• Tidak ada hasil yang ditemukan

CH ARLES FOU RIER

Dalam dokumen PDF Sosialisme Indonesia - Unibos (Halaman 131-135)

II. EROPAH-BARAT DENGAN REVOLUSI INDUSTRINJA DAN DENGAN REVOLUSI PERANTJISNJA

3. CH ARLES FOU RIER

SAINT SIMON sendiri dalam mempropagandakan tjita-tjita- nja seringkali m engalami keketjewaan-keketjewaan jang luar biasa. Pihak-pihak bordjuis tidak bersedia mengikuti andjuran- nja untuk selalu mendasarkan usahanja atas filantropi. Malahan tidak sedikit dari pihak mereka menganggap SAINT SIMON sebagai seorang ja n g tak waras pikirannja” . Didalam penderita­

an penghidupan sehari-hari pernah SAINT SIMON mendjadi putus asa, dan pada tahun 1823, sewaktu sudah berusia 63 tahun, m entjoba bunuh diri. Usaha ini gagal, dan dengan bantuan beberapa temannja, beliau meneruskan mempropagan- dakan tjita -tjita sosialismenja itu. Dua tahun kemudian, jakni pada tahun 1825 beliau meninggal dunia, tanpa meninggalkan warisan materiil apa-apa terketjuali warisan idiil berupa tjita- tjita sosialism e a la SAIN T SIMON. Warisan idiilnja ini begitu menarik, sehingga nama SAINT SIMON hingga kini masih disebut sebagai salah seorang pelopor daripada tjita-tjita persa­

maan, keadilan dan kemakmuran.

digudangnja untuk mendjualnja dengan harga aetinggi-tinggi- nja dan menggaruk keuntuhgan jang luar biasa daripada kesu- litan umum itu. Bagi sipedagang kedjam ini, maka lebih baik beras membusuk dan dibuang, asal harga terus menaik dan untungnja bertambah, daripada beras dibagi tjuma-tjuma kepada rakjat jang menderita!

Kedjadian jang menusuk hatinja ini tak pernah dapat dilupa- kan oleh FOURIER, dan didalam menindjau nanti pokok-pokok daripada tjita-tjita sosialisme CHARLES FOURIER ini, maka watak-pembawaannja serta pengalaman tentang kedjamnja pedagang-madjikannja itu tidak boleh kita lupakan.

Djikalau diadakan bandingan antara tjita-tjitanja SAINT SIMON dengan tjita-tjitanja FOURIER, dimana letak perbe- daan?

SAINT SIMON mendasarkan seluruh ideenja atas penglihatan jang mendalam tentang sedjarah perkembangan masjarakat dan menjusun seluruh gedung tjita-tjitanja setjara empiris atas dasar kenjataan sosial jang sesungguh-sunggufcnja; FOURIER bertolak dari watak manusia-manusia setjara individual untuk didjadikan landasannja guna membangunkan gedung tjita-tjita sosialismenja, dan kurang, atau tidak, memperhitungkan keku- atan-kekuatan jang sedang bertumbuh dan berbentrok da.lam masjarakat. Methodik pemikiran SAINT SIMON adalah empiris;

metodik pemikiran FOURIER adalah deduktip.

Menurut FOURIER, maka kebobrokan masjarakat Perantjis dalam masa sesudah revolusinja itu, hanja, dapat diatasi apabila seluruh sistimnja dirombak sekaligus. Artinja: kita ^arus merentjanakan- sesuatu jang baru diatas jang lama. Tetapi bagaimana mendjebol jang lama, tidak dikemukakan o e FOURIER. Disini letak pokok kelemahan teori FOURIER.

Masiarakat baru itu harua terdiri dari kesatuan-kesatuan col- lectiviteit jang dinamakan „phalanstere” dengan minimal lbUU a 1800 diiwa, jaitu pria, wanita dan kanak-kanak. Dalam phalan- stere itu semua milik pribadi meningkat mendjadi milik umum, dan semua bekerdja menurut ketjakapan dan keinginan masing- masing. Anggauta-anggauta phalanstere itu tidak boleh dipaksa untuk mendjalankan pekerdjaan jang ia tidak sukai, melainkan semua ketjakapan dan keinginan intuitif jang ada pada setiap manusia itu, jaitu "attraction passionnee” , harus dibiarkan.

Semua nafsu dan keinginan itu nanti akan mentjari keseimbang- an dan keselarasan sendiri; dan achimja akan tertjiptakan suatu „harmonieM, suatu „etat societ arie” , atau suatu „unite universelle” , suatu masjarakat berkeadilan sosial.

132

Didalam phalansteres tersebut maka tjara organisasi kerdja diatur dalam kelompok-kelompok kerdja, jang oleh FOURIER diberi nama "series” . Setiap phalanstere dengan demikian ter- bagi mendjadi lebih kurang dari 100 serie, dan setiap penduduk dalam phalanstere tersebut, sesuai dengan ia punja ketjakapan, keinginan dan nafsu kerdjanja dapat memasuki sampai 30 a 50 serie kelompok kerdja tersebut. Adapun dorongan-utama untuk bekerdja dalam collectiviteit demikian itu adalah neigingen of hartstochten” , „des atraits” , naluri dan nafsu jang ada didalam tiap diri manusia itu. Jang penting jalah bahwa des atraits itu, naluri dan nafsu itu, djangan sampai ditindas, melainkan hendaknja bebas mengalir mentjari ’’attraction -nja masing- masing dalam kesatuannja satu serie. Dengan demikian maka akan terbangun suatu associatie, suatu persepakatan, suatu kerdja-sama jang selaras antara hidup dan kerdja, dan kemudian akan timbul djuga suatu „societaire ordre , sua ketertibannja harmonis dalam masjarakat, sehingga hilang ben trok an -ben trok a n dalam masjarakat luas.

Impian FOURIER ini menggambarkan pula tata-tjara kehidupan dalam phalanstere-phalanstere itu, se agai _B kehidupan dimana tali perkawinan tidak^boleh bereifat mengikat wanita jang lemah kedudukannja kepada lelaki jang P, sinja, melainkan hubungan perkawinan harus * to g B a r i« ? berdasarkan tjinta-bebas. Djuga harus diadakan usa p kan bersama setjara intensip untuk semua ana^"a? iHaT.fninicaT1 phalanstere, sedangkan untuk anak baji barus gun tempat titipan baji setjara bersama („creche j.

Tentang pembagian hasil dalam tiap-tiap pha

FOURIER mentjita-tjitakan, supaja V12 bagia, ° t J^ preka ^ang mereka jang mentjetor modal; 5/ i2 bagian untu kt:s menjumbangkan keahliannja, baik teontis maup p •

Djikalau kita agak m e m p e r d a l a m . j amJva kita tjita-tjita sosialismenja CHARLES sangat menen- harus memahami benar-benar, bahwa JOUR ., Keseluruhan tang sekali kebobrokan masjarakat p td a 'waktu itu. K es^™ han tjita-tjitanja adalah mengandung k r i t i k P ^ * , . « . situasi masjarakat jang ia alami dan hadapi 1s P ■ 3 bahasanja adalah tadjam dan tangkas, P^n^ DRTJrT tttsjCFLS sindiran jang mendalam. Karena itu FRIEDRIOT ENGELS menamakan FOURIER sebagai not only a critic, but one of the greatest satirists of all time” .

Tetapi, karena tjita-tjitanja itu tidak didasari oleh methode empiris, jaitu tan pa menghubungkann.ia kepada realiteit perkem-

bangan masjarakat menurut hukum-hukum sedjarah, melainkan hanja didasari^oleh methode deductif sadja serta menggunakan pengalaman diri-pribadinja sebagai pangkal penjelidik untuk usahanja memperbaiki masjarakat, maka nampak benar tjita- tjita sosialisme itu terlalu fantastis untuk dapat dilaksanakan.

Dan seperti diatas saja katakan, FOURIER tidak menghu- bungkan konsepsi masjarakat baru itu dengan realiteit masjarakat jang ada. Dengan lain perkataan, ia melupakan bahwa masjarakat lama harus didjebol untuk dapat melaksana- kan konsepsi baru itu. Dalam istilahnja BUNG KARNO tentang makna revolusi, maka untuk merombak sesuatu masjarakat bobrok, kita harus membangun dan mendjebol! Membangun untuk mendjebol, dan mendjebol untuk membangun! Kesimul- tanan membangun dan mendjebol inilah jang dilupakan oleh FOURIER. Bila kita membatja seluruh tjita-tjita FOURIER, maka tak dapat kita melepaskan diri dari ibarat seorang pem- buat tamansari diatas suatu hutan, tanpa adanja usaha untuk membersihkan lebih dulu belukarnja.

Karena itu, FOURIER seperti halnja dengan SAINT SIMON, mengalami keketjewaan-keketjewaan jang luar biasa. Harapan- nja bahwa segala tjita-tjitanja jang tersebar didalam karyanja:

„Theorie des quatre mouvements et des destinees generates”

(1808), „Traite de ’1 association domestique-agricole ou attrac­

tion industrielle” atau „Theorie de ’1 unite universelle” (1822) ,.Le nouveau mode indutriel et societaire” (1829), „La Fausse Indutrie” (1835 — 1836), akan disambut oleh setiap orang terutama oleh kaum melarat jang menderita sebagai suatu

„idee pembebasan” terhadap kemelaratan dan kemiskinan, temjata harapan-harapan itu sama sekali meleset. Tidak ada seorangpun jang mau mentjoba mendirikan phanlanstere, jang menurut FOURIER kelak akan mengganti kota-kota dan desa- desa dengan segala pertentangannja, mendjadi suatu rentetan masjarakat-masjarakat sorga didunia ini.

Sebabnja ialah tak lain karena FOURIER terlalu bebas mele­

paskan ia punja fantasi keawang-awang, dan sekali-kali tidak mendasarkan segala tjita-tjitanja kepada realiteit jang ada.

FOURIER adalah seorang penuh dengan idealisme, jang sajap- nja adalah terlalu dynamis dan membawa ia terlalu tinggi di- alam chajal, alam Iamunan dan alam impian, djauh dari alam realiteit.

Sekalipun demikian teorinja mengandung beberapa segi, jang menempatkan FOURIER sebagai ahli pemikir jang djauh memandang kedepan, dan dengan begitu mendahului zamannja.

134

Umpamanja sadja teorinja tentang sedjarah revolusi masjara­

kat. Menurut beliau, maka masjarakat manusia telah mengalami evolusi; pertama, dari tingkat kebahagiaan tanpa kesadaran, jang peninggalannja berupa ingatan kepada Sorga dan Taman- sari Iden; tingkat pertama ini beliau namakan tingkat „series confuses” , djelasnja periode dimana manusia sebenarnja berada dalam kebahagiaan, jang tidak disadari; kedua, kemudian memasuki tingkat kebuasan dan barbarisme (savagery and barbarism); ketiga memasuki tingkat patriarchaat, masjarakat berkepemimpinan bapak; dan kini keempat kedalam masa peradaban. Tetapi evolusinja masjarakat manusia tidak akan berhenti sedemikian sadja, melainkaii harus berkembang dan meningkat, dan dengan melalui „series composees” dan „pha- lansteres” , akan datang kepada kesempumaan masjarakat bahagia, adil dan makmur, atau masjarakat sosiaUsme.

Selain konsepsi historisnja ini, maka teori-teorinja FOURIER mengandung pula beberapa segi jang dewasa ini dirasakan keperluan dan manfaatnja, antara lain imbangan djasa antara modal, kerdja dan ketjakapan; djuga idee tentang „creche , idee tentang perumahan bersama dan sebagainja lagi.

IV. TJITA-TJITA SOSIALISME-UTOPIA SEBAGAI KOREKSI

Dalam dokumen PDF Sosialisme Indonesia - Unibos (Halaman 131-135)