• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa yang digunakan penyiar dalam menyiarkan program Pengarus Utamaan Gender di RRI Jember

BAB IV BAB IV Bab ini berisi tentang penyajian data dan analisis data, yang terdiri dari gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, serta

B. Penyajian Data dan Analisis

1. Bahasa yang digunakan penyiar dalam menyiarkan program Pengarus Utamaan Gender di RRI Jember

a. Berikut ini merupakan transkip siaran Pro 1 program Pengarus Utamaan Gender di RRI Jember. Hari Rabu 16 Februari 2022 pukul 10.00-11.00 WIB di saluran 95.4 FM .

Inilah Radio Republik Indonesia. RRI Radio tanggap bencana covid19

Penyiar: Pendengar kali ini/ kita akan memperbincangkan sebuah isu yang memang pada saat ini sangat/ banyak sekali orang-orang yang mengalami keprihatinan terkait/ isu kekerasan seksual/ dan untuk itu/ pada kesempatan kali ini kita akan bersama sama mendengarkan sebuah diskusi/ dengan judul “ Kekerasan Seksual Pada Anak dan juga Perlindungan Hukum Bagi Korban Kekerasan Seksual”// dan kesempatan pada kali ini telah hadir bersama kami/ Ibu Dr. Galuh Puspa Ningrum.,SH,MH.// Selaku pengamat dan juga akademisi hukum Universitas Jember bu ya?/

Narasumber: Betul sekali//

Penyiar: Ibu /apa kabar?/

57 Narasumber: Alhamdulillah baik//

Penyiar: Iya luar biasa sekali/ kurang lebih/ di kesempatan kali ini/ kita akan membahas tentang isu kekerasan seksual bu/ ya ini saya akan paggil ibu Galuh yaa/ iya baik// Ibu Galuh/ saaat ini seperti yang kita tau jumlah kekerasan seksual terhadap perempuan ini terus meningkat/ tidak hanya perempuan saja ibu/ anak juga sama begitu/ sayangnya memang untuk tingkat literasi masyarakat/ bahkan ditingkat kalangan penegak hukum mengenai kekerasan seksual juga dinilai masih lemah/ dan memang pendapat ini disampaikan oleh forum jurnalis Perempuan Indonesia atau FJPI// Ibu Galuh/ menurut ibu Galuh bagaimana sudut pandang ibu/

sebagai akademisi dan juga pengamat hukum terhadap kondisi ini bu?//

Narasumber: Baik mbak Ghea/ kekerasan seksual ini terhadap perempuan dan anak ini merupakan kondisi yang sangat serius/ yang kita hadapi oleh bangsa kita saat ini/ dan tadi disebutkan bahwa/ penegakkan hukum di bidang kekerasan seksual/ itu masih dinilai sangat lemah?/ saya katakan iya/ karna di sini tidak hanya peran penegak hukum saja/ tetapi peran masyarakat dan pemerintah pada khususnya untuk melakukan pendampingan dan upaya-upaya pencegahan kekerasan seksual// Dan yang menjadi catatan tambahan/ saya juga ada beberapa sumber di sini/ menurut Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak/ di Tahun 2020 saja terdapat 3.928 kasus kekerasan anak// Tetapi ternyata ini/ bukan hal menjadi suatu pengurangan jumlah intensitas kekerasan pada anak/ dan perempuan// Ternyata di Tahun 2021 sampai di Tahun awal 2022/ terdapat peningkatan dari 3.928 kasus ternyata sekarang meningkat menjadi sekitar 10.000 kasus seksual pada perempuan dan anak// Nah sebagai contoh kekerasan seksual di sini ada kekerasan fisik/ kekerasan emosional/ dan hampir 55%/ itu terjadi bukan berupa kekerasan fisik saja/ atau psikis/ tapi lebih mengarah kepada kekerasan seksual// Hal ini yang akan kita bahas lebih lanjut//

Penyiar: Iya/ baik memang sangat memprihatinkan ibu ya/ karna kita tau seperti RUPKS yang sekarang masih digodok itu masih belum menemukan titik temu/ masih diangan-angan begitu// Tapi kita juga harapkan jadi salah satu solusi hukum sebenarnya/ meskipun masih belum sampai kesana// Kemudian/ ibu Galuh sebenarnya apa saja bu jenis-jenis kejahatan seksual/ selain pelecehan seksual/ ya mungkin hingga saat ini masyarakat masih belum benar-benar memahami/ “oh ini pelecehan seksual”/ kemudian ini juga jenisnya kejahatan seksual/ seperti apa ibu?//

Narasumber: Sebenarnya seperti ini mbak Ghea/ masyarakat kita ini/ lebih akrab dengan istilah pelecehan seksual// Tetapi di dalam bahasa hukum

58

sendiri khususnya/ yang mengatur adalah hukum kita karna ini menyangkut aspek hukum public// Kecuali saya dengan mbak Ghea/

kemudian saya dengan keluarga saya/ itu lebih kepada hukum privat//

Aspek privat atau keberdataan/ nah disini karna menyangkut hukum publik/ maka kita mengacu pada hukum pidana/ di hukum pidana sendiri istilah pelecehan seksual/ tidak disebutkan// namun/ secara implisit disitu menyebutkan beberapa jenis dari pelecehan seksual itu sendiri// Nah lebih tepatnya/ di dalam kitab hukum undang-undang pidana sendiri/

memberikan istilah lebih kepada kekerasan seksual/ kejahatan/ nah kemudian/ beberapa contohnya adalah adanya pencabulan/ kemudian tindakan pemerkosaaan seperti itu// Kalo kita merujuk kepada/ kekerasan secara harfiah/ arti kata kekerasan secara harfiah ini/ berkaitan dengan suatu hal yang membawa suatu kekuatan/ pemaksaan/ kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/ diartikan sebagai suatu perbuatan yang dapat menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain// Sehingga dapat kita definisikan disini/ bahwa kekerasan ini merupakan keadaan dan sifat yang dapat menghancurkan kehidupan manusia// Dan saat ini kita berbicara tentang kekerasan seksual/ maka disini apa yang menghancurkan kehidupan manusia/ tidak hanya terkait dengan harkat dan martabatnya saja/ tetapi memberikan efek traumatik dan secara psikis bagi para korbannya// entah itu terhadap anak dan perempuan/ tapi khususnya yang sekarang ini yang sangat santer kekerasan pada anak// Nah anak sendiri yang kita diskusikan di sini/ adalah anak di bawah umur//

Penyiar: Kalau dari hukum anak di bawah umur itu mulai usia dari berapa ibu sebenernya?/ Ini mungkin tambahan pengetahuan begitu//

Narasumber: Kalau kita merujuk pada Undang-Undang Perlindungan Anak/ yang dikatakan sebagai anak itu anak yang berusia di bawah 18 tahun/ tetapi kembali lagi/ pengertian anak di bawah umur itu tidak hanya ada pada 1 pengaturan perlindungan anak/ jadi ada juga di Undang- Undang Jabatan Notaris/ jadi seorang yang di bawah umur/ kemudian ada juga diatur dalam Undang-Undang Hukum Perdata/ kemudian Administrasi/ Kependudukan/ dan sebagainya mengatur terkait dengan definisi/ seorang yang di bawah umur// Tapi ini lebih spesifik/

bahwasannya kalo menyangkut terkait dengan kekerasan seksual pada anak/ kita merujuk kepada Undang-Undang Perlindungan Anak// Nah ini nanti akan kita bahas selanjutnya//

Penyiar: Ini menarik sekali memang ibu/ karena kita lihat dari tahun ke tahun kemarin di Tahun 2021/ ini banyak hal-hal yang memprihatinkan terkait pelecehan seksual/ dan kita tau itu beritanya sangat marak sekali di

59

media sosial// Lantas upaya-upaya pendampingan yang sudah dilakukan oleh pemerintah/ sebenarnya juga tidak kurang/ namun juga perlu ditingkatkan kembali begitu// Nah/ sejauh ini menurut ibu Galuh sendiri /bagaimana bu penegakan hukum/ dan juga perlindungan hukum terhadap pelecehan seksual di Indonesia?/ Apakah kita memang baru where/ baru peduli/ atau sudah peduli sekali/ atau di tengah-tengah/ seperti apa kalau dari kacamata hukum bu?//

Narasumber: Jadi/ sebelum kita berbicara bagaimana penegakkan hukum dan perlindungan hukum/ memang di sini saya akan menginformasikan beberapa bentuk kekerasan seksual itu sendiri// Ya ini/ kita harus mengidentifikasi dahulu/ apakah itu masuk dalam pelecehan seksual/

explotasi seksual/ maka ini akan ketemu sumbernya mbak/ “oh berarti ini explotasi seksual di kalangan internal keluarga” /kan itu juga bisa terjadi//

Artinya/ mengapa penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan ini dinilai rendah/ dinilai lemah// Sebenarnya bukan dari sisi penegakkan hukumnya/ tetapi ada aspek-aspek diluar hukum atau non hukum ini sendiri yang mempengaruhi /terjadinya kekerasan seksual itu tadi//

Penyiar: Misalnya itu seperti apa bu?/

Narasumber: Misalnya sedang terjadi/ luwek timur itu/ contoh kekerasan seksual di kalangan keluarga oleh ayah kandung sendiri// Nah/ artinya begini mbak Ghea/ bahwasannya anak ini kan gampang ini ya karna dia di bawah umur/ belum baligh/ jadi gampang terpengaruh/ dan ini harus ada dukungan dari pihak keluarga dan lingkungan// Sekarang kalau orang melakukan kejahatan pasti ada motif//

Penyiar: Betul/ iya motifnya sebenarnya apa/ kok orang tua ini tega/ kan memang marak bu ya/ dari keluarga sendiri/ melakukan pelecehan seksual terhadap anaknya// Saya juga pernah itu sempat lihat kasus 1 keluarga bu/

melakukan pelecehan seksual/ di pertengahan di akhir Tahun 2021/ tapi akhirnya diusir oleh warga/ karena mungkin tidak pantas// Tapi/ yang saya amati juga bu Galuh disini juga kadang enggan/ korban pelecehan seksual ini melapor/ apakah itu juga menjadi faktor bu?//

Narasumber: Iya/ satu hal yang melekat di dalam masyarakat itu/ saya mempunyai keluarga/ saya harus menjaga martabat keluarga saya/

jangankan seperti itu mbak/ orang yang mengalami kekersan dalam rumah tangga saja/ akan enggan melapor/ bagaimana ke depannya suami saya mohon maaf misalkan suami saya/ saya laporkan/ belum lagi martabat

60

keluarga saya tercoreng kemudian suami saya ditahan/ saya tidak mendapatkan nafkah lagi/ bagaimana kondisi keluarga// Masyarakat akan menjadi bungkam/ dengan sendirinya// Nah satu hal yang perlu ditekankan adalah/ penegakkan HUM ini tidaklah hanya dilakukan oleh aparat penegak hukum dan pemerintah// Masyarakat kita/ yang notabe tadi mbak Ghea sebutkan satu keluarga diusir/ terjadi hubungan inses dan lain sebagainya// Nah itu karna masyarakat kita sudah melekat dengan norma- norma yang tidak tertulis itu tadi/ mulai dari norma kesopanan/ norma agama/ keasusilaan/ mereka faham// Nah ini tinggal masyarakat kita kan kulturnya rasa ingin tahunya lebih tinggi/ nah ini lebih di arahkan kembali pendampingan tidak hanya ke lembaga-lembaga khusus untuk melakukan pendampingan terhadap korban/ tetapi perlu adanya edukasi terhadap masyarakat di sekitar/ untuk mencampuri urusan yang sangat pribadi ini yang sebenarnya urusan yang menyangkut aspek hukum/ keponya ini//

Penyiar: Ibaratnya keponya ini jangan menjadi sesuatu yang tidak terarah/

begitu bu Galuh ya/ begitu juga proses-proses yang nantinya bisa membantu sikologi korban/ ini mendapatkan keadilan// tapi yang jadi repot/ saat ketika enggan karena anggota keluarga// Idealnya harusnya seperti apa bu?/ Kalo sudah seperti itu/ apakah kalo misalkan dibiarkan saja itu nanti jadi sesuatu yang negatif di belakang hari/ karena berbenturan bu itu keluarga saya/ tapi itu melakukan kejahatan seksual terhadap saya/ saya tidak boleh melaporkan// Idealnya dalam hukum enaknya kayak gimana ya bu dilaporkan atau tidak? //

Narasumber: Idealnya karna kita tidak melihat mereka sebagai anggota keluarga/ secara pribadi/ dia adalah si subyek hukum yang patut mendapatkan suatu perlindungan hukum/ dia patut mendapatkan suatu keadilan/ ketertiban/ manfaat dari kemanfaatan dari hukum itu sendiri//

nah itu penekanannya harus memberikan suatu pendampingan sebelum dia menjadi korban atau selama kita melakukan pendampingan/ sosialisasi terhadap anak dan perempuan ini secara inten dibidang hukum/ khususnya bagaimana sih pencegahan untuk kekerasan seksual seperti itu//

Penyiar: Tapi kalo memang ditimbang-timbang lagi begitu ibu/ kalau itu kita diamkan saja dalam inten keluarga ada kekerasan/ KDRT atau apapun itu, itu akan berulang lagi/ berulang lagi dan tidak akan selesai masalahnya/ kalaupun tidak dijalurkan hukum itu akan terulang kembali saya rasa memang harusnya untuk masyarakat lebih kesana/ salah satu cara menghentikan itu ya pakai dengan jalur hukum/ itu pidana ya bu ya jatuhnya?//

Narasumber: Iya itu masuk pidana//

61

Penyiar: Wah ini menarik sekali/ mungkin nggak semua masyarakat tahu/

tapi saya yakin mulai tahu karena sekarang media sosial kan dikit-dikit viral gitu kan ya bu/ tapi akhirnya yang memproses netizen ya bu/ viral- viral itu dari suara netizen/ akhirnya larinya ke hukum/ kalo nggak mencuat ke media/ nah ini yang perlu kita kulik lagi/ kemudian ibu Galuh pertanyaan selanjutnya bagaimana pemerintah telah melakukan upaya preventif atau pencegahan/ nah sekarangkan zamannya sosmed/ apakah memang ada kayak semacam seperti semacam konsultasi hukum online/

atau sebagainya yang memang bisa diakses langsung sebagai upaya preventif?//

Narasumber: Iya di sini saya katakan upaya preventif/ dan juga ada upaya perlindungan hukum secara represif/ ada beberapa hal yang perlu kita ketahui bahwasannya upaya prefentif yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan membentuk Undang-Undang/ no 23 Tahun 2002/ yang kemudian telah diubah Undang- Undang no 35 Tahun 2014/ tentang perlindungan anak/ dan juga penegakkan hukum yang disertai dengan penggunaan kitab UU hukum pidana/ kemudian dengan adanya Undang- Undang perlindungan anak/ ini merupakan suatu lekspesialis atau Undang- Undang yang secara khusus/ mengatur memberikan perlindungan anak/

perlindungan anak ini tidak hanya terkait dengan adanya pelecehan seksual saja/ tetapi memberikan suatu kontribusi/ memberikan suatu perlindungan hak asasi manusia bagi anak/ karena anak ini kan merupakan penerus kita// nah/ bagaimana kacamata Indonesia kalau anak-anak kita ini tidak kita jaga dengan baik/ sama bangsa ini besar karna adanya penerus kita ini tadi// Nah kemudian upaya represifnya adalah pemberian sangsi/

kemudian pemberian secara administratif itu biasanya denda/ dan untuk hukuman bagi para pelaku kekerasan seksual ini/ lebih kepada hukuman pidana seperti itu// Jadi ada 2 hal mbak/ di sini represif pencegahannya melalui Undang-Undang perlindungan anak/ dan represifnya memberikan hukuman kepada para pelaku kekerasan seksual dan pelecehan seksual/

nah tidak sedikit tadi mbak Ghea yang saya sebutkan/ ini bagaimana masyarakat dan lain sebagainy//. Sebenarnya dalam media sosial/ itu sudah banyak lembaga-lembaga NJO/ LSM/ kemudian yayasan/ yang dalam hal ini bergerak dalam lembaga bantuan hukum dalam wujud perlindungan anak dan perempuan/ di Jember saja saya lihat sudah banyak gerakan- gerakan LBH yang di bidang perempuan dan anak/ itu sudah sangat konkrit ya/ seperti itu mbak Ghea//

Penyiar: Jadi sekarang/ bagaimana masyarakat pinter-pinternya ya/ bu ya/

untuk memanfaatkan perkembangan media sosial itu sebernarnya juga termasuk literasi digital gitu ya bu/ bukan hanya sekedar menunggu tapi kita juga bisa berpartisipasi aktif dengan cara yang benar// Nah kemudian ibu Galuh/ tadikan sudah dijelaskan di awal beberapa ciri-ciri kejahatan

62

seksual dan hal lain sebagainya// Lebih mendalam lagi bu/ sebenarnya pengertian dan juga jenis-jenis kekerasan seksual itu seperti apa bu?/ Dan kemudian/ secara harfia atau pelecehan seksual sendiri itu sebenarnya/ apa hanya karna tubuh kita itu di roda paksa itu disebut pelecehan seksual?/

Atau seperti apa nyatanya dikehidupan sehari-hari/ kalo tadikan ibu Galuh menyebutkan contoh di keluarga kalau di luar itu seperti apa bu?//

Narasumber: Jadi/ kekerasan seksual ini/ kan terkait dengan aspek seksualita/ jadi yang mbak Ghea sebutkan itu saya bukan dokter/ mbak Ghea/ maksudnya di awal nama saya dokter ya/ jadi mungkin nanti saya dikira orang kesehatan mbak Ghea/ saya agak riskat-riskat lah ngomong aspek kesehatan dari segi seksualitas/ jadi apa saja yang menyangkut kekerasan seksual di luar sana ini kan menyangkut dimensi sosial/ dengan masyarakat/ maka ada beberapa hal ada suatu intimidasi seksual/

kemudian hukuman bernuansa seksual/ penyiksaan seksual/ perkosaan/

kontroversi seksual/ pemaksaan arborsi/ prostitusi paksa//

Penyiar: Oh pemaksaan arborsi itu/ juga termasuk pelecehan seksual ya bu?//

Narasumber: Iya itu juga salah satu bentuk kekerasan seksual//

Penyiar: Wah/ ini juga baru denger sekarang setelah dijabarkan/ jadi pendengar untuk arborsi/ pemaksaan arborsi ini juga salah satu bentuk kekerasan seksual pada perempuan/ Sebenarnya gak boleh ya bu/ bisa dikena pidana ya//

Narasumber: Iya/ ini saya dapatkan salah satu bentuk kekerasan seksual ini/ menurut komnas perempuan/ mulai dari pemaksaan hamil saja juga merupakan kekerasan seksual/ terus ini ada juga hukum adat juga mbak/

ada sunat perempuan/ gak pernah denger ya mbak?//

Penyiar: Gak pernah denger/ baru kali ini//

Narasumber: Ini ada beberapa masyarakat adat/ yang menerapkan seperti itu/ ya kalo kita berbicara masyarakat hukum adat dengan satu hukum nasional yang sudah ada memang tidak bisa kita jadikan satu/ nah ini memang harus ada pemakluman/ misal saya merujuk kasus yang agak jauh ya/ korban pembunuhan nanti di masyarakat adat di Papua/ satu sisi apakah penegakkan hukum pidana tetap dilaksanakan?/ Tetapi para penegak hukum dan pihak kepolisian memeberikan ruang/ bagi

63

masyarakat hukum adat untuk menyelesaikan secara hukum adat yang berlaku di daerahnya// Kriteritorialnya nah serpti tadi ada korban pembunuhan korbannya adalah masyarakat hukum adat/ nah pelakunya adalah orang luar/ maka dia harus menyelesaikan proses penegakkan hukum yang ada di dalam hukum adat itu sendiri/ dia harus membayar denda 30 ekor babi bisa dihitung lah berapa?//

Penyiar: Berarti diselesaikan secara adat mereka juga ya bu/ ini luar biasa sekali// Nah terakhir ni bu/ tapi saya rasa perbincangan kali ini masih sangat panjang sekali/ karena memang sehari-hari juga kita masih bersentuhan sekali/ dengan buktinya kita baru memahami dengan pemaksaan arborsi itu juga kejahatan seksual/ ternyata tidak semua bisa disentuh masyarakat/ tapi harapan saya dengan dialog ini bisa membuka wacana kita// Terakhir bu/ untuk pengaduan/ nah untuk jalur pengaduan ini bagaimana bu/ kalau misalkan kita melihat langsung atau mengalami langsung sebuah bentuk kejahatan atau pelecehan seksual/ langkah apa yang harus kita ambil/ apakah langsung tiba-tiba datang ke kantor polisi/

atau menuju ke kayak lembaga perlindungan anak atau seperti apa bu?//

Narasumber: Bisa dua-duanya mbak/ bisa dengan cara begini/ tadi peran masyarakat saya lebih menekankan ke masyarakat/ karna kita ada rukun tetangga/ rt/rw kemudian kelurahan desa/ itu juga bisa menjadi fasilitator bagi pengaduan adanya kekerasan seksual/ nah tetapi untuk korban/ ini yang perlu diketahui kembali bagi korban/ anda harus bukti-bukti adanya kekerasan seksual/ bukti dikumpulkan dulu/ misalkan ada kekerasan seksual dalam perkosaan/ nah dia harus visum/ terus melakukan visum etertertum/ kalo memang dia malu melaporkan rt/rw silahkan langsung melaporkan polisi/ tentunya kan ada perlindungan saksi dan korban disitu//

Sekali lagi/ saya menekankan pada masyarakat/ tanpa masyarakat penegakkan hukum ini tidak akan berjalan dengan baik//

Penyiar: Terakhir ibu/ himbauan ibu Galuh Puspa Ningrum/ terhadap masyarakat/ terkait bagaimana kita harus memahami kekerasan seksual/

dan sejauh mana kita harus berpartisipasi untuk menyerukan stop kekerasan seksual//

Narasumber: Yang pertama adalah melakukan pendampingan/ terhadap anak dan perempuan/ baik itu saya katakan nah ini para perempuan dan khususnya anak-anak juga diberikan suatu edukasi/ terkait dengan/ kamu kalau didekati oleh orang laki-laki jangan pernah mau sama seperti itu/ itu bisa pendidikan seksual itu/ mungkin juga bisa dijadikan satu masukan ya/ kemudian pendampingan dari keluarga kerabat dekat/ tentunya ini

64

merupakan suatu dukungan moril bagi para korban maupun masyarakat/

anak-anak kita ini harus digenahkan sejak dini/ kemudian mengikut sertakan dalam kegiatan advokasi dan juga ikut serta mendukung lembaga layanan korban dan kekerasan seksual// Misalkan mulai memperkenalkan oh ini jalur pengaduan/ kita kenal komnasham/ koperasi perlindungan anak dan perempuan/ beberapa lembaga bantuan hukum yang memang konsen di bidang perlindungan anak dan perempuan//

Penyiar: Baik terimakasih/ Ibu Dr. Galuh Puspa Ningrum SH.,MH/ selaku pengamat dan juga akademisi hukum dari Universitas Jember/ atas waktunya terimakasih/ telah berbincang dengan RRI/ semoga apa yang sudah disampaikan ini bisa menjadi wawasan baru untuk pendengar dan juga masyarakat/ terimakasih ibu selamat melakukan aktivitas kembali//

b. Berikut ini merupakan transkip siaran Pro 1 program Pengarus Utamaan Gender di RRI Jember. Hari Rabu 16 Maret 2022 pukul 10.00-11.00 WIB di saluran 95.4 FM . dengan judul Pemenuhan Hak-Hak Perempuan dan Anak Pasca Perceraian.

Anda masih mendengarkan RRI/ Radio tanggap bencana covid19//

Penyiar: Pendengar/ memutuskan untuk bercerai bagi perempuan bukanlah hal yang mudah/ banyak hal yang dipikirkan dan dipertimbangkan/ mulai dari diri sendiri/ anak dan keluarga// Ketika kata cerai sudah di ucapkan/

berarti memang sudah bulat tekad/ Meski begitu/ tetap saja ada kesedihan yang dipendam saat perempuan memutuskan untuk bercerai/ nah agar kesedihan tersebut tidak berlarut-larut/ perempuan harus peka terhadap hak-haknya pasca perceraian// Kali ini saya Tediy/ sudah bersama dengan narasumber yakni/ Ketua Pusat Perlindungan Anak Perempuan dan Lansia Takawida/ Ibu Erwidati SH.,MH./ Bu Eeng Assalamualaikum?//

Narasumber: Waalaikumsalam Warahmatullah Wabarakatu//

Penyiar: Kabar sehat ibu?//

Narasumber: Alhamdulillah sehat//

Penyiar: Terimakasih sudah bersama RRI dikesempatan kali ini/ kita ingin mengulas lebih jauh/ karna ibu memang sepertinya sudah punya konsen jauh ya bu/ sudah punya istilahnya perminatan yang lama/ untuk bisa

65

fokus terhadap perempuan/ anak maupun lansia yang menarik disini ya/

Saya kalau belum kesana cerita dulu boleh kali ya bu?//

Narasumber: Boleh-boleh//

Penyiar: Bu eeng saya masih penasaran/ sesungguhnya bu Eeng berangkat dari mana kok bu/ bisa terketuk hati untuk pingin ngasih perhatian anak/

perempuan/ lansia?

Narasumber: Dari keprihatinan dengan tingginya perceraian di Kabupaten Jember/ juga kekerasan dalam rumah tangga/ kemudian anak-anak yang saya melihatnya memang ada satu denakrasi/ kalo saya bisa mengatakan demikian/ karena ternyata saat sekarang ini banyak sekali anak-anak yang tersangkut kasus hukum/ kalau di zaman saya dulu masih sekolah/ amat jarang sekali ya/ kasus-kasus yang menimpa anak-anak yang di usia belum cukup umur secara hukum/ tetapi ternyata saat sekarang banyak sekali/

khususnya kasus-kasus obat-obatan maupun asusila// Jadi berangkat dari keprihatinan itu/ maka kami membuat perkumpulan bersama teman-teman yang kongsen dipersoalan perempuan/ anak dan lansia//

Penyiar: Oke/ kalau ibu ingat waktu terketuknya hati/ prihatin ditahun berapa itu bu?//

Narasumber: Takawida ada di Tahun 2013 mas//

Penyiar: 2013/ artinya ibu Eeng Tahun 2013/ sudah terketuk langsung untuk membuat sebuah perkumpulan/ semacam komunitas yang mendukung perempuan anak gitu?//

Narasumber: Jadi waktu itu/ kami masih belum berbadan hukum/ jadi waktu itu kebetulan ibu saya ini menjadi sebagai ketua lansia/ di sukep kecil diperumahan/ jadi kita melihat bahwa lansia itu tidak hanya menunggu waktu/ tetapi bagaimana lansia itu menjadi lansia mandiri/

ketika anak-anak sudah berangkat punya rumah tangga sendiri/ tetapi bagaimana kita be happy be healty/ jadi melihat diperkumpulan itu begitu gembiranya/ ternyata banyak hal loh yang bisa kita kerjakan disini gitu/

sehingga berawal dari situlah/ kemudian kami mencoba untuk berkumpul dengan teman-teman yang punya frekuensi sama//

Dokumen terkait