KABUPATEN JEMBER) SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H) Fakultas Syariah
Program Studi Al-Ahwal Asy-Shakhsiyah
Oleh :
MUHAMMAD IQBAL FASYA NIM S20171023
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS SYARIAH
JULI 2022
ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA MUI NOMOR 23 TAHUN 2020 TENTANG PEMANFAATAN HARTA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH
UNTUK PENANGGULANGAN WABAH COVID-19 DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN KELUARGA (STUDI KASUS BASNAZ
KABUPATEN JEMBER) SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H) Fakultas Syariah
Program Studi Al-Ahwal Asy-Shakhsiyah
Oleh :
MUHAMMAD IQBAL FASYA NIM S20171023
Disetujui Pembimbing
Dr. Abdul Wahab, M.H.I NIP. 19840112 201503 1 003
MOTTO
اىًُْيِقَاَو َجىٰهَّصنا
اىُتٰاَو َجى ٰكَّزنا ا ْىُعَك ْراَو َعَي
. ٍَْيِعِكاَّزنا
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk” (Q.S Al - Baqarah : 43).1
1 Mundofir Sanusi, Ama Syaikhu, Tim Kreatif. AL-MAJID Al-Quran Terjemah dan Tajwid Warna.
Jakarta: Beras dan Al-Fath, 2014. 7.
PERSEMBAHAN
Sebuah mahakarya tugas akhir perkuliahan ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tuaku, yang selalu mendoakan, mendidik, mendukung dan mencintaiku dengan penuh ketulusan dan keikhlasan sepanjang waktu.
2. Kepada saudara-saudari dan keluarga besarku yang menjadi motivasiku untuk terus berusaha dan berjuang agar dapat menjadi orang yang sukses.
3. Para sahabat, teman organisasi, teman komunitas, dan teman kelas yang telah menjadi teman seperjuangan mencari ilmu dan mencari pengalaman selama masa kuliah.
4. Almamater kebanggaanku UIN KHAS Jember yang telah menjadi wadah bagiku untuk belajar dan menimba ilmu kepada para ahli yang sangat kompeten dibidangnya.
5. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no days off.
I wanna thank me for never quitting, I wanna thank me for just being me at all times.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan atas junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW.
Peneliti menghaturkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini, serta semua pihak yang senantiasa memberikan bimbingan, dukungan dan nasehat kepada peneliti dalam penyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Soeharto, SE., MM, selaku Rektor UIN KHAS Jember.
2. Bapak Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil. selaku Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.
3. Ibu Dr. Busriyanti, M.Ag selaku Ketua Jurusan Hukum Islam.
4. Ibu Inayatul Anisah, S.Ag., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga.
5. Bapak Dr. Abdul Wahab, M.H.I. selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus sebagai Dosen Pembimbing penulis yang selalu meluangkan waktu, penuh perhatian, serta sabar dalam membimbing dan mengarahkan selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai dengan baik.
6. Segenap Dosen Fakultas Syariah, khususnya Dosen Program Studi Hukum Keluarga UIN KHAS Jember yang telah dengan sabar dan semangat
mengajar dan mendidik penulis, sehingga dapat menambah ilmu, pengetahuan dan wawasan yang kelak akan berguna dimasa mendatang.
7. Bapak Kepala BAZNAS Kabupaten Jember Bapak KH. M. Misbahul Salam, M.Pd.I yang telah memberikan izin kepada peneliti, sekaligus membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
8. Para Pengurus dan Pegawai BAZNAS Kabupaten Jember serta masyarakat yang telah turut membantu kelancaran penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.
9. Orang tua, saudara-saudari, keluarga besar, dan teman-teman semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dukungan penuh dalam segala hal hingga skripsi ini selesai.
Alhamdulillah akhirnya tugas akhir skripsi ini bisa selesai dengan baik, penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, sehingga peneliti mengharap kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Terakhir, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca semua.
Jember, 7 Juli 2022
Penulis
ABSTRAK
Muhammad Iqbal Fasya, 2022: Analisis Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infak, dan Shadaqoh Untuk Penanggulangan Wabah Covid-19 dan Dampaknya terhadap Ketahanan Keluarga (Studi Kasus BAZNAS Kabupaten Jember).
Kata Kunci: Fatwa MUI, BAZNAS, Ketahanan Keluarga.
Terjadinya pandemi covid-19. menyebabkan efek domino ke dalam berbagai hal, seperti; ekonomi, pendidikan, pekerjaan, politik dan sosial.
Buruknya, memberikan ancaman bagi kesejahteraaan dan ketahanan keluarga nasional. Dalam membantu pemerintah melakukan penanganan COVID-19, Majelis Ulama Indonesia melakukan ijtihad dengan mengeluarkan Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020. Salah satu lembaga resmi pemerintah yang kinerjanya terdampak dengan adanya Fatwa MUI tersebut adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Jember, tentu dengan adanya fatwa MUI ini akan ada perubahan dari pengelolaan, pendayagunaan, serta pemanfaatan dana yang terkumpul di BAZNAS Kabupaten Jember.
Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1). Bagaimana Tinjauan Fikih Terhadap Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah Covid-19? 2). Bagaimana Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 di BASNAZ Jember? 3). Bagaimana Dampak Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Terhadap Ketahanan Keluarga?.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: 1). Mengetahui Bagaimana Tinjauan Fikih Terhadap Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah Covid-19, 2). Mengetahui Pelaksanaan Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 di BASNAZ Jember, 3). Mengetahui Dampak Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Terhadap Ketahanan Keluarga.
Metode penelitian dalam permasalahan disini diidentifikasikan dengan menggunakan lapangan (field research) yang bersifat deskriptif-kualitatif. Metode pendekatan yang digunakan deskriptif-interaktif. Subyek Penelitiannya terdiri dari primer dan sekunder. Teknik pengumpulan datanya terdiri dari; wawancara, dokumentasi, dan observasi. Serta analisis datanya ialah; reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarik kesimpulan.
Adapun hasil dalam penelitian ini: Secara kacamata Fikih, adanya Fatwa MUI NOMOR 23 Tahun 2020 hukumnya mubah. Fatwa MUI ini telah dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Jember. Hal ini terlihat berdasarkan anggaran, program, dan bantuan yang dilakukan. Bantuan yang diterima oleh para keluarga dari BAZNAS Kabupaten Jember yang bedasarkan pedoman Fatwa MUI NOMOR 23 Tahun 2020 cukup berdampak bagi kehidupan mereka. Pasca memperoleh bantuan, kehidupan mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sehingga dalam hal ketahanan keluarga pun meningkat.
Saran peneliti untuk BAZNAS Kabupaten Jember, agar dapat mengajak dan memberikan informasi seputar lembaganya lewat media internet sehingga lebih banyak diketahui oleh masyarakat umum, serta mengadakan lebih banyak bantuan yang bersifat produktif dan pelatihan untuk mustahik, sehingga para mustahik dapat naik kelas menjadi seorang muzakki.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIBING ... ii
LEMBAR TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Istlah ... 7
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 11
A. Penelitian Terdahulu ... 11
B. Kajian Teori ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 53
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 53
B. Lokasi Penelitian ... 54
C. Subjek Penelitian ... 55
D. Teknik Pengumpulan Data ... 57
E. Analisis Data ... 59
F. Keabsahan Data ... 60
G. Tahap-Tahap Penelitian ... 61
H. Sistematika Pembahasan ... 63
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 66
A. Gambaran Objek Penelitian ... 66
B. Penyajian Data Dan Analisis Data ... 76
C. Pembahasan Hasil Temuan ... 125
BAB V PENUTUP ... 135
A. Kesimpulan ... 135
B. Saran-Saran ... 137
DAFTAR PUSTAKA ... 139
LAMPIRAN ... 144
DAFTAR TABEL
2.1 Bagan Struktur Badan Zakat Nasional ... 36
2.2 Rekapitulasi Komponen-Komponen Ketahanan Keluarga (Family Stength/Resilience) ... 44
2.3 Kerangka Fikir Komponen Ketahanan Keluarga dan Model Ketahanan Fisik, Sosial dan Psikologis ... 50
3.1 Narasumber Penerima Bantuan BAZNAS Kabupaten Jember ... 56
3.2 Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Jember ... 72
3.3 Nomor Rekening Bank BAZNAS Kabupaten Jember ... 92
3.4 Data Aset BAZNAS Kabupaten Jember ... 94
3.5 Data Mustahik & Muzakki BAZNAS Kabupaten Jember ... 94
4.4 Data Mustahik Penerima Bantuan BAZNAS Kabupaten Jember Tahun 2020 ... 100
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Saat ini, dunia sedang dilanda pandemi COVID-19. Efek Domino dari wabah ini, menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, seperti; ekonomi, pendidikan, pekerjaan, politik dan sosial. Buruknya, banyak pegawai yang terkena PHK, meningkatnya angka kemiskinan, bahkan terjadinya ancaman bagi kesajahteraan dan ketahanan keluarga nasional. Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan yang dapat mencegah penyebaran virus corona serta melakukan perhatian lebih dengan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak agar masyarakat tetap dapat bertahan selama kondisi ini.
Dalam rangka meneguhkan komitmen dan kontribusi keagamaan, serta membantu pemerintah dalam melakukan penanganan COVID-19, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan ijtihad dengan menetapkan Fatwa Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infak, Shadaqah untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 dan Dampaknya. Fatwa ini ditetapkan pada 22 Sya'ban 1441 Hijriah atau 16 April 2020. Diharapkan dengan adanya fatwa ini agar dana yang terkumpul dari zakat, infaq, dan shadaqah dapat dimanfaatkan secara optimal sehinga dapat membatu dalam mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh wabah COVID-19.
Dalam Fatwa MUI ini terdapat 4 pedoman penting; Pertama; mengenai hukum pemanfaatan harta zakat untuk penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya. MUI dalam hal ini menetapkan hukumnya boleh dengan sejumlah
ketentuan (dhawabith). Salah satu ketentuannya adalah pemanfaatan harta zakat boleh diberikan kepada mustahik sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk stimulasi kegiatan sosial ekonomi fakir miskin yang terdampak wabah COVID-19, pemanfaatan dalam bentuk aset kelolaan atau layanan bagi kemaslahatan umum, khususnya kemaslahatan mustahiq, seperti untuk penyediaan alat pelindung diri, disinfektan, dan pengobatan serta kebutuhan relawan yang bertugas melakukan aktifitas kemanusiaan dalam penanggulangan wabah. Kedua; zakat mal boleh ditunaikan dan disalurkan lebih cepat tanpa harus menunggu satu tahun penuh, apabila telah mencapai nishab. Ketiga; zakat fitrah boleh ditunaikan dan disalurkan sejak awal Ramadan tanpa harus menunggu malam Idul Fitri. Keempat; Kebutuhan penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya yang tidak dapat dipenuhi melalui harta zakat, dapat diperoleh melalui infaq, shadaqah, dan sumbangan halal lainnya, demikian pedoman keempat fatwa MUI.2 Diharapkan dengan adanya fatwa ini, masyarakat bisa ikut serta melakukan bantuan kepada negara dan korban yang membutuhkan, baik lewat lembaga yang mengumpulkan dana zakat, infaq, dan Shadaqoh (ZIS) maupun melakukannya secara mandiri.
Salah satu lembaga resmi pemerintah yang kinerjanya terdampak dengan adanya Fatwa MUI tersebut adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), yang mana merupakan sebuah lembaga yang dibuat oleh pemerintah yang bertujuan mengelola zakat nasional.3 BAZNAS terdiri dari
2 Fatwa MUI No.23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infak, Shadaqah untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 dan Dampaknya.
3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanakan Undang- Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
komponen pemerintah dan masyarakat yang tugasnya melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunan zakat serta melakukan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat sebagaimana syariat islam4. Kehadiran Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat membuat BAZNAS sebagai satu-satunya lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yang memiliki kewenangan dalam mengelola zakat nasional sehingga dapat dimanfaatkan secara bijak untuk kepentingan bersama. Peran BAZNAS sangat penting dalam menentukan kesuksesan pendayagunaan hasil zakat, infaq dan shadaqoh di Indonesia.
BAZNAS berkedudukan di Ibu Kota Negara dan kantornya telah menyebar ke seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Salah satunya di Kota Jember. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Jember telah dibentuk sejak pertengahan tahun 2017 dan mulai berjalan pada tahun 2018.
Kantornya terletak di Jl. Nusantara No.18, Kaliwates Kidul, Kaliwates, Kec.
Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Meski umurnya bisa dikatakan masih muda, Tercatat hingga penelitian ini ditulis, Jumlah Aset keseluruhan yang dimiliki BASNAZ Jember sebesar Rp.240.385.132. dan Dana Bantuan yang diperoleh dari Zakat mencapai Rp.2.089.304.548 serta dana dari Infak dan Shadaqah sebesar Rp.219.307.591.5
Di masa pandemi wabah COVID-19 ini, tentunya kinerja BASNAZ Jember juga akan terdampak, apalagi dengan adanya Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh Untuk
4 Ibid
5 Drs. H Agus Eko S, M.Si, diwawancara oleh Penulis, Jember, 20 September 2021.
Penanggulangan Wabah COVID-19. Tentunya, akan ada perubahan dalam fungsi pedayagunaan dana alokasi dari zakat, infak dan shadaqoh yang terhimpun di BAZNAS Kabupaten Jember. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan peneliti ingin melakukan penelitian di BASNAZ Jember. Untuk mengetahui bagaimana kinerja implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh Untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 yang ada di BAZNAS Kabupaten Jember.
Selanjutnya, bagaimana dengan dampak bantuan tersebut terhadap ketahanan keluarga. Alasan lain peneliti memilih melakukan penelitian di BASNAZ Jember, karena disaat pandemi seperti ini cukup sulit untuk melakukan aktivitas karena pemerintah menganjurkan masyarakat untuk diam dirumah dan tidak banyak berpergian guna mencegah penyebaran virus corona. Dengan dasar dan pertimbangan itu peneliti memilih BAZNAS Kabupaten Jember yang lokasinya dekat dan masih di satu wilayah atau daerah dengan kampus peneliti yakni Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember serta tempat tinggal peneliti di Kota Jember. Sehingga hal ini memudahkan dan menghemat peneliti dalam segi waktu, biaya, dan tenaga serta yang terpenting guna taat tehadap anjuran pemerintah.
Dalam upaya memahami dan menjelaskan mengenai pelaksanaan, penerapan, penginterpretasian, realisasi dari suatu kebijakan publik agar memperoleh hasilnya, sehingga dapat dijadikan bahan penilaian dan acuan dalam evaluasi pelaksanaan kebijakan seluruhnya. Maka dari itu, disini peneliti tertarik mengangkat judul “Analisis Implementasi Fatwa MUI Nomor 23
Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh Untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Keluarga Studi Kasus di BAZNAS Kabupaten Jember”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana Tinjauan Fikih Terhadap Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah COVID-19?
2. Bagaimana Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 di BASNAZ Jember?
3. Bagaimana Dampak Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 Terhadap Ketahanan Keluarga?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada fokus penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui Bagaimana Tinjauan Fikih Terhadap Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah COVID-19.
2. Mengetahui Pelaksanaan Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan di BASNAZ Jember.
3. Mengetahui Dampak Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 Terhadap Ketahanan Keluarga.
D. Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini diharapkan, dapat memberi manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat membawa dan menambah pemahaman yang lebih luas mengenai Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh Untuk Pencegahan Wabah COVID-19 dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Keluarga di BASNAZ Jember, serta dapat memberikan kontribusi ilmiah tehadap suatu disiplin ilmu, membawa kebaikan yang bernilai ibadah dan memberikan manfaat untuk semua.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Jember Sebagai bahan masukan serta informasi, bagi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Jember dalam pelaksanaan Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Keluarga.
b. Bagi Fakultas Syari'ah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan teori baru bagi Fakultas Syari'ah, khususnya kepada mahasiswa Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember, serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan literatur untuk pertimbangan pembahasan kajian yang relevan dengan masalah penelitian ini di masa mendatang.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan gambaran dan wawasan kepada masyarakat mengenai Pelaksanaan Implementasi Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq dan Shadaqoh untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Keluarga yang dilakukan oleh BASNAZ Jember yang merupakan hal baru dan masih jarang diketahui oleh orang banyak, serta juga merupakan hal yang perlu dirasakan oleh masyarakat umum untuk mendapatkan manfaat dan memberikan manfaat terhadap sesama.
E. Definisi Istilah
Agar terhindar dari kesalahan persepsi pada penelitian ini, peneliti akan memperjelas istilah penting yang menjadi titik perhatian pada judul penelitian. Adapun beberapa istilah penting yang terdapat dalam penelitian yakni sebagai berikut:
1. Implementasi
Diungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.6 Menurut Abdul Wahab Solichin implementasi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, sekelompok, para pejabat pemerintah atau swasta yang bertujuan untuk mencapai harapan dari kebijakan yang telah di rancang.7
2. Fatwa
Fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jawaban (pendapat, keputusan) tentang suatu masalah yang diberikan oleh mufti. 8 Fatwa adalah petuah orang mulia, nasehat ulama. 9 Al-Fatwa atau Istifta secara etimologis (bahasa) adalah menuntaskan setiap persoalan. Sementara itu, secara terminologi (istilah) Al-Fatwa atau Istifta adalah meberitahukan jawaban segala masalah dari sudut pandang dalil syariah islam dan hukum Allah.
Fatwa telah ada sejak zaman Nabi SAW hingga saat ini terus mengalami perkembangan. Fatwa merupakan salah satu produk hukum yang sangat penting dalam syariat Islam. 10
6 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007). 726.
7 Abdul Wahab Solichin. Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke Analisis. ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008). 1.
8 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Edisi Ke 3, Cetakan 1, 314.
9 Amran YS Caniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Dilengkapi Dengan Singkatan- Singkatan), (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), 190.
10 Khairul Uman Dan A. Abyar Amirudin, Ushul Fiqih II, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 173.
3. MUI
Majelis Ulama Indonesia atau yang disingkat MUI adalah organisasi non-pemerintah yang didalamnya terdiri dari para zuama, intelektual muslim serta para ulama Indonesia yang bertujuan untuk melakukan pembimbingan, pembinaan, dan pengayoman bagi umat Islam di seluruh Indonesia. Lembaga MUI lahir di Jakarta, pada tanggal 26 Juli 1975 atau 7 Rajab 1395 Hijriah.11
4. COVID-19
Corona Virus Disease - 2019 (COVID-19) adalah jenis corona virus yang baru ditemukan di Kota Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019 yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi penyakit. 12
5. Badan Zakat Nasional (BAZNAS)
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah suatu lembaga resmi yang disahkan pemerintah bertujuan untuk mengelola zakat, infaq dan shadaqoh skala nasional. BAZNAS berkedudukan di ibukota negara. BAZNAS juga memberikan hasil laporan pelaksanaan kinerjanya kepada Presiden dalam bentuk
11 Komisi Informasi dan Komunikasi MUI. “Sejarah MUI”, https://mui.or.id/sejarah-mui/, (diunduh tanggal 9 Agustus 2021).
12 Satuan Tugas Penanganan COVID-19. “Tanya Jawab. Apa sebenarnya COVID-19?”, https://covid19.go.id/tanya-jawab?search=Apa+sebenarnya+COVID-19%3F , (diunduh tanggal 9 Agustus 2021).
tertulis setiap minimal satu kali dalam setahun lewat perantara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Menteri.13
6. Ketahanan Keluarga
Ketahanan Keluarga adalah suatu keadaan dinamis dalam keluarga terkait melakukan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia serta dapat mengatasi permasalahan yang terjadi guna meraih impian menjadi keluarga yang memiliki kualitas tangguh dan hebat serta menjadi landasan utama dalam mencapai Ketahanan Nasional. 14
13 Kompilasi Hukum Islam.
14 RUU Ketahanan Keluarga.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan (skripsi, tesis, disertai artikel yang termuat pada jurnal ilmiah, dan sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.
Untuk menghindari terjadinya publikasi dalam penelitian ini, maka penulis melakukan pengkajian terhadap karya-karya yang telah ada.
Penelitian yang berkaitan dengan implementasi Fatwa MUI dan Undang- Undang bukan yang pertama kali. Diantara penelitian yang sudah pernah dilakukan adalah berikut ini:
a) Skripsi yang berjudul "Implementasi Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Penyaluran Dana (Al-Qard) (Studi Kasus di BMT Al-Hasanah Sekampung Lampung Timur)" oleh Rahma Afria Sari pada Tahun 2017, Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Metro dengan fokus permasalahan. 1). Bagaimana Implementasi Fatwa Dewan Syariah Nasional No.19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Penyaluran Dana (Al- Qard) (Studi Kasus di BMT Al-Hasanah Sekampung Lampung
Timur?. Jenis penelitian ini adalah penelitian field research atau penelitian lapangan, sedangkan sifat penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Penelitian ini menyatakan tentang penyaluran dana Al-Qard yang merupakan dana yang berasal dari dana zakat, infaq dan shadaqah di BMT Al-Hasanah telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Penyaluran Dana (Al-Qard). Namun dari segi pengambilan biaya simpanan wajib dan biaya administrasi yang dilakukan oleh BMT kurang sesuai karena biaya tersebut jika anggota tidak memiliki uang maka akan dipotong dari pembiayaan yang akan didapat oleh anggota.15
Berdasarkan pemaparan di atas, persamaan penelitian ini dengan penelitian yang hendak peneliti bahas adalah pembahasan mengenai Implementasi Fatwa MUI Sedangkan perbedaan keduanya adalah fokus permasalahan dan lokasi penelitian yang dilakukan.
b) Skripsi yang berjudul "Implementasi Fatwa No. 97/Dsn- MUI/Xii/2015 Tentang Sertifikat Deposito Syariah Di BMT MBS Syariah Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun" oleh Kharisma Auwaliyah pada tahun 2020, Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo dengan fokus permasalahan; 1. Bagaimana Analisis Fatwa No. 97/DSN- MUI/XII/2015 tentang Sertifikat Deposito Syariah terhadap penerbitan sertifikat deposito syariah di BMT MBS Syariah
15 Rahma Afria Sari, Implementasi Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Penyaluran Dana (Al-Qard) (Studi Kasus di BMT Al-Hasanah Sekampung Lampung Timur, Lampung: Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Metro, 2017.
Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun? 2. Bagaimana Analisis Fatwa No. 97/DSN-MUI/XII/2015 tentang Sertifikat Deposito Syariah terhadap bagi hasil pada penerbitan sertifikat deposito syariah di BMT MBS Syariah Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun? 3. Bagaimana Analisis Fatwa No. 97/DSN-MUI/XII/2015 tentang Sertifikat Deposito Syariah terhadap sistem pemindahtanaganan sertifikat deposito syariah di BMT MBS Syariah Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun? Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Jenis penelitian lapangan ini diperoleh melalui teknik wawancara dengan memperoleh informasi dari informan dan pelaku usaha dalam memberikan keterangan mengenai Sertifikat deposito syariah di BMT MBS Syariah Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. Hasil dari penelitian ini menyatakan; sistem pemindahtanganan Sertifikat Deposito Syariah yang dilaksanakan oleh BMT MBS Syariah Jiwan Madiun belum terimplementasi dengan Fatwa No. 97/DSN-MUI/XII/2015 tentang Sertifikat Deposito Syariah.16
Berdasarkan pemaparan di atas, persamaan penelitian ini dengan penelitian yang hendak peneliti bahas adalah pembahasan mengenai Implementasi Fatwa DSN-MUI. Sedangkan perbedaan keduanya adalah fokus permasalahan dan lokasi penelitian yang dilakukan.
16 Kharisma Auwaliyah, Implementasi Fatwa No. 97/Dsn-Mui/Xii/2015 Tentang Sertifikat Deposito Syariah Di BMT MBS Syariah Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, Ponorogo:
Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2020.
c) Skripsi yang berjudul "Implementasi Pengelolaan Zakat Penghasilan di BAZNAS Kabupaten Jember (Tinjauan Undang,-Undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat" oleh Muhammad Iqbal Ashriansyah pada Tahun 2020, Prodi Al-Ahkwal Asy-Syakhsiyah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember dengan fokus permasalahan. 1). Bagaimana Implementasi Pengelolaan Zakat Penghasilan di BAZNAS Kabupaten Jember? 2).
Apakah pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Jember sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat?. Jenis penelitian ini adalah kualitatif atau penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan (statuta approach). Hasil dari penelitian ini menyatakan; Implementasi Zakat Penghasilan di BAZNAS Kabupaten Jember telah sesuai dengan aturan Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat mengenai prosedur awal penerimaan dana zakat dari muzakki sampai ke tahap pendistribusian kepada para mustahiq.17
Berdasarkan pemaparan di atas, persamaan penelitian ini dengan penelitian yang hendak peneliti bahas adalah mengenai pemilihan lokasi yang dilakukan, yakni BASNAZ Kabupaten Jember.
Sedangkan perbedaan keduanya adalah terdapat dalam fokus permasalahan.
17 Muhammad Iqbal Ashriansyah, Implementasi Pengelolaan Zakat Penghasilan di BAZNAS Kabupaten Jember (Tinjauan Undang,-Undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat), Jember: Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Jember. 2020.
B. Kajian Teori
1. Implementasi Program
a) Pengertian Implementasi Program
Implementasi program adalah sebuah pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat, yang mana terdapat banyak indikator yang menjadi pengaruh keberhasilan dalam menjalankannya. Dalam buku yang ditulis Syukur Abdullah, Donald P.Warwick menjelaskan terdapat dua indikator besar yang berpengaruh dalam melakukan implementasi program, yakni kondisi pendorong (facilitating conditions) dan kondisi penghambat (impending conditions).18 Implementasi program merupakan suatu proses pelaksanaan secara nyata yang didalamnya terdapat pengambilan keputusan, pemilihan langkah strategis dan operasional yang akan dijalankan.
Sehingga progam tersebut dapat terwujud dan sesuai target sebagaimana yang telah direncanakan.
Implementasi program dilihat dari pencapaian yang diperoleh “outcomes” dan unsur pengaruh dari kondisi pendorong dan pengambatnya dibagi menjadi tiga, yanki;
implementasi program yang berhasil, implementasi program kurang behasil dan implementasi program gagal.
18 Syukur Abdullah. Perkembangan Studi Implementasi. (Jakarta: Lembaga Adiministrasi Negara RI, 1988). 17.
b) Unsur-Unsur Dalam Proses Implementasi Program.
Terdapat 4 indikator penting dalam proses implementasi program, yakni;
1) Dalam melaksanakan implementasi program, prosesnya pada umumya sangat dipengaruhi oleh beragam faktor lingkungan, seperti; pengaruh fisik, sosial-budaya serta politik. implementasi program tidak dapat dijalankan di ruangan kosong.
2) Terdapat target grup, sebuah kelompok yang dipilih untuk dijadikan sasaran dalam implementasi program.
Dengan harapan nantinya dapat memperoleh suatu manfaat.
3) Terdapat program kegiatan yang akan dijalankan.
4) Terdapat pelaksana program, baik individu atau kelompok orgaisasi yang tugasnya melakukan tanggung jawab dalam mengelola, melaksanakan, dan mengawasi program implementasi yang dijalankan.19 2. Fatwa MUI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pemanfaatan Harta
Zakat, Infak, Dan Shadaqah Untuk Penanggulangan Wabah Covid-19 Dan Dampaknya.
Dalam rangka membantu pemerintah menghadapi wabah COVID-19 dan dampaknya, serta menjawab pertanyaan dari
19 Ibid., 398.
masyarakat luas. Dengan ini, Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan dan mengeluarkan Fatwa tentang pemanfaatan harta zakat, infak, dan shadaqah untuk penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya sebagai pedoman dan kemaslahatan bagi umat islam di Indonesia.
Amanat UU No.23 Tahun 2011 menyatakan bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatan keadilan, kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Zakat harus didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat islam, pendistribusian harus dilakukan berdasarkan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan.
Dengan ini, MUI menetapkan Fatwa No.23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infak, Dan Shadaqah Untuk Penanggulangan Wabah COVID-19 Dan Dampaknya setelah :
MENIMBANG :
a) Bahwa zakat merupakan jenis ibadah mahdlah sebagai rukun Islam yang ketentuannya diatur secara khusus berdasarkan syariat Islam;
b) Bahwa dampak wabah COVID-19 tidak hanya terhadap kesehatan saja, tetapi mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya, dan sendi kehidupan lain;
c) Bahwa dalam rangka menghadapi wabah COVID-19 dan dampaknya, harta zakat berpotensi untuk dimanfaatkan guna
penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya, demikian juga harta infak dan shadaqah;
d) Bahwa muncul pertanyaan di masyarakat tentang hukum pemanfaatan harta zakat, infak dan shadaqah untuk penanggulangan Wabah COVID-19 dan dampaknya;
e) Bahwa untuk itu Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan Fatwa tentang pemanfaatan harta zakat, infak, dan shadaqah untuk penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya sebagai pedoman.
MENGINGAT : 1. Firman Allah SWT :
a. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka… (QS. al- Taubah [9]: 103). Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus- pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al- Taubah [9]: 60).
b. Hai orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu …”. (QS. al-Baqarah [2]:
267).
c. Dan mereka bertanya kepada apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. (QS. al- Baqarah [2]: 219).
d. Dan bertolong-tolonganlah kalian dalam melakukan kebaikan dan taqwa. (QS. al-Maidah [5]: 2).
e. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. al- Imran [3]:134).
2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain :
a. Hadis nabi Saw. yang menegaskan tentang kewajiban zakat bagi umat Islam yang memenuhi syarat;
1) Dari Ibnu 'Abbas ra. bahwa ketika Nabi Saw.
mengutus Mu'adz ra. ke negeri Yaman, Beliau berkata,: "Kamu akan mendatangi Ahlul Kitab, maka hendaklah hal pertama yang kamu da'wahkan kepada mereka adalah mengajak mereka untuk menyembah Allah. Jika mereka telah mengenal Allah, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka untuk melakukan shalat
lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah melaksanakannya, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan mereka untuk membayar zakat dari harta mereka yang akan diberikan kepada orang-orang faqir dari kalangan mereka. Jika mereka telah menaatinya, maka ambillah dari mereka (sesuai ketentuannya) dan peliharalah kesucian harta manusia". (HR. al-Bukhari).
2) Dari Ali ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat kepada orang-orang muslim yang kaya atas harta mereka yang mencukupi kebutuhan orang- orang muslim yang fakir. Dan tidak akan terjadi kelaparan dan orang tidak memakai pakaian (sama sekali) kecuali karena orang kaya tidak menunaikan zakat.
Ketahuilah! Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung-jawaban mereka (orang kaya yang tidak berzakat) dan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih“. (HR. al-Thabarani)
b. Hadis Nabi Saw. yang memerintahkan bersegera menunaikan sedekah meski dalam kondisi pas-pasan dan tidak menunda pembayarannya;
1) Dari Abu Hurairah berkata: “Seorang lelaki mendatangi Rasulullah Saw. sembari bertanya,
„Wahai Rasulullah, shadaqah apa yang paling besar pahalanya?‟ Beliau menjawab: “Bersedekahlah selama kamu masih sehat, (walaupun) keadaanmu pelit, khawatir jatuh miskin, dan berharap menjadi orang kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda membayar shadaqah sehingga nyawamu sudah sampai di tenggorokan; kamu berkata, untuk si fulan sekian dan untuk si fulan (yang lain) sekian, sedangkan si fulan telah mampu”. (HR. al-Bukhari).
c. Hadis Nabi Saw. yang membolehkan penyegeraan pengeluaran zakat sebelum waktunya;
1) Dari Ali bahwa Abbas ra. bertanya kepada Nabi Saw. tentang penyegeraan pengeluaran zakat sebelum waktunya, lalu beliau mengizinkannya.
(HR. Ibnu Majah dan Abu Daud).
2) Dari Ali bin Abi Thalib ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Bersegeralah membayar zakat, sebab bala‟ bencana tidak akan melangkahinya”.
(HR. al-Thabarani)
d. Hadis Nabi Saw. yang menjelaskan tentang distribusi zakat dalam kondisi tertentu;
1) Diriwayatkan dari Abi Sa'id al-Khudri ra ia berkata:
Rasulullah Saw. bersabda: Shadaqah (zakat) tidak halal dibayarkan kepada orang kaya kecuali dalam lima kelompok, kepada yang sedang berperang di jalan Allah, kepada yang bekerja ('amil) mengurus zakat, kepada yang punya hutang, kepada orang yang membeli zakatnya dengan hartanya, atau kepada orang yang punya tetangga miskin lantas ia bersedekah atas orang miskin tersebut kemudian si miskin memberi hadiah si kaya. (HR. Al-Baihaqi).
3. Qaidah fiqhiyyah
a. “Tindakan pemimpin [pemegang otoritas] terhadap rakyat harus mengikuti kemaslahatan“.
b. “Hukum sarana adalah mengikuti hukum capaian yang akan dituju“.
c. “Sesuatu kewajiban yang hanya bisa diwujudkan dengan melakukan sesuatu perkara, maka perkara tersebut hukumnya menjadi wajib“.
MEMPERHATIKAN :
1. Pendapat Imam al-Nawawi dalam kitab al-Majmu‟ juz 6 hal. 228 yang menjelaskan persyaratan mustahiq zakat harus muslim, sebagai berikut: Menurut madzhab Syafii zakat tidak boleh diserahkan kepada non muslim. Ibnu Mundzir berkata: “Ulama
telah bersepakat bahwa zakat mal tidak boleh diserahkan kepada kafir dzimmy. Adapun zakat fitrah ulama‟ berbeda pendapat;
imam Abu Hanifah, „Amr bin Maimun, Umar bin Syurahbil, Murrah al-Hamadzani membolehkan zakat firah untuk diserahkan kepada pendeta”.
2. Pendapat Imam Ibnu Qudamah dalam kitab al-Muhgni juz 2 hal.
487 yang juga menjelaskan persyaratan mustahiq zakat harus muslim sebagai berikut : (Soal zakat untuk orang kafir dan budak) Kami tidak melihat ada perbedaan bendapat antara ulama bahwa zakat mal tidak boleh dibagikan kepada non muslim dan budak. Ibnu Mundzir berpendapat “Bahwa ulama telah bersepakat bahwa zakat mal tidak boleh diberikan kepada kafir dzimmy walau sedikit”.
3. Pendapat Imam Al-Ramly dalam kitab Nihayatu al-Muhtah ila Syarhi al-Minhaj (6/161-162) yang menerangkan pendistribusian harta zakat bagi orang miskin untuk memenuhi kebutuhan dasarnya serta dimungkinkan distribusi bertahap dan sesuai kebutuhannya, sebagai berikut: (Bagian Orang fakir dan miskin), Bila keduanya tidak mampu untuk bekerja dengan satu keahlian atau perdagangan diberi harta zakat sekiranya mencukupi kebutuhan satu tahun, karena berulang- ulangnya zakat setiap tahunnya. Ini adalah pendapat yang paling kuat sebagaimana tercantum dalam kitab al-Umm. Sedangkan
pendapat jumhur ulama adalah diberikan kepada mereka sekiranya mencukupi kebutuhan sampai pada batas rata-rata umur hidup manusia, karena tujuannya adalah mencukupi kebutuhan hidupnya dan itu adalah satu-satunya cara. Kalau umurnya melebihi standar umumnya manusia, maka akan diberi setiap tahun seukuran kebutuhan hidupnya selama setahun. Jika dia mempunyai kompetensi kerja, maka diberikan kepadanya uang untuk membeli alat, meskipun harganya mahal. Atau jika dia pintar berdagang, maka diberikan kepadanya modal berdagang dan besaarannya disesuaikan dengan adat yang berlaku di daerahnya. Jika dia mempunyai multi kompetensi kerja, maka diberikan dana untuk membeli alat atau modal kerja. Jika salah satu bagian itu melebihi dari kebutuhannya, maka cukup diberikan kepadanya sebagian saja. Jika satu bagian kurang mencukupi, maka perlu diberikan tambahan yang bisa diberikan aset seperti properti atau kebun yang pemasukannya dapat mencukupi kebutuhannya. Dan tidaklah dimaksudkan di sini –orang yang tidak dapat bekerja– diberikan dana tunai seukuran masa tersebut, akan tetapi dia diberi dana di mana ia mampu membeli aset properti atau kebun yang pemasukannya dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga ia tidak lagi menjadi mustahiq zakat, serta bisa diwariskan.
4. Pendapat Imam al-Maraghi dalam kitab "Tafsir al-Maraghi"
Jilid IV halaman 145: Sabilillah ialah jalan yang menuju kepada ridha Allah dan meraih pahala-Nya. Yang dimaksud 'sabilillah' ialah orang-orang yang berperang dan yang terkait dengan perang. Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad ra. memasukkan haji dalam arti sabilillah, juga segala usaha ke arah kebaikan, seperti mengkafani mayat, membangun jembatan dan benteng, memakmurkan masjid dan lain sebagainya".
5. Pendapat Imam al-Razi dalam kitab "al-Tafsir al-Kabir" Jilid 16 halaman 87: Ketahuilah bahwa “fii sabilillah” secara zhahir tidak terbatas pada bala tentara. Atas pemahaman ini Imam al- Qaffal menukil pandangan sebagian fuqaha dalam tafsirnya bahwa mereka membolehkan penyaluran zakat ke seluruh jalan kebaikan mulai dari pengkafanan janazah, membangun benteng dan memakmurkan masjid. Hal ini karena firman Allah “Wa fii Sabilillah” bersifat umum.
6. Pendapat Imam al-Nawawi dalam kitab al-Majmu‟ (6/126-127) tentang bolehnya memabayar zakat fithrah sebelum waktu wajib: Ulama Syafi‟iyyah berpendapat bahwa menyegerakan untuk membayar zakat fithrah sebelum waktu wajib adalah boleh, sebagaimana disebutkan oleh mushonnif bahwa ada tiga pendapat dan yang benar adalah boleh menyegerakan bayar zakat fithrah mulai dari awal Ramadan dan tidak boleh sebelum
masuk Ramadan.
7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Intensifikasi Pelaksanaan Zakat tanggal 26 Januari 1982.
8. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Mentasharrufkan Dana Zakat untuk Kegiatan Produktif dan Kemaslahatan Umum Tanggal 2 Februari 1982.
9. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tahun 1996 tentang Pemberian Zakat Beasiswa.
10. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyaluran Harta Zakat Dalam Bentuk Aset Kelolaan.
11. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 001/MUNAS- IX/MUI/2015 tentang Pendayagunaan Harta Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf untuk Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Bagi Masyarakat.
12. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta Nomor 04 tahun 2020 tentang Hukum Pemanfaatan Zakat untuk Pengadaan Disinfektan, Hand Sanitizer, Masker dan Alat Pelindung Diri (APD) dalam Situasi Wabah COVID-19.
13. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang dalam Sidang Komisi Fatwa pada Rapat Komisi Fatwa pada tanggal 15 dan 16 April 2020.
Dengan bertawakal kepada Allah SWT.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : “FATWA TENTANG PEMANFAATAN HARTA ZAKAT, INFAK, DAN SHADAQAH UNTUK
PENANGGULANGAN WABAH COVID-19 DAN
DAMPAKNYA”.
Pertama: Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan: Pemanfaatan adalah pendistribusian harta zakat, infak, dan shadaqah kepada penerima, dan penggunaan harta tersebut secara tepat oleh penerima.
1. Hawalan al-haul adalah masa satu tahun atas kepemilikan harta tertentu sebagai syarat wajib zakat.
2. Penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya adalah segala ikhtiar yang ditujukan untuk mencegah penyebaran COVID-19, merawat dan menangani korban COVID-19, memperkecil angka kematian, membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain, serta membantu kesulitan umat Islam yang terdampak COVID-19.
3. Aset kelolaan adalah sarana dan/atau prasarana yang diadakan dari harta zakat, infak, dan shadaqah yang berada di dalam pengelolaan pengelola/‟amil yang manfaatnya diperuntukkan bagi penerima.
Kedua: Ketentuan Hukum
1. Pemanfaatan harta zakat untuk penanggulangan wabah COVID- 19 dan dampaknya, hukumnya boleh dengan dhawabith sebagai berikut:
a. Pendistribusian harta zakat kepada mustahiq secara langsung dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penerima termasuk salah satu golongan (asnaf) zakat, yaitu muslim yang fakir, miskin, amil, muallaf, yang terlilit hutang, riqab, ibnu sabil, dan/atau fi sabilillah;
2) Harta zakat yang didistribusikan boleh dalam bentuk uang tunai, makanan pokok, keperluan pengobatan, modal kerja, dan yang sesuai dengan kebutuhan mustahiq;
3) Pemanfaatan harta zakat boleh bersifat produktif antara lain untuk stimulasi kegiatan sosial ekonomi fakir miskin yang terdampak wabah.
b. Pendistribusian untuk kepentingan kemaslahatan umum, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penerima manfaat termasuk golongan (asnaf) fi sabilillah
2) Pemanfaatan dalam bentuk aset kelolaan atau layanan bagi kemaslahatan umum, khususnya
kemaslahatan mustahiq, seperti untuk penyediaan alat pelindung diri, disinfektan, dan pengobatan serta kebutuhan relawan yang bertugas melakukan aktifitas kemanusiaan dalam penanggulangan wabah.
2. Zakat mal boleh ditunaikan dan disalurkan lebih cepat (ta„jil al- zakah) tanpa harus menunggu satu tahun penuh (Hawalan al- haul), apabila telah mencapai nishab.
3. Zakat fitrah boleh ditunaikan dan disalurkan sejak awal Ramadhan tanpa harus menunggu malam idul fitri.
4. Kebutuhan penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya yang tidak dapat dipenuhi melalui harta zakat, dapat diperoleh melalui infaq, shadaqah, dan sumbangan halal lainnya.
Ketiga : Rekomendasi
Pemerintah wajib mengoptimalkan daya dukung sumber daya untuk penanggulangan wabah COVID-19 dan dampaknya dengan melakukan langkah cepat guna menjamin keselamatan dan kemaslahatan masyarakat.
1. Umat Islam diharapkan menyalurkan zakatnya melalui badan/lembaga amil zakat yang terpercaya agar manfaatnya
nyata.
2. Badan/Lembaga Amil Zakat agar menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam pengelolaan zakat dengan memprioritaskan tasharruf khususnya untuk kemaslahatan mustahiq yang terdampak COVID-19.
3. Umat Islam yang memenuhi syarat wajib zakat dianjurkan untuk segera menunaikan kewajiban zakatnya agar para mustahiq yang terdampak COVID-19 dapat memperoleh haknya.
Keempat : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapat mengetahuinya, semua pihak dihimbau untuk menyebarluaskan fatwa ini.
3. Kaidah Fiqih
Asal kata Al - Qawaid merupakan jamak dari sebuah kata Qaidah yang memiliki arti sesuatu yang luas/universal (kulliyyah), yang mana dapat meligkupi beberapa bagian (juzziyyah). Secara bahasa mempunyai banyak makna seperti; asas, pokok, dan tetap.
Pengertian Al - Qawaid Fiqhiyah ialah kaidah-kaidah syar‟iyyah yang memiliki fungsi mempermudah para mujtahid guna melakukan istibath hukum terhadap sebuah permasalahan dengan metode
mengumpulkan permasalahan yang mirip dengan meggunakan salah satu sumber kaidah yang dapat berkaitkan. 20
T.M Hasbi As-Shiddiqi menerangkan, kaidah ushul fiqih merupakan kaidah - kaidah yang memiliki sifat universal (kulliyah) yang diperoleh dari dalil - dalil kulliyah dari Al-Quran dan Al-Hadits yang dijadikan landasan kaidah - kaidah universal (kulliyah) yang dapat disesuaikan dengan jumlah dari juzziyyah. Adapun yang dimaksud dengan syara‟ yakni dalam menempatkan mukallaf di bawah beban taklif serta memberikan pemahaman mengenai rahasia tasyri‟ dan hikmah yang terkandung didalamnya.
Pengertian lain dari Mustafa Ahmad Al–Zarqo, yakni: Kaidah fiqih ialah dasar-dasar fiqih yang umum (ushul fiqhiyyah kulliyyah) dengan memakai beberapa redaksi pendek yang sifatnya undang - undang dan meliputi hukum-hukum syara‟ umum mengenai kejadian- kejadian yang tergolong dalam ruang lingkup bahasannya.21
Dilihat dari jenisnya secara global, kaidah-kaidah ushul fiqih terbagi ke dalam 4 macam aspek, yaitu ;
1. Aspek sumber asal rujukan kaidah
Pada aspek yang pertama ini, kaidah terbagi kedalam dua macam, yakni : 1) Kaidah yang sumbernya dari dalil naqli (Al-Quran dan Al-Hadits), dan 2) Kaidah yang sumbernya dari dalil Aqli atau hasil ijtihad ulama, baik itu yang diperoleh dari hasil ijtihad
20 Abbas Arfan, Kaidah-Kaidah Fiqih Muamalah Dan Aplikasinya Dalam Ekonomi Islam Perbankan, (Jakarta: DIKTIS Kementerian Agama, 2012), 1.
21 Ibid., 3.
memakai dalil-dalil syara‟ yang mu‟tabar atau dari Al-Istidlal Al- Qiyasi dan Ta‟lil Al-Ahkam.
2. Aspek urgensi kaidah terhadap persoalan fiqih
Pada aspek yang kedua ini, kaidah terbagi kedalam lima macam, yakni :
a) Al-Qaidah Al-Asasiyyah Al-Jami‟ah, yaitu kaidah Jalb Al- Masalih Wa Daf‟u Al Mafasid.
b) Al–Qawid Al-Kulliyyah Al-Kubra yakni salah satu cabang dari kaidah yang lima.
c) Al-Qawaid Al-Kulliyyah yakni kaidah yang berjumlah dua puluh yang dikatakan oleh As-Suyuthi dalam kitab Al- Ashbah Wa Nazairnya bagian kedua.
d) Al-Qawaid Al-Sughra yakni kaidah yang berjumlah dua puluh yang dikatakan oleh As-Suyuthi dalam kitab Al- Ashbah Wa Nazairnya pada bagian ketiga.
e) Al-Quwaid Al-Juzziyyah adalah suatu kaidah yang selain dari kaidah diatas baik itu dari hasil ijtihad para ulama klasik atau kontemporer.22
3. Aspek jenis cakupan dalam bidang fiqih
Pada aspek ketiga ini, kaidah terbagi kedalam dua macam, yakni : a) Al-Qawaid Al-Ammah yakni kaidah-kaidah fiqih yang meliputi
seluruh jenis dari bidang dan bab dalam fiqih.
22 Ibid., 44.
b) Al-Qawaid Al-Khasanah yaitu kaidah-kaidah fiqih yang hanya meliputi jenis dari bidang atau sebagian kecil dari kaidah- kaidah fiqih khusus dalam bidang muamalah.
4. Aspek pandangan madzhab
Pada aspek keempat ini, kaidah terbagi kedalam dua macam, yakni:
a) Kaidah fiqih yang mendapat kesepakatan oleh para ulama, baik interen madzhab atau lintas madzhab.
b) Kaidah fiqih yang mendapat perselisihan oleh para ulama.23 4. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
A. Pengertian dan Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
1) Pengertian Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga yang tugasnya melakukan pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat masyarakat untuk kemasalahatan bersama sesuai syariat islam. BAZNAS dibuat oleh Presiden RI dengan KEPRES atas usul Menteri Agama RI. 24
BAZNAS lahir sesuai Undang-Undang RI No. 38 tahun 1999 tentag Pengelolaan Zakat dan Keputusan Prsiden RI No.8 Tahun 2001.25Pengertian BAZNAS menurut
23 Ibid., 45.
24 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 415.
25 Baca Profil BAZNAS, 2003
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, BAZNAS adalah lembaga nonstruktural yang memiliki tugas untuk mengelola zakat secara nasional yang sifatnya mandiri. Basnaz dibentuk oleh pemerintah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. BAZNAS memiliki 3 arti dasar yang terkait dengannya, yaitu: a) Organisasi pemerintah non-struktural. b) Mandiri. c) Bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. Dirjen Bimas Islam dan Pemberdayaan Zakat, Standardisasi Amil Zakat di Indonesia. Basnaz memiliki masa jabatan selama 5 tahun serta dapat dipilih untuk keduakalinya setelah berakhirnya masa periode. Sekretariat mendampingi BAZNAS dalam melakukan kinerjannya.
2) Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdiri atas 3 lapisan yaitu; 1). Dewan Pertimbangan, 2). Komisi Pengawas, 3). Badan Pelaksana.
Kendati ketiga lapisan tersebut menempati posisi sejajar namun secara mekanistik operasional sesuai dengan peran dan fungsinya, Dewan Pertimbangan merupakan lapisan tertinggi, Komisi Pengawas merupakan lapisan tengah dan Badan Pelaksana merupakan lapisan bawah.
Dewan Pertimbangan berperan menjalankan fungsi pertimbangan, mengeluakan fatwa dan rekomendasi kepada komisi Pengawas dan Badan Pelaksana tentang pengembangan hukum dan konsep pengelolaan zakat, serta menetapkan garis kebijakan umum atas program yang dijalankan Badan Pelaksana. Komisi Pengawas berperan dan befungsi melaksanakan pengawasan atas operasi kegiatan yang dijalankan Badan Pelaksana atas dasar garis-garis kebijakan yang telah ditetapkan dan menunjukkan akutan publik. Badan Pengawas berfungsi menjalankan kebijakan dalam progam pengumpulan, pendistibusian, dan pendayagunaan zakat dan menyampaikan laporan pertangung jawaban. Di dalam Badan Pelaksana terdapat fungsi-fungsi pengumpulan, pendistibusian, pendayagunaan dan pengembangan. 26
26 Dirjen Bimas Islam Dan Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta:
Kementrian Agama RI, 2012), 46-47.
Stuktur organisasi tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
BAZNAS memiliki 11 angota dalam bertugas.
Anggota tersebut terdiri dari 3 pesonil dari pejabat pemerintah dan 8 personil dari masyarakat. Personil ini diambil dari tokoh masyarakat, pemuka agama dan seorang ahli di bidangnnya. Sebelum diseleksi dan diresmikan oleh presiden indonesia, calon peugas tesebut telah medapat usul dari menteri dan saran dari DPR untuk melakukan tugasnya mengelola zakat. 27
B. Peran BAZNAS terhadap pelaksanaan zakat diantaranya yaitu:
Menumbuhkan minat masyarakat dalam mengeluarkan zakat di Lembaga Pengelola Zakat.
27 Ibid., 47.
Dewan Pertimbangan
Badan Pelaksana
Komisi Pengawas
Divisi Penghimpun
Divisi Penyaluran
Divisi Pendayagunaan
Divisi Pengembangan
2.1 Tabel Bagan Struktur Badan Zakat Nasional
Menumbuhkan hasil zakat masyarakat serta penggunaan zakat publik sesuai aturan agama dengan sistem pemanfaatan yang baru.
Menumbuhkan kinerja pengurus/amil zakat yang handal, dapat dipercaya, cakap, dan terkoordinasi.
Merelisasikan sistem informasi zakat publik yang terpusat.
Meningkatkan hasil zakat dan membantu pemerintah dalam mengurangi angka masyarakat yang tergolong lemah ekonomi, serta melakukan kerjasama pada suatu lembaga yang produktif dan menguntungkan. 28
C. Fungsi dan Tugas Pokok BAZNAS 1. Fungsi BAZNAS
BAZNAS adalah sebuah organisasi pemrerintah yang tugasnya melakukan pengelolaan zakat masyarakat Indonesia. Untuk menunaikan kewajibannya sebagai lembaga penyelenggara zakat publik, BAZNAS menjalankan tugas pokoknya sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 yaitu:
1) Perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
28 Ibid, 49.
2) Pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
3) Pengendalian, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
4) Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan.
a. Pengumpulan
1) Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.
2) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki dan digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
b. Pendistribusian
1) Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.
2) Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memerhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahaan.
c. Pendayagunaan
1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penaganan fakir-miskin dan peningkatan kualitas umat.
2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah tepenuhi.
d. Pelaporan
1) BAZNAS wajib menyapaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada pemerintah secara berkala.
2) LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pegelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah secara berkala.
3) BAZNAS wajib menampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada menteri secara berkala.
4) Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak atau media elektronik.
e. Pengelolaan Infak, Sedekah dan Dana Sosial Keagamaan lainnya.
1) Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya.
2) Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikarkan oleh pemberi.
Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam pembukuan tersendiri. 29
2. Tugas Pokok BAZNAS
Tugas dari lembaga BAZNAS adalah sebagai berikut:
1) Membimbing umat agar sejahtera di dalam hidupnya dari segi fisik ataupun non fisik, dengan hasil pemanfaatan zakat.
2) Menaikkan kedudukan para penerima zakat agar berubah jadi pemberi zakat dengan upaya perbaikan, penaikkan kelas SDM serta peningkatan perekonomian publik.
3) Melakukan pendayagunaan zakat kepada pemberi dan penerima zakat secara luas.
29 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
4) Peningkatan kualitas hubungan sesama lembaga pengelola zakat. 30
Pada umumnya fungsi dan tugas BAZNAS adalah menghimpun, mengedarkan, melakukan pemberitahuan, dan bertanggung jawab tentang manajemen pemanfaatan zakat.
5. Ketahanan Keluarga
A. Pengertian Ketahanan Keluarga
Keluarga merupakan kelompok masyarakat paling kecil, yang anggotanya ialah anak, ibu dan ayah. 31 Murdock di dalam bukunya
“Social Structure”, menjelaskan bahwa keluarga adalah kelompok dalam masyarakat yang memiliki ciri-ciri hidup bersama, saling membantu dalam perekonomian, dan melakukan hubungan yang intim guna memperoleh keturunan.32 Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHP Pasal 1 No 30, pengertian keluarga ialah seseorang yang memiliki ikatan perkawinan dan ikatan sedarah.33
Menurut Undang–Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dalam pasal satu ayat 11, Pengertian Ketahanan keluarga ialah keadaan dinamis sebuah keluarga yang mempunyai kesolidan, kegigihan serta memiliki kemampuan fisik, psikis, mental, spritual, dan material
30 Ibid, 31.
31 Namora Lumonga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), 220.
32 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai Dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga, (Jakarta : Kencana, 2012), 3.
33 Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis- Viktimologis, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 61.
sehingga dapat memiliki kemandirian dalam bertahan hidup, melakukan pengembangan diri keluarga guna memiliki keharmonisan serta memperoleh kehidupan yang sejahtera secara lahiriah dan batiniah. Pengertian ini juga disebutkan dalam UU Nomor 10 Tahun 1992 dan di dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 06 Tahun 2013 tentang pelaksanaan pembangunan keluarga dengan pengertian yang sama. 34
B. Tujuan Pembentukan Keluarga
Menurut (Hughes & Hughes 1995) tujuan utama dari pembentukan keluarga yakni untuk memperoleh kesejahteraan &
ketahanan keluarga. Beberapa hal diantaranya;
1) Membuat rencana dan manejemen terhadap keluarga dengan melakukan pikiran dan perbuatan bersifat positif agar terjalin hubungan yang harmonis, memiliki keturunan yang diharapkan dan dapat menciptakan keluarga impian.
2) Melakukan peningkatan dan keyakinan bersikap positif tentang anak sebagai anugrah yang diberikan tuhan untuk dirawat dan dididik sebagai fungsi orang tua sehingga kelak anak dapat bertumbuh dengan hebat.
34 Undang-Undang 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga.
3) Meningkatkan hubungan yang positif antara suami dan istri dengan cara saling pengertian, saling memaafkan, mendiskusikan rencana, dan menjalankan ibadah dengan baik.
4) Melakukan peningkatan rasa kasih sayang, saling mencintai dan bahagia terhadap keluarga. Pondasi ini dibangun dengan dasar taat kepada tuhan sehingga keluarga menjadi harmonis.
5) Afeksi keluarga dapat ditingkatkan dengan cara; saling berkomunikasi secara rutin (bersikap perhatian, saling mendengarkan, berpikir positif, dan menanyakan sesuatu hal), melakukan makan bersama, berlibur bersama, merayakan hari spesial bersama, dan menjaga tradisi atau kebiasaan unik dalam keluarga.
6) Melakukan peningkatan spiritual dengan cara beribadah, berdoa, bersyukur dan belajar ilmu agama.
7) Melakukan pembinaan terhadap keluarga dengan cara;
membiasakan bersikap disiplin, berbuat baik, dan mengajarkan sesuatu positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup yang akan datang. 35
Adapun manfaat dan dampak yang diperoleh bagi keluarga yakni memiliki karakter yang terpuji, senang dan bersyukur dengan apa yang di punya, menjaga ketentraman dan hidup rukun, hidup dengan keseimbangan dan keadilan, bermafaat bagi nusa dan bangsa.
35 Herien Puspitawati. ”Ketahanan Dan Kesejahteraan Keluarga”. Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (2013). 1.