• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Konsep Penjaminan Mutu

Dalam dokumen Buku Manajemen Mutu Terpadu (Halaman 167-181)

PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

D. Aplikasi Konsep Penjaminan Mutu

1. Konsep

mencapai Superior Performance

Suatu lembaga dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila:

37

a. lembaga tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya

melalui pelaksanaan misinya (aspek deduktif)

b. lembaga tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholder (aspek induktif) berupa:

1) kebutuhan kemasyarakatan (societal needs);

2) kebutuhan dunia kerja (industrial needs);

3) kebutuhan profesional (professional needs).

Dengan demikian, suatu lembaga harus mampu merencanakan, menjalankan, dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu sebagaimana diuraikan di atas agar bisa bersaing di era global dan bisa mendapatkan superior performance.

Adapun pentingnya penjaminan mutu bagi dalam konteks persaingan global dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Berdasarkan bagan diatas, untuk mencapai Superior Performance perguruan tinggi harus mampu memadukan kemampuan manajemen, kemampuan teknologi dan modal/capital (dalam hal ini sarana dan prasarana) yang dimiliki agar mampu bersaing (competitive) dalam pasar bebas (global market) dimana dalam pasar bebas tersebut lembaga pendidikan harus memperhatikan permintaan akan kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda (Customer Requirement Diversity).

2) Agar dapat memenangkan pasar bebas tersebut lembaga pendidikan harus memiliki keinginan yang kuat/ keyakinan bisa memenangi

37

Tomey, Ann Marriner, RN., Ph.D, FAAN, 1996.

Guide To Nursing Management and Leadership. Mosby: Year Book, Inc, hlm. 432.

Bab 6 Penjaminan Mutu Pendidikan

207 persaingan (Willingness), yang dibarengi dengan kemampuan yang mumpuni (Competence), serta senantiasa waspada (Awareness) terhadap perubahan-perubahan situasi yang mungkin berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan di lembaga pendidikan.

Adapun untuk menjaga keajegan dari superior performance tersebut dibutuhkan manajemen penjaminan mutu agar kualitas layanan pendidikan tidak menurun.

2. Kerangka Konseptual a. Pendekatan

Pendekatan dalam pelaksanaan evaluasi, menurut Katz, Jacquelile (1998), menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu:

38

1) Pendekatan struktur adalah berfokus pada sistem yang dipersiapkan

dalam organisasi dan manajemen termasuk komitmen pimpinan dan stakeholder lainnya, prosedur dan kebijakan, sarana dan prasarana, fasilitas dimana pelayanan diberikan;

2) Pendekatan proses: adalah semua kegiatan dan interaksi profesional (bertumpu pada kemampuan, sikap dan ketrampilan) serta metoda dengan cara bagaimana pelayanan dilaksanakan;

3) Hasil (Output): hasil pelaksanaan kegiatan. Perlu diperjelas perbedaan istilah output dan outcome seperti yang sering didengar. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek misalnya: tidak terjadi pleibitis setelah 3 x 24 jam pemasangan infus, sedangkan outcome adalah hasil akhir dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan jangka panjang seperti perubahan status kesehatan pasen/masyarakat. Komponen hasil

38

Katz, Jacquelile M., RN., MS., dan Green, Eleanor, RN., BSN, 1998.

Managing Quality, A Guide to System-Wide Performance Management in Health Care.

Mosby: Year Book, hlm. 211.

sangat tergantung dari kedua komponen struktur dan proses. Para pakar menekankan fokus pada komponen "proses" adalah yang paling kritikal, karena menyangkut manusianya, seberapa besar tingkat komitment dan akontabilitas seseorang untuk melakukan kegiatannya agar dapat menghasilkan pelayanan yang bermutu tinggi.

b. Menjaga Proram Mutu

Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat makin meningkat pula.

Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting, karena apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan .

Syarat program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa dari persyaratan yang dimaksud dan dipandang penting ialah:

39

1) Bersifat khas

Bersifat khas, dalam arti jelas sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta diarahkan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Dengan adanya syarat seperti ini, maka jelaslah untuk dapat melakukan program menjaga mutu yang baik perlu disusun dahulu rencana kerja program menjaga mutu.

2) Mampu melaporkan setiap penyimpangan.

39Loc. Cit,

Tomey, Ann Marriner, 1996.

Guide To …., hlm. 435.

Bab 6 Penjaminan Mutu Pendidikan

209 Kemampuan untuk melaporkan setiap penyimpangan secara tepat, cepat dan benar. Untuk ini disebut bahwa suatu program menjaga mutu yang baik seyogianya mempunyai mekanisme umpan balik yang baik.

3) Fleksibel dan berorientasi pada masa depan.

Sifatnya yang fleksibel dan berorientasi pada masa depan.

Program menjaga mutu yang terlau kaku dalam arti tidak tanggap terhadap setiap perubahan, bukanlah program menjaga mutu yang baik.

4) Mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi.

Mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi. Program menjaga mutu yang berlebihan, terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tidak akan ekonomis dan karena itu bukanlah suatu program yang baik.

5) Mudah dilaksanakan

Kemudahan pelaksanaannya, inilah sebabnya sering dikembangkan program menjaga mutu mandiri (Self assesment). Ada baiknya program tersebut dilakukan secara langsung, dalam arti dilaksanakan oleh pihak-pihak yang melaksanakan pelayanan kesehatan .

6) Mudah dimengerti

Program menjaga mutu yang berbelit-belit atau yang hasilnya sulit dimengerti, bukanlah suatu program yang baik.

3. Langkah-langkah Penerapan Penjaminan Mutu

Ada beberapa langkah penerapan penjaminan mutu, menurut Katz, Jacquelile (1998), yaitu:

40

b. Menentukan aspek pelayanan yang akan dimonitor.

c. Mengembangkan indikator yang sesuai untuk mengukur mutu pada aspek pelayanan yang telah ditentukan

40Op. Cit.

Jacquelile 1998.

Managing Quality,……

hlm. 215.

d. Mengumpulkan data untuk indikator yang terpilih dengan interval dan waktu tertentu

e. Menetapkan standar hasil yang dapat dicapai untuk setiap indikator f. Mengenali area yang tidak dapat mencapai standar

g. Meneliti faktor yang mempunyai kontribusi terhadap berkurangnya mutu tersebut.

h. Mengembangkan dan melaksanakan perbaikan mutu dengan tepat.

i. Setelah jangka waktu tertentu, melakukan pemeriksaan ulang terhadap data pada suatu area, apakah pada area tersebut telah terjadi perbaikan.

4. Penerapan Penjaminan Mutu di Tingkat Sekolah/Madarasah

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) perlu dilakukan dalam tiga program terintegrasi yaitu evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.41

a. Penjaminan mutu pendidikan

Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk melindungi masyarakat agar dapat memperoleh layanan dan hasil pendidikan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan. Evaluasi Diri Satuan/Program Pendidikan (EDS) merupakan salah satu kegiatan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pada satuan/program pendidikan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ketercapaian standar mutu pada satuan/program pendidikan adalah Instrumen Evaluasi Diri Satuan/program Pendidikan.

41

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Bab 6 Penjaminan Mutu Pendidikan

211 Setiap satuan/program pendidikan melakukan penjaringan data dengan cara mengisi instrumen evaluasi diri. Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Instrumen evaluasi diri sekolah dan instrumen akreditasi sekolah mempunyai persamaan.

Proses evaluasi terhadap seluruh aspek pendidikan harus diarahkan pada upaya untuk menjamin terselenggaranya layanan pendidikan bermutu dan memberdayakan mereka yang dievaluasi sehingga menghasilkan lulusan pendidikan sesuai standar yang ditetapkan. Standarisasi pendidikan memiliki makna sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang mempunyai keleluasaan dan keluwesan dalam implementasinya. Standar Nasional Pendidikan harus dijadikan acuan oleh pengelola pendidikan, dan di sisi lain menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas untuk mencapai standar yang ditetapkan.

Perbedaan antara Evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah adalah pada pelaksana penilaiannya. Evaluasi diri sekolah dilaksanakan secara intern oleh sekolah atau satuan pendidikan yang bersangkutan.

Instrumen evaluasi diri sekolah diisi secara jujur dan apa adanya oleh tim pengembang sekolah (TPS) yang dibentuk oleh sekolah dengan membuat SK Tim Pengembang Sekolah. Sedangkan akreditasi sekolah dilaksanakan secara ekstern oleh Badan Akreditasi Sekolah tingkat provinsi atau tingkat kabupaten/kota.

Pelaksanaan evaluasi diri sekolah telah dilaksanakan oleh satuan

pendidikan setiap tahun, begitu pula dengan akreditasi sekolah telah

dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Sekolah. Setelah dicermati hasilnya,

ternyata hasil evaluasi diri sekolah dan akreditasi sekolah cenderung terjadi kesenjangan atau gap yang memperlihatkan kontradiksi.

Kesenjangan atau gap inilah yang menimbulkan permasalahan, sehingga perlu dikaji bagaimana perbandingan antara evaluasi diri sekolah dengan akreditasi sekolah mengapa terjadi kesenjangan hasil yang menimbulkan kontradiksi.

b. Konsep Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah

Evaluasi Diri Satuan/Program Pendidikan (EDS) merupakan salah satu kegiatan pengukuran ketercapaian standar acuan mutu pada satuan/program pendidikan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ketercapaian standar mutu pada satuan/program pendidikan adalah Instrumen Evaluasi Diri Satuan/program Pendidikan. Setiap satuan/

program pendidikan melakukan penjaringan data dengan cara mengisi instrumen evaluasi diri. Pengukuran kinerja melalui pengukuran evaluasi diri satuan/program pendidikan dilakukan setahun sekali. Hasil pengukuran kemudian dianalisis, sehingga menghasilkan satuan/program pendidikan dengan kategori:

1) Tingkat 1, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

2) Tingkat 2, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

3) Tingkat 3, artinya mutu pendidikan pada satuan/program pendidikan tersebut melampaui Standar Nasional Pendidikan.

Evaluasi diri sekolah bukanlah proses yang birokratis atau

mekanis, melainkan suatu proses dinamis yang melibatkan semua

pemangku kepentingan dalam sekolah. EDS perlu dikaitkan dengan

Bab 6 Penjaminan Mutu Pendidikan

213 proses perencanaan sekolah dan dipandang sebagai bagian yang penting dalam kinerja siklus pengembangan sekolah.

c. Akreditasi Sekolah

Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional.

Penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada SNP. Hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan. Seperti dinyatakan pada pasal 1 ayat (1) bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, SNP harus dijadikan acuan guna memetakan secara utuh profil kualitas sekolah/madrasah. Di dalam pasal 2 ayat (1), lingkup SNP meliputi:

42

1) standar isi;

2) standar proses;

3) standar kompetensi lulusan;

4) standar pendidik dan tenaga kependidikan;

5) standar sarana dan prasarana;

6) standar pengelolaan;

7) standar pembiayaan; dan

42Op. Cit. P.P.No. 19 Tahun 2005.

8) standar penilaian pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan (SNP) diharapkan menjadi pendorong dan dapat menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri sekolah/ madrasah yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan. Akreditasi sekolah/madrasah bertujuan untuk memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannya berdasarkan SNP; memberikan pengakuan peringkat kelayakan; serta memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait.

Alur mekanisme akreditasi sekolah/madrasah adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Rencana Jumlah dan Alokasi Sekolah/Madrasah 2) Pengumuman secara Terbuka kepada Sekolah/Madrasah 3) Pengusulan Daftar Sekolah/Madrasah

4) Pengiriman Perangkat Akreditasi ke Sekolah/Madrasah

5) Pengisian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung

6) Pengiriman Hasil Isian Instrumen Akreditasi dan Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung ke BAP-S/M

7) Penentuan Kelayakan Visitasi 8) Penugasan Tim Asesor

9) Pelaksanaan Visitasi

10) Verifikasi hasil visitasi

Bab 6 Penjaminan Mutu Pendidikan

215 11) Penetapan Hasil Akreditasi Sekolah/Madrasah

12) Penerbitan Sertifikat

Sertifikat akreditasi memuat nilai masing-masing komponen (dalam angka) dan peringkat akreditasi sekolah/madrasah yang dinyatakan dengan huruf A (sangat baik), B (baik), dan C (cukup), dan TT (Tidak Terakreditasi).

d. Persiapan Sekolah untuk Akreditasi

Proses akreditasi memerlukan persiapan secara cermat oleh pihak sekolah. Dalam buku

Panduan Persiapan Akreditasi SMP

(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, (2007), disebutkan langkah-langkah yang perlu dilakukan sekolah dalam persiapan akreditasi, yaitu:

43

1) Pemantapan RPS dan Komponen Akreditasi

Dalam pemantapan RPS dan Komponen Akreditasi, terdiri atas:

(a) Rencana Pengembangan Sekolah;

Sesuai dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah setiap tahun melakukan perencanaan sekolah yang kemudian diformula-sikan dalam bentuk rencana pengembangan sekolah (RPS).

Perencanaan sekolah adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan sekolah yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. RPS adalah dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan dalam rangka untuk mencapai perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

43

Depdiknas, 2007. Buku

Panduan Persiapan Akreditasi SMP.

Jakarta:

Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, hlm. 7

-17,

Isi RPS secara garis besar memuat antara lain: Visi, misi dan tujuan sekolah, Program-program strategis (untuk mencapai tujuan, misi dan visi), Strategi pelaksanaan, Output yang diharapkan, Rencana biaya, dan Rencana evaluasi.

(b) Komponen Akreditasi

Komponen Akreditasi, meliputi:

(1) Kurikulum dan Pembelajaran; (a) Pelaksanaan Kurikulum; (b) Proses Pembelajaran.

(2) Administrasi dan Manajemen Sekolah; (a) Perencanaan Sekolah;

(b) Manajemen Sekolah; (c) Kepemimpinan; (d) Pengawasan; dan (e) Administrasi Sekolah

(3) Organisasi dan Kelembagaan (4) Sarana dan Prasarana

(5) Tenaga Kependidikan dan Tenaga Penunjang.

(6) Pembiayaan/Pendanaan.

(7) Peserta Didik; (a) Penerimaan dan Pengembangan Peserta Didik;

(b) Keluaran

(8) Peran serta Masyarakat

(9) Lingkungan dan Budaya Sekolah

2) Pembentukan Tim Penjamin Mutu

Tim penjamin mutu beranggotakan unsur guru, wakil kepala sekolah, dan anggota komite sekolah. Jika dimungkinkan ditambah unsur ahli dari luar sekolah, misalnya dari perguruan tinggi. Tim ini bertugas antara lain: membantu sekolah dalam merancang RPS, memantau dan mengarahkan serta memberi masukan dalam melaksanakan program- program sekolah. Dalam kaitannya dengan akreditasi tim ini harus mencermati sembilan komponen sekolah yang menjadi fokus akreditasi.

3) Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

Bab 6 Penjaminan Mutu Pendidikan

217 Sistim Informasi Manajemen (SIM) sekolah adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang dirancang khusus untuk mengelola informasi sekolah, yang dapat diakses secara cepat dan akurat. Melalui SIM ini pemantauan dan pengendalian segala aktivitas dapat dilakukan lebih mudah. Selain itu juga membantu menyediakan data yang akurat sebagai dasar pengambilan kebijakan.

4) Pra-Evaluasi Diri

Evaluasi diri merupakan suatu upaya sistematis untuk menghimpun, mengolah dan menyusun informasi sebagai aspek kegiatan akademis-profesional untuk dapat menyimpulkan kinerja suatu pendidikan atau sekolah. Evaluasi diri sekali gus menjadi umpan balik guna meningkatkan kinerja sekolah. Dalam evaluasi diri dilakukan analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamat (SWOT analysis).

Evaluasi diri merupakan langkah awal proses akreditasi.

Pra-evaluasi diri ditujukan untuk menilai berbagai kelemahan dan hambatan yang dihadapi sekolah dalam mencapai tingkat perkembangannya untuk dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pengembangan selanjutnya. Melalui kegiatan ini sekolah akan mengetahui secara pasti kondisi mereka dalam semua aspek secara komprehensif. Hasilnya disusun dalam profil lembaga atau sekolah, yang di dalamnya telah disesuaikan dengan indikator-indikator yang akan dinilai dalam akreditasi.

5) Pengembangan dan Pemantapan Sekolah

Setiap sekolah hendaknya memiliki target atau

benchmark

tentang keadaan setiap komponen dan indikator yang akan di akreditasi.

Apabila masih terdapat indikator yang kondisinya di bawah target maka

perlu dikaji lebih lanjut tentang faktor-faktor penyebabnya. Hal ini perlu

ditindaklanjuti dengan menyusun program sekolah untuk memperbaiki

komponen atau indikator tersebut. Setelah perbaikan dilakukan, maka

sekolah dapat membuat evaluasi diri sebagai acuan pergajuan aplikasi akreditasi..

6) Evaluasi Diri dan Penyiapan Aplikasi Akreditasi

Berdasarkan masukan yang teliti dari Tim Penjamin Mutu, maka

sekolah berusaha membenahi semua komponen dan indikator yang masih

kurang melalui evaluasi diri. Format evaluasi diri menggunakan pedoman

yang dikeluarkan oleh badan Akreditasi Sekolah. Semua dokumen,tidak

hanya format penilaian namun juga seluruh data pendukung disiapkan

baik dalam bentuk cetak mupun

soft copy,

sekolah dapat mengajukan

aplikasi akreditasi ke Badan Akreditasi Sekolah sesuai mekanisme yang

berlaku. (a) pemantapan rencana pengembangan sekolah dan komponen

akreditasi, (b) pembentukan/ pemantapan tim penjamin mutu sekolah, (c)

pemantapan sistem informasi manajemen, (d) pra-evaluasi diri untuk

mengetahui kesiapan sekolah, (e) pengembangan dan pemantapan

komponen sekolah, dan (f) evaluasi diri dan penyiapan aplikasi akreditasi.

Bab 7 Manajemen Mutu Pendididkan

219

Bab 7

Dalam dokumen Buku Manajemen Mutu Terpadu (Halaman 167-181)