyempatkan berkumpul keluarga, keluarga yang tidak merantau, selalu kumpul bersama keluarga. Sedangkan bagi keluarga yang anggotanya
merantau, mereka sedikit lama untuk bisa berkumpul. Ketika momen berkumpul keluarga inilah, keluarga melakukan komunikasi bersama dengan membicarakan tentang berbagai hal. Mulai dari keseharian, ekonomi, pekerjaan dan lainnya. Namun bagi keluarga yang berjauhan, mereka menggunakan alat komunikasi hp sebagai media untuk saling berhubungan. Orang tua melakukan pembinaan sosial kepada anak-anakya melalui nasihat, arahan dan teguran agar keluarga dapat melakukan hal yang baik. Ketika ada kegiatan yang diadakan oleh masyarakat, keluarga akan hadir, seperti menhadiri acara pengajian, hajatan, atau acara-acara lainnya.
Terdapat persamaan dalam cara melakukan manajemen pemecahan masalah.
Seperti, bersama-sama saling mencari solusi, saling mengalah, serta menghadapi masalahnya dengan sabar dan tenang. 3) Ketahanan psikologis, dari segi ini, guna mengontrol perasaan agar terjaga dengan baik. Keluarga yang penulis wawancarai mengaku mencari kebahagian dengan cara melakukan hal yang disukai, seperti; menonton tv, main hp atau berkumpul bersama teman dan keluarga. Selain itu, mereka juga besikap sabar dalam mengadapi permasalahan, bersyukur dengan kehidupan yang dijalankan, dan melakukan ibadah kepada Tuhan. Agar tercipta sebuah hubungan rumah tangga yang harmonis, pasangan saling memberikan perhatian, saling menyayangi, dan saling mengalah. Mereka memiliki cita-cita agar keluarganya selalu diberikan kesehatan, dilancarkan rezekinya, dan anak- anak mereka bisa menjadi orang yang baik dan sukses.
Berdasarkan survey dilapangan, tingkat kepuasan para keluarga (penerima bantuan) terhadap kinerja BAZNAS Kabupaten Jember cukup tinggi. Mereka berharap BAZNAS Kabupaten Jember dapat terus sukses, tambah maju, lebih banyak dan sering lagi dalam memberikan bantuan.
Jadi, jika dilihat dari teori ketahanan keluaga versi Euis Sunarti, yang berdasarkan tiga aspek; A. Ketahanan Fisik; 1) Keuangan. 2) Tempat Tinggal. 3) Pendidikan. 4) Makanan. 5) Kesehatan. 6) Pakaian. B) Ketahanan Sosial; 1) Taat Beragama. 2) Saling berbagi peran pekerjaan. 3) Saling mendukung demi kemajuan. 4) Menyempatkan berkumpul keluaga.
5) Komunikatif. 6) Pembinaan dalam bersosial. 7) Manjemen pemecahan masalahd dan C. Ketahanan Psikologis. 1) Kontrol perasaan yang baik. 2) Cara pandang diri yang baik (memiliki cita-cita dan kebahagian). 3) Pasangan yang saling perhatian. Maka, kehidupan keluarga memiliki kondisi ketahanan yang beragam selama masa Pandemi COVID-19, namun terdapat persamaan disini, yakni setelah keluarga tersebut meperoleh bantuan, kehidupan mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya dan dalam hal ketahanan keluarga pun menjadi meningkat.
Hasil tersebut juga sesuai dengan teori yang ada Dalam UU No. 10 Tahun 1992, UU No 52 tahun 2009 pasal 1 ayat 11 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, serta Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No.
06 Tahun 2013 tentang pelaksanaan pembangunan keluarga, memiliki pengertian yang sama bahwasannya ketahanan keluarga merupakan suatu
keadaan dinamis dalam keluarga yang mempunyai sikap ulet, tangguh, dan kuat secara keuangan, jasmani, rohani, spiritual, mental agar memiliki kemandirian dalam hidup, melakukan pengembangan diri serta menciptakan keluarga yang harmonis yang sejahtera secara lahiriah dan batiniah.104
Sehingga dampak adanya Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 cukup membantu bagi ketahanan keluarga yang merima bantuan dari BAZNAS Kabupaten Jember. Terutama bagi mereka yang telah menerima bantuan bedah rumah dan MANDI CUCI KAKUS (MCK).
104 Undang-Undang 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga.
BAB V