• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Kajian Teori

3. Kaidah Fiqih

Asal kata Al - Qawaid merupakan jamak dari sebuah kata Qaidah yang memiliki arti sesuatu yang luas/universal (kulliyyah), yang mana dapat meligkupi beberapa bagian (juzziyyah). Secara bahasa mempunyai banyak makna seperti; asas, pokok, dan tetap.

Pengertian Al - Qawaid Fiqhiyah ialah kaidah-kaidah syar‟iyyah yang memiliki fungsi mempermudah para mujtahid guna melakukan istibath hukum terhadap sebuah permasalahan dengan metode

mengumpulkan permasalahan yang mirip dengan meggunakan salah satu sumber kaidah yang dapat berkaitkan. 20

T.M Hasbi As-Shiddiqi menerangkan, kaidah ushul fiqih merupakan kaidah - kaidah yang memiliki sifat universal (kulliyah) yang diperoleh dari dalil - dalil kulliyah dari Al-Quran dan Al-Hadits yang dijadikan landasan kaidah - kaidah universal (kulliyah) yang dapat disesuaikan dengan jumlah dari juzziyyah. Adapun yang dimaksud dengan syara‟ yakni dalam menempatkan mukallaf di bawah beban taklif serta memberikan pemahaman mengenai rahasia tasyri‟ dan hikmah yang terkandung didalamnya.

Pengertian lain dari Mustafa Ahmad Al–Zarqo, yakni: Kaidah fiqih ialah dasar-dasar fiqih yang umum (ushul fiqhiyyah kulliyyah) dengan memakai beberapa redaksi pendek yang sifatnya undang - undang dan meliputi hukum-hukum syara‟ umum mengenai kejadian- kejadian yang tergolong dalam ruang lingkup bahasannya.21

Dilihat dari jenisnya secara global, kaidah-kaidah ushul fiqih terbagi ke dalam 4 macam aspek, yaitu ;

1. Aspek sumber asal rujukan kaidah

Pada aspek yang pertama ini, kaidah terbagi kedalam dua macam, yakni : 1) Kaidah yang sumbernya dari dalil naqli (Al-Quran dan Al-Hadits), dan 2) Kaidah yang sumbernya dari dalil Aqli atau hasil ijtihad ulama, baik itu yang diperoleh dari hasil ijtihad

20 Abbas Arfan, Kaidah-Kaidah Fiqih Muamalah Dan Aplikasinya Dalam Ekonomi Islam Perbankan, (Jakarta: DIKTIS Kementerian Agama, 2012), 1.

21 Ibid., 3.

memakai dalil-dalil syara‟ yang mu‟tabar atau dari Al-Istidlal Al- Qiyasi dan Ta‟lil Al-Ahkam.

2. Aspek urgensi kaidah terhadap persoalan fiqih

Pada aspek yang kedua ini, kaidah terbagi kedalam lima macam, yakni :

a) Al-Qaidah Al-Asasiyyah Al-Jami‟ah, yaitu kaidah Jalb Al- Masalih Wa Daf‟u Al Mafasid.

b) Al–Qawid Al-Kulliyyah Al-Kubra yakni salah satu cabang dari kaidah yang lima.

c) Al-Qawaid Al-Kulliyyah yakni kaidah yang berjumlah dua puluh yang dikatakan oleh As-Suyuthi dalam kitab Al- Ashbah Wa Nazairnya bagian kedua.

d) Al-Qawaid Al-Sughra yakni kaidah yang berjumlah dua puluh yang dikatakan oleh As-Suyuthi dalam kitab Al- Ashbah Wa Nazairnya pada bagian ketiga.

e) Al-Quwaid Al-Juzziyyah adalah suatu kaidah yang selain dari kaidah diatas baik itu dari hasil ijtihad para ulama klasik atau kontemporer.22

3. Aspek jenis cakupan dalam bidang fiqih

Pada aspek ketiga ini, kaidah terbagi kedalam dua macam, yakni : a) Al-Qawaid Al-Ammah yakni kaidah-kaidah fiqih yang meliputi

seluruh jenis dari bidang dan bab dalam fiqih.

22 Ibid., 44.

b) Al-Qawaid Al-Khasanah yaitu kaidah-kaidah fiqih yang hanya meliputi jenis dari bidang atau sebagian kecil dari kaidah- kaidah fiqih khusus dalam bidang muamalah.

4. Aspek pandangan madzhab

Pada aspek keempat ini, kaidah terbagi kedalam dua macam, yakni:

a) Kaidah fiqih yang mendapat kesepakatan oleh para ulama, baik interen madzhab atau lintas madzhab.

b) Kaidah fiqih yang mendapat perselisihan oleh para ulama.23 4. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

A. Pengertian dan Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

1) Pengertian Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga yang tugasnya melakukan pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat masyarakat untuk kemasalahatan bersama sesuai syariat islam. BAZNAS dibuat oleh Presiden RI dengan KEPRES atas usul Menteri Agama RI. 24

BAZNAS lahir sesuai Undang-Undang RI No. 38 tahun 1999 tentag Pengelolaan Zakat dan Keputusan Prsiden RI No.8 Tahun 2001.25Pengertian BAZNAS menurut

23 Ibid., 45.

24 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 415.

25 Baca Profil BAZNAS, 2003

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, BAZNAS adalah lembaga nonstruktural yang memiliki tugas untuk mengelola zakat secara nasional yang sifatnya mandiri. Basnaz dibentuk oleh pemerintah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. BAZNAS memiliki 3 arti dasar yang terkait dengannya, yaitu: a) Organisasi pemerintah non-struktural. b) Mandiri. c) Bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. Dirjen Bimas Islam dan Pemberdayaan Zakat, Standardisasi Amil Zakat di Indonesia. Basnaz memiliki masa jabatan selama 5 tahun serta dapat dipilih untuk keduakalinya setelah berakhirnya masa periode. Sekretariat mendampingi BAZNAS dalam melakukan kinerjannya.

2) Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdiri atas 3 lapisan yaitu; 1). Dewan Pertimbangan, 2). Komisi Pengawas, 3). Badan Pelaksana.

Kendati ketiga lapisan tersebut menempati posisi sejajar namun secara mekanistik operasional sesuai dengan peran dan fungsinya, Dewan Pertimbangan merupakan lapisan tertinggi, Komisi Pengawas merupakan lapisan tengah dan Badan Pelaksana merupakan lapisan bawah.

Dewan Pertimbangan berperan menjalankan fungsi pertimbangan, mengeluakan fatwa dan rekomendasi kepada komisi Pengawas dan Badan Pelaksana tentang pengembangan hukum dan konsep pengelolaan zakat, serta menetapkan garis kebijakan umum atas program yang dijalankan Badan Pelaksana. Komisi Pengawas berperan dan befungsi melaksanakan pengawasan atas operasi kegiatan yang dijalankan Badan Pelaksana atas dasar garis-garis kebijakan yang telah ditetapkan dan menunjukkan akutan publik. Badan Pengawas berfungsi menjalankan kebijakan dalam progam pengumpulan, pendistibusian, dan pendayagunaan zakat dan menyampaikan laporan pertangung jawaban. Di dalam Badan Pelaksana terdapat fungsi-fungsi pengumpulan, pendistibusian, pendayagunaan dan pengembangan. 26

26 Dirjen Bimas Islam Dan Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta:

Kementrian Agama RI, 2012), 46-47.

Stuktur organisasi tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:

BAZNAS memiliki 11 angota dalam bertugas.

Anggota tersebut terdiri dari 3 pesonil dari pejabat pemerintah dan 8 personil dari masyarakat. Personil ini diambil dari tokoh masyarakat, pemuka agama dan seorang ahli di bidangnnya. Sebelum diseleksi dan diresmikan oleh presiden indonesia, calon peugas tesebut telah medapat usul dari menteri dan saran dari DPR untuk melakukan tugasnya mengelola zakat. 27

B. Peran BAZNAS terhadap pelaksanaan zakat diantaranya yaitu:

 Menumbuhkan minat masyarakat dalam mengeluarkan zakat di Lembaga Pengelola Zakat.

27 Ibid., 47.

Dewan Pertimbangan

Badan Pelaksana

Komisi Pengawas

Divisi Penghimpun

Divisi Penyaluran

Divisi Pendayagunaan

Divisi Pengembangan

2.1 Tabel Bagan Struktur Badan Zakat Nasional

 Menumbuhkan hasil zakat masyarakat serta penggunaan zakat publik sesuai aturan agama dengan sistem pemanfaatan yang baru.

 Menumbuhkan kinerja pengurus/amil zakat yang handal, dapat dipercaya, cakap, dan terkoordinasi.

 Merelisasikan sistem informasi zakat publik yang terpusat.

 Meningkatkan hasil zakat dan membantu pemerintah dalam mengurangi angka masyarakat yang tergolong lemah ekonomi, serta melakukan kerjasama pada suatu lembaga yang produktif dan menguntungkan. 28

C. Fungsi dan Tugas Pokok BAZNAS 1. Fungsi BAZNAS

BAZNAS adalah sebuah organisasi pemrerintah yang tugasnya melakukan pengelolaan zakat masyarakat Indonesia. Untuk menunaikan kewajibannya sebagai lembaga penyelenggara zakat publik, BAZNAS menjalankan tugas pokoknya sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 yaitu:

1) Perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

28 Ibid, 49.

2) Pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

3) Pengendalian, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

4) Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan.

a. Pengumpulan

1) Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

2) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki dan digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

b. Pendistribusian

1) Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.

2) Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memerhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahaan.

c. Pendayagunaan

1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penaganan fakir-miskin dan peningkatan kualitas umat.

2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah tepenuhi.

d. Pelaporan

1) BAZNAS wajib menyapaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada pemerintah secara berkala.

2) LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pegelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah secara berkala.

3) BAZNAS wajib menampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada menteri secara berkala.

4) Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak atau media elektronik.

e. Pengelolaan Infak, Sedekah dan Dana Sosial Keagamaan lainnya.

1) Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya.

2) Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikarkan oleh pemberi.

Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam pembukuan tersendiri. 29

2. Tugas Pokok BAZNAS

Tugas dari lembaga BAZNAS adalah sebagai berikut:

1) Membimbing umat agar sejahtera di dalam hidupnya dari segi fisik ataupun non fisik, dengan hasil pemanfaatan zakat.

2) Menaikkan kedudukan para penerima zakat agar berubah jadi pemberi zakat dengan upaya perbaikan, penaikkan kelas SDM serta peningkatan perekonomian publik.

3) Melakukan pendayagunaan zakat kepada pemberi dan penerima zakat secara luas.

29 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

4) Peningkatan kualitas hubungan sesama lembaga pengelola zakat. 30

Pada umumnya fungsi dan tugas BAZNAS adalah menghimpun, mengedarkan, melakukan pemberitahuan, dan bertanggung jawab tentang manajemen pemanfaatan zakat.