• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayo Membaca Cerita

Dalam dokumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (Halaman 48-52)

Edo, Pemuda Berhati Emas

Di tengah panas terik, tampak sosok tua dengan wajah lusuh melangkah tertatih-tatih. Sebentar-sebentar laki-laki tersebut melihat ke arah matahari. Panas yang semakin terik membuat kerongkongannya semakin kering. Dari kejauhan dia melihat sebuah rumah mewah. Di benaknya terbersit harapan tuan rumah tersebut bersedia memberinya makanan. Telah beberapa rumah dia kunjungi, namun tak satupun yang mau memberinya sesuap nasi. Lelaki tua itu pun berjalan perlahan memasuki pekarangan rumah yang terlihat sangat megah.

“Kasihani saya, Pak. Sejak kemarin saya belum makan”, katanya memelas.

”Siapa, Kau, beraninya minta makan padaku? Pergi dari sini!” tuan rumah mengusirnya sambil menutup pintu agak keras. Pemilik rumah megah itu adalah seorang punggawa istana Kerajaan Arengka.

Ayo, membaca cerita berikut!

Ya Yesus, Sang Mesias, pada hari ini kami mau belajar untuk mengenal sejarah keselamatan yang melibatkan Raja Daud sebagai seorang pemimpin yang membawa Israel pada kejayaan. Bantulah kami untuk mampu menyadari bahwa Engkau menghendaki kami untuk menjadi pemimpin. Bantulah kami untuk memiliki hati yang suci, hati yang penuh dengan cinta kasih, sikap rendah hati, dan hati yang selalu bersandar kepada-Mu karena menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan-Mu, menjalankan apa yang menjadi kehendak-Mu. Sebab Engkaulah, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Doa Pembuka

”Kasihani saya, Bu, bolehkah saya meminta sedikit makanan?”

Ibu pemilik warung itu menatap pengemis tua itu, tapi tak lama kemudian bau menyengat keluar dari tubuhnya ... maka, spontan pemilik warung dan pelanggan yang sedang menikmati sajian makanan, menatapnya penuh amarah, menutup hidung, dan mengusir pengemis tua tersebut.

”Dasar pengemis busuk! Aku jadi tak punya selera; Pergi... pergi dari hadapanku!”, kata seorang pelanggan seolah mengusir seekor anjing buduk. Dengan hati sedih, sementara perut semakin menjerit didera lapar, pengemis itu pergi.

“Aduhh …. Tak kusangka penduduk negeri ini. Mereka tidak punya hati dan tidak peduli sedikitpun. Telah banyak rumah dan warung aku singgahi, tapi tak satu pun yang mau menyisihkan sedikit rejeki dan berbagi makanan. Padahal mereka tergolong orang-orang kaya.”, kata pengemis tua itu di dalam hati.

Perjalanan semakin berat, lelah, haus, dan lapar, ditambah panas menyengat, mendorong pengemis tua itu duduk berteduh di bawah pohon rindang. Tak jauh dari pohon rindang itu, tampak sebuah gubuk yang miring hampir roboh, yang tak pantas di huni manusia. Sebagian dinding gubug itu tampak terbuka dengan kayu-kayu yang lapuk tak tertata. Badan yang lelah, tenggorokan kering, dan perut yang lapar membuat pengemis itu pun tertidur ....

Berbalut rasa sedih, pengemis tua itu ke luar rumah. Dia melanjutkan langkahnya, sambil berharap ada orang yang mau menyisihkan sedikit rejekinya.

Pengemis tua itu pun melihat sebuah warung nasi. Dia berharap pemilik warung berbaik hati untuk memberikan sedikit makanan.

”Pak...! Pak. ! Bangun!!”

Meskipun tampak kelelahan dan masih mengantuk, pengemis itu pun bangun ... ia tampak terkejut dan menatap seorang pemuda sederhana di hadapannya.

”Bapak, maaf saya mengganggu. Saya khawatir, karena hari hampir malam, sementara Bapak terbaring di sini. Sebetulnya Bapak dari mana atau mau kemana?”, tanya pemuda tersebut.

”Anak muda .... saya tak punya tujuan, saya seorang gelandangan atau tuna-wisma. Setiap hari, saya hanya berkelana tak tentu arah. ”, jawab pengemis itu setengah mengantuk

“Kalau begitu, jika Bapak mau malam ini Bapak boleh beristirahat di gubuk saya. Besok Bapak bisa melanjutkan perjalanan kembali .”, dengan rendah hati pemuda itu mengajak pengemis

Keesokan harinya, pengemis tua berpamitan seraya berterima kasih kepada Edo dan ibunya, lalu melanjutkan perjalanannya....

Di istana raja, para pegawai kerajaan sedang heboh. Sudah tiga minggu, Raja Sutapermana tidak dapat dijumpai oleh siapa pun.

Permaisuri Nastiti hanya mengatakan bahwa sang raja sedang menenangkan pikiran untuk menentukan seorang penasehat kerajaan menggantikan penasehat sebelumnya yang meninggal dunia satu bulan sebelumnya.

Pada suatu hari, Permaisuri Nastiti mengatakan bahwa Raja Sutapermana telah kembali ke istana. Tersiar berita bahwa pada hari itu juga baginda raja akan mengangkat seorang penasehat kerajaan. Para

Malam itu pengemis tua menginap di gubuk pemuda itu. Ia bernama Edo. Meskipun pengemis tua itu bau, berbalut baju yang lusuh, dan compang camping, namun Edo dan ibunya tidak menjauh. Bahkan mereka memberikan ubi rebus untuk sekadar mengisi perutnya ....

pembesar dan sesepuh kerajaan pun telah hadir. Yang mengherankan adalah hadirnya Edo di balai pertemuan kerajaan. Edo sendiri tampak kebingungan, karena selama ini dia tidak pernah masuk ke istana raja.

Tapi para pengawal telah menjemput dan mengantar Edo untuk duduk di depan. ”Hari ini adalah hari penentuan siapa yang akan kuangkat sebagai penasehat kerajaan, menggantikan penasehat sebelumnya.

Setelah aku renungkan selama tiga minggu ini, maka sebagai Raja, aku mengangkat anak muda bernama Edo, sebagai penasehat kerajaan kita!”

Semua yang hadir tampak bingung, karena mereka tidak pernah mendengar nama Edo. Begitu juga yang terjadi pada Edo, dirinya sangat terkejut mengapa dirinya yang dipilih Raja Sutapermana.

Edo didaulat ke depan, berdiri di samping raja, untuk diperkenalkan kepada semua hadirin. Para tamu undangan merasa heran bercampur kaget dengan keputusan raja mengangkat pemuda lusuh tersebut.

”Perlu hadirin ketahui, pemuda Edo ini kuangkat sebagai penasehat kerajaan karena ia tulus hati dan ikhlas. Ia menolong orang lain tanpa memilah dan memilih. Sekalipun yang datang kepadanya seorang pengemis tua yang lusuh dan berbau busuk. Oleh karena itu, aku memilih dia menjadi penasehat kerajaan!”.

Beberapa orang yang hadir dan bahkan berharap dirinya terpilih menjadi orang kepercayaan raja merasa kecewa sekaligus malu.

Mereka tidak menyangka jika pengemis yang datang ke rumah mereka selama tiga minggu kemarin adalah raja Sutapermana. Meskipun Edo terlahir sebagai pemuda miskin, namun Edo adalah orang yang berhati emas. Karena ketulusan hati, kesucian budi, dan kesederhanaannya, Edo pantas menjadi seorang pemimpin.

(diadopsi dari Kisah Pengemis Tua, Cerita Edukatif Anak Sekolah)

Dalam dokumen Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (Halaman 48-52)