• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak

Dalam dokumen perlindungan hukum bagi para pihak dalam (Halaman 85-91)

BAB III ANALISIS PRAKTIK PERJANJIAN KERJA SAMA

B. Analisis Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak

72

mencontoh perilaku Rasulullah dan sahabatnya, karena baik buruk perilaku pemilik lahan dan petani penggarap akan menentukan kesuksesan dan kegagalan dalam melakukan perjanjian kerjasama.

B. Analisis Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam

73

permasalahan ini akan selesai dengan pihak yang bersangkutan saja maka pihak yang merasa dirugikan tidak lupa memanggil kepala Dusun, kepala Desa dan tokoh agama sebagai penengah yang tidak boleh memihak kepada salah satu pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi, guna memberikan perlindungan, dan dapat menyelesaikan masalah dengan jalan perdamaian terhadap kedua belah pihak agar tidak terjadi perselisihan dan pertengkaran pada saat menyelesaikan masalah maupun perselisihan dikemudian hari, dan menuntut hak-hak yang sudah menjadi kesepakatan di awal.

Berkaitan dengan perlindungan hukum yang diberikan pemerintah Desa dan tokoh Agama kepada para pihak yang melakukan perjanjian kerja sama penggarapan sawah di Desa Lantan berupa perlindungan hak masing-masing pihak, maka peneliti bisa katakan bahwa perlindungan hukum yang diberikan pemerintah Desa kepada para pihak yang bersengketa sudah sesuai dengan Syariat Islam dan menurut Hukum Ekonomi Syariah.

Pemerintah juga telah mengeluarkan Undang-undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Kerjasama Bagi Hasil yang telah diberlakukan sejak tanggal 7 Januari 1960. Tujuan diberlakukannya peraturan Undang-undang tersebut adalah untuk melindungi golongan lemah terhadap praktik-praktik yang merugikan golongan lemah, agar pembagian hasil antara penggarap dan pemilik dilakukan atas dasar yang adil dan terciptanya kedudukan hukum yang layak bagi penggarap maupun pemilik lahan. Perarutan perundang-undangan di atas bertujuan agar terciptanya kepentingan masing-masing pihak, baik itu pemilik lahan maupun penggarap telah dikeluarkan keputusan bersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian Nomor 211/1980 dan Nomor 714/Kpts/Um/9/1980 yang menjelaskan tentang hak antara pemilik lahan dan penggarap untuk dilaksanakan oleh masing- masing pihak agar tidak ada pihak yang dirugikan dengan adanya perjanjian kerjasama bagi hasil yang dilakukan.103

103 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah..., hlm. 138.

74

Pada prinsipnya Islam memberikan perlindungan hak kepada setiap orang. Setiap pemilik hak boleh menuntut haknya apabila terjadi pelangaran atau pengerusakan hak, maka pemilik hak dapat menuntut ganti rugi yang sesuai dengan hak yang seharusnya didapatkan sesuai dengan kesepakatan awal. Islam memberikan perlindungan bagi setiap pemilik hak untuk menggunakan haknya sesuai dengan kehendak sepanjang tidak bertentangan dengan Syariat Islam.104

Mengenai pelaksanaan perlindungan hukum pada para pihak dalam perjanjian kerja sama berupa “perjanjian kerja sama penggarapan sawah dengan sistem bagi hasil” antara pemilik lahan dan penggarap, dengan adanya akad kerja sama para pihak secara otomatis dilindungi oleh isi perjanjian itu sendiri karena sifatnya perjanjian adalah mengikat para pihak sehingga berkekuatan hukum bagi pihak itu sendiri. Dalam Islam telah diatur tentang bagaimana menyelesaikan sengketa agar tidak ada penzaliman kepada salah satu pihak bahkan kedua belah pihak. Apabila terjadi permasalahan yang merugikan salah satu pihak yang berakad melanggar atau tidak mematuhi isi perjanjian sebaiknya diselesaikan dulu dengan musyawarah. Telah dijelaskan juga bahwa penyelesaian sengketa ekonomi syariah harus diselesaikan dengan cara Musyawarah, karena penyelesaian sengketa secara dialogis antara kedua belah pihak yang bersengketa harus mengutamakan asas kekeluargaan dengan cara musyawarah. Allah Swt sangat menganjurkan umatnya untuk menyelesaikan masalah atau sengketa melalui musyawarah atau mufakat. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran (3): 159 yang memerintahkan menyelesaikan sengketa dengan musyawarah, yaitu:























104 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamlah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 12

75











































Artinya:”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Menyelesaikan permasalahan dengan cara musyawarah maka hubungan kekeluargaan dan silaturrahmi akan tetap terjalin diantara kedua belah pihak yang bersengketa.105 Selain penyelesaian dengan cara musyawarah, pemerintah Desa dan tokoh Agama di Desa Lantan mampu memberikan perlindungan kepada para pihak dengan cara mediasi atau perdamaian. Karena perdamaian dapat mengakhiri perselisihan antara kedua belah pihak yang bersengketa dalam perjanjian kerja sama yang sebelumnya di selesaikan dengan cara musyawarah yang melibatkan pemerintah Desa. Pemerintah Desa berperan sebagai pihak mediator atau pihak ketiga yang mempunyai tugas untuk menengahi permasalahan yang akan diselesaikan, dan harus bersikap netral. Perlindungan para pihak dalam perjanjian kerja sama dengan cara mediasi atau perdamaian yang dilakukan pemerintah Desa di Desa Lantan sudah sesuai dengan Syariat

105 Mardani, Hukum Perikatan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 252

76

Islam. Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an surah Al-Hujurat (49): ayat 9-10 yaitu:























































































Artinya:”9. Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hundaklah kamu damaikan antara keduanya, tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

10. Orang-orang beriman sesungguhnya bersaudara.

Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”106

106 Mardani, Hukum Perikatan Syariah..., hlm. 253

77

Ayat di atas menjelaskan bahwa penyelesian sengketa dengan cara mediasi atau perdamaian mampu memberikan kesempatan pada para pihak untuk berpatisipasi langsung dan informal dalam menyelesaikan perselisihan atau masalah. Penyelesaian sengketa melalui mediasi juga dapat memberikan hasil yang mampu menciptakan saling pengertian yang lebih baik di antara kedua belah pihak yang bersngketa karena mereka sendiri yang memutuskan.

78 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Dari seluruh rangkaian penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk perjanjian kerja sama penggarapan sawah di Desa Lantan Kecamatan Batukliang Utara dilakukan dengan cara lisan tidak dituliskan, yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap pengutaraan niat, negosiasi perjanjian, sistem pembagian hasil, risiko ditanggung bersama. Sistem pembagian hasil yang digunakan di Desa Lantan dengan sama-sama mendapatkan 50:50, namun pada saat pembagian hasil panen terjadi wanprestasi dimana penggarap mengambil bagiannya lebih dahulu dan lebih banyak tanpa sepengetahuan pemilik lahan. Praktik perjanjian kerja sama di Desa Lantan ini sudah sesuai dengan Hukum Ekonomi Syariah, tetapi mengenai sistem pembagian hasil yang dilaukan di Desa Lantan meleneng dari kesepakatan di awal akad dan belum sesuai dengan syariat Islam.

. 2. Bentuk perlindungan hukum bagi para pihak penggarapan sawah yang diberikan pemerintah Desa dan tokoh Agama di Desa Lantan berupa “perlindungan hak masing-masing pihak dalam perjanjian kerja sama penggarapan sawah”, dengan adanya akad kerja sama para pihak secara otomatis dilindungi oleh isi perjanjian itu sendiri karena sifatnya perjanjian adalah mengikat para pihak sehingga berkekuatan hukum bagi pihak itu sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Kerja sama Bagi Hasil yang telah diberlakukan sejak tanggal 7 Januari 1960. Tujuan diberlakukannya peraturan Undang-undang tersebut adalah untuk melindungi golongan lemah, agar pembagian hasil antara penggarap dan pemilik dilakukan atas dasar yang adil dan terciptanya kedudukan hukum yang layak bagi penggarap maupun pemilik lahan. Islam juga telah mengatur bagaimana menyelesaikan sengketa agar tidak ada penzaliman kepada salah satu pihak yang sebaiknya diselesaikan dulu dengan musyawarah. Karena penyelesaian sengketa ekonomi syariah harus

79

diselesaikan dengan cara Musyawarah, dan apabila tidak bisa diselesaikan dengan musyawarah bisa melanjutkan ke ranah Hukum yang lebih berwajib yaitu Pengadilan Agama. Oleh karena itu, bentuk perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian penggaran sawah di Desa Lantan sudah sesuai menurut syariat Islam dan menurut hukum Negara.

B. Saran-saran

1. Bagi masyarakat Desa Lantan Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah yang melakukan perjanjian kerjasama bagi hasil penggarapan sawah hendaklah melakukan kerjasama secara tertulis dan melibatkan saksi, jangan hanya melakukan perjanjian kerja sama secara lisan atau tidak dengan tertulis.

Sehingga jika persoalan atau masalah muncul dikemudian hari seperti pada saat pembagian hasil dapat diselesaikan dengan baik menurut pelanggaran yang ia lakukan, baik dari pihak pemilik lahan maupun dari pihak petani penggarap. Agar kerjasama yang dilakukan dapat meraih kesuksesan dan sama-sama mendapat keuntungan dantidak merugikan salah satu pihak.

2. Bagi pemerintah Desa Lantan baik kepala Dusun maupun kepala Desa tetaplah menjadi penengah dalam menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang terjadi di masyarakat, bukan hanya dalam melakukan bisnis kerja sama saja namun dalam segala aspek permasalahan dan ketika menyelesaikan sengketa yang terjadi antar masyarakat janganlah berpihak kepada salah satu pihak agar tidak terjadi perselisihan atau pertengkaran dan jauh dari kata golongan kuat melawan golongan lemah.

3. Mahasiswa

Saran peneliti kepada mahasiswa yang lain diharapkan skripsi ini bisa bermanfaat untuk skripsi lanjutan yang akan membahas lebih detail tentang perjanjian kerjasama penggarapan sawah dengan sistem bagi hasil. Dan khususnya bagi peneliti sendiri, semoga penelitian ini bisa menambah pengalaman dan wawasan guna memperkaya ilmu pengetahuan.

80

DAFTAR PUSTAKA Buku

A Zainudin, Al-islam, Bandung: Pustaka Setia, 1999

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta:Kencana, 2016

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, Jakarta : Kencana 2010

Agus Yudha Hemoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010

Ahmad Sunarto, Terjemah Shahih Bukhari, Semarang: CV. Asy Syifa’, 1992.

Amiruddin & H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawal Pers, 2010

Arifin Hamid, Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia, Jakarta:

Pemuda Jakarta, 2008

Asikin Zainal, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2012 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan

Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaan, Jakarta:

Djambatan, 1997

Deprtemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Cv Cimanggis, Depok,2012

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008

Hareon (Pemimpin Redakasi), Ensiklopedi Hukum

81

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta:

Bumi Aksara, 2016

Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2003

Mardani, Hukum Prtikatan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013

Maulana Hasanudin & Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah , Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012

Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Frofit Margin pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2004

Muhammad Yusuf Qawardi, Halal dan Haram Dalam Islam, Jakarta:

Bina Ilmu, 2001

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE, 2004

Mustafa Edwin Nasution, Mengenal Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:

Bumi Aksara, 2012

Nasrun Hareon, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007 Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik, Bandung: PT Tarsito, 2003 Nur Rianto, Hukum Ekonomi islam Perspektif Hadist Nabi, Jakarta:

Kencana, 2015

Panji Adam, Fiqh Muamalah Maliyah, Surabaya: PT. Refika Aditama,2017

82

Philipus Hardjo, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya:

Bina Ilmu, 1988

Satjipto Raharjo , Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi 40, Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2006

Sohari Sahrani & Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia, Maret 2011

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, 1984

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&d), Bandung: Alfabeta, 2008

Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Teori dan Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2011

Tengku Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1998

Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Lampung: Universitas Lampung, 2007

Yan Pramadya Puspa, Hukum Perjanjian, Jakarta: Prandnya Paramitha, 1977

Yoyok Prasetyo, Ekonomi Islam, Bandung: Aria Mandiri Group, 2018 Yusuf Al-Qaradhwi, Norma dan Etika Ekonomi Syariah, Jakarta: Gema

Insani Press, 1997

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grfika, 2009

83 Skripsi/Tesis

Juhairiyah, “Sistem Bagi Hasil Pengolahan Lahan Sawah Di Dusun Tanak Beak Desa Tanak Beak Kecamatan Batukliang Utara Lombok Tengah Tinjauan Hukum Ekonomi Islam”, Skripsi : IAIN Mataram, Mataram, 2016

Rini Sakhrevi, “Analisis Pola Bagi Hasil Antara Petani Penggarap Dengan Petani Pemilik Lahan Pertanian Tinjauan Ekonomi Islam Di Desa Tanak Beak Kecamatan Narmada”, Skripsi: IAIN Mataram, 2015

Tri Ambar Insan Wahyuni, “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Perjanjian Kerjasama Bersyarat Antara Petani Tomat Dengan Pemilik Modal Di Desa Mamben Baru Kecamatan Kabupaten Lombok Timur”, Skripsi: UIN Mataram, 2022

LAMPIRAN

85

Dalam dokumen perlindungan hukum bagi para pihak dalam (Halaman 85-91)

Dokumen terkait