• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan

1. Asuhan Kehamilan

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. S pada tanggal 2 Desember 2019, didapatkan bahwa Ny. S berusia 21 tahun G2P0101 HPHT 5 April 2019 dan taksiran persalinan tanggal 28 Desember 2019.

Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan keluhan ibu berupa nyeri pada pinggang sejak beberapa hari terakhir. Selain itu didapatkan beberapa kesenjangan diantaranya ialah LILA ibu 23cm dan jarak kelahiran anak pertama dengan anak kedua ibu ˂2 tahun, dengan usia anak terahir 1,3 tahun. Dari beberapa kesenjangan yang didapatkan, penulis mengangkat masalah potensial yaitu persalinan sebelum waktunya (premature) dan KPD, hal ini sesuai dengan dasar teori Menurut Rahmaniar (2013) KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu salah satunya ialah persalinan sebelum waktunya (prematur). Dari masalah potensial KPD diangkat berdasarkan jarak kelahiran ˂2 tahun yaitu terjadinya ketuban pecah dini hal ini dikarenakan kesehatan fisik dan rahim ibu masih memerlukan waktu untuk beristirahat. Dalam waktu atau jarak kehamilan yang cukup dekat juga memungkingkan ibu untuk masih menyusui, hal tersebut yang menyebabkan terlepasnya hormon oktisosin yang memicu terjadinya kontraksi (Ummah, 2015).

Dari masalah potensial yang diangkat oleh penulis diatas ada beberapa asuhan yang diberikan kepada Ny. S agar masalah potensial yang dikhawatirkan tidak terjadi.

Pada kunjungan pertama ibu mengeluh nyeri pada bagian pinggang sejak beberapa hari terakhir. Banyak ibu hamil yang mengalami nyeri punggung bawah selama kehamilan. Secara umum nyeri punggung bawah pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 1) Peningkatan berat badan dan fisiologi tulang belakang (Schroder et al, 2015). 2) Adanya kelengkungan tulang belakang ibu hamil yang meningkat kearah akhir kehamilan dan perubahan postur tubuh (Yoo, Shin & Song, 2015). 3) Adanya ketidakseimbangan antara otot agonis dan anatagonis, yaitu M.

erector spine dan kelompok neksor lumbalis. Keadaan atau posisi yang salah tersebut jika berlangsung lama akan menimbulkan ketegangan pada ligament dan otot yang menyebabkan kelelahan pada M. abdomanalis (Latief, 2016). 4) Uterus yang membesar akan memperbesar derajat lordosis sehingga sering menyebabkan sakit pinggang (Siswosudarmo & Emilia, 2008).

Dalam mengatasi nyeri pinggang yang ibu alami, penulis menganjurkan untuk berikan kompres hangat, rasionalnya adalah mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman. Menurut (Hutahaean, 2013) memberikan kompres hangat pada bagian nyeri akan mengurangi nyeri, panas akan meningkatkan sirkulasi ke area nyeri. Panas dapat disalurkan melalui (botol air panas, bantalan listrik, kompres hangat). Nyeri akibat spasme otot berespon baik terhadap panas, karena panas melebarkan

187

pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal. Panas meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamine dan prostaglandin yang akan menimbulkan nyeri lokal. Panas juga merangsang serat saraf yang menutup gerbang nyeri kemudian transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat dihambat.

Pada kunjungan pertama didapatkan LILA ibu hamil normalnya adalah 23,5 cm sementara didapatkan pada Ny. S dengan LILA 23 cm.

Diagnosa Kekurangan Energi Kronis adalah apabila dilakukan pengukuran LiLA dibawah batas normal 23,5 cm (Yuliastuti, 2014).

Penulis memberikan asuhan pemenuhan nutrisi dengan meningkatkan makanan yang bergizi, makanan cukup dengan pedoman gizi seimbang, hidup sehat, periksa kehamilan secara teratur (Supriasa, ddk, 2012). Selain itu penulis memberikan asuhan yaitu seperti mengkonsumsi biscuit ibu hamil, makanan tinggi kalori dan protein, juga makanan dengan zat besi yang tinggi (Djamaliah, 2009).

Pada kunjungan pertama didapatkan jarak kelahiran anak pertama dengan saat ini adalah ˂2 tahun, anak terakhir ibu berusia 1,3 tahun.

(Ruswandiani dan Mainase, 2016) mengatakan bahwa jarak kelahiran yang ideal adalah lebih dari dua tahun, karena tubuh memerlukan kesempatan untuk memperbaiki persediaan, selain itu pertumbuhan dan perkembangan janin juga akan terhambat jika organ-organ reproduksi terganggu. Dari permasalahan tersebut juga akan muncul beberapa resiko, misalnya kematian janin saat dilahirkan, BBLR, dan kematian di usia bayi. Selain itu,

resiko lain juga dapat terjadi seperti ketuban pecah dini dan prematur karena kesehatan fisik dan rahim ibu masih memerlukan waktu untuk beristirahat.

Untuk mengatasi riwayat kelahiran yang dekat yaitu ˂2 tahun, Penulis memberikan asuhan yaitu dengan menggunakan KB baik metode jangka panjang pasca persalinan, seperti KB IUD maupun Implant.

Pada kunjungan pertama penulis memberikan asuhan sesuai dengan dasar teori yang ada terkait dengan permasalahan ataupun keluhan yang ada pada ibu.

Pada kunjungan kedua tanggal 17 Desember 2019 Pukul 16.00 WITA dengan usia kehamilan 37 minggu 4 hari. Penulis mengangkat masalah potensial sesuai dengan keluhan yang dialami oleh Ny.S. Ny. S mengeluh sulit tidur pada malam hari karena khawatir jika kasih saying terhadap anak akan terbagi. Penulis mengangkat masalah potensial yaitu fetal distress sesuai dengan dasar teori.

Penurunan durasi tidur pada ibu hamil dapat membuat kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja, dan cenderung emosional. Hal ini dapat membuat beban kehamilan menjadi semakin berat (Bambang BR, 2014).

Ibu hamil yang mengalami stres juga mengalami insomnia sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, dapat meningkatkan tekanan darah ibu, meningkatkan resiko kehamilan bayi prematur bahkan keguguran (Kasenda dkk, 2017).

Penulis memberikan asuhan kepada pasien untuk mengatasi sulit tidur antara lain dengan olah raga ringan, hipnoterapi, edukasi tidur

189

(sleeping education) seperti tidur miring ke kiri dan latihan relaksasi. Hal ini sesuai dengan dasar teori menurut Hutahaean (2013) upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan tidur ini antara lain dengan olah raga, hipnoterapi, edukasi tidur (sleeping education) dan latihan relaksasi.

Pada kunjungan kedua dilakukan evaluasi dalam pemberian asuhan untuk mengatasi nyeri pada pinggang. Didapatkan hasil bahwa ibu mengatakan nyeri pinggang berkurang setelah ibu melakukan KIE yang telah diberikan.

Pada kunjungan kedua penulis memberikan asuhan sesuai dengan dasar teori yang ada terkait dengan permasalahan ataupun keluhan yang ada pada ibu. Keluhan ibu berkurang dengan asuhan yang sudah diberikan pada ibu.

2. Asuhan Persalinan (Data Rekam Medic RS Bersalin Sayang Ibu) Pada tanggal 19 Desember 2019 / Pukul 23.30 WITA Ny. S memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny. S yaitu 38 minggu 1 hari. Menurut teori persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37-42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit dan komplikasi pada ibu serta janin (Machmudah, 2010). Penulis sependapat dengan pernyataan tersebut karena Ny. S menunjukkan tanda-tanda persalinan saat usia kehamilan 38 minggu 1 hari.

a. Kala I

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TFU Ny. S yaitu 2 jari bawah PX (29 cm), dengan TBJ (29-11) x 155 = 2790 gram. Sesuai dengan teori bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram (Muslihatun, 2011).

Kala I dimulai pada pukul 22.20 WITA tanggal 19 Desember 2019 Ny. S mengeluh merasakan kencang – kencang pada perut dan nyeri hingga kepinggang. Pukul 23.20 WITA ibu dibawa ke Rumah Sakit Bersalin Sayang Ibu oleh suami dan pukul 23.30 WITA di lakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva/uretra tidak ada kelainan, tidak tampak pengeluaran lendir dan darah, tidak ada luka parut dari vagina, portio tebal dan lembut, pembukaan 4 cm, efficement 40%, ketuban (+), Hodge II, tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali pusat menumbung. DJJ 149 x/menit, irama teratur, His 3x dalam 10 menit lamanya 20-25 detik.

Pada pukul 01.30 WITA ibu mengeluh perut semakin mules, terasa ingin BAB dan ingin mengejan. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil Vulva/uretra tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, pembukaan lengkap, efficement 100%, ketuban (-), warna ketuban jernih, hodge III, tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali pusat menumbung.

His 5x10 menit lamanya 50-55 detik, intensitas kuat. DJA 137x/menit, irama teratur.

191

Kemajuan persalinan Ny. S dari fase aktif 4 cm ke pembukaan lengkap adalah 2 jam. Inpartu di tandai dengan keluarnya lendir darah karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) kala dimulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan lengkap (10cm) lamanya kala 1 untuk multigravida adalah ±8 jam (Rukiyah, 2009).

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada Ny. S sehingga penulis menyimpulkan bahwa persalinan kala I Ny. S berjalan dengan normal.

b. Kala II

Pada pukul 01.30 WITA, ibu tampak ingin mengejan, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani tampak membuka. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva/uretra tidak ada kelainan, tampak ada pengeluaran lendir darah dan air-air, tidak ada luka parut dari vagina, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, efficement 100 %, ketuban (-) pecah spontan, warna ketuban jernih, hodge III ,tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali pusat menumbung. DJJ 137 x/menit, irama teratur.His 5x dalam 10 detik lamanya 50-55 detik.

Hal tersebut sejalan dengan teori tanda – tanda persalinan berupa terjadinya HIS persalinan yang mempunyai ciri khas pinggang rasa nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya semakin besar, mempengaruhi terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas kekuatan semakin bertambah, dan pengeluaran lendir darah (Asrinah, 2010). Sejalan dengan teori tanda dan kala II persalinan ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu

merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani tampak membuka dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Penulis sependapat, karena semakin kontraksi Ny. S meningkat atau adekuat semakin bertambah pembukaan serviksnya, bagian terendah janinpun terus turun melewati jalan lahir (Asrinah, 2010).

Pada kala II persalinan Ny. S dilakukan tindakan Asuhan Persalinan Normal. Pembukaan lengkap Ny. N pada pukul 01.30 WITA dan bayi lahir pukul 01.38 WITA, lama kala II Ny. N berlangsung selama 8 menit, hal ini sesuai dengan teori pada primigravida kala II berlangsung rata- rata 2 jam dan pada multipara rata-rata 1 jam (Asrinah, 2010).

c. Kala III

Pukul 01.38 WITA bayi Ny. S telah lahir, plasenta belum keluar, dilakukan asuhan manajemen aktif kala III. Proses penatalaksanaan kala III Ny. S dimulai dari penyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir, uterus menjadi keras dan membundar. Setelah itu dilakukan pemotongan tali pusat lalu meletakkan klem 5-10 cm di depan vulva. Saat ada tanda- tanda pelepasan plasenta bidan melakukan PTT, lahirkan plasenta, kemudian melakukan masase uteri. Hal ini sesuai dengan teori, manajemen aktif kala III terdiri dari langkah utama pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan PTT dan masase uteri (Prawiroharjo, 2010).

Penulis berpendapat, manajemen aktif kala III memang terbukti mencegah perdarahan pasca persalinan, terbukti pada Ny. S perdarahan

193

yang terjadi pada klien dalam keadaan normal yaitu ± 150 cc dan kontraksi uterus berlangsung baik, uterus teraba keras.

Pukul 01.45 WITA plasenta lahir spontan, kotiledon dan selaput ketuban lengkap, posisi tali pusat marginalis, panjang tali pusat ± 50 cm, tebal plasenta ± 2 cm, lebar plasenta ± 20 cm. Lama kala III Ny. S berlangsung ± 7 menit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Prawiroharjo, 2010). Kala III berlangsung rata-rata antara 5 sampai 15 menit. Akan tetapi kisaran normal kala III adalah 30 menit. Perdarahan kala III pada Ny. S berkisar sekitar normal yaitu 150 cc. Hal tersebut didukung oleh teori, bahwa perdarahan post partum normal yaitu perdarahan pervaginam <500 cc setelah kala III selesai atau setelah plasenta lahir (JNPK-KR Depkes RI, 2009).

Penulis berpendapat, hasil observasi perdarahan kala III pada Ny. S dalam kondisi normal yaitu tidak melebihi 500 cc, yakni hanya berkisar 150 cc.

d. Kala IV

Pukul 01.45 WITA plasenta telah lahir, pada perineum tidak terdapat rupture. Bayi lahir dengan berat 2920 gram. Dilakukan pemantauan Kala IV persalinan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke 2 dengan hasil keadaan Ny. S dalam keadaan baik.

Hal ini sejalan dengan dasar teori yaitu pemeriksaan tekanan darah, nadi, TFU, kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca

persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan, selain itu pemeriksaan suhu dilakukan sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2010).

Penulis berpendapat dengan dilakukannya pemantauan kala IV secara komprehensif dapat mengantisipasi terjadinya masalah atau komplikasi.

3. Asuhan Bayi Baru Lahir (Data Rekam Medic RS Bersalin Sayang Ibu)

Dokumen terkait