BAB III ANALISIS PRAKTIK PERJANJIAN KERJA SAMA
B. Analisis Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak
72
mencontoh perilaku Rasulullah dan sahabatnya, karena baik buruk perilaku pemilik lahan dan petani penggarap akan menentukan kesuksesan dan kegagalan dalam melakukan perjanjian kerjasama.
B. Analisis Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam
73
permasalahan ini akan selesai dengan pihak yang bersangkutan saja maka pihak yang merasa dirugikan tidak lupa memanggil kepala Dusun, kepala Desa dan tokoh agama sebagai penengah yang tidak boleh memihak kepada salah satu pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi, guna memberikan perlindungan, dan dapat menyelesaikan masalah dengan jalan perdamaian terhadap kedua belah pihak agar tidak terjadi perselisihan dan pertengkaran pada saat menyelesaikan masalah maupun perselisihan dikemudian hari, dan menuntut hak-hak yang sudah menjadi kesepakatan di awal.
Berkaitan dengan perlindungan hukum yang diberikan pemerintah Desa dan tokoh Agama kepada para pihak yang melakukan perjanjian kerja sama penggarapan sawah di Desa Lantan berupa perlindungan hak masing-masing pihak, maka peneliti bisa katakan bahwa perlindungan hukum yang diberikan pemerintah Desa kepada para pihak yang bersengketa sudah sesuai dengan Syariat Islam dan menurut Hukum Ekonomi Syariah.
Pemerintah juga telah mengeluarkan Undang-undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Kerjasama Bagi Hasil yang telah diberlakukan sejak tanggal 7 Januari 1960. Tujuan diberlakukannya peraturan Undang-undang tersebut adalah untuk melindungi golongan lemah terhadap praktik-praktik yang merugikan golongan lemah, agar pembagian hasil antara penggarap dan pemilik dilakukan atas dasar yang adil dan terciptanya kedudukan hukum yang layak bagi penggarap maupun pemilik lahan. Perarutan perundang-undangan di atas bertujuan agar terciptanya kepentingan masing-masing pihak, baik itu pemilik lahan maupun penggarap telah dikeluarkan keputusan bersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian Nomor 211/1980 dan Nomor 714/Kpts/Um/9/1980 yang menjelaskan tentang hak antara pemilik lahan dan penggarap untuk dilaksanakan oleh masing- masing pihak agar tidak ada pihak yang dirugikan dengan adanya perjanjian kerjasama bagi hasil yang dilakukan.103
103 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah..., hlm. 138.
74
Pada prinsipnya Islam memberikan perlindungan hak kepada setiap orang. Setiap pemilik hak boleh menuntut haknya apabila terjadi pelangaran atau pengerusakan hak, maka pemilik hak dapat menuntut ganti rugi yang sesuai dengan hak yang seharusnya didapatkan sesuai dengan kesepakatan awal. Islam memberikan perlindungan bagi setiap pemilik hak untuk menggunakan haknya sesuai dengan kehendak sepanjang tidak bertentangan dengan Syariat Islam.104
Mengenai pelaksanaan perlindungan hukum pada para pihak dalam perjanjian kerja sama berupa “perjanjian kerja sama penggarapan sawah dengan sistem bagi hasil” antara pemilik lahan dan penggarap, dengan adanya akad kerja sama para pihak secara otomatis dilindungi oleh isi perjanjian itu sendiri karena sifatnya perjanjian adalah mengikat para pihak sehingga berkekuatan hukum bagi pihak itu sendiri. Dalam Islam telah diatur tentang bagaimana menyelesaikan sengketa agar tidak ada penzaliman kepada salah satu pihak bahkan kedua belah pihak. Apabila terjadi permasalahan yang merugikan salah satu pihak yang berakad melanggar atau tidak mematuhi isi perjanjian sebaiknya diselesaikan dulu dengan musyawarah. Telah dijelaskan juga bahwa penyelesaian sengketa ekonomi syariah harus diselesaikan dengan cara Musyawarah, karena penyelesaian sengketa secara dialogis antara kedua belah pihak yang bersengketa harus mengutamakan asas kekeluargaan dengan cara musyawarah. Allah Swt sangat menganjurkan umatnya untuk menyelesaikan masalah atau sengketa melalui musyawarah atau mufakat. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran (3): 159 yang memerintahkan menyelesaikan sengketa dengan musyawarah, yaitu:
104 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamlah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 12
75
Artinya:”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Menyelesaikan permasalahan dengan cara musyawarah maka hubungan kekeluargaan dan silaturrahmi akan tetap terjalin diantara kedua belah pihak yang bersengketa.105 Selain penyelesaian dengan cara musyawarah, pemerintah Desa dan tokoh Agama di Desa Lantan mampu memberikan perlindungan kepada para pihak dengan cara mediasi atau perdamaian. Karena perdamaian dapat mengakhiri perselisihan antara kedua belah pihak yang bersengketa dalam perjanjian kerja sama yang sebelumnya di selesaikan dengan cara musyawarah yang melibatkan pemerintah Desa. Pemerintah Desa berperan sebagai pihak mediator atau pihak ketiga yang mempunyai tugas untuk menengahi permasalahan yang akan diselesaikan, dan harus bersikap netral. Perlindungan para pihak dalam perjanjian kerja sama dengan cara mediasi atau perdamaian yang dilakukan pemerintah Desa di Desa Lantan sudah sesuai dengan Syariat
105 Mardani, Hukum Perikatan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 252
76
Islam. Seperti yang dijelaskan dalam Al-qur’an surah Al-Hujurat (49): ayat 9-10 yaitu:
Artinya:”9. Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hundaklah kamu damaikan antara keduanya, tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
10. Orang-orang beriman sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”106
106 Mardani, Hukum Perikatan Syariah..., hlm. 253
77
Ayat di atas menjelaskan bahwa penyelesian sengketa dengan cara mediasi atau perdamaian mampu memberikan kesempatan pada para pihak untuk berpatisipasi langsung dan informal dalam menyelesaikan perselisihan atau masalah. Penyelesaian sengketa melalui mediasi juga dapat memberikan hasil yang mampu menciptakan saling pengertian yang lebih baik di antara kedua belah pihak yang bersngketa karena mereka sendiri yang memutuskan.
78 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Dari seluruh rangkaian penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk perjanjian kerja sama penggarapan sawah di Desa Lantan Kecamatan Batukliang Utara dilakukan dengan cara lisan tidak dituliskan, yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap pengutaraan niat, negosiasi perjanjian, sistem pembagian hasil, risiko ditanggung bersama. Sistem pembagian hasil yang digunakan di Desa Lantan dengan sama-sama mendapatkan 50:50, namun pada saat pembagian hasil panen terjadi wanprestasi dimana penggarap mengambil bagiannya lebih dahulu dan lebih banyak tanpa sepengetahuan pemilik lahan. Praktik perjanjian kerja sama di Desa Lantan ini sudah sesuai dengan Hukum Ekonomi Syariah, tetapi mengenai sistem pembagian hasil yang dilaukan di Desa Lantan meleneng dari kesepakatan di awal akad dan belum sesuai dengan syariat Islam.
. 2. Bentuk perlindungan hukum bagi para pihak penggarapan sawah yang diberikan pemerintah Desa dan tokoh Agama di Desa Lantan berupa “perlindungan hak masing-masing pihak dalam perjanjian kerja sama penggarapan sawah”, dengan adanya akad kerja sama para pihak secara otomatis dilindungi oleh isi perjanjian itu sendiri karena sifatnya perjanjian adalah mengikat para pihak sehingga berkekuatan hukum bagi pihak itu sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Kerja sama Bagi Hasil yang telah diberlakukan sejak tanggal 7 Januari 1960. Tujuan diberlakukannya peraturan Undang-undang tersebut adalah untuk melindungi golongan lemah, agar pembagian hasil antara penggarap dan pemilik dilakukan atas dasar yang adil dan terciptanya kedudukan hukum yang layak bagi penggarap maupun pemilik lahan. Islam juga telah mengatur bagaimana menyelesaikan sengketa agar tidak ada penzaliman kepada salah satu pihak yang sebaiknya diselesaikan dulu dengan musyawarah. Karena penyelesaian sengketa ekonomi syariah harus
79
diselesaikan dengan cara Musyawarah, dan apabila tidak bisa diselesaikan dengan musyawarah bisa melanjutkan ke ranah Hukum yang lebih berwajib yaitu Pengadilan Agama. Oleh karena itu, bentuk perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian penggaran sawah di Desa Lantan sudah sesuai menurut syariat Islam dan menurut hukum Negara.
B. Saran-saran
1. Bagi masyarakat Desa Lantan Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah yang melakukan perjanjian kerjasama bagi hasil penggarapan sawah hendaklah melakukan kerjasama secara tertulis dan melibatkan saksi, jangan hanya melakukan perjanjian kerja sama secara lisan atau tidak dengan tertulis.
Sehingga jika persoalan atau masalah muncul dikemudian hari seperti pada saat pembagian hasil dapat diselesaikan dengan baik menurut pelanggaran yang ia lakukan, baik dari pihak pemilik lahan maupun dari pihak petani penggarap. Agar kerjasama yang dilakukan dapat meraih kesuksesan dan sama-sama mendapat keuntungan dantidak merugikan salah satu pihak.
2. Bagi pemerintah Desa Lantan baik kepala Dusun maupun kepala Desa tetaplah menjadi penengah dalam menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang terjadi di masyarakat, bukan hanya dalam melakukan bisnis kerja sama saja namun dalam segala aspek permasalahan dan ketika menyelesaikan sengketa yang terjadi antar masyarakat janganlah berpihak kepada salah satu pihak agar tidak terjadi perselisihan atau pertengkaran dan jauh dari kata golongan kuat melawan golongan lemah.
3. Mahasiswa
Saran peneliti kepada mahasiswa yang lain diharapkan skripsi ini bisa bermanfaat untuk skripsi lanjutan yang akan membahas lebih detail tentang perjanjian kerjasama penggarapan sawah dengan sistem bagi hasil. Dan khususnya bagi peneliti sendiri, semoga penelitian ini bisa menambah pengalaman dan wawasan guna memperkaya ilmu pengetahuan.
80
DAFTAR PUSTAKA Buku
A Zainudin, Al-islam, Bandung: Pustaka Setia, 1999
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta:Kencana, 2016
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, Jakarta : Kencana 2010
Agus Yudha Hemoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010
Ahmad Sunarto, Terjemah Shahih Bukhari, Semarang: CV. Asy Syifa’, 1992.
Amiruddin & H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawal Pers, 2010
Arifin Hamid, Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia, Jakarta:
Pemuda Jakarta, 2008
Asikin Zainal, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2012 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaan, Jakarta:
Djambatan, 1997
Deprtemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Cv Cimanggis, Depok,2012
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Hareon (Pemimpin Redakasi), Ensiklopedi Hukum
81
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta:
Bumi Aksara, 2016
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2003
Mardani, Hukum Prtikatan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013
Maulana Hasanudin & Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah , Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Frofit Margin pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2004
Muhammad Yusuf Qawardi, Halal dan Haram Dalam Islam, Jakarta:
Bina Ilmu, 2001
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE, 2004
Mustafa Edwin Nasution, Mengenal Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 2012
Nasrun Hareon, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007 Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik, Bandung: PT Tarsito, 2003 Nur Rianto, Hukum Ekonomi islam Perspektif Hadist Nabi, Jakarta:
Kencana, 2015
Panji Adam, Fiqh Muamalah Maliyah, Surabaya: PT. Refika Aditama,2017
82
Philipus Hardjo, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya:
Bina Ilmu, 1988
Satjipto Raharjo , Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi 40, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2006
Sohari Sahrani & Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia, Maret 2011
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, 1984
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&d), Bandung: Alfabeta, 2008
Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Teori dan Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2011
Tengku Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1998
Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Lampung: Universitas Lampung, 2007
Yan Pramadya Puspa, Hukum Perjanjian, Jakarta: Prandnya Paramitha, 1977
Yoyok Prasetyo, Ekonomi Islam, Bandung: Aria Mandiri Group, 2018 Yusuf Al-Qaradhwi, Norma dan Etika Ekonomi Syariah, Jakarta: Gema
Insani Press, 1997
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grfika, 2009
83 Skripsi/Tesis
Juhairiyah, “Sistem Bagi Hasil Pengolahan Lahan Sawah Di Dusun Tanak Beak Desa Tanak Beak Kecamatan Batukliang Utara Lombok Tengah Tinjauan Hukum Ekonomi Islam”, Skripsi : IAIN Mataram, Mataram, 2016
Rini Sakhrevi, “Analisis Pola Bagi Hasil Antara Petani Penggarap Dengan Petani Pemilik Lahan Pertanian Tinjauan Ekonomi Islam Di Desa Tanak Beak Kecamatan Narmada”, Skripsi: IAIN Mataram, 2015
Tri Ambar Insan Wahyuni, “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Perjanjian Kerjasama Bersyarat Antara Petani Tomat Dengan Pemilik Modal Di Desa Mamben Baru Kecamatan Kabupaten Lombok Timur”, Skripsi: UIN Mataram, 2022
LAMPIRAN
85